Jantung manusia memiliki sistem spesial yang mengalami eksitasi ritmik dan kontraksi berulang 100.000 kali per hari. Hal ini terjadi karena 1) jantung mampu menghasilkan impuls listrik ritmik yang menyebabkan kontraksi ritmik dari otot jantung, 2) mengkonduksikan impuls secara cepat keseluruh bagian jantung. Saat sistem jantung berfungsi normal, atrium berkontraksi 1/6 kali lebih awal daripada vetrikel, yang memungkinkan pengisian ventrikel sebelum darah dipompa keseluruh tubuh. Selain itu juga kemampuan ventrikel berkontraksi secara bersamaan yang memungkinkan adanya tekanan yang efektif pada ventrikel. Sistem konduksi jantung terdiri dari SA node dimana terbentuk impuls normal yang ritmis, diteruskan ke internodal pathway yang meneruskan impuls dari SA node ke AV node, diteruskan ke AV bundle kemudian ke serabut Purkinje yang dikonsuksikan ke semua ventikel. 1. SA node SA node merupakan otot jantung spesial yang kecil pipih berbentuk elips dengan lebar 3 mm, panjang 15 mm dan tebal 1 mm. Terletak pada dinding superior posterolateral atrium kanan, dibawah dan sedikit lateral dari vena cava superior. SA node mampu mengalami self-excitation yang menimbulkan impuls ritmik otomatis yang menyebabkan kontraksi otot jantung. Mekanisme perangsangan sendiri pada SA node terjadi karena tingginya konsentrasi ion natrium didalam cairan ekstraseluler, dengan muatan negatif pada serat-serat nodus sinus yang beristirahat, dan adanya sodium channel yang terbuka menyebabkan masuknya ion natrium yang positif meningkatkan membran potensial kearah positif secara perlahan- lahan. Saat mencapai ambang batas voltase -40 mvolt, saluran kalsium dan natrium menjadi aktif yang meningkatkan masuknya ion tersebut dengan cepat yang menimbulkan potensial aksi disebut fase depolarisasi. 100-150 milidetik setelah terbuka, saluran kalsium natrium menjadi tidak aktif, dilanjutkan dengan terbukanya saluran kalium yang menyebabkan keluarnya kalium yang bermuatan positif yang kemudian mengakhiri potensial aksi. Saluran kalium tetap terbuka selama beberapa saat sehingga menimbulkan tekanan negatif intaseluler yang disebut fase hiperpolarisasi. Setelah beberapa saat saluran kalium perlahan tertutup sehingga membuka saluran natrium kembali. 2. Internodal Pathway(jalur internodus) Ujung serat-serat SA node bersatu dengan serat-serat atrium disekelilingnya, sehingga potensil aksi menjalar ke serat-serat atrium tersebut. Kecepatan konduksi di dalam otot atrium kira-kira 0.3 m/detik, walaupun demikian konduksi pada serat yang lebih kecil dapat berlangsung lebih cepat. Jalur ini terdiri dari anterior interatrial band yang berjalan pada dinding anterior atrium dan mejalankan impuls ke atrum kiri, dan 3 jalur lain yang menyalurkan impuls ke AV node (jalur internodus anterior, media, posterior). 3. AV node (nodus AV) Nodus AV terletak pada dinding posterior septum atrium kanan, tepa dibelakang katup trikuspidalis, dan berdekatan dengan pembukaan sinus koronarius. Setelah melalui jalur internodus impuls akan mencapai nodus AV 0.03 detik setelahimpuls keluar dari nodus sinus. Kemudian terjadi penundaan impuls selama 0.09 detik pada nodus AV sebelum impuls tersebut diteruskan. Penundaan akhir selama 0.04 detik terjadi pada bagian penembusan AV ini, yang terdiri dari fasikulus kecil yang melewati jaringan fibrosa yang memisahkan atrium dengan ventrikel. Total penundaan dalam nodus AV diperkirakan 0.13 detik ditambahkan adanya penundaan awal 0.03 detik sehingga total penundaan impuls kira-kira 0.16 detik. Penundaan impuls ini disebabkan oleh 1) semua serat-serat memiliki potensial istirahat yang jauh lebih negatif daripada potensial istirahat normal dari otot jantung lain. Adanya gap junction yang menghubungkan sel-sel otot selanjutnya pada jalur konduksi, sehingga terdapat resistensi yang cukup besar terhadap konduksi ion-ion yang berlebihan dari satu sel ke sel berikutnya. 4. Serat Purkinje Serat Purkinje berjalan dari nodus AV dan masuk kedalam ventrikel, kecuali pada bagan awal dimana serat ini menembus sawar fibrosa AV, serat Purkinje memiliki karakteristik fungsional yang berlawanan dengan fungsi serat nodus AV. Serat Purkinje merupakan serat yang sangat besar, bahkan lebih besar daripada serat otot ventrikel. Serat ini menyalurkan impuls dengan kecepatan 1.5 sampai 4.0 m/detik, yang 6 kali lebih cepat pada otot jatung yang umum, dan 150 kali kecepatan dalam serat transisional AV. Keadaan ini memungkinkan perjalaran impuls yang cepat keseluruh sistem ventrikel.
HUBUNGAN PROSES KONDUKSI JANTUNG DENGAN EKG
Elektrokardiogram (EKG) normal terdiri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS, dan sebuah gelombang T. Gelombang P disebabkan oleh potensial listrik yang dicetuskan sewaktu atrium berdepolarisasi sebelum berkontraksi dengan nilai normal 0.12 detik. Kompleks QRS disebabkan oleh potensial listrik yang dibangkitkan sewaktu ventrikel mengalami depolarisasi sebelum berkontraksi, yaitu sewaktu gelombang depolarisasi menyebar melewati ventrikel dengan lama 0.07-0.10 detik. Oleh karena tu, gelombang P maupun kompleks QRS disebut gelombang depolarisasi. Gelombang T disebabkan oleh potensial listrik yang dicetuskan sewaktu ventrikel pulih dari keadaan depolarisasi. Didalam otot ventrikel proses ini terjadi selama 0.25 sampai 0.35 detik sesudah depolarisasi, yang dikenal dengan gelomang repolarisasi. Interval PQ atau interval PR adalah lama waktu antara permulaan gelombang P dan permulaan gelombang QRS yang merupakan interval waktu antara permulaan kontraksi atrium dan permulaan kontraksi ventrikel. Normal interval PR adalah 0.16 detik. Interval QT merupakan kontraksi yang berlangsung dari permulaan gelombang Q sampai gelombang T dengan normal interval adalah 0.35 detik.