You are on page 1of 12

FITOTERAPI

RAMUAN MEMBANTU MENURUNKAN ASAM URAT

OLEH:

NAMA : ANDI NUR TRI JAYANI YUSUF (F1F1 13 002)

WA ODE INDAH WULAN H.H. (F1F1 13 058)

IKA PUTRI WIDYANINGSI (F1F1 13 076)

KELAS : D 2014

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
RAMUAN MEMBANTU MENURUNKAN ASAM URAT

A. Definisi Asam Urat


Penyakit asam urat berlebih, pirai atau encok adalah penyakit dimana terjadi
penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, akibat gangguan
metabolisme purin sehingga produksi asam urat meningkat, dan atau pembuangan
melalui ginjal menurun atau akibat peningkatan asupan makanan dengan kadar
purin tinggi (Anonim, 2012).
Asam urat merupakan asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan
hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein) yaitu salah satu
komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Selain itu asam urat
dapat mengendap pada ginjal sebagai batu ginjal (nefrolitiasis). Dalam keadaan
normal kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa <7 mg/dL dan pada
wanita <6 mg/dL. Apabila kadar asam urat dalam darah melebihi batas normal
dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat pada sendi dan tulang
rawan seperti pada telinga (Anonim, 2012).
Gout artritis (GA) merupakan salah satu penyakit metabolik (metabolic
syndrom) yang terkait dengan pola makan diet tinggi purin dan minuman
beralkohol. Terdapat empat fase yang terjadi dalam proses penyakit GA, yaitu
hiperuresemia asimtomatik, keradangan akut, keradangan interkritikal dan
topaseus kronis (Muniroh, 2010).
B. Penyebab Asam Urat
Penyebab utama terjadinya kadar asam urat berlebih dalam darah adalah
adanya gangguan metabolisme purin. Kondisi ini dapat lebih parah dengan adanya
faktor resiko seperti pola makan yang kurang sehat yaitu mengkonsumsi
berlebihan makanan yang mengandung kadar purin tinggi seperti sayur (daun
singkong, daun dan buah melinjo, bayam, buncis, bunga kol dan kacang-
kacangan), daging (kambing, jeroan, burung dara dan bebek), seafood (kepiting,
udang, cumi), coklat dan konsumsi alkohol yang berlebihan (Anonim, 2012).
Faktor resiko lainnya antara lain terganggunya fungsi organ tubuh seperti
gangguan fungsi ginjal, saluran kemih, diabetes melitus, hipertensi dan
penggunaan obat-obatan seperti obat TBC (INH, pirazinamida dan etambutol)
serta obat golongan diuretik. Pada beberapa orang peningkatan asam urat
disebabkan karena faktor genetik yaitu kekurangan Hipoxanthine Guanine
Phosphoribosyl Transferase (HGPRT) (Anonim, 2012).
Penimbunan kristal monosodium urat (MSU) pada sendi dan jaringan lunak
merupakan pemicu utama terjadinya keradangan atau inflamasi pada gout artritis.
Perubahan gaya hidup tradisional ke gaya hidup modern merupakan pemicu
utama gout artritis diantaranya konsumsi minuman keras dan kebiasaan makan
makanan kaya purin. Selain itu, kebiasaan minum obat jenis diuretika
(hidroklorotiazide), yaitu obat untuk menurunkan tekanan darah tinggi dapat
meningkatkan kadar asam urat serum (Muniroh, 2010).
C. Gejala Asam Urat
Secara sederhana gejala awal yang ditimbulkan pada penderita asam urat
berlebih antara lain nyeri hebat pada malam hari sehingga penderita sering
terbangun saat tidur. Pada kondisi akut sendi tampak terlihat bengkak, merah dan
teraba panas. Keadaan akut biasanya berlangsung 3-10 hari dilanjutkan dengan
periode tenang. Keadaan akut dan masa tenang dapat terjadi berulang kali dan
semakin lama semakin berat. Apabila keadaan tersebut berlanjut akan mengenai
jaringan sendi atau pada tempat lainnya seperti tulang rawan telinga dengan
disertai pembentukan kristal natrium urat yang dinamakan thopi sehingga
mengakibatkan deformitas (kerusakan) sendi secara kronis (Anonim, 2012).
D. Pengobatan Asam Urat
Secara umum, pengobatan antiinflamasi dilakukan dengan tiga cara, yaitu
menggunakan obat anti inflamasi non steroid (the first line of antiinflammatory
therapy), dengan obat steroid (the second line of treatment) dan dengan obat oral
kolkisin (the third line of treatment). Mekanisme kerja obat anti inflamasi non
steroid seperti indometasin dan aspirin untuk pengobatan gout artritis adalah
memblokade terbentuknya faktor-faktor proinflamasi leukotrien dan prostaglandin
sehingga tidak terjadi keradangan akut pada sendi (Muniroh, 2010).
Pengobatan asam urat secara umum dapat diatasi dengan menggunakan obat
herbal atau obat modern (allopurinol dan probenesid). Selain itu penderita juga
harus menerapkan pola hidup sehat seperti diet untuk menurunkan berat badan,
banyak minum, membatasi asupan alkohol dan purin. Berdasarkan hasil survei
yang telah dilakukan di 4 propinsi (Sulawesi Selatan, Banten, Sumatera Utara, dan
Kalimantan Timur) dengan 4 etnik (Toraja, Badui Dalam, Batak Karo, dan Dayak)
didapatkan ramuan untuk membantu menurunkan asam urat (Anonim, 2012).
Formula jamu terdiri atas formula dasar yang mengandung meniran,
temulawak, dan kunyit yang memiliki efek penyegar serta jamu yang
mengandung bahan-bahan berkhasiat. formula jamu yang diteliti, sudah ada bukti
ilmiahnya, yakni jamu tekanan darah tinggi dan asam urat, dan telah mendapat
sertifikat dari Komisi Nasional Saintifikasi Jamu dan dinyatakan terbukti aman
dan berkhasiat. Penelitian terdiri dari uji standardisasi, toksisitas pada hewan uji,
observasi klinik, dan uji klinik. literatur menjelaskan bahwa penggunaan dari
tanaman obat menawarkan berbagai keuntungan, yaitu relatif aman, sedikitnya
efek samping, dan pada umumnya biaya lebih rendah (harga yang lebih murah)
jika dibandingkan dengan obat konvensional (Febriyanti dkk., 2014).
E. RAMUAN (Anonim, 2012)
Meniran 7 batang
Temulawak 1 ruas jari
Sambiloto 7 batang
Kunyit 1 ruas jari
Brotowali 1 ruas jari
Air 6 gelas
Cara pembuatan:
Bahan direbus dengan 6 gelas air sampai tersisa 3 gelas kemudian disaring.
Cara pemakaian:
Diminum 3 kali sehari 1 gelas.
Ramuan ini, bila diolah dan dijadikan ekstrak dapat dibuat dalam bentuk
sediaan kapsul untuk menjamin kualitas dan keamanan dari ramuan. Selain
itu karena ramuan berasa pahit sehingga jika diformulasi menjadi kapsul
dapat menutypi baud an rasanya yang pahit (Harwoko, 2016).
F. Deskripsi Tanaman (Anonim, 2012)
1. Meniran
Nama Daerah
Meniran (Jawa); Gosau ma dungi (Ternate).
Nama Latin/simplisia
Phyllanthus niruri Linn / Phyllanthi nirurii Herba
Sinonim
Phyllanthus urinaria Linn.
2. Temulawak
Nama Daerah
Koneng gede (Sunda), temulawak (Jawa), temo labak (Madura).
Nama Latin/simplisia
Curcuma xanthorrhiza Roxb / Curcumae xanthorrhizae Rhizoma.
3. Sambiloto
Nama Daerah
Papaitan, ampadu (Melayu); Ki oray, ki peurat, takilo (Sunda), bidara,
sambilata, sadilata, sambiloto takila (jawa).
Nama Latin/simplisia
Andrographis paniculata Nees. / Andrographidis paniculatae Herba.
Sinonim
Justicia stricta Lamk.
4. Kunyit
Nama Daerah
Kunyet (Aceh); kuning (Gayo), kunyet (Alas), kuning (Batak Karo), hunik
(Batak toba), unik (Batak Mandailing); kunyit (melayu), kunyir (Lampung),
Kunyir, koneng, konengtemen. (sunda); kunir, kunir bentis, temu kuning
(Jawa), konye, temokoneng (Madura),Henda (Dayah Ngaju, Katingan, Ot
danum), kunyit (Dayak Olon Maanyan), cahang (Dayak penyabung), dio
(Dayak Penihing), kalesiau (Kenya); Nusa Tenggara: huni (Bima), dingira,
hingiro, kunita, kunyi, konyi, wingira (Sumba barat); Alawahu (Gorontalo),
kolagagu (Buol), pagidon (Toli-toli), uni (Toraja), kunyi (Makasar), unyi
(Bugis), gurati, gulati, gogohoki (halmahera); Kunik, huni (Roti), kuriai
(Leti), lulu malai (Babar), ina, kunin, uni (Seram Timor), unin, unine, one
(Seram Barat), Irian Jaya: Rame (Kapaur), kandaeifu (Nufur), mingguai
(Wandamen), Ternate Tidore: Guraci.
Nama Latin/simplisia
Curcuma domestica Val/Curcumae domesticae Rhizoma
Sinonim
Curcuma longa Auct.
5. Brotowali
Nama Daerah
Andawali (Sunda), antawali, brotowali, daun gadel, putrawali (Jawa),
Antawali (Bali).
Nama Latin/simplisia
Tinospora crispa Miers / Tinosporae crispae Caulis
Sinonim
Tinospora tuberculata Beumee.; T.rumphii Boerl.; Cocculus crispus DC.;
Menisperum crispum Linn.; M.tuberculatum Lamk.; M. verrucosum Flem.
G. Kandungan kimia
1. Meniran
Kandungan kimia pada meniran yaitu saponin, flavonoid dan tanin (Nala,
2003).
2. Temulawak
Rimpang temulawak mengandung zat kuning kurkuminoid, minyak asiri,
pati, protein, lemak (fixed oil), selulosa, dan mineral. Yang paling banyak
kegunaannya adalah pati, kurkuminoid, dan minyak asiri. Ketiganya banyak
digunakan baik dalam industry maupun dalam rumah tangga. Pati temulawak
berwarna putih kekuningan karena mengandung kurkuminoid. Kadar protein pati
temulawak lebih tinggi disbanding pati tanaman lainnya. Sedangkan kadar minyak
asiri temulawak tidak kurang dari 6% yang diperoleh dari penyulingan (Said,
2006).
Minyak temulawak mengandung beberapa zat yakni seskuiterpen, a-
curcumene, 1-sikloisoprenmyrcene, zingiberene, xanthorrhizol, turunan lisabolen,
epolisid-bisakuron, dll. Kurkuminoid temulawak terdiri atas kurkumin dan
desmetoksikukumin bedanya dengan kunyit adalah temulawak tidak mengandung
bisdesmetoksikurkumin sehingga lebih efektif untuk sekresi empedu
dibandingkan dengan kunyit. Kurkuminoid mempunyai aroma khas, tidak toksik,
dan berbentuk serbuk dengan rasa sedikit pahit (Said, 2006).
3. Sambiloto
Orang-orang mencari alternatif baru dengan mengembangkan penggunaan
obat tradisional yang cenderung lebih aman. Salah satu tanaman yang mudah
untuk ditemukan yaitu Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.). Sambiloto
dikenal secara luas baik di kalangan pengguna tanaman obat, pembuat jamu,
pengobat tradisional dan peneliti tanaman obat. Tanaman ini terdapat di seluruh
Indonesia. Daun Sambiloto mengandung flavonoid turunan flavon, yaitu
4hidroksi flavon. Flavonoid diisolasi terbanyak dari akar. Beberapa senyawa
flavonoid dan alkaloid dapat menghambat kerja enzim xanthine oxidase sehingga
dapat menghambat pembentukan asam urat dalam tubuh (Septianingsih, 2012).
4. Kunyit
Senyawa aktif dalam minyak atsiri kunyit yang pernah dilaporkan
mengandung senyawa cynnamyl tiglate (C14H16O2), eucalyptol (C10H18O),
methylol pinene (C11H18O) dan bicyclo 3.3.1 non-2-en9-ol (C 9H14O) diduga
merupakan zat-zat aktif yang dapat menghambat pelepasan IL1- dan TNF-
dalam keradangan sendi (Muniroh, 2010).
5. Brotowali
Senyawa dari brotowali dilaporkan sebagai columbine, tinocrisposide,
alkaloid kuartenener, saponin, tanin, polifenol, glikosida dan flavonoid. Aktivitas
antioksidan, antiinflamasi, dari batang brotowali. Flavonoid dan alkaloid dapat
berkolaborasi dengan xanthine aktivitas inhibitor oksidasi. Hal ini dapat
menghambat produksi asam urat, zat endogen penyakit asam urat yang terlibat
(Harwoko, 2016).
H. Kegunaan Secara Empiris
1. Meniran
Kencing kurang lancar, demam, ayan, malaria, sembelit, tekanan darah
tinggi, haid tidak teratur, sariawan, mules, kencing nanah, raja singa, ginjal nyeri,
diare, tetanus, darah kotor, kejang, kencing batu, kejang perut, sakit gigi, batuk
rejan (Anonim, 2012).
2. Temulawak
Radang ginjal, kejang, malaria, diare, kurang nafsu makan, kurang darah,
cacar air, radang lambung, gangguan aliran getah empedu, kecacingan, ASI
kurang, penyegar setelah nifas/haid, eksema, sembelit, kencing darah, ayan,
penyakit hati, batu empedu, jerawat, ambeien (Anonim, 2012). Selain itu dapat
digunakan sebagai pewarna alami makanan, bahan penyedap masakan dan
minuman. Berdasarkan penelitian dan pengalaman temulawak telah terbukti
berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Temulawak dapat digunakan
sebagai obat anti inflamasi. Melalui aktivitas anti inflamasinya, temulawak efektif
untuk mengobati radang sendi, rematik atau artritis rematik. Zat aktif yang
berkhasiat sebagai anti inflamasi adalah germakron (Said, 2006).
3. Sambiloto
Radang tonsil/amandel, borok, kena racun jamur/singkong/udung/
bongkrek, tipus, demam, gatal, digigit serangga/ular berbisa, kencing manis,
disentri, radang anak telinga, eksema, radang usus buntu, masuk angin, trachoma,
difteri, darah kotor, ayan, kencing nanah, rajasinga, katimumul/kapalan (Anonim,
2012).
4. Kunyit
Radang usus buntu, radang rahim, radang amandel, mati haid, asma, borok,
gatal, radang gusi, koreng, bengkak, encok, radang hidung, perut nyeri, sembelit,
eksema, kurang darah, darah tinggi, demam-nifas, diare, gabag, cacar sapi, pusing,
demam kuning, keputihan, kudis, disentri (Anonim, 2012).
Kurkumin dilaporkan mempunyai aktivitas multiseluler karena dapat
menangkal dan mengurangi risiko beragam penyakit antara lain antiproliferasi dan
antioksidan dengan menghambat 97,3% aktivitas peroxidasi lipid seluler,
mengikat berbagai jenis protein sel dan menghambat aktivitas enzim kinase,
pengaturan aktivitas faktor transkripsi seluler, ekspresi enzim inflamasi, sitokin,
adesi molekul, penurunan siklin D1, siklin E dan mekanisme peningkatan ekspresi
gen p21, p27 dan p53 dalam proses karsinogenesis. Senyawa aktif kurkumin dari
hasil ekstraksi rimpang kunyit dapat menurunkan aktifitas sekresi Tumor Necrosis
Faktor- (TNF-) pada penderita osteoartritis, sedangkan minyak atsiri hasil
destilasi uap rimpang kunyit dilaporkan mempunyai senyawa aktif bergugus
molekul serupa kurkumin yang berkhasiat anti radang pada edema sendi tarsal
tikus (Muniroh, 2010).
5. Brotowali
Encok, koreng, gatal, luka, nyeri perut, radang umbai usus buntu, demam
kuning, cacing kremi, diare, kencing manis, kudis, kencing nanah, rajasinga, cacar
air, cacar sapi, malaria, cholera, trachoma (Anonim, 2012).
I. Tinjauan Ilmiah
1. Meniran
Ekstrak etanol herba meniran dosis 0,83; 1,66 dan 3,33 g/kg BB mampu
menurunkan kadar asam urat mencit putih jantan galur Balb-C yang diinduksi
kalium oxonat. Ekstrak pada dosis 3,33 g/kg BB mempunyai potensi yang sama
dengan allopurinol 10 mg/kg BB dalam menurunkan kadar asam urat (Anonim,
2012).
2. Temulawak
Ekstrak metanol dari rimpang temulawak kering menunjukkan aktivitas
analgesik dan diuretik pada tikus Swiss albino. Pemberian secara oral dari ekstrak
metanol temulawak dosis 150 dan 300 mg/kg BB, menunjukkan efek
penghambatan geliat pada tikus yang diinduksi dengan asam asetat sebesar 33,2
dan 50,5 %. Pemberian dosis oral yang sama menghasilkan efek diuretik
maksimum sebesar 1,24 dan 1,45 setelah 2 dan 1 jam penelitian. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa efek diuretic dari ekstrak dimulai setelah 1 jam
pemberian pada dosis 150 dan 300 mg/kg BB tikus. Diamati bahwa aktivitas
diuretik meningkat dengan meningkatnya konsentrasi sampel uji. Ekstrak etanol
temulawak telah diuji sebagai anti radang dan analgesik pada tikus jantan galur
wistar diinduksi reumathoid artritis (RA) dengan complete freunds adjuvant
(CFA). Kedua efek tersebut dibandingkan dengan metotrexat 2,5mg/kg/hari yang
diberikan per oral selama 30 hari. Ekstrak temulawak 25 dan 50 mg/kg diberikan
oral 20 hari setelah injeksi CFA sampai hari ke-50, keduanya tidak berefek secara
klinis namun dapat memperpanjang waktu reaksi terhadap induksi termal secara
signifikan dan dapat menurunkan udem kaki. Efek anti radang dan analgetik
ekstrak etanol temulawak 25 mg/kg lebih baik dari ekstrak 50 mg/kg. Penelitian
lain menyebutkan bahwa temulawak mempunyai efek anti radang yang
disebabkan oleh senyawa germakron yang terkandung dalam temulawak
(Anonim, 2012).
3. Sambiloto
Telah dilakukan uji klinis terhadap tablet sambiloto (30% andrografolida)
pada pasien dengan rematoid arthritis (RA). Tablet diberikan tiga kali sehari
selama 14 minggu, setelah 2 minggu periode washout untuk 60 pasien dengan RA
aktif. Parameter uji adalah intensitas rasa sakit yang diukur dengan menggunakan
skala nyeri visual analog horisontal (VAPS). Intensitas nyeri sendi menurun pada
kelompok aktif bila dibandingkan plasebo pada akhir pengobatan, meskipun
perbedaan-perbedaan ini secara statistic tidak signifikan. Selain itu, juga terjadi
pengurangan faktor reumatoid, IgA, dan C4. Efek anti radang sambiloto dikaitkan
dengan andrografolida sebagai kandungan utama. Penelitian lain melaporkan
bahwa ekstrak metanol sambiloto mampu menghambat produksi nitrit oxida (NO)
sebagai radikal bebas, yang distimulasi oleh lipopolisakarida (LPS) in vitro pada
Bacillus Calmette-Guein (BCG)-induced macrophage. Demikian juga dua
senyawa diterpen lakton, andrografolida dan neoandrografolida menunjukkan efek
penghambatan produksi NO dengan nilai IC50 berturut-turut 7,9 dan 35,5 p.M.
Pada pengujian ex vivo, neoandrograpolid juga menghambat produksi NO 35 dan
40% setelah pemberian neoandrograpolid secara oral dengan dosis masing-masing
dan 25 mg/kg/hari, dan diukur produksi NO yang distimulasi PS. Namun
neoandrograpolid tidak menurunkan produksi NO pada pemberian oral dengan
dosis yang sama. Disimpulkan bahwa neoandrograpolid yang menghambat
produksi NO baik in vitro maupun ex vivo kemungkinan memainkan peranan
penting dalam peggunaan sambiloto sebagai sediaan antiradang (Anonim, 2012).
4. Kunyit
Pengujian efek anti radang kurkumin sebagai senyawa utama pada rimpang
kunyit telah dilakukan pada hewan coba mencit dan tikus yang diinduksi dengan
karagenan. Pada mencit, kurkumin dapat mengurangi 50% edema pada dosis 48
mg/kg BB, sedangkan pada tikus, dosis di bawah 20-80 mg/kg BB dapat
mengurangi edema dan anti radang. Efek anti radang kunyit diketahui juga
melalui penghambatan biosenitesis leukotrien sehingga menghambat produksi
prostaglandin. Alfa tumeron memblok proliferasi human limfosit dan menurunkan
aktivitas natural killer cell. Hasil uji klinik menunjukkan bahwa kunyit merupakan
anti radang yang efektif pada pasien dengan radang paska operasi, osteoarthritis
dan rematoid arthritis (Anonim, 2012).
5. Brotowali
Brotowali diketahui memiliki efek analgesik berdasarkan percobaan yang
dilakukan dengan metode tail flick. Dosis uji yang digunakan sebesar 3,33; 6,66;
13,33; 26,66 mL/kg BB untuk infusa brotowali dan dibandingkan dengan asetosal
dosis 52 mg/kg BB dan akuades dosis 26.66 mL/kg BB. Hasil uji menunjukkan
bahwa infus brotowali dosis 6.66 dan 13,33 mL/kg BB memberikan efek
analgesic sama dengan efek asetosal. Pada penelitian yang lain dengan
menggunakan alat Pletismometer, uji efek anti radang dikaji berdasarkan
kemampuan infus batang brotowali 20% dalam mengurangi radang yang
diinduksi oleh karagenan. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa Infus batang
brotowali 20% pada dosis 8 mL/200 g BB memberikan efek yang hampir sama
dengan asam asetilsalisilat dengan dosis 30 mg/200 g BB (Anonim, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012, Formularium: Ramuan Etnomedisin Obat Asli Indonesia, Badan


POM Republik Indonesia, Jakarta: 5-11.

Febriyanti R.M., Imas M., Supriytna, Hadiyana S. Firdha S.M., 2014, Analisis
Farmakoekonomi Saintifikasi Jamu Antihipertensi, Antihiperglikemia,
Antihiperkolesterolemia, dan Antihiperurisemia, IJPST, 1 (2).

Harwoko dan Nur A.C., 2016, Quality Standardization Of Brotowali (Tinospora


Crispa) Stem Extract, Tradisional Medicine Journal, 21 (1).

Muniroh L., Santi M., Triska S.N. dan Rondius S., 2010, Minyak Atsiri Kunyit
Sebagai Anti Radang Pada Penderita Gout Artritis Dengan Diet Tinggi
Purin, Makara Kesehatan, 14 (2).

Nala A., 2003, Manfaat Apotik Hidup, Bina Karya, Jawa Tengah.

Said A., 2006, Khasiat dan Manfaat Temulawak: 7-12.

Septianingsih U., Hari S. dan Wahyu W., 2012, Penghambatan Aktivitas Xanthine
Oxidase Oleh Ekstrak Etanol Akar Sambiloto (Andrographis Paniculata
Ness) Secara in Vitro, Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 2 (2).

You might also like