You are on page 1of 22

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

Oleh :
Kelompok III kelas 1.A
1. Mirdawati (163159)
2. Iin Ekawati (163154)
3. Dewi Sartika (163148)
4. Reza Astari (163170)
5. Nur Fajriani (163164)
6. Agustiani (163143)
7. Ardianti (163146)

UPTD AKPER ANGING MAMMIRI


PROVINSI SULAWESI SELATAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul FRAKTUR.

Tak lupa kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini. Begitupun kepada dosen yang
membimbing kami guna menyelesaikan makalah ini.

Meskipun masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini, tapi
kami selalu berusaha agar makalah yang kami buat bisa bermanfaat baik bagi kami
sendiri maupun orang lain.

Kami sangat berharap kepada siapa saja yang bisa memberikan kritik dan
saran agar kedepannya, kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.

Makassar, 15 April 2017

Kelompok I

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................ii
BAB I.................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN...........................................................................2
BAB II................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
A. DEFINISI............................................................................................ 3
B. KLASIFIKASI FRAKTUR.......................................................................3
C. ETIOLOGI........................................................................................... 4
D. PATOFISIOLOGI...................................................................................5
E. MANIFESTASI KLINIS..........................................................................5
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................6
G. PENANGANAN FRAKTUR....................................................................6
H. KOMPLIKASI...................................................................................... 7
I. PENYIMPANGAN KDM FRAKTUR.........................................................9
BAB III.............................................................................................10
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR...............................10
A. PENGKAJIAN.................................................................................... 10
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN................................................................10
C. INTERVENSI KEPERAWATAN..............................................................12
D. IMPLEMENTASI................................................................................ 17
E. EVALUASI........................................................................................ 17
BAB IV.............................................................................................18
PENUTUP.........................................................................................18
A. KESIMPULAN................................................................................... 18
B. SARAN............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 19

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Fraktur atau patah tulang merupakan masalah yang sangat menarik perhatian
masyarakat. Banyak kejadian yang tidak terduga yang dapat menyebabkan terjadinya
fraktur, baik itu fraktur tertutup maupun fraktur terbuka.

Terjadinya kecelakaan secara tiba-tiba yang menyebabkan fraktur seringkali


membuat orang panik dan tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukan. Ini
disebabkan tidak adanya kesiapan dan kurangnya pengetahuan terhadap fraktur
tersebut. Seringkali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat, mungkin dikarenakan
kurangnya informasi yang tersedia. Contohnya ada seseorang yang mengalami
fraktur. Tetapi, karena kurangnya pengetahuan dalam penanganan pertolongan
pertama terhadap fraktur, ia pergi ke dukun pijat karena mungkin ia menganggap
bahwa gejala fraktur mirip dengan gejala orang yang terkilir.

Olehnya itu, kita harus mengetahui paling tidak bagaimana penanganan pada
korban fraktur.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan fraktur?

2. Apa saja klasifikasi fraktur?

3. Apa saja penyebab terjadinya fraktur?

4. Bagaimana patofisiologi terjadinya fraktur?

5. Bagaimana manifestasi klinisnya?

1
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus fraktur?

7. Bagaimana tindakan pertolongan pada pasien fraktur?

8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien fraktur?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran asuhan keperawatan pada sistem indera
yaitu indera pengelihatan sehingga dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa
dalam asuhan keperawatan pada sistem indera.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami definisi dari fraktur
b. Mampu memahami klasifikasi fraktur
c. Mampu memahami etiologi dari fraktur
d. Mampu memahami patofisiologi fraktur
e. Mampu memahami manifestasi klinis fraktur
f. Mampu memahami pemeriksaan penunjang dari fraktur
g. Mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
fraktur.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Fraktur adalah rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan
adanya ruda paksa yang timbul secara mendadak. Selain itu, fraktur juga dapat
didefenisikan sebagai rusaknya kontinuitas tulang normal yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
dapat diabsorbsi.

B. KLASIFIKASI FRAKTUR
Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst).
2. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :
a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang).
b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis
penampang tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
a. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).
b. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).
c. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan
tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).
4. Berdasarkan posisi fragmen :
a. Undisplaced (tidak bergeser) / garis patah komplit tetapi kedua fragmen
tidak bergeser.
b. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur
5. Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :
a. Tertutup
b. Terbuka (adanya perlukaan dikulit).
6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma :
a. Garis patah melintang.
b. Oblik / miring.
c. Spiral / melingkari tulang.
d. Kompresi
e. Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Misalnya pada
patela.
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :

3
a. Tidak adanya dislokasi.
b. Adanya dislokasi
1) At axim : membentuk sudut.
2) At lotus : fragmen tulang berjauhan.
3) At longitudinal : berjauhan memanjang.
4) At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.

C. ETIOLOGI
Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu :
a. Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan
yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau
penarikan. Bila tekanan yang kuat langsung mengenai tulang, besar
kemungkinan dapat menyebabkan fraktur pada tempat yang terkena dan jaringan
lunak yang ada di sekitarnya pasti akan ikut rusak.
b. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain
akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia,
fibula atau metatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan
baris-berbaris dalam jarak jauh.
c. Fraktur petologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak
(misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.

D. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Tapi, apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.
Ketika tulang patah, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum
tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan,
kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematoma pada
kanal medulla antara tepi tulang di bawah periosteum dengan jaringan tulang yang
mengatasi fraktur.
Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotis adalah ditandai
dengan vasodilatasi dari plasma dan leukoit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh

4
mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cedera, tahap ini
menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematoma yang terbentuk bisa
menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian
merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam
pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematoma menyebabkan
dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian
menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma
hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang
terbentuk akan menekan ujung saraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan
Syndroma Comportement.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri terus-menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang diimobilisasi,
hematoma, dan edema.
2. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah.

3. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat
di atas dan di bawah tempat fraktur.

4. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur untuk menentukan lokasi, luasnya.

2. Pemeriksaan jumlah darah lengkap.

3. Arteriografi dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler.

5
G. PENANGANAN FRAKTUR
Penanganan fraktur disesuaikan dengan lokasi fraktur. Ada beberapa penanganan
fraktur, yaitu :

1. Reduksi

Meskipun terapi umum dan resusitasi harus selalu didahulukan, tidak boleh
ada keterlambatan Fraktur yang melibatkan permukaan sendi ini harus di
reduksi sempurna mungkin karna setiap ketidakberesan akan memudahkan
timbulnya arthritis degenerative. Terdapat dua metode reduksi; tertutup dan
terbuka.

2. Mempertahankan reduksi

Metode yang tersedia untuk mempertahankan reduksi adalah:


a. traksi terus-menerus;

b. pembebatan dengan gips:

c. fiksasi internal; dan

6
d. fiksasi eksternal.

H. KOMPLIKASI
Secara umum, komplikasi akibat fraktur yang mungkin terjadi antara lain :

1) Komplikasi awal

a) Kerusakan Arteri

b) Compartement Syndrom

7
c) Fat Embolism Syndrom

d) Infeksi

e) Avaskuler Nekrosis

f) Shock

2) Komplikasi dalam waktu lama

a) Delayed Union

b) Non Union

c) Mal Union

8
I. PENYIMPANGAN KDM FRAKTUR

9
A.

BAB III
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR

10
A. PENGKAJIAN
C. Menurut Doengoes, ME (2000) pengkajian fraktur meliputi :
1. Aktivitas/istirahat
D. Tanda : Keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari
pembengkakan jaringan, nyeri)

2. Sirkulasi
E. Gejala : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon
terhadap nyeri/ansietas), atau hipotensi (kehingan darah)
3. Neurosensori
F. Gejala : Hilang gerak/sensasi,spasme otot, Kebas/kesemutan
(parestesis)
G. Tanda : Demormitas local, angulasi abnormal, pemendakan,
krepitasi (bunyi berderit, spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang
fungsi).
4. Nyeri/kenyamanan
H. Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin
terlokalisasi pada jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang pada
imobilisasi) tak ada nyeri akibat kerusakan saraf.

5. Keamanan
I. Tanda : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan
lokal.
J. Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau
tiba-tiba).

6. Penyuluhan/Pembelajaran
K. Gejala : Lingkungan cedera
L. Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : femur 7-
8 hari, panggul/ pelvis 6-7 hari, lain-lainya 4 hari bila memerlukan
perawatan dirumah sakit.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
M. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Fraktur menurut
Doenges (2000) antara lain :

11
1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, edema dan cedera pada
jaringan lunak.
2. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas
tulang.
3. Resiko tinggi terhadap disfungsi terhadap disfungsi neurovaskuler prifer
berhubungan dengan penurunan atau intrupsi aliran darah, edema
berlebihan, hipovolemia.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran
darah/emboli lemak.
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka/tulang
neuromuskuler.
6. Kerusakan integrasi jaringan kulit berhubungan dengan fraktur terbuka,
bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat, sekrup.
7. Kurang pengetahuan terhadap kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang paparan informasi.
N.
O. Dari diagnosa di atas dapat diprioritaskan sebagai berikut :
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan
fragmen tulang, edema, dan cedera pada jaringan lunak, immobilisasi,
stress, ansietas.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka/tulang
neuromuskuler : nyeri ketidaknyamanan, terapi restriktif, immobilisasi
tungkai.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuatnya
pertahanan primer; kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada
lingkungan.
P.
Q.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

R. Diagnosa S. Intervensi T. Rasional


Keperawatan
U. Gangguan rasa Pertahankan imobilisasi Menghilangkan nyeri
nyaman : nyeri bagian yang sakit dan mencegah
berhubungan dengan dengan tirah baring, kesalahan posisi
spasme otot, gerakan gips, pembebat, traksi. tulang / tegangan

12
fragmen tulang, edema, Tinggikan dan dukung jaringan yang cedera.
dan cedera pada jaringan Meningkatkan aliran
ekstremitas yang
lunak, immobilisasi, balik vena,
terkena.
stress, ansietas. X. menurunkan edema,
V. Kriteria hasil : Evaluasi keluhan dan menurunkan
menunjukkan tindakan nyeri/ketidaknyamana, nyeri.
santai; mampu perhatikan lokasi dan Mempengaruhi

berpartisipasi dalam karakteristik, termasuk pilihan/pengawasan


aktivitas/tidur/istirahat intensitas (skala 0-10). keefektifan intervensi,
dengan tepat. Perhatikan pertunjuk tingkat ansietas dapat
W. Menunjukkan nyeri nonverbal mempengaruhi
penggunaan keterampilan (perubahan tanda vital persepsi atau reaksi
relaksasi dan aktivitas dan emosi/perilaku). terhadap nyeri.
terapiutik sesuai tindakan Berikan alternatif AK.
untuk situasi individual. tindakan kenyamanan, AL.
contoh pijatan, Meningkatkan sirkulasi
perubahan posisi.
umum, menurunkan
Y.
Dorong menggunakan area tekanan lokal,
teknik manajemen dan kelelahan otot.
Memfokuskan kembali
stres, contoh relaksasi
perhatian,
otot progresif, latihan
meningkatkan rasa
nafas dalam, imajinasi
kontrol, dan dapat
visualisasi.
Z. meningkatkan
AA.
kemampuan koping
AB.
AC. dalam manajemen
AD.
nyeri, yang mungkin
AE.
Identifikasi aktivitas menetap untuk periode
terapeutik yang tepat lebih lama.
Mencegah kebosanan,
untuk usia pasien,
menurunkan tegangan,
kemampuan fisik, dan
dan dapat

13
penampilan pribadi. meningkatkan
AF. kekuatan otot; dapat
AG. meningkatkan harga
AH. diri dan kemampuan
Kolaborasi koping.
AI. Lakukan kompres Menurunkan
dingin/es 24-48 jam edema/pembentukan
pertama dan sesuai hematoma,
kebutuhan. menurunkan sensasi
AJ. Berikan obat
nyeri.
sesuai indikasi : AM. Diberikan untuk
narkotik dan analgesik menurunkan nyeri
non narkotik; NSAID dan/atau spasme otot.
injeksi contoh
ketorolac, relaksan
otot, contoh
siklobenzaprin.
AN. Gangguan Kaji derajat mobilitas Pasien mungkin
mobilitas fisik yang dihasilkan oleh dibatasi oleh
berhubungan dengan cedera / pengobatan pandangan diri /
kerusakan rangka/tulang dan perhatikan persepsi diri tentang
neuromuskuler : nyeri persepsi pasien keterbatasan fisik
ketidaknyamanan, terapi terhadap imobilisasi. aktual, memerlukan
restriktif, immobilisasi AS. informasi / intervensi
tungkai. AT. untuk meningkatkan
AO. Kriteria hasil :
AU. kemajuan kesehatan.
meningkatkan / Memberikan
Dorong partisipasi
mempertahankan kesempatan untuk
pada aktivitas
mobilitas pada tingkat mengeluarkan energi,
terapeutik / rekreasi.
paling tinggi yang memfokuskan
Pertahankan
mungkin. kembali perhatian,
AP. Mempertahankan rangsangan
meningkatkan rasa
lingkungan, contoh

14
posisi fungsional. radio, tv, koran, kontrol diri / harga
AQ. Meningkatkan
kunjungan teman / diri, dan membantu
kekuatan / fungsi yang
keluarga. menurunkan isolasi
sakit dan AV.
sosial.
Instruksikan / bantu
mengkompensasi bagian Meningkatkan aliran
tubuh. pasien untuk dalam
darah ke otot dan
AR. Menunjukkan rentang gerak pasien
tulang untuk
teknik yang atau aktif pada
meningkatkan tonus
memampukan melakukan ekstremitas yang sakit
otot,
aktivitas. dan yang tak sakit.
mempertahankan
AW.
AX. gerak sendi,
AY.
mencegah atrofi.
Berikan papan kaki,
Berguna untuk
bebat pergelangan,
mempertahankan
gulungan trokanter /
posisi fungsional
tangan yang sesuai.
ekstremitas,
AZ.
tangan/kaki, dan
BA.
mencegah
BB.
komplikasi.
Berikan / bantu dalam Mobilisasi dini
mobilisasi dengan menurunkan
kursi roda, kruk, komplikasi tirah
tongkat sesegera baring dan
mungkin. Instruksikan meningkatkan
keamanan dalam penyembuhan dan
menggunakan alat normalisasi fungsi
mobilitas. organ. Belajar
memperbaiki cara
menggunakan alat
penting untuk
mempertahankan
mobilisasi optimal

15
dan keamanan
pasien.
BC. Resiko tinggi Inspeksi pen/kulit untuk Pen / kawat tidak
terhadap infeksi adanya iritasi atau harus dimasukkan
berhubungan dengan tak robekan kontinuitas. melalui kulit yang
adekuatnya pertahanan Kaji sisi kulit, perhatikan terinfeksi,
primer; kerusakan kulit, keluhan peningkatan kemerahan, atau
trauma jaringan, terpajan nyeri / rasa terbakar abrasi (dapat
pada lingkungan. atau adanya edema, menimbulkan infeksi
BD. Kriteria hasil : eritema, drainase/bau tulang).
mencapai penywmbuhan tidak enak. Dapat
luka sesuai waktu, bebas Berikan perawatan pen / mengindikasikan
drainase purulen atau kawat steril sesuai timbulnya infeksi
eritema, dan demam. protokol dan latihan lokal / nekrosis
mencuci tangan. jaringan, yang dapat
Observasi luka untuk
menimbulkan
pembentukan bula,
osteomielitis.
krepitasi, perubahan Dapat mencegah
warna kulit. kontaminasi silang
Kaji tonus otot, refleks
dan kemungkinan
tendon dan kemampuan
infeksi.
berbicara. Tanda perkiraan
Lakukan prosedur isolasi.
Kolaborasi infeksi gas gangren.
BE. Awasi Kekakuan otot,

pemeriksaan spasme tonik otot

laboratorium, contoh : rahang, dan disfagia

darah lengkap, LED, menunjukkan

kultur dan sensitivitas terjadinya tetanus.


Adanya drainase
luka, scan radioisotop.
BF. Berikan obat purulen akan
sesuai indikasi, contoh : memerlukan
antibiotik IV, tetanus kewaspadaan luka /

16
toksoid. linen untuk
BG. Berikan irigasi
mencegah
luka / tulang dan
kontaminasi silang.
berikan sabun basah / Anemia dapat terjadi
hangat sesuai indikasi. pada osteomielitis ;
leukositosis biasanya
ada dengan proses
infeksi.
Antibiotik spektrum
luas dapat digunakan
secara profilaktik
atau dapat ditujukan
pada mikroorganisme
khusus.
Debridemen lokal /
pembersihan luka
menurunkan
mikroorganisme dan
insiden infeksi
sistemik.
BH.

D. IMPLEMENTASI
BI. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan

E. EVALUASI
BJ. Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya.

17
BK.

BL.

BM.

BN.

BO. BAB IV
BP.PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari
yang dapat diabsorbsi.
Patah tulang umumnya digolongkan dalam 2 macam, yaitu fraktur terbuka
dan tertutup. Pada fraktur tertutup, tulang yang patah tidak sampai keluar
melewati kulit. Sedangkan patah tulang terbuka, sebagian atau keseluruhan
tulang yang patah terlihat menembus kulit.
Fraktur dapat disebabkan karena :
a. peristiwa trauma
b. peristiwa kelelahan atau tekanan
c. kelemahan pada tulang
Fisioterapi sangat berperan dalam gangguan gerak dan fungsi sendi akibat
patah tulang, baik penanganan setelah operasi ataupun konservatif (non
operatif) dengan modalitas yang dimiliki.
BQ.

B. SARAN
Pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) fraktur sangat perlu
untuk diketahui. Hal ini untuk mengantisipati adanya kecelakaan secara tiba-
tiba dan menyebabkan fraktur. Dengan adanya pengetahuan tersebut, kita bisa
memberikan pertolongan secara darurat jika tidak ada pos kesehatan atau
rumah sakit terdekat agar korban kecelakaan bisa diselamatkan.
Penulis menyarankan kepada pembaca agar tidak bosan untuk memperluas
pengetahuan tentang fraktur dengan membaca literatur-literatur kesehatan
lainnya.

18
BR.

BS.

BT. DAFTAR PUSTAKA

BU. Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman

untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta :

EGC

BV. Smeltzer, Suzanne. 2011 Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.

Edisi 8. Vol 3. Jakarta : EGC

BW. Zydlo, Stanley M. 2010. First Aid Cara Benar Pertolongan Pertama dan

Penanganan Darurat. Yogyakarta : Casmic Book

BX.

BY.

19

You might also like