Professional Documents
Culture Documents
I. Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi dan populasi dunia merupakan suatu hal yang akan
mempengaruhi sektor lain, salah satunya adalah energi. Bank Dunia menyatakan
dalam laporan terbarunya bahwa ekonomi global diperkirakan membaik dengan
tingkat pertumbuhan 2017 dan 2018 masing-masing 2,7 persen dan 2,9 persen.
Perbaikan ekonomi tersebut salah satunya disumbang dengan pertumbuhan
ekonomi yang pesat dari negara-negara berkembang (Antara News, 2017). Sejalan
dengan perkembangan ekonomi, konsumsi energi dunia diperkirakan naik 56%
pada 2040 didorong oleh pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang
(Antara News, 2017).
1
ton. Bila diasumsikan tidak ada penemuan cadangan baru maka minyak bumi
akan habis dalam 13 tahun, gas bumi 34 tahun dan batubara 72 tahun (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2013).
II. Pembahasan
1. Produksi
a. Sistem dalam Produksi Energi Minyak dan Gas Bumi
Peraturan Pemerintah RI nomor 79 Tahun 2014 tentang kebijakan energi
nasional menyebutkan bahwa ketersediaan energi untuk kebutuhan nasional dapat
dilakukan dengan meningkatkan eksplorasi sumber daya, potensi dan/atau
cadangan terbukti energi baik dari jenis fosil maupun energi baru dan energi
terbarukan. Dalam hal ini, energi fosil masih menjadi prioritas utama untuk
memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Energi fosil termasuk didalamnya
2
adalah batu bara, minyak dan gas bumi merupakan sumber energi yang terbentuk
dari bahan organik selama jutaan tahun. Sumber energi ini telah menjadi
penyokong utama perkembangan ekonomi global selama abad-abad terakhir.
(Environemntal and Energy Study Insitite, 2017).
Penggunaan bahan bakar minyak, gas dan batubara yang terus mengalami
kenaikan dipicu oleh aktivitas industri, pembangkit listrik dan transportasi yang
mengalami kenaikan signifikan. Penggunaan BBM (bahan bakar minyak)
melonjak dari 315 juta SBM menjadi 399 juta SBM dalam kurun waktu 13 tahun
dengan kenaikan sebesar 1,86% pertahun. Konversi minyak tanah ke gas pada
rumah tangga rupanya juga telah meningkatkan kebutuhan gas sebanyak 2,8%
walaupun berhasil menekan kebutuhan minyak bumi untuk sektor rumah tangga.
Sistem penyelenggraan produksi minyak dan gas bumi bermuara pada
prinsip bahwa pembangunan nasional harus diarahkan kepada terwujudnya
kesejahteraan rakyat dengan melakukan reformasi di segala bidang kehidupan
berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-undang yang mengatur tentang minyak dan gas bumi adalah UU Nomor
22 tahun 2001 yang didasari oleh peraturan sebelumnya yaitu Undang-undang
Nomor 44 Prp. Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi,
Undang-undang Nomor 15 Tahun 1962 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 1962 tentang Kewajiban Perusahaan
Minyak Memenuhi Kebutuhan Dalam Negeri, dan Undang-undang Nomor 8
Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan usaha pertambangan minyak dan
gas bumi.
Penyelenggranaan produksi minyak bumi merupakan gabungan dari
beberapa sektor yang terkait satu sama lain yaitu sebagai berikut.
3
Gambar 1 Peran Sektor Energi dalam Pembangunan Nasional
Sumber : (Badan Inteligen Negara, 2015).
4
b. Infrastruktur dalam Produksi Minyak dan Gas Bumi
5
direncanakan pembangunan Kilang BBM 300 ribu mbcpd dengan skema
Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) di Bontang dengan nilai proyek sekitar
US$ 10 miliar yang ditargetkan dapat selesai tahun 2019
Refinery Development Master Plan (RDMP), mencakup upgrading dan
modernisasi 5 kilang minyak Pertamina dengan nilai proyek sekitar US$ 25
miliar yaitu: Kilang Balikpapan, Kilang Cilacap, Kilang Dumai, Kilang Plaju
dan Kilang Balongan. Pengembangan kilang minyak tersebut akan
meningkatkan produksi 2 kali lipat dari saat ini sekitar 820 ribu bpd menjadi
1,6 juta bpd. RDMP tidak akan selesai dalam waktu 5 tahun.
Kapasitas kilang LPG terus ditingkatkan seiring dengan meningkatnya
kebutuhan LPG dalam negeri, meskipun impor LPG juga tetap dilakukan.
Saat ini impor LPG sekitar 60% dari kebutuhan dalam negeri. Pada tahun
2015 kapasitas kilang LPG direncanakan sekitar 4,6 juta MT dengan hasil
produksi LPG sebesar 2,39 juta MT. Selanjutnya pada tahun 2019 kapasitas
kilang LPG ditingkatkan menjadi 4,68 juta MT dengan hasil produksi sebesar
2,43 juta MT.
c. Lingkungan dalam Produksi Minyak dan Gas Bumi
Dalam UU nomor 22 Tahun 2001 disebutkan bahwa usaha minyak dan gas
bumi salah satunya harus berdasarkan pada aspek lingkungan dan pelestarian
lingkungan hidup. Selain itu, kegiatan tersebut harus menjamin pengelolaan
lingkungan hidup dan menaati ketentuan peraturan perundangan-undangan yang
berlaku yaitu berupa kewajiban untuk melakukan pencegahan dan
6
penanggulangan pencemaran serta pemulihan atas terjadinya kerusakan
lingkungan hidup, termasuk kewajiban pascaoperasi pertambangan. Akan tetapi,
masih banyak didapatkan ketidakpatuhan yang dilakukan oleh pelaku usaha.
2. Distribusi
a. Sistem dalam Distribusi Minyak dan Gas Bumi
7
pengangkutan gas bumi melalui pipa transmisi dan distribusi. Dalam undang-
undang tersebut juga disebutkan bahwa pemerintah wajib menjamin
ketersediaan dan kelancaran pendistribusian bahan bakar minyak yang
merupakan komoditas vital dan menguasai hajat hidup orang banyak di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Distribusi minyak dan gas bumi diawasi oleh lembaga independen yaitu
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas). Sistem distribusi
migas dilaksanakan oleh beberapa instansi yang terhubung sau sama lain seperti
yang dijelaskan BPH Migas berikut
8
Tabel diatas menunjukkan keterkaitan lintas sektor dalam distribusi migas.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia telah mempunyai sistem distribusi
yang kompleks dan detil. Akan tetapi, distribusi energi migas belum merata di
seluruh Indonesia. Pulau Jawa dan Bali seperti memonopoli kuota dengan
9
penguasaan 55,6% kuota dari total kuota BBM (Premium, Kerosene, Solar) secara
keseluruhan. Sementara itu, Wilayah Sumatra hanya mendapatkan 26%, diikuti
Kalimantan 16,1% serta Nusa Tenggara 2,3%. Provinsi Maluku Utara dan
Sulawesi Barat yang hanya mendapatkan 0,28% dan 0,25% dari total premium
yang didistribusikan di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini memacu stigma negatif
bahwa pemerintah hanya mendorong aktivitas ekonomi yang tumbuh di pulau
sekitar ibukota NKRI (BEM FEUI, 2015).
10
sebagai negara kepulauan membuat infrastruktur distribusi yang efisien, cepat dan
murah menjadi sulit diwujudkan. Beberapa kebijakan terkait infrastruktur yang
ditetapkan pemerintah dengan tujuan meperbaiki distribusi migas di Indonesia
adalah sebagai berikut
11
d. Komunitas dalam Distribusi Minyak dan Gas Bumi
Distribusi migas melibatkan dua pihak yang terlibat yaitu BPH migas dan
perusahaan yang diizinkan pemerintah untuk mendistrubusikan migas. BPH migas
berfungsi sebagai pengawas dan beberapa perusahaan yaitu PT Pertamina
(Persero), PT AKR Corporindo, Tbk. dan PT Surya Parna Niaga (SPN) sebagai p
Badan Usaha Pelaksana Penugasan Penyediaan dan Pendistribusian Jenis BBM
Tertentu (P3JBT). Sementara itu, Penyalur BBM non-subsidi diantaranya PT
Pertamina, PT Total Oil Indonesia, dan PT Shell Indonesia.
3. Pemasaran
a. Sistem dalam Pemasaran Minyak dan Gas Bumi
Sektor minyak dan gas bumi Indonesia masih menjadi sektor yang penting
dalam menyumbang pemasukan negara. APBN menunjukkan bahwa penerimaan
migas mencapai 30% dari total penerimaan pemerintah. Hal inilah yang
menjadikan sektor migas menjadi komoditas utama yang masih bisa
diperjualbelikan dari Indonesia. Berbeda dengan produksi minyak terus
mengalami penurunan, produksi gas justru mengalami peningkatan dan hal ini
dijadikan komoditas perdagangan Indonesia.
Bisnis energi migas tidak hanya dapat dilaksanakan pada hilir (pengolahan,
transportasi dan pemasaran), bisnis energi sudah dapat dilaksanakan di hulu
(eksplorasi & produksi) migas. Dalam mengelola usaha hulu migas, Indonesia
mengembangkan sistem kontrak bagi hasil (production sharing contract) atau
kontrak kerja sama dengan beberapa prinsip yaotu sebagai berikut
12
manajemen operasi berada di tangan Satuan Kerja Khusus Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yang
merupakan lembaga negara dan dibentuk khusus untuk melaksanakan
pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha hulu migas. Seluruh
operasional kontraktor harus mendapat persetujuan SKK Migas, sebagai
wakil pemerintah. SKK Migas memberikan persetujuan atas rencana
kerja dan anggaran, biaya serta metode dan teknik yang digunakan.
Dalam Kontrak Kerja Sama, Kontraktor KKS wajib menyediakan dana
awal untuk membiayai fase eksplorasi. Bila berhasil menemukan
cadangan migas yang cukup ekonomis, maka lapangan mulai
berproduksi. Pengembalian biaya investasi didapat dari sebagian hasil
produksi. Kontraktor KKS akan menerima bagiannya berupa sejumlah
volume minyak atau gas (Detik News, 2016)
Sementara itu, pemasaran produk jadi minyak atau gas bumi (kegiatan hilir
migas) didasarkan pada UU nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Hilir Usaha
Minyak dan Gas Bumi. Terdapat 164 badan usaha yang mempunyai izin dari BPH
migas untuk menjalankan usaha niaga umum dan 112 badan usaha dengan izin
menjalankan usaha niaga terbatas. Sistem pemasaran minyak dan gas bumi sudah
dimiliki oleh Indonesia secara detail dan rinci, tetapi adanya mafia migas dapat
menghancurkan sistem yang sudah disusun tersebut jika integritas pejabat-pejabat
yang berhubungan langsung dengan bisnis migas tidak terjaga dengan baik.
13
Rendahnya daya beli masyarakat di luar jawa juga disebebkan oleh jumlah
penduduk di luar jawa yang sangat sedikit jika dibandingkan dengan penduduk di
jawa. Hal ini membuktikan bahwa persebaran energi minyak dan gas bumi di
Indonesia masih belum merata. Diperlukan kerjasama antara pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan badan usaha yang bergerak dalam bidang migas untuk
bekerjasama mewujudkan energi yangmerata di seluruh Indonesia. Kebijakan
pemerintah terkait infrastruktur pemasaran migas juga menjadi hal pokok yang
dapat memicu perkembangan bisnis migas di luar jawa untuk menghindarkan
kelangkaan migas dari masyarakat.
4. Konsumsi
a. Sistem pada Konsumsi Minyak dan Gas Bumi
Konsumsi minyak dan gas bumi oleh industri, rumah tangga dan
transportasi yang melebihi batas merupakan suatu potensi bencana jika dibiarkan
secara terus menerus. Saat ini migas masih menjadi penggerak utama industri
rumah tangga dan transportasi yang menyebabkan peningkatan konsumsi migas
terjadi setiap tahun. Pada 2013, energi fosil menyumbang 94.6 persen dari total
konsumsi energi, sedangkan 5,4 persen sisanya dipenuhi dari energi terbarukan.
14
Dari jumlah tersebut, minyak menyumbang 44.0 persen, gas alam 21,9 persen,
dan batubara 28,7 persen.
Subsidi bbm merupakan salah satu faktor yang dipandang telah mendorong
pemborosan dalam konsumsi, mengurangi keamanan energi, menghambat
investasi dalam sumber-sumber energi yang ramah lingkungan dan menghambat
upaya-upaya untuk mengatasi perubahan iklim (Kajian Pusat Kebijakan
Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral, 2013). Pemerintah sudah
menerapkan beberapa kali melakukan pengurangan subsidi bbm, akan tetapi
dampaknya belum signifikan. Migas masih menjadi bahan bakar utama dalam
negeri.
15
ditetapkan oleh Pemerintah dengan harga subsidi. Hal ini menyebabkan
penggunaan energi alternatif sebagai substitusi BBM seperti BBG dan biofuel
(bioethanol dan biodiesel) menjadi terhambat (Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi, 2013).
16
c. Lingkungan dalam Konsumsi Minyak dan Gas Bumi
Bahan bakar fosil (minyak dan gas bumi) selain mengandung elemen utama
yaitu oksigen, hidrogen dan karbon juga mengandung logam, sulfur dan nitrogen.
Proses pembakaan bahan bakar fosil menghasilkan polutan sekunder seperti sulfur
oksida, nitrogen oksida, volatile organic compoud (VOC) dan debu. Debu dapat
mengandung logam berat yang mempengaruhi udara di lingkungan (Chmielewski,
n.d.). Partikulat yang merupakan hasil dari pembakaran juga menyebabkan
pencemaran udara dan degradasi lingkungan. Dekomposisi polutan anorganik
memicu pengasaman pada lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia,
menyebabkan korosi dan merusak tanah serta hutan.
Emisi dari bahan bakar fosil juga merupakan penyumbang gas rumah kaca
terbesar di dunia. Pembakaran bahan bakar fosil memberikan kontribusi 3/4 dari
semua karbon, metana dan gas rumah kaca lainnya. Pembakaran ini
menghasilkan tambahan 3,2 miliar ton karbon dioksida tiap tahunnya (K Saritha
Rani, 2014). Saat ini, dunia global sudah aware terhadap efek buruk dari
penggunaan bahan bakar fosil, akan tetapi alternatif energi pengganti juga masih
sangat kecil. Di Indonesia sendiri, target pemanfaatan energi terbarukan hanya
23% pada 2025 dan menjadi 31% pada tahun 2050.
17
d. Komunitas dalam Konsumsi Minyak dan Gas Bumi
18
mata. Mereka yang terkena benzene misalnya, akan mengalami pusing atau sakit
kepala, mual pingsan, iritasi kulit, dan mata bahkan menyebabkan kanker darah
(Saba, 2016).
Emisi yang dihasilkan dari industri migas atau bahan bakar migas juga
memberian dampak negati terhadap kesehatan masyarakat. Pencemaran udara
yang ditandai dengan kadar CO, NOx, SO2, O3, PM 2,5 atau PM 10 diatas baku
mutu yang ditentukan. Tingginya kadar zat pencemar ini dihasilkan oleh aktivitas
industri, kendaraan bermotor, aktivitas alamiah seperti kebakaran hutan dan
aktivitas rumah tangga (Boubel, Vallero, Fox, Turner, & Stern, 2013). Menurut
WHO (2003) kematian akibat outdor air polution di perkotaan mencapai 200 ribu
setiap tahunnya, dimana 93 persen terjadi di negara berkembang. Tahun 2012,
WHO tahun 2012 juga menyebutkan bahwa polusi udara menyumbang sebesar
5,4 persen dari total kematian di dunia, 2 persen dari total kematian akibat kanker
paru, 8 persen kematian terkait penyakit paru obstruktif, 15 persen terkait
penyakit jantuk iskemik dan stroke dan 17 persen akibat infeksi saluran
pernapasan.
III. Penutup
19
Daftar Pustaka
BEM FEUI. (2015). Realita Distribusi BBM Indonesia (?). Retrieved April 18,
2017, from http://www.kompasiana.com/bemfeui2013/realita-distribusi-
bbm-indonesia_552ba7b56ea83447518b4568
Boubel, R. W., Vallero, D., Fox, D. L., Turner, B., & Stern, A. C. (2013).
Fundamentals of Air Pollution. Elsevier Science. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=pfEkBQAAQBAJ
Detik News. (2014). Alasan Investor Tak Tertarik Bangun SPBU di Luar Jawa.
Retrieved April 19, 2017, from http://finance.detik.com/energi/d-
2583532/ini-alasan-investor-tak-tertarik-bangun-spbu-di-luar-jawa
20
Detik News. (2016). Ini Rantai Panjang Bisnis Minyak dan Gas Bumi. Retrieved
April 19, 2017, from http://news.detik.com/adv-nhl-detikcom/3255193/ini-
rantai-panjang-bisnis-minyak-dan-gas-bumi
Environemntal and Energy Study Insitite. (2017). Fossil Fuels. Retrieved April
18, 2017, from http://www.eesi.org/topics/fossil-fuels/description
K Saritha Rani. (2014). Environmental effects of burning fossil fuels, 2(3), 6367.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2013). Kajian Suppy Demand
Energi 2013. Jakarta.
WHO. (2012). Mortality and burden of disease from ambient air pollution.
Retrieved from http://www.who.int/gho/phe/outdoor_air_pollution
/burden_text/en/
21