Professional Documents
Culture Documents
I. Konsep Penyakit
I.1 Definisi
Tuberkolosis adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan oleh
Mycobacterum tuberculosis. (Price dan Wilson, 2005)
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering menginfeksi
organ paru-paru dibandingkan bagian lain dari tubuh manusia, sehingga
selama ini kasus tuberkulosis yang sering terjadi di Indonesia adalah kasus
tuberkulosis paru/TB Paru (Indriani et al., 2005).
Fisiologi paru
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang
merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan
tekanan. Paru-paru ada dua, merupakan alat pernafasan utama, paru-paru
mengisi rongga dada, terletak di sebelah kanan dan kiri dan di tengah
dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya
yang terletak di dalam mediastinum.
Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri atas lobus atas dan
bawah. Sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah.
Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi menjadi segmen yang dipisahkan oleh
fisurel yang merupakan perluasan pleura. Dalam setiap lobus paru terdapat
beberapa divisi-divisi bronkus. Pertama adalah bronkus lobaris ( tiga pada
paru kanan dan pada paru kiri). Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus
segmental (sepuluh pada paru kanan dan delapan pada paru kiri). Bronkus
segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus sub segmental. Bronkus ini
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfotik dan syaraf.
Bronkus subsegmental membantu percabangan menjadi bronkiolus.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar,
yaitu tipe I adalah sel membentuk dinding alveolar. Sel-sel alveolar tipe II
adalah sel-sel yang aktif secara metabolik, mensekresi sufraktan, suatu
fostolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps. Sel alveoli tipe III adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagosit
besar yang memakan benda asing, seperti lendir dan bakteri, bekerja sebagai
mekanisme pertahanan yang penting (Smeltzer & Bare, 2002).
I.2 Etiologi
Penyebab dari penyakit tuebrculosis paru adalah terinfeksinya paru oleh
ukuran sampai 4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini yang menunjukkan
ini juga terdiri dari asal lemak (lipid) yang membuat kuman lebih tahan
terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Penyebaran
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman
membuang produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering ( non
(menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan yang lanjut berupa batuk darah
c Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak
nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya
ditemukan.
e Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
I.4 Patofisologi
diinstalasi sebagai suatu basil yang cenderung tertahan di saluran hidung atau
Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau paru-
paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses
dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak,
dalam sel basil juga menyebar melalui gestasi bening reginal. Makrofag yang
bagian sentral lesi yang memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti
keju-lesi nekrosis kaseora dan jaringan granulasi di sekitarnya terdiri dari sel
kelenjar getah bening regional dari lesi primer dinamakan komplet ghon
dengan mengalami pengapuran. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah
terulang kembali di bagian lain dari paru-paru atau basil dapat terbawa sampai
dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat tidak
menimbulkan gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi hubungan dengan
Organisme atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah
berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo
hematogen yang biasanya sembuh sendiri, penyebaran ini terjadi apabila fokus
dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh (Price & Wilson,
2005).
akhir penyakit.
b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan
antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak
tuberculosis,
g. Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granulana Tb, adanya
infeksi.
i. GDA: dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
j. Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang
mati, peningkatan rasio udara dan kapasitas paru total dan penurunan
kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas)
(Doengoes, 2000).
a. Pemeriksaan fisik :
Pada tahap dini sulit diketahui.-Ronchi basah, kasar dan
nyaring.
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan
suara pekak)
b. Pemeriksaan Radiologi :
Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan
dengandensitas tinggi.
c. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat
I.6 Komplikasi
Menurut Suriadi (2006) kompliki dari TB Paru antara lain :
a. Meningitisas
b. Spondilitis
c. Pleuritis
d. Bronkopneumoni
I.7 Penatalaksanaan
1. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
berikut:
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis
sangat dianjurkan.
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
lanjutan.
Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan
resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif
pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1)
masa pengobatan.
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
1 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin
resep
3 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat
Fisiologis :
Asma
Disfungsi neuromuskular
Infeksi
Jalan napas alergik
II.2.4 Definisi
Kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi karbon
dioksida pada membran alveolar-kapiler.
II.2.5 Batasan karakteristik
Diaforesis
Dispnea
Gangguan penglihatan
Gas darah arteri abnormal
Gelisah
Hiperkapnia
Hipoksemia
Hipoksia
Iritabilitas
Konfusi
Napas cuping hidung
Penurunan karbondioksida
pH arteri abnormal
pola pernapasan abnormal (misal : kecepatan, irama,
kedalaman)
sakit kepala saat bangun
somnolen
takikardi
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
1. 1. Kaji adanya gangguan bunyi atau pola nafas 1. 1. TB paru menyebabkan efek luas pada paru
dari bagian kecil bronchopneumoni sampai
inflamasi difusi luas, nekrosis, efusi pleura.
Ti2. tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas
2. 2. Menurunkan kinsumsi oksigen
3. 3. Kolaborasi : berikan tambahan oksigen yang
sesuai 3. 3. Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang
dapat terjadi sekunder terhadap penurunan
ventilasi/ menurunnya alveolar paru
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol
3. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis,
edisi 6. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Banjarmasin, Desember.2016
(...........................................................) (......................................................)