Professional Documents
Culture Documents
Mahdi
STAIN Malikussaleh Lhokseumawe
Email: syihab_69@yahoo.co.id
PENDAHULUAN
Secara yuridis, dikenal ada dua macam penyelesaian
perkara dalam masalah hukum, yang pertama dikenal dengan
penyelesaian litigasi, dan kedua yang dikenal dengan non litigasi.
Maksud yang pertama adalah penyelesaian di depan pengadilan1,
seperti penyelesaian perkara di Peradilan Umum, Peradilan
Agama atau Mahkamah Syariyah, Peradilan Militer, dan
Peradilan Tata Usaha Negara. Peradilan bentuk tersebut dikelola
oleh negara, dan sering disebut dengan nama governement
judicial system2. Kemudian maksud yang kedua yaitu
penyelesaian perkara di luar pengadilan seperti arbitrase,
mediasi.3 Pengadilan seperti ini dikenal dengan sebutan native
administration of justice, village administration of justice,
indigenous system of justice, religious tribunals dan village
tribunal.4
Tahun 1935 merupakan titik awal bagi pengadilan non
litigasi yang diakui oleh koloni Belanda lewat Statblaad 1935 No.
102. Pengakuan ini didorong oleh bentuk politik balas budi yang
diperankan oleh Belanda terhadap wilayah jajahannya. Kebijakan
politik demikian ternyata juga memberi peluang positif terhadap
bentuk peradilan yang tidak dikelola oleh negara. Dengan
demikian, melalui kebijakan tersebut dapat ditegaskan bahwa
Belanda telah mengakui keberadaan Peradilan Adat dan Peradilan
Agama saat itu, meskipun pengakuan tersebut masih bersifat
terbatas, seperti hakim-hakim adat tidak diperbolehkan
menjatuhkan hukuman. Bukan hanya Peradilan Desa yang diakui,
1
Abdurrahaman, Peradilan Adat di Aceh sebagai Sarana Kerukunan
Masyarakat (Banda Aceh: Majelis Adat Aceh (MAA) Provinsi Aceh, 2009), h. 1.
2
Anonimos, Sistem Peradilan Adat dan Lokal di Indonesia; Peluang dan
Tantangan, (t.tp.: Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dengan
Dukungan dari Patnership for Governance Reform, 2003), h. 5.
3
Abdurrahaman, Peradilan Adat ..., h. 1.
4
Anonimos, Sistem Peradilan ..., h. 5.
5
Ibid.
6
Ibid., h. 9.
7
Ibid.
8
Abdurrahaman, Peradilan Adat..., h. 2.
9
Ibid., h. 2.
10
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan
Keistimewaan Aceh; Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 4
Tahun 2003 tentang Pemerintahan Mukim dalam Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam; Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 5 Tahun 2003
tentang Pemerintahan Gampong dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh; Qanun
Aceh Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kehidupan Adat dan Adat
Istiadat; dan Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2008 tentang Lembaga Adat.
11
Imam Syaukani, Karakteristik Politik Hukum Nasional dalam
HARMONI: Jurnal Multikultural dan Multireligius, Volume VII, No. 28,
(Oktober-Desember 2008), h. 7.
12
Arskal Salim, Pluralisme Hukum di Indonesia; Keberadaan Hukum
Islam dalam Peraturan Perundang-Undangan Nasional dalam HARMONI
Jurnal Multikultural dan Multireligius, Volume VII, No. 28, (Oktober-Desember
2008), h. 15.
13
Ibid., h. 16.
14
Ibid.
15
Amrena Rasyada, Kedudukan Peradilan Adat Aceh dalam Sistem
Peradilan Nasional, Skripsi tidak diterbitkan (Lhokseumawe: STAIN
Malikussaleh Lhokseumawe, 2010), h. 30
16
Qanun Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kehidupan Adat dan
Adat Istiadat, Pasal 13.
17
Anonimus, Pedoman Peradilan Adat Aceh (Banda Aceh: Majelis Adat
Aceh (MAA) Provinsi Aceh, 2008), h. 30.
18
Badruzzaman Ismail, Masjid dan Adat Meunasah sebagai Sumber
Energi Budaya Aceh (Banda Aceh: Majelis Adat Aceh (MAA) Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam, 2007), h. 164.
19
Abdurrahaman, Peradilan Adat ..., h. 18.
20
Ismail, Masjid dan Adat..., h. 149.
21
Badruzzaman Ismail, Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Provinsi Aceh,
Wawancara, Rabu, 13 April 2011 di Kantor MAA Provinsi.
22
Ismail, Masjid dan Adat..., h. 149.
23
Abdurrahman, Peradilan Adat di Aceh ..., h. 20.
24
Imam Syaukani, Karateristik Politik Hukum, h. 13.
denda
Khamar
Khalwat
Maisir
6 Banda Aceh Khamar
Khalwat 1 Cambuk
Maisir 4 Cambuk
7 Tapaktuan Khamar
Khalwat 1 Cambuk
Maisir 2 Cambuk
8 Kutacane Khamar
Khalwat
Sumber Data : Dokumen Mahkamah Syariyah Provinsi Aceh Tahun 2010
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahaman, Peradilan Adat di Aceh sebagai Sarana Kerukunan
Masyarakat, Banda Aceh: Majelis Adat Aceh (MAA) Provinsi Aceh,
2009.
Anonimos, Sistem Peradilan Adat dan Lokal di Indonesia; Peluang dan
Tantangan, diterbitkan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara
(AMAN) dengan Dukungan dari Patnership for Governance
Reform, 2003.
Anonimos, Pedoman Peradilan Adat Aceh, Banda Aceh: Majelis Adat
Aceh (MAA) Provinsi Aceh, 2008.
Ismail, Badruzzaman, Masjid dan Adat Meunasah Sebagai Sumber Energi
Budaya Aceh, Banda Aceh: Majelis Adat Aceh (MAA) Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, 2007.
Qanun Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kehidupan Adat dan
Adat Istiadat, disahkan di Banda Aceh, pada tanggal 31 Desember
2008, bertepatan 3 Muharram 1430 H. Lembaran Daerah Nanggroe
Aceh Darussalam Tahun 2008, Nomor 09.
Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 4 Tahun 2003
tentang Pemerintahan Mukim dalam Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 5 Tahun 2003
tentang Pemerintahan Gampong dalam Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam;