Professional Documents
Culture Documents
Abstrak : Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada pasien yang terpasang
ventilasi mekanik di Ruang Perawatan Intensif RS. Dr. M. Djamil terjadi peningkatan,
padahal untuk tindakan mobilisasi (ambulasi) dan fisioterapi dada telah disusun standar
operasional prosedur (SOP). Diduga hal ini disebabkan oleh pelaksanaan SOP yang tidak
sepenuhnya. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh mobilisasi (ambulasi) dan
fisioterapi dada terhadap kejadian VAP pada pasien yang terpasang Ventilator di ruang
perawatan intensif RS. Dr. M. Djamil Padang. Penelitian Kuasi-eksperimen ini menggunakan
rancangan perbandingan kelompok statis, dengan jumlah responden sebanyak 20 orang.
Analisa yang dilakukan menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukan
penurunan kejadian VAP pada kelompok eksperimen, namun tidak ada perbedaan yang
bermakna antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan nilai p=0.189. Perlu
peningkatan pelaksanaan mobilisasi (ambulasi) dan fisioterapi dada terhadap pasien yang
terpasang ventilator untuk mencegah terjadinya Ventilator Associated Pneumonia (VAP).
Kata Kunci : mobilisasi, fisioterapi dada, Ventilator Associated Pneumonia (VAP), ventilasi
mekanik.
Pneumonia adalah suatu penyakit jamur ataupun parasit di mana alveoli paru
infeksi atau peradangan pada organ paru- yang bertanggung jawab menyerap oksigen
paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, dari atmosfer dan terisi oleh cairan.
121
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 7, No 2, Desember 2011 : 121-129
Pneumonia (VAP) oleh Yuldanita tahun kelainan/infeksi paru yang ditandai saat
2008 di Unit Perawatan Intensif RS Dr. M. auskultasi tidak ada ronkhi, serta hasil
Djamil Padang terhadap 25 orang pemeriksaan leukosit darah dalam rentang
responden, didapatkan hasil perawat yang normal. Pasien yang mengalami penyakit
mempunyai pengetahuan tinggi tentang paru seperti; PPOK, kanker paru, TB paru
tindakan pencegahan Ventilator Asociated dan trauma pada paru tidak menjadi
Pneumonia (VAP) berjumlah 15 orang responden dalam penelitian ini.
(60%) dan yang mempunyai pengetahuan Variabel dependen dalam penelitian
rendah 10 orang (40%). Menurut Dudut ini adalah pelaksanaan mobilisasi dan
(2003), tenaga perawat harus memahami fisioterapi dada, sedangkan variabel
dan mempunyai pengetahuan tentang independen adalah kelompok yang
prinsip-prinsip dan cara pemasangan dilakukan mobilisasi (ambulasi) dan
ventilasi mekanik, operasional pemakaian fisioterapi dada sesuai dengan SOP dan
alat dan perawatan ventilasi mekanik. kelompok yang dilakukan mobilisasi dan
Menurut Hudak (1997), dalam tindakan fisioterapi dada sesuai dengan kebiasaan
perawatan ventilasi mekanik perawat harus ruangan. Mobilisasi didefinisikan menjadi
berhati-hati karena mempunyai resiko yang penggantian posisi pasien setiap dua jam
besar seperti terjadinya infeksi nosokomial yaitu, miring kiri, telentang dan miring
pneumonia. kanan. Fisioterapi dada adalah tindakan
Tujuan penelitian ini adalah untuk yang dilakukan pada pasien dengan cara
menganalisa pengaruh mobilisasi dan menepuk dinding dada atau punggung
fisioterapi dada terhadap kejadian Ventilator dengan tangan dibentuk seperti mangkok
Associated Pneumonia (VAP) pada pasien dilanjutkan vibrasi dengan cara
terpasang ventilasi mekanik. menggetarkan dinding dada atau punggung
pada waktu pasien mengeluarkan napas.
METODE Kejadian VAP ditandai dengan
Penelitian ini menggunakan adanya infeksi pada paru terutama Lobus
rancangan penelitian kuasi eksperimen paru bagian bawah yang terjadi akibat
dengan rancangan perbandingan kelompok pemasangan ventilasi mekanik dan setelah
statis (posttest only control group design) >48 jam intubasi. Positif bila pada
Kelompok eksperimen menerima perlakuan pemeriksaan fisik fungsi pernapasan
sesuai dengan SOP, sedangkan kelompok ditemukan ronkhi (+) dan frekuensi napas
pembanding diberikan perlakuan sesuai meningkat, hasil radiology ditemukan
dengan kebiasaan ruangan. Kegiatan infiltrat (+) lobus paru bagian bawah dan
pengumpulan data dilakukan pada bulan hasil pemeriksaan laboratorium pada
Maret April 2011, bertempat di Unit leukosit darah >10.000. Kritaria terakhir
Perawatan Intensif Rumah Sakit Umum adalah hasil kultur sputum terinfeksi.
Pusat Dr. M. Djamil Padang. Sampel dalam Kejadian VAP dinilai pada hari ketiga
penelitian ini adalah 20 pasien yang pemasangan ventilasi mekanik.
terpasang ventilasi mekanik, minimal 2 hari Analisa univariat dilakukan untuk
setelah dilakukan intubasi di Unit mengetahui distribusi frekwensi kejadian
Perawatan Intensif Rumah Sakit Umum VAP pada pasien yang terpasang ventilasi
Pusat Dr. M. Djamil Padang yang dibagi mekanik. Untuk mengetahui pengaruh
menjadi 10 orang pada masing-masing intervensi, dilakukan dengan uji Mann-
kelompok intervensi dan kelompok Whitney. Untuk melihat hasil kemaknaan
pembanding. Semua responden adalah perhitungan statistik digunakan batas
pasien yang terpasang ventilator hari kemaknaan 0,05, dimana jika nilai p > 0,05
pertama dan sebelumnya tidak ada maka hasil hitungan disebut tidak bermakna.
128
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 7, No 2, Desember 2011 : 121-129
Fisioterapi dada dilakukan pada thorak pada waktu batuk dan merangsang
waktu pertukaran dinas pagi ketika terjadinya batuk. Postural drainase (PD)
memandikan pasien seperti; penepukkan, merupakan salah satu intervensi untuk
menggetarkan, posisi drainase, dan melepaskan sekresi dari berbagai segmen
penghisapan. Penepukkan dada meliputi paru dengan menggunakan pengaruh gaya
pengetokan dinding dada dengan kedua gravitasi. Tujuan dari posisi drainase ini
tangan yang dibentuk seperti mangkok supaya tidak terjadi penimbunan sekresi
dengan memfleksikan jari tangan dan didalam paru-paru dan mencegah
meletakkan ibu jari bersentuhan dengan terjadinya collaps dari alveoli karena
jari telunjuk. Penepukkan dinding dada broncheolus tertutup sekresi. Indikasi
secara mekanis melepaskan sekret yang posisi drainase: pasien sesudah operasi
ada pada segmen paru. Posisi pasien dengan retensi sputum, bronkho
tergantung pada segmen paru yang akan pneumonia, pasien tidak sadar, nafas
dilakukan penepukkan. Penepukkan dangkal dan reflek batuk tidak adekuat.
dilakukan selama 3-5 menit setiap posisi. Penghisapan lendir merupakan
Menggetarkan merupakan tindakan suatu tindakan yang dilakukan untuk
yang dilakukan dengan cara meletakkan membersihkan jalan nafas dengan cara
tangan bertumpang tindih pada dada memasukan kateter suction melalui mulut,
dengan dorongan bergetar dan dilakukan hidung atau jalan nafas (OTT,NTT,ETT).
hanya pada waktu pasien mengeluarkan Tujuan dari penghisapan antara lain: untuk
nafas atau saat ekspirasi. Tujuannya untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi
mendorong keluar sekresi yang tertimbun retensi sputum, merangsang batuk, dan
dengan bantuan menggetarkan dinding mencegah terjadinya infeksi paru.
berarti terlihat tidak ada perbedaan yang Hasil penelitian dengan uji Mann-
signifikan rata rata kejadian Ventilator Whitney didapatkan hasil uji statistik
Associated Pneumonia (VAP) pada dimana nilai p= 0,189 (>0,05). Sesuai
kelompok kontrol dan kelompok intervensi. dengan aturan keputusan hipotesis statistik
Pada empat orang responden yang berarti Ha di tolak dan Ho di terima, berarti
mengalami Ventilator Associated terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan
Pneumonia (VAP) positif, dua diantara kejadian Ventilator Associated Pneumonia
responden yaitu lanjut usia, beberapa (VAP), antara mobilisasi (ambulasi) dan
kemungkinan yang terjadi pada lanjut usia fisioterapi dada yang dilakukan sesuai
akan mengalami perubahan-perubahan dengan kebiasaan ruangan dengan
fungsi, diantaranya meliputi keterbatasan mobilisasi (ambulasi) dan fisioterapi dada
ventilasi paru, dan tidak stabilnya yang dilakukan sesuai dengan konsep teori.
vasomotor. Hospitalisasi dan tirah baring Tidak adanya perbedaan yang bermakna ini
melapiskan beberapa faktor seperti menjadi dapat terjadi karena pelaksanan tindakan
imobilisasi dan kehilangan sensori (Potter & mobilisasi (ambulasi) dan fisioterapi dada
Perry, 2006). Ada dua responden kelompok yang dilakukan sesuai dengan kebiasaan
intervensi yang mengalami Ventilator ruangan sudah sesuai dengan Standar
Associated Pneumonia (VAP) positif terjadi Operasional Prosedur (SOP) Rumah sakit
karena diagnosa penyakit pasca operasi yang acuannya pada konsep dan teori yang
yang besar. Sebagian dari pneumonia sudah ada, tapi frekuensi tindakannya tidak
nosokomial terjadi sesudah operasi, sesuai dengan hasil yang diharapkan.
terutama bila ventilasi mekanik diperlukan Pada penelitian ini secara uji statistik
paska bedah. Pasien dengan ventilator, tidak ada perbedaan yang signifikan
misalnya mempunyai 6-12 kali resiko lebih kejadian Ventilator Associated Pneumonia
tinggi mendapat pneumonia nosokomial dari (VAP), antara kelompok kontrol dengan
pada pasien tanpa ventilator (Bossemeyer, kelompok intervensi, namun demikian
2004). Pada pasien bedah alasan utama jumlah responden VAP ada penurunan pada
untuk ventilasi mekanik adalah menurut kelompok intervensi dari 7 berkurang
jenis operasi, sedangkan pada pasien medik menjadi 4. Terjadi karena pelaksanan
biasanya berhubungan dengan penyakit tindakan mobilisasi (ambulasi) dan
pasien, resiko pneumonia bacterial fisioterapi dada yang dilakukan sesuai
nosokomial pasca bedah jantung dan paru dengan kebiasaan ruangan sudah sesuai
(misalnya by pass jantung dan reseksi paru) dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
adalah 38 kali lebih besar dari operasi Rumah sakit yang acuannya pada konsep
ditempat lain (CDC 1994 cit Tietjen, 2004). dan teori yang sudah ada.
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Responden Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada
kelompok kontrol dan kelompok intervensi di Ruang Intensif RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Kejadian Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi
VAP Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Positif 7 70 4 40
Negatif 3 30 6 60
Jumlah 10 100 10 100
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dari mobilisasi seperti miring kiri, telentang
maka peneliti menyimpulkan bahwa dan miring kanan, sedangkan fisioterapi
mobilisasi (ambulasi) dan fisioterapi dada dada dimulai dari penepukkan,
dilakukan harus secara berurutan dimulai menggetarkan, posisi drainase dan
129
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 7, No 2, Desember 2011 : 121-129
129