Professional Documents
Culture Documents
Latar Belakang
Di dalam era sekarang ini, persaingan usaha semakin ketat, banyak sekali perusahaan-perusahaan
yang berdiri. Seperti di daerah Jepara sendiri, perusahaan meubel semakin banyak bermunculan.
Salah satu perusahaan meubel yang masih berdiri hingga sekarang adalah PT President Furniture.
Karyawan PT President Furniture dituntut untuk lebih produktif dalam bekerja untuk dapat
memenangkan persaingan antar sesama perusahaan meubel di Jepara. Salah satu cara untuk tetap
mempertahankan produktivitas karyawan adalah dengan adanya motivasi kerja terhadap
karyawan agar tetap bisa meningkatkan prestasi karyawan dalam memenangkan persaingan antar
perusahaan.
Produktivitas kerja seorang karyawan biasanya terwujud dari prestasi karyawan tersebut di
perusahaan. Seorang karyawan inginmencapai prestasi yang setinggi-tingginya sesuaidengan
prestasinya. Tinggirendahnya produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
satunya adalah faktor motivasi. Untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan dapat
diberikan melalui motivasi dari pimpinan perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu, motivasi
amatlah penting karena dengan adanya motivasi diharapkan karyawan mampun meningkatkan
kinerja mereka masing-masing.
Motivasi yang diterima oleh karyawan dapat membantu karyawan dalam mengubah cara
bekerjanya, seperti menjadi lebih kreatif, lebih produktif dalam bekerja, dan dapat memberikan
lebih banyak inovasi dalam meningkatkan perkembangan perusahaan serta karyawan dapat
bekerja lebih efektif dan efisien, perusahaan pun dapat mencapai target yang telah ditentukan.
Hubungan antara motivasi dengan produktivitas kerja karyawan sangatlah erat. Motivasi
adalahkesediaan individu untuk mengeluarkan upaya yang tinggi untuk mencapai
tujuanorganisasi. Bila seseorang termotivasi, maka ia akan berupaya sekuat tenaga
untukmencapai sebuah tujuan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitianmengenai motivasi
dan pengaruhnya terhadap produktivitas kerja karyawan dengan judul PENGARUH
MOTIVASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PT PRESIDENT
FURNITURE DI DESA MAMBAK KECAMATAN PAKIS AJI JEPARA.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka terdapat permasalahan dalam penelitian ini
yaitu, bagaimana pengaruh motivasi terhadap produktivitas kerja karyawan PT President
Furniture di Desa Mambak Kecamatan Pakis Aji Jepara?
1. Manfaat Penelitian
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan serta bahan dalam
penerapan ilmu metodologi penelitian, khususnya mengenai manajemen sumber daya manusia,
terutama tentang masalah motivasi dan produktivitas kerja karyawan dalam suatu perusahaan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada perusahaan untuk lebih
meningkatkan produktivitas kerja karyawannya melalui motivasi.
1. Literature Review
2. Motivasi
Setiap karyawan pasti memerlukan motivasi untuk lebih menyemangati mereka dalam bekerja.
Motivasi seseorang berasal dari interen dan eksteren.Herpen et al. (2002) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa motivasi seseorangberupa intrinsik dan ekstrinsik Sedangkan menurut
Gacther and falk (2000), Kinman andRussel (2001) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik adalah
sesuatu yang sama-samamempengaruhi tugas seseorang. Motivasi yang bersifat intrinsik adalah
manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seseorang termotivasi, orang tersebut
mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti
status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah manakala elemen-elemen di luar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut
menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
(Ekawati Rahayu Ningsih, 2013:31).
Menurut H.B Siswanto (2005) dalam bukunya Pengantar Manajemen, motivasi dapat diartikan
sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong
kegiatan, dan mengarah atau menyalurkan perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang memberi
kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan.
Secara singkat motivasi dapat diartikan bagian integral dan hubungan perubahan dalam rangka
proses pembinaan, pengembangan, dan pengarahan sumberdaya manusia. Karena sumberdaya
manusia merupakan salah satu elemen penting dan sangat menentukan dalam hubungan
perburuhan.
Motivasi secara pasif juga dapat diartikan sebagai kebutuhan sekaligus sebagai pendorong yang
dapat menggerakkan sumber potensi, baik karyawan maupun sumberdaya lain. Dari segi aktif,
motivasi tampak sebagai suatu usaha aktif dalam menggerakkan daya dan potensi karyawan agar
secara produktif berhasil mencapai tujuan.
Motivasi kerja dapat memberi energi yang menggerakkan segala potensi yang ada, menciptakan
keinginan yang tinggi dan luhur, serta meningkatkan kegairahan bersama. Masing-masing pihak
bekerja menurut aturan atau ukuran yang ditetapkan dengan saling menghormati, saling
membutuhkan, saling mengerti, serta menghargai hak dan kewajiban masing-masing dalam
keseluruhan proses kerja operasional.
1. Setiap perasaan atau kehendak dan keinginan yang sangat mempengaruhi kemauan
individu sehingga individu tersebut didorong untuk berperilaku dan bertindak.
2. Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja menurut Cascio (1998) adalah produktivitas sebagai pengukuran output
berupa barang atau jasa dalam hubungannya dengan input yang berupa karyawan, modal, materi
atau bahan baku dan peralatan. Sejalan dengan pandangan di atas, Sedarmayanti (2001)
menyebutkan produktivitas kerja menunjukkan bahwa individu merupakan perbandingan dari
efektivitas keluaran (pencapaian unjuk kerja maksimal) dengan efisiensi salah satu masukan
(tenaga kerja) yang mencangkup kuantitas, kualitas dalam waktu tertentu. Produktivitas kerja
adalah suatu ukuran dari pada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai
masukan dan output sebagai keluarannya yang merupakan indikator daripada kinerja karyawan
dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai produktivitas yang tinggi dalam suatu
organisasi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pegawai Negeri Sipil adalah salah satu elemen yang memegang tanggung jawab dalam
suatu organisasi, baik itu dalam perencana, pelaksana dan penggerak serta sekaligus bertindak
sebagai pengawas dalam pembangunan bangsa ini. Mereka tersebar diberbagai departemen,
lembaga tinggi, dan instansi pemerintahan dari pusat sampai ke pelosok tanah air dan menjadi
menentukan sukses atau tidaknya program pembangunan. Oleh karena itu, kepadanya perlu
diberikan motivasi demi mencapai produkitivitas kerja yang tinggi demi suksesnya program
pembangunan nasional. Di samping itu, para pengelola pembangunan tidak hanya memerlukan
pengetahuan dan keahlian di bidang ekonomi, politik, sosial dan teknologi, namun juga ditunjang
kebijaksanaan yang bagaimanapun idealnya, juga tidak disertai dengan kemampuan dan
keterampilan aparat, maka akan cenderung mengalami kegagalan. Dengan dimikian, dapat
dikatakan sukses atau tidaknya kegiatan pemerintahan dan pembangunan, sangat ditentukan oleh
kerja pegawai agar dapat melaksanakan tugas yang ada dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu,
perlu diperhatikan sikap dasar pegawai terhadap diri sendiri, kompetensi, pekerjaan saat ini serta
gambaran mereka mengenai peluang yang dapat diraih dalam struktur organisasi yang baru.
Namun, tidak dapat dipungkiri juga bahwa perubahan struktur organisasi yang baru dapat
mengakibatkan ketegangan dan kecemasan karena menghadapi sesuatu yang berbeda dari
sebelumnya.
Pada dasarnya setiap instansi pemerintah, bukan saja mengharapkan pegawai yang
mampu, cakap, dan terampil tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan
mencapai hasil kerja yang optimal. Untuk itu, pimpinan hendaknya berusaha agar pegawai
mempunyai motivasi tinggi untuk melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Disinilah pentingnya
peranan motivasi untuk mendorong semangat kerja pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Motivasi pada suatu organisasi bertujuan untuk mendorong semangat kerja para pegawai
agar mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan ketrampilan demi
memberikan motivasi akan menciptakan kondisi dimana pegawai merasa mendapat inspirasi
untuk bekerja keras. Pegawai yang mempunyai motivasi tinggi merupakan salah satu syarat jika
kesadaran bahwa produktivitas melalui pegawai merupakan bagian utama dan tidak dapat
digantikan untuk mencapai tujuan organisasi. Pemberian motivasi kepada para pegawai akan
saling berbeda sesuai dengan tingkat pendidikan dan jabatannya. Memotivasi bawahan dilakukan
dengan memberikan tanggung jawab dan kesempatan yang luas bagi pegawai untuk mengambil
keputusan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Motivasi menjadi sangat penting karena dengan
motivasi diharapkan setiap pegawai mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai
produktivitas kerja yang maksimal. Motivasi akan memberikan inspirasi, dorongan, dan
semangat kerja bagi pegawai sehingga terjalin hubungan kerja yang baik antara pegawai dan
Motivasi kerja pegawai juga berkenaan dengan tuntutan masyarakat sebagai pengguna
jasa layanan yang selalu menginginkan untuk memperoleh pelayanan prima. Disinilah
pentingnya pegawai yang profesional mampu memberikan pelayanan prima baik secara kualitas
maupun kuantitas. Masalahnya adalah pegawai kita sendiri yang menjadi hambatan dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hambatan yang kemudian melahirkan citra birokrasi
yang rendah tersebut antara lain terdapat pada rendahnya produktivitas kerja, buruknya
pelayanan publik yang diberikan, rendahnya responsivitas dan responsibiltas, serta akuntabilitas
secara efektif dan efisien, ketepatan atau keserasian penggunaan metode atau cara kerja
dibandingkan dengan alat atau waktu yang tersedia dalam rangka mencapai tujuan. Seorang yang
memiliki produktivitas kerja yang tinggi akan memperlihatkan sikap yang positif terhadap
pekerjaanya, sedangkan yang tidak puas akan memperlihatkan sikap yang negatif terhadap
Produktivitas yang tinggi merupakan cerminan pegawai yang merasa puas akan
pekerjaanya dan akan memenuhi semua kewajibanya sebagai pegawai atau mempunyai disiplin
yang baik. Salah satu faktor pendukung terciptanya produktivitas kerja pegawai yang tinggi
Berkaitan dengan hal di atas, salah satu variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas
kerja pegawai adalah pemberian motivasi. Meningkatkan pemberian motivasi pada pegawai pada
akhirnya akan membetuk Pegawai Negeri Sipil yang produktif, kerja sama dan saling pengertian
yang terjalin dengan baik oleh para pegawai akan memperlancar proses setiap kegiatan atau
pekerjaan sehingga peran Pegawai Negeri Sipil sebagai pelayan masyarakat akan terlaksana
dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan formulasi
judul: Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Camat
Dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pokok dalam
penelitian ini adalah: Seberapa besarkah pengaruh motivasi bterhadap produktivitas kerja
Maksud dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data mengenai motivasi kerja
yang berpengaruh terhadap produktivitas pegawai pada Kantor Camat Gentuma Raya.
Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
motivasi terhadap produktivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Gentuma Raya.
1) Untuk Kecamatan Gentuma Raya, yakni sebagai bahan pertimbangan bagi Pimpinan Kantor
Camat Gentuma Raya dalam pemberian motivasi dalam rangka peningkatan produktivita kerja
pegawai.
kerja pegawai.
3) Bagi pembaca, yakni dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan perbandingan untuk melakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dorongan atau mengarahkan. Motivasi ditunjukan pada sumber daya manusia umumnya dan
bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif, berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan
dan daya penggerak kemauan kerja seseoarang. Perbedaan pengertian keinginan dan kebutuhan
adalah keinginan dari setiap orang berbeda karena dipengaruhi oleh selera, latar belakang dan
lingkungannya, sedangkan kebuthan dari setiap orang adalah sama. Misalnya semua orang butuh
makan, tetapi jenis makanan yang diinginkan (want) tidak selalu sama tergantung pada selera
masing-masing individu. Hal inilah yang menyulitkan manajer untuk memberikan alat motivasi
variabel yaitu:
a. Motif adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemauan bekerja
tercapainya tujuan
c. Insentif, yaitu memotivasi (merangsang) bawahan dengan hadiah (imbalan) kepada mereka
yang berprestasi diatas prestasi standar. Dengan demikian semangat kerja akan meningkat
(motive) yang berarti dorongan, sebab atau atasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan
demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang
dilakukan.Prinsip itu tidak menutup kondisi bahwa dalam keadaan terpaksa seseorang mungkin
tingkat upaya tinggi kearah tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu
proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang indivudu, yang menimbulkan sikap
tingka laku.
d. Sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri.
e. Sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan mengarahkan dan memelihara perilaku yang
uang sebagai stimulus berkembang sebagai penyelesaian suatu masaalah ketenagakerjaan yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Kompensasi sebagai kekuatan untuk memberi motivasi selalu
mempunyai reputasi atau nama baik dan memang sudah selayaknya demikian. Meskipun sama
sekali kurang tepat bahwa semua orang akan berbuat apa saja untuk meningkatkan pendapatan
uang mereka.
2. Pengarahan dan Pengendalian
Pengarahan dimaksudkan menentukan bagi karyawan mengenai apa yang harus mereka
mengerjakan hal-hal yang telah diinstruksikan. Sebenarnya dua hal tersebut sebagai stimulus
bagi keluaran produktifitas kerja. Karena manajemen menyadari bahwa masalahnya bersumber
pada cara pengaturan pekerjaan, mereka menanggapinya dengan berbagai teknik yang efektif dan
kurang efektif. Teknik ini antara lain penyianyiaan pekerjaan, manajemen parsitipatif, serta usaha
untuk mengalihkan perhatian para pekerja dari pekerjaan yang membosankan kepada
manajemen untuk mempengaruhi sikap atau perasaan para karyawan. Dengan kata lain kebajikan
adalah usaha untuk membuat karyawan bahagia. Usaha manajemen yang paling banyak
dilakukan untuk mengembangkan karyawan adalah pelatihan penyediaan atau bagian daripada
Teori ini mendasarkan pada faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu sehingga
mereka mau melakukan aktifitasnya, dan mengacu pada diri seseorang. Teori ini mencoba
mencari tahu tentang kebutuhan apa yang dapat merumuskan dan yang dapat mendorong
semangat kerja seseorang. Semakin tinggi standar kebutuhan seseorang dan kepuasan yang
diinginkan, maka semakin giat seseorang untuk bekerja. Teori kepuasan (content theory) ini yang
Menurut teori ini kebutuhan dan kepuasan pekerja identik dengan kebutuhan biologis dan
psikologis, yaitu berupa material dan non material. Dasar teori ini adalah bahwa manusia
merupakan makhluk yang keinginannya tak terbatas atau tanpa henti, alat motivasinya adalah
berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkaitan dengan
pekerjaan, misalnya ruangan yang nyaman, penempatan kerja yang sesuai dan lainnya.
Teori dua faktor ini disebut juga dengan konsep hygiene, yang mencakup:
1. Isi Pekerjaan
a. prestasi
b. Pengakuan
c. Pekerjaan itu sendiri
d. Tanggung jawab
e. Pengembangan potensi individu
2. Faktor Higienis
a. Gaji dan upah
b. Kondisi kerja
c. Kebijakan dan administrasi perusahaan
d. Hubungan antar pribadi
e. Kualitas supervise
efisiensi pada dasarnya berarti menghindari segala bentuk pemborosan. Mengingat kenyataan
bahwa kemampuan suatu organisasi mengadakan dan memiliki sara dan prasarana kerja yang
juga disebut sebagai sumber dana dan daya yang diperlukannya guna menjalankan roda
organisasi selalu terbatas, padahal tujuan yang ingin dicapai tidak terbatas, maka tidak pernah
pengetahuan dan keterampilan para pelaku dalam menggunakan dan memanfaatkan sarana dan
prasarana yang telah dimiliki itu. Oleh karena itulah, peningkatan produktivitas kerja aparatur
keluaran (output) dengan masukan (input). Sedangkan menurut Kapustin dalan Hasibuan
terhadap sumber-sumber konversi seperti tenaga kerja dan mesih yang diukur secara tepat dan
ada dua individu yang sama, mungkin dapat dikembangkan suatu wadah yang mencakup ciri-ciri
umum pegawai yang produktif. Adapun cirri-ciri umum pegawai produktif tersebut sebagai
berikut:
1. Lebih dari memenuhi kualifikasi pekerjaan
2. Bermotivasi tinggi
3. Mempunyai orientasi pekerjaan positif
4. Kedewasaan, dan
5. Dapat bergaul dengan efektif.
Siagaian (2007: 1) mengatakan bahwa keseluruhan upaya meningkatkan produktifitas
kerja mutlakperlu didasarkan pada berbagai postulat sebagai landasan dan titik tolak berpikir dan
bertindak. Diantara postulat yang teramat penting untuk diperhatikan diuraikan secara singkat
dibawah ini.
a. Pentingnya Efisiensi
Setiap organisasi mutlask perlu memegang prinsip efisiensi. Secara sederhana prinsip efisiensi
pada dasarnya berarti menghindari segala bentuk pemborosan mengingat kenyataan bahwa
kemampuan suatu organisasi mengadakan dan memiliki sarana kerja yang juga di sebut sebagai
sumber dana dan daya yang diperlukan guna menjalankan roda organisasi menunjukkan denga
jelas bahwa banyak factor penyebab terjadinya inefisiens; misalnya pemborosan dapat timbul
karena perilaku yang sifatnya disfungsional dari para anggota organisasi dan karena ketidak
sesuaian pengetahuan dan keterampilan para pelaku dalam menggunakan dan memanfaatkan
prasarana tersebut harus harus digunakan sedemikian rupa sehingga member manfaat sebesar-
besarnya selama mungkin. Berbagai cara dapat ditempuh oleh suatu organisasi untuk
mengadakan sarana dan prasarana dimaksud. Ada diantaranya yang dibuat sendiri, ada yang di
sewa, ada yang dapat disewa beli, ada yang mungkin di pinjam, dan ada pula yang harus di beli
kantor, wahasa mobilitas, uang bahan mentah dan bahan baku untuk diproses lebih lanjut
diterima oleh manajemen. Peningkatan produktivitas kerja mungkin hanya dilakukan oleh
manusia. Sebaliknya sumber daya manusia pula yang dapat menjadi penyebab terjadinya
pemborosan dan inefisiensi dalam berbagai bentuk. Karena itu, memberikan perhatian kepada
unsure manusia merupakan salah satu tuntutan dalam keseluruhan unpaya meningkatkan
produktivitas kerja.
d. Komponen Dasar Penentu Produktivitas Kerja.
Upaya meningkatkan produktivitas kerja seyogyanya tidak di pandang sebagai hal yang tidak
bersifat teknis. Segi-segi yang alin yang tidak dapat berperan sebagai factor penentu keberhasilan
upaya tersebut antara lain, tujuan organisasi, perumusan visi dan misi, penentuan strategi
meliputi faktor individu (kemampuan dan keahlian, latar belakang serta demografi) dan faktor
Menurut A. Dale Timple dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2009: 15), faktor-
faktor produktivitas kerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu
faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya, produktivitas kerja seseorang
baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras,
sedangkan seseorang mempunyai produktivitas kerja yang jelek disebabkan orang tersebut
mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk
memperbaikinya.
Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja seseorang
yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja,
bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.
Produktivitas kerja merupakan suatu konstruk multidimensional yang mencakup
banyak faktor yang mempengauhinya. Menurut Mahmudi dalam A.A. Prabu Mangkunegara
(2009:17) faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah:
a. Faktor personal/individu, meliputi: pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan
diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki setiap individu;
b. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan
dukungan yang diberikan menejer dan teman leader;
c. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan teman dalam satu tim,
kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim;
d. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang dibrikan oleh
organisasi, proses organisasi, dan kultur kerja dalam organisasi; dan
e. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan
internal.
Sedangkan menurut Umar dalam A.A. anwar Prabu Mangkunegara (2007:18-19 ),
membagi aspek-aspek produktivitas kerja sebagai berikut:
a. Mutu pekerjaan
b. Kejujuran kariawan
c. Inisiatif
d. Kehadiran
e. Sikap
f. Kerja sama
g. Keandalan
h. Pengetahuan tentang pekerjaan
i. Tanggung jawab, dan
j. Pemanfaatan waktu kerja.
capabilities dalam tujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi Yuniarsih Tjutju dan
dalam TjutjuYuniarsih dan Suwatno (2009: 171) faktor-faktor tersebut sebagian diantaranya
adalah etos kerja yang harus dipegang teguh oleh semua pegawai dalam organisasi.
Menurutnya etos kerja adalah norma-norma yang bersifat mengikat dan ditetapkan secara
eksplisit serta praktek-praktek yang diterima dam diakui sebagai kebiasaan yang wajar untuk
dipertahankan dan diterapkan dalam kehidupan kekaryaan anggota dalam suatu organisasi. Etos
Salah satu upaya dalam mengikatkan produktivitas kerja adalah dengan melakukan perbaikan
terus-menerus oleh seluruh komponen organisasi. Pandangan ini bukan hanya merupakan salah
satu kiat dalam mengelola organisasi dengan baik, tetapi merupakan salah satu etos kerja yang
penting sebagai bagian dari manajemen mutakhir. Hal ini menjadi penting karena tuntutan agar
Peningkatan produktivitas kerja dapat dicapai melalui peningkatan hasil kerja oleh semua orang
dan segala komponen organisasi. Mutu tidak hanya berkaitan dengan produk yang dihasilkan dan
dipasarkan, baik berupa barang maupun jasa, akan tetapi menyangkut segala jenis kegiatan yang
diselenggarakan oleh semua pegawai dalam organisasi. Peningkatan mutu sumber daya manusia
merupakan aspek lain yang sangat penting sebagai peningkatan mutu hasil kerja.
Sumber daya manusia merupakan unsur paling penting dalam organisasi. Oleh karena itu
pemberdayaan sumber daya manusia merupakan etos kerja yang sangat mendasar yang harus
dipegang teguh oleh semua pemimpin dalam hierarki organisasi, manakala pimpinan berupaya
responsitioning perilaku sumber daya manusia yang dapat dipertimbangkan untuk mencapai
dan siap menanggung resiko. Dalam implementasinya, setiap individu harus berorientasi pada
target jangka panjang, memadukan aspek kualitas dengan kuantitas, serta mensinergikan proses
namun kurang berani menanggung resiko. Dalam implementasi, setiap individu cenderung
berorientasi pada pencapaian target jangka menengah dan memprioritaskan pencapaian kualitas,
pendek, leih mengutamakan pada kegiatan individu dan otomatisasi lebih memperhatikan
kuantitas dari pada kualitas, kurang berani mengambil resiko, lebih menyukai kegiatan
Hal ini dimaksudkan agar dapat mengukur tingkat perbaikan produktivitas kerja pegawainya dari
waktu ke waktu dengan cara membandingkan dengan produktivitas standar yang telah ditetapkan
oleh pemimpin. Kegiatan ini menjadi penting agar organisasi ini dapat meningkatkan daya saing
dari hasil kerja pegawai terutama di era globalisasi yang semakin kompetitif.
Gaspersz dalam Tjutju Yuniarsih dan Suwatno (2009:164) menyatakan bahwa terdapat
produktivitas.
2. Perencanaan sumber daya akan menjadi efektif dan efisien melalui pengukuran produktivitas,
produktivitas yang ada diantara tingkat produktivitas yang diukur. Dalam hal ini tingkat
produktivitas akan memberikan informasi dalam mengidentifikasi masalah atau perubahan yang
membandingkan efektifitas yang relative dari pemerintah daerah telah digunakan pengukuran
produktivitas sector masyarakat. Disamping itu, produktivitas digunakan oleh pemerintah untuk
menyelidiki lingkup persoalan dan mengevaluasi pengaruh yang telah dirancang, selain itu juga
digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi.
Pertama, dengan pemberitahuan awal, instalasi dan pelaksanaan suatu system pengukuran, akan
meninggikan kesadaran pegawai dan inatnya pada tingkat dan rangkaian produktivitas. Kedua,
diskusi tentang gambaran-gambaran yang berasal dari metode-motode yang relative kasr ataupun
data-data yang kurang memenuhi syarat sekalipun ternyata member dasar bagi penganalisaan
mungkin terlihat pada penempatan organisasi yang tetap seperti dalam menentukan target/
sasaran tujuan yang nyata dan pertukaran informasi antara anggota dan manajemen secara
periodic terhadap masalah-masalah yang saling berkaitan. Pengamatan atas perubahan-
perubahan dari gambaran data yang diperoleh sering nilai diagnostic yang menunjuk pada
Hubungan antara motivasi dan produktivitas kerja pernah dibuktikan dalam penelitian
yang kemudian dituangkan ke dalam jurnal ini terdapat hasil yang sangat signifikan mengenai
pengaruh motivasi pegawai terhadap produktivitas yang dihasilkan. Demikian juga menurut teori
yang dikemukakan oleh Siagaian (2007: 11), Dalam upaya untuk mencapai tujuan
perusahaan /organisasi, motivasi mempunyai peran yang penting karena merupakan suatu upaya
dari para manajer untuk menggugah, mendorong, dan menimbulkan semangat kerja yang lebih
baik bagi karyawannya. Demikian juga menurut Gaspersz dalam TjutjuYuniarsihdan Suwatno
(2009: 175), Faktor-faktor yang memengaruhi produktivitas kerja seorang karyawan dalam
sebuah perusahaan adalah seleksi karyawan, pelatihan kerja, lingkungan kerja hubungan antara
Produktivitas yang tinggi dapat dicapai jika didukung para pegawai yang mempunyai
kemampuan bekerja serta kerjasama, maka secara tidak langsung akan meningkatkan
produktivitas. Sedangkan apabila motivasi karyawan lebih tinggi tetapi tidak didukung
lingkungan kerja yang nyaman untuk bekerja maka hasil produktivitas kerja tidak baik.
http://samryaazza.blogspot.co.id/2012/06/pengaruh-motivasi-terhadap.html
Jaffrey Pfeffer (1994, 21) beragumentasi bahwa sumber daya manusia merupakan sumber
keunggulan daya saing yang mampu menghadapi berbagai tantangan.
Menurut simamora (1997, 5), manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan,
pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelola individu anggota organisasi atau
kelompok pekerja.
Menurut zainun (1989 : 62) Motivasi merupakan proses mencoba mempengaruhi
seseorang agar melakukan sesuatu yang diinginkan.
sedangkan menurut Reksohadiprojo dan Handoko (1989 : 256) mendefinisikan motivasi
merupakan keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.
Dari definisi diatas, maka motivasi dapat didefmisikan sebagai masalah yang sangat
penting dalam setiap usaha kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
organisasi, masalah motivasi dapat dianggap simpel karena pada dasarnya manusia mudah
dimotivasi, dengan memberikan apa yang diinginkannya. Masalah motivasi, dianggap kompleks,
karena sesuatu dianggap penting bagi orang tertentu.
Dalam pengembangan konsep-konsep motivasi, telah berkembang teori-teori motivasi
yang dapat memberikan penjelasan mengenai motivasi kerja para anggota organisasi, mulai dari
teori dini motivasi seperti teori hirarki kebutuhan dari moslow, teori X dan Y oleh Me Gregor,
teori motivasi.
Produktivitas kerja merupakan suatu istilah yang sering digunakan dalam perencanaan
pengembangan industri pada khususnya dan perencanaan pengembangan ekonomi nasional pada
umumnya.
Dikutip oleh Rusli Syarif (1991: 1 ) mengatakan bahwa " definisi produktivitas secara
sederhana adalah hubungan antara kualitas yang dihasilkan dengan jumlah kerja yang dilakukan
untuk mencapai hasil itu. Sedangkan secara umum adalah bahwa produktivitas merupakan ratio
antara kepuasan atas kebutuhan dan pengorbanan yang dilakukan. "
Menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo (1995: 281 ) produktivita adalah sebuah konsep
yang menggambarkan hubungan antara hasil (jumla barang dan jasa) dengan sumber (jumlah
tenaga kerja, modal, tanah, energi, dan sebagainya) yang dipakai untuk menghasilkan hasil
tersebut.
Payman J. Simanjuntak, ( 1987: 34-35). Produktivitas pada dasarnya mencakup sikap
mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari kemarin harus lebih baik dari
hari ini. Cara kerja hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hasil kerja yang dicapai esok
hari harus lebih baik dari yang diperoleh hari ini.
Pengertian tersebut menjelaskan bahwa di dalam meningkatkan produktivitas kerja
memerlukan sikap mental yang baik dari pegawai, disamping itu peningkatan produktivitas kerja
dapat dilihat melalui cara kerja yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan dan hasil kerja
yang diperoleh.
Dari pendapat di atas, dapat menyimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah suatu
kemampuan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan suatu produk atau hasil kerja sesuai
dengan mutu yang ditetapkan dalam waktu yang lebih singkat dari seorang tenaga kerja.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa produktivitas adalah sikap
mental dari pekerja untuk senantiasa berkarya lebih dari apa yang telah dan sedang diusahakan
dalam rangka mempercepat pencapaian tujuan dari suatu usaha.
http://adtyaemby.blogspot.co.id/2012/07/pengaruh-motifasi-terhadap.html