You are on page 1of 6

Materialitas

Perkenalan materialitas

Dalam mengaudit laporan keuangan, auditor harus memastikan bahwa laporan keuangan
disajikan dengan wajar dan benar. Kata wajar dan benar merupakan hal yang sangat subjektif dan
sulit untuk diimplementasikan bentuk objektivitasnya.

Oleh sebab itu, auditor memulai kerjanya dengan menentukan materialitas dari laporan
keuangan. Berikut adalah pengertian materialitas dakam merencanakan dan melakukan audit:

Misstatement termasuk kelalaian menjadi material, jika mereka, satuan, atau secara agregat dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil berdasarkan laporan keungan. Penilaian tentang
materialitas yang dibuat dengan mempertimbangkan lingkungan dan hal-hal yang dipengaruhi
oleh size atau nature dari misstatement itu sendiri atau kombinasi dari keduanya.

Materialitas dan Pengambilan Keputusan

Dalam menentukan materialitas ditekankan bahwa efek dari keputusan user sangat penting untuk
menentukan apakah item tersebut material. Pada saat menentukan materialitas, ISA menyebutkan
bahwa laporan keuangan dibuat dengan mempertimbangkan bahwa user adalah orang yang
mengerti tentang lingkup bisnis perusahaan tersebut dan tentunya materialitas itu sendiri di
perusahaan tersebut.

Untuk menghindari adanya perbedaan pengertian antara user dan auditor terkait materialitas,
auditor diharuskan memutuskan tingkatan kesalahan atau misstatement yang dapat muncul di
laporan keuangan sebelum keputusan investor terpengaruhi.

Materialitas di financial statement

Penelitian di literasi keuangan menejemen dan concern terhadap efek dari data akuntansi pada
harga saham perusahaan dan keputusan yang diambil investor, telah mengkonfirmasi pentingnya
jumlah profit suatu perusahaan kepada para investornya dan komunitas keuangan, termasuk
analis keuangan.
Pada prakteknya auditor ketika menge-set level materialitas, sering dengan mempertimbangakan
beberapa persen dari jumlah profit pada periode resebut. Jumlah materialitas dapat macam-
macam antara 1 10% dari profit. Contohnya materitas 10%, artinya apabila ada misstatement
yang mempengaruhi profit 10 persen atau lebih itu akan dianggap material oleh auditor.

Auditor yang lebih hati-hati akan set materilitas pada level 1 persen. Halini menyebabkan auditor
harus mendapatkan data yang lebih banyak lagi, dimana hal itu akan menambah biaya pula.
Profit figure yang biasanya digunakan untuk men-setting level materialitas adalah profit before
tax, profit after tax, atau retain profit of the year. Banyak juga yang mengambil materialitas
selain dari jumlah profit, contohnya: turnover, total asset, net asset.

Juga pada prakteknya auditor juga menghitung materilats level berdasarkan jumlah kriteria yang
berbeda dan kemudian memutuskan materialitas untuk aspek audit yang berbeda. Contohnya,
ketika mereka mengaudit expense mereka menggunkan merteiatisa level berdasakan prodit,
sedangkan ketika mengarudit AR mereka menggunakan materialitas level berdasarkan net asset.

Aspek-aspek lainnya dari materialitas yang berhubungan dengan profit:

1. Trend pada profit lebih dari beberapa tahun


Jika profit perusahaan menunjukan peningkatan dan penurunan yang steady, the auditor
mungkin akan mempertimbangkan level dari profit tahun ini. Kalau profit tahun ini tidak
biasa atau peningkatannya boom atau sangat lesu maka auditor harus mempertimbangkan
akun yang berkaitan. Dan untuk melihat ke akun tersebut auditor juga harus dengan
judgment mereka sendiri.
2. Pengaruh profit pada rasio-rasio penting
Karena profit biasanya menjadi pembagi dari rasio-rsaio penting, maka akan
mendapatkan perhatian khusus apabila rasio-rasio tersebut ada yang tidak biasa hasilnya.
Kemudian, dengan rasio yang tidak biasa tersebut auditor menggunakan deviasi untuk
guide pada level profit mana yang dianggap material.
3. External influence
Dengan adanya rumor akan di takeover atau IPO atau penjualan saham baru akan
membuat auditor lebih concern terhadap akun-akun yang menjadi concern masyarakat
luas.

Materialitas pada planning stage.


Alasan utama auditor consider materialitas pada tahap planning adalah untuk membantu
mereka untuk menempatkan resiko sesuai dengan kondisi laporan keuangan. Mereka harus
mempertimbangakan level apa misstament pada financial statement akan menyebabkan mereka
menjadi misleading dan tidak konsisten dalam menyakikan laporan keuangan yang wajar.
Mereka harus menyeiapkan penilaian terhadap resiko audit sehingga mereka prepared untuk
menerima jika gagal dalam mendeteksi material misstatement.

Material misstatement biasanya muncul pada laporan keuangan pada item yang mempunyai
resiko yang paling tinggi. Dalam merencanakan audit, auditor haru mempertimbangak resiko
umum dan juga resiko terkait dengan item financial statement secara spesifik. Ketika
memutuskan materialitas ditiap masing-masing komponen auditor harus consider banyak factor.

Factor-faktor dalam menentukan materiality:

1. Pentingnya the heading pada financial statement


Apabila jumlah items cukup besar maka auditor akan semakin banyak tekanan dalam
setting materiality level.
2. Nature dari item
Biasanya auditor lebih mentingin audit cash daripada deffered tax asset, tapi pada saat
jumlah dta sama besar dengan cash, maka biasanya auditor akan lebih concern terhadap
audit dta.
3. Pengalaman lalu auditor dengan klien audit
Jika pada audit lalu auditor menemukan banyak misstatement pada akun-akun tertentu
merekan akan set materialitas yang lebih rendah pada akun tersbut.
4. Trend pada akun balance
Jika biasa akun tersebut rendah dan tiba-tiba menjadi tinggi, auditor harus set lebih
rendah materialitynya.

Materialitas selama audit

Jika pada audit adanya draft update dari klien dan banyak angka yang bergerak kemungkinan
besar akan merubah materialitas akun yang akan diaudit. Kemudian apabila auditor menemukan
bukti bahwa banyak angka yang salah hal ini memungkinkan untuk merendahkan level
materialitas. Juka pada hasil reassessment terdapat banyak perbedaan memungkinkan auditor
untuk merendahkan level materialitasnya.
Materialitas at the evaluation stage

Setelah auditor melakukan audit, auditor harus mendeterminasin mana dari masing-masing
komponen financial statement bisa misstated dan harus mengkalkulasi jumlah seluruh
misstatement. Selanjutnya auditor mengestimasi jumlah potensial error dari komponen financial
statement dan financial statement keseluruhan. Estimasi misstatement yang Belum diidentifikasi
tapi mungkin muncul dari total populasi berdasar dari professional judgment.

jika auditor mengestimasikan misstatement kurang dari berbagai materiality yang telah mereka
set, mereka dapat mengconclude that financial statement tidak materiality misstated,
bagaimanamu, jika evaluasi auditor hamper sama dengan materialitas level yang telah di set
auditor mungkin memutuskan untuk menambah test audit untuk mengurangi kemungkinan
apabila misstatement lebih dari materilitas yang telah di diset.

Dan apabila estimasi auditor terhadap misstatement lebih dari materialitas yang telah di set,
auditor harus mempertimbangkan kembali nature dari akun tersebut, mendiskusikan dengan
manajemen, dan determinasi jika management mau meng-adjust akun tersebut terhadap error
atau misstatement tersebut. Seharusnya kalua tidak ada kepentingan dari akun tersbeut,
manajemen mau melakukan adjustment. Namun, setelah diskusi manajemen tidak mau
melakukan adjustment terhadap akun ini, maka auditor harus memastikan alasan dibalik ini dan
memutuskan aksi apa yang harus dilakukan.

Salah satu alasan mengapa management tidak mau meng-adjust financeial statement aalah
merekan tidak menerima adanya misstatement pada akun tersebut, misalnya auditor takin bahwa
estimasi pada bad debt provision terlalu rendah, tapi manajement tidak setuju dan percaya bahwa
estimasi auditor terlalu tinggi.

Jika difference antara dua estimasi tidak material maka auditor yakin bahwa perhitungan mereka
yang benar biasanya auditor memperlakukan akun teresbut sebagai unadjusted misstatement.
Atau mungkin auditor bisa memperluas scope audit test dan mendapatkan bukti-bukti baru yang
relevan dengan bad debt provision, seperti reviewing date receipts from trade recivevables
sampai client yakin bahwa perhitungan auditor yang benar.

Jika setelah yang dilakukan oleh auditor tidak diindahkan oleh client, maka hal tersebut harus
dibawa ke audit committee.
Pada paragraph 12 ISA 450 menjelaskan bahwa auditor harus melaporkan kepada those charged
with governance uncorrected misstatement dan efek bahwa mereka, secara individu atau agregat
mempunyai opini pada laporan auditor. ISA juga mengatakan pada laporan ke TCWG individual
ateral, uncorrected misstatement harus diidentifikasikan. Dan akhirnya, auditor seharusnya
request bahwa uncorrected misstatement harus dikoreksi.

Auditor juga mungkin mendapatkan beberapa kesalahan selama audit, semua error dan
misstatement harus diakumulasi dan dilaporkan ke audit committee.

Hal-hal yang diperhatikan terhadap temuan selama audit:

1. Size dan isiden dari masing-masing error dan misstatement yang ditemukan
Biasanya jumlah error yang ditemukan jauh lebih kecil dari daripada materilitas yang
telah ditentukan. Biasanya setelah TOD akun AR dan inventories.
2. Apakah eror dan misstatement menunjukkan sejumlah pattern
Biasanya error terjadi selama periode tertendu misalnya pada saat masa libur panjang dan
pemeriksaan menjadi sembrono karena akuntan sudah kepikiran libur. Mungkin dapat
memberikan masukan ke klien untuk diberikan assist yang lebih ketat pada periode ini.
Namun, apabila error kebanyakan ada di akhir tahun, kemungkinan klien mau
memanipulasi laporan keuangannya.
3. Apakah eror dan misstatement berkaitan dengan fakta atau opini
Contohnya bad provisions adalah opini sedangkan menghitung stok adalah fakta.
4. Apakah misstatement yang ditemukan berkaitan dengan hal-hal yang illegal
Ada sales tanpa PPN dan pembayaran untuk PNS setempat (bribery) agar memudahkan
bisnis. Nilainya mungkin kecil, tapi apabila ketuan dengan tax authority dan pemerintah
mungkin ganjaran yang perlu dibayarkan cukup tinggi.
5. Apakah ada misstatement yang mencurigakan karena adanya fraud dari employee
Under-pricing yang dilakukan oleh employed an customer.
6. Apakah misstatement memperngaruhi balance sheet items or mempernaruhi profit and
loss akun
Contohnya jika auditor menemukan pembelian signifikan secara kredit untuk fixed asset
yang dibeli di akhir tahun Belum dicatat, mungkin untuk depresciation expense
jumlahnya tidak material, tapi kalu di balance sheet jumlahnya akan material. Dan
berperngaruh pada liquidity ratio.

Qualitative issues
Dalam mendapatkan misstatement dari financial statement, auditor juga harus
mempertimbangkan dan memahami hal-hal seperti dibawah ini:

1. Apakah item ini perlu di jelaskan oleh paying hokum atau oleh professional
Contohnya, disclusre remunerasi direktur dan capital commitment ada di Companies Act
2006 sedangkan disclosure tentang leasing sesuai dengan IAS 17, hal-hal semacam ini
harus didiskusikan dengan client untuk memastikan kepatutan dengan regulasi yang ada.
2. Improper disclosure of accounting policies
Disclosure yang tidak sesuai mungkin akan membuat pembaca laporan keuangan salah
paham. Contohnya, adanya statement perusahaan bahwa perusahaan exercise pengaruh
yang besar terhdap beberapa perusahaan padahal kenyataan tidak. Maka, auditor harus
mendiskusikan hal ini dengan direktu dan meminta mereka untuk mengubah wordingnya
menjadi lebih jelas.
3. Improper classification pada laporan keuangan
Contohnya beberapa beban yang menjadi biaya pada discontinued operasi ketika
sebenarkan beban tersebut masih menjadi bagian dari continuing operations.

You might also like