Professional Documents
Culture Documents
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. AS
Umur : 18 thn
Alamat : Pegangsaan, Kelapa Gading
Suku : Betawi
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan Ibu : IRT
Nama Suami : Tn. S
Pekerjaan Suami : Karyawan
Masuk ke RS : 3 November 2008
II. ANAMNESIS
Keluhan utama
Perut mules sejak 1 hari SMRS
Status Generalis
Mata : konjungtiva pucat -/- sklera ikterik -/-
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Paru-paru : vesikuler, ronki -/- wheezing -/-
Jantung : BJ I-II (N), reguler, Gallop (), Murmur ()
Abdomen : cembung, ikut gerak nafas, nyeri tekan () BU(+)N
Ekstremitas : edema -/-, akral hangat
Status Obstetrik
TFU: 34cm, TBJ: 3000gram keduanya, letak lintang, kontraksi reguler
I = v/u tenang
Io : portio licin, ostium tertutup, fluor (-), fluxus (+)
VT = portio kenyal, posterior, p = 1cm, pembukaan (-), bagian terbawah
janin belum masuk PAP
VIII. PERENCANAAN
Pemeriksaan
Observasi tanda vital/jam, observasi kontraksi
USG fetomaternal untuk konfirmasi
Terapi
Konsevatif
Bed rest
Posisi tidur duduk atau miring (lateral)
Tokolisis: Nifedipine titrasi 10mg/20menit maksimal 4 kali, lanjutkan
oral 4x10mg
Diet lunak 1800 kkal/hari
Informed consent keluarga
Edukasi
Menjelaskan masalah dan rencana pada pasien dan keluarga
IX. FOLLOW UP
Tanggal 6 November 2008
Telah dilakukan tindakan septostomi dan amnioreduksi sebanyak 400cc.
USG pasca tindakan septostomi dan amnioreduksi
Janin I : ICA single pocket 5
Janin II : ICA single pocket 9
Status Obstetrik
TFU: 31cm, TBJ: 3000gram keduanya, letak lintang, kontraksi irreguler,
DJJ I 154x/menit, DJJ II 160x/menit
I = v/u tenang
Io : portio livid, ostium terbuka 3 cm, selaput ketuban (+), LEA (+2)
fluor (-), fluxus (+)
VT = portio kenyal, posterior, p = 1cm, pembukaan (-), bagian terbawah
janin belum masuk PAP
Hasil Laboratorium
Kimia Darah (8 November 2008)
Albumin = 2,10 gr/dL
Hematologi (11 November 2008)
Hb = 10,8 gr%
Ht = 32 %
Leu = 12.100/u
Trom = 270.000/u
MCV/MCH/MCHC= 72,2/22,9/31,8
Analisa Hb
HbA2 4,10
HbF 0,43
RDW-CV 19,0
XI. PROGNOSIS
Ibu
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Janin I
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Janin II
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
B A B II
PEMBAHASAN UMUM
KEHAMILAN GEMELLI
Definisi Kehamilan Gemelli
Kehamilan kembar (gemelli) ialah suatu kehamilan dengan dua janin.
Etiologi Gemelli
Faktor-faktor yang mungkin menimbulkan terjadinya kembar dizigotik
(kehamilan kembar yang berasal dari 2 telur) antara lain:
- Bangsa
- Hereditas
- Umur
- Paritas
- Obat klomid
- Hormon gonadotropin
Pada fertilisasi in vitro dapat pula terjadi kehamilan kembar, jika telur-telur
yang diperoleh dapat dibuahi lebih dari satu dan jika semua embrio yang
kemudian di masukkan ke dalam rongga rahim ibu tumbuh berkembang lebih
dari satu. Pada kembar yang berasal dari satu telur, faktor bangsa, hereditas,
umur, dan paritas tidak atau sedikit sekali mempengaruhi terjadinya kehamilan
kembar itu. Diperkirakan di sini sebabnya ialah faktor penghambat pada masa
pertumbuhan dini hasil konsepsi. Faktor penghambat yang mempengaruhi
segmentasi sebelum blastula terbentuk, menghasilkan kehamilan kembar
dengan 2 amnion, 2 korion, dan 2 plasenta seperti pada kehamilan kembar
dizigotik. Bila faktor penghambat terjadi setelah blastula tetapi sebelum amnion
terbentuk, maka akan terjadi kehamilan kembar dengan 2 amnion, sebelum
primitive streak tampak, maka akan terjadi kehamilan kembar dengan 1 amnion.
Setelah primitive streak terbentuk, maka akan terjadi kembar dempet dalam
berbagai bentuk.
Jenis Gemelli
1. Kehamilan kembar monozigotik
Kehamilan kembar yang terjadi dari satu telur disebut kembar monozigotik
atau disebut juga identik, homolog, atau uniovuler. Kira-kira sepertiga
kehamilan kembar adalah monozigotik. Jenis kehamilan kedua anak sama,
rupanya sama atau bayangan cermin. Sidik jari dan telapak sama, atau
terbalik satu terhadap lainnya. Satu bayi kembar mungkin kidal dan yang
lainnya biasa karena lokasi daerah motorik di korteks serebri pada kedua
bayi itu berlawanan. Kira-kira satu pertiga kehamilan kembar monozigotik
mempunyai 2 amnion, 2 korion, dan 2 plasenta; kadang-kadang 2 plasenta
tersebut menjadi satu. Keadaan ini tak dapat dibedakan dengan kembar
dizigotik. Dua pertiga mempunyai 1 plasenta, 1 korion, dan 1 atau 2 amnion.
Pada kehamilan kembar monoamniotik kematian bayi sangat tinggi karena
lilitan tali pusat; untung sekali kehamilan ini jarang terjadi.
2. Kehamilan kembar dizigotik
Kira-kira dua pertiga kehamilan kembar adalah dizigotik yang berasal dari 2
telur; disebut juga heterolog, binovuler, atau fraternal. Jenis kelamin sama
atau berbeda, mereka berbeda seperti anak-anak lain dalam keluarga.
Kembar dizigotik mempunyai 2 plasenta, 2 korion, dan 2 amnion. Kadang-
kadang 2 plasenta menjadi satu.
Berat Lahir
Gestasi multifetal lebih dicirikan dengan berat lahir rendah karena hampir
seluruhnya akibat restriksi pertumbuhan janin dan persalinan preterm. Dua
pertiga dari kembar dan bahkan pada triplet berkomplikasi restriksi
pertumbuhan janin.
Derajat restriksi pada kembar monozigot lebih besar daripada dizigot. Alokasi
blastomer mungkin dapat tidak sama antara embrio monokhorionik,
anastomosis vaskular dalam plasenta dapat menyebabkan distribusi nutrien dan
oksigen yang tidak sama, dan ketidaksesuaian anomali struktural.
Durasi Gestasi
Menurut Martin dan kolega (2002), 57 persen kelahiran kembar di Amerika
Serikat pada 2001 dilakukan persalinan preterm, dan rata-rata usia kehamilan
adalah 35 minggu. Pada triplet, 92 persen dilakukan persalinan preterm, dan rat-
rata usai kehamilan dalah 32 minggu. Pada quadruplet dan quintuplet semuanya
dilakukan persalinan preterm, dengan rata-rata usia gestasi saat persalinan 30
dan 29 minggu.
Diagnosis Fetus Multipel
A. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis
Riwayat lahir kembar pada keluarga ibu, usia maternal lanjut, paritas yang
banyak, dan riwayat kembar merupakan petunjuk-pentujuk lemah dalam
mendiagnosis gestasi multifetal. Pemberian klomifen sitrat atau
gonadotropin atau kehamilan dengan ART (Assisted Reproduction
Technology) yang belum lama merupakan petunjuk yang kuat.
Selama trimester kedua, ukuran rahim lebih besar dari yang diperkirakan
untuk usia gestasi yang sesuai. Antara 20 dan 30 minggu, tinggi fundus
berada rata-rata sekitar 5 cm lebih besar dari janin tunggal pada usia
kehamilan yang sama.
Pada wanita dengan uterus yang nampak besar untuk usia kehamilan,
beberapa kemungkinan yang harus dipertimbangkan adalah:
Fetus multipel
Elevasi uterus karena distensi kandung kemih
Riwayat mens tidak akurat
Hidramnion
Mola hydatidiform
Myoma uteri
Massa adneksa yang melekat
Makrosomia (pada akhir kehamilan)
Pada umumnya, sebelum trimester ketiga sulit mendiagnosis bayi kembar
dengan palpasi. Bahkan pada akhir kehamilan masih sulit dilakukan dengan
palpasi bila salah satu janin menindih janin yang lain, jika ibu obesitas, atau
bila terdapat hidramnion.
Pada akhir trimester pertama, aktivitas jantung fetus dapat dideteksi dengan
peralatan Doppler. Dengan ini, memungkinkan untuk mengidentifikasi dua
denyut jantung fetus jika kecepatannya berbeda satu sama lain dan tentu saja
dari ibunya. Pemeriksaan yang teliti dengan stetoskop aural fetus dapat
mengidentifikasi bunyi jantung janin pada usia kehamilan 18 hingga 20
minggu.
B. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan yang baik, dapat diidentifikasi kantong gestasi pada
usia kehamilan kembar yang dini. Pada suatu penelitian yang bersifat
randomized trial, LeFevre dan rekan (1993) mendemonstrasikan bahwa
pemeriksaan ultrasonografi rutin pada midgestasi mendeteksi hampir semua
gestasi multifetal (99 persen) sebelum 26 minggu, ditempat yang lain ketika
dilakukan hanya untuk indikasi spseifik hanya 62 persen terdeteksi sebelum
usia kehamilan ini.
A. Diet
Kebutuhan kalori, protein, mineral, vitamin, dan asam lemak esensial pada
wanita hamil kembar / multifetus meningkat. Konsumsi kalori harus
ditingkatkan 300 kkal/hari. Brown dan Carlson (2000) menganjurkan bahwa
penambahan berat badan pada wanita hamil kembar /multifetus ini harus
berdasarkan berat sebelum hamil. Namun wanita dengan kehamilan triplet
harus mengalami kenaikkan berat badan minimal 50 pon. Suplemen besi 60-
100 mg/hari dan 1 mg asam folat dianjurkan.
B. Hipertensi Maternal
Kelainan hipertensi karena kehamilan lebih sering didapatkan pada wanita
hamil multifetus. Coonrad dkk. (1995) juga menyatakan bahwa risiko wanita
hamil multifetus untuk mengidap preeklampsia adalah 4 kali lebih tinggi
dibandingkan wanita hamil tunggal. Mastrobattista dkk (1997) juga
menemukan bahwa persentase wanita hamil multifetus mengidap
preeklampsia berat lebih tinggi dibanding wanita hamil tunggal.
Data-data di atas mengungkapkan bahwa jumlah fetus dan massa plasenta
terlibat dalam patogenesis preeklampsia. Pada kehamilan multifetus
hipertensi tidak hanya berkembang lebih awal, tetapi juga lebih berat.
Hardardottir dkk juga melaporkan bahwa wanita dengan preeklampsia
karena kehamilan multifetus lebih sering mengalami gejala nyeri
epigastrium, hemolisis, dan trombositopenia.
C. Surveillans Antepartum
Pertumbuhan fetus pada kehamilan multifetus lebih lambat dibandingkan
hamil tunggal, pertumbuhan fetus yang satu dengan fetus yang lain juga
dapat berbeda. Oleh karena itu pemeriksaan USG serial perlu dilakukan pada
trimester ketiga. Pertumbuhan fetus perlu diperhatikan dan perbedaan ukuran
fetus dengan fetus yang lain perlu diperhatikan karena menandakan
terjadinya restriksi pertumbuhan.
E. Doppler Velocimetry
Evaluasi resistensi vaskuler menggunakan doppler dapat mengukur fetal
well-being. Peningkatan resistensi dengan penurunan kecepatan aliran
diastolic biasanya terdapat pada pertumbuhan fetus yang terhambat. Gerson
dkk. (1987) menggunakan duplex dopller untuk mengukur aliran darah vena
umbilikus dan rasio kecepatan aliran arteri sistolik-diastolik untuk
memprediksi perbedaan pertumbuhan pada hamil kembar. Hasil yang
didapat dari studi ini cukup baik untuk menilai perbedaan pertumbuhan pada
hamil kembar. Ezra dkk. (1999) menemukan bahwa pada kehamilan triplet
dan quadruplets, tidak adanya end-diastolic blood flow pada arteri umbilikal
berhubungan dengan BBLR dan mortalitas perinatal.
H. Pematangan Paru
Pematangan paru janin pada kehamilan kembar juga dapa diukur dengan
rasio lesitin-sfingomielin. Janin terbesar lebih sering mengalami ARDS
dibandingkan janin yang berukuran lebih kecil
Persalinan Gemelli
Semua persiapan untuk resusitasi dan perawatan bayi premature disediakan.
Golongan darah ibu sudah ditentukan dan persediaan darah diadakan mengingat
kemungkinan perdarahan postpartum lebih besar.
Kala I diperlukan seperti biasa bila anak pertama letaknya memanjang. Karena
sebagian besar persalinan kembar bersalin prematur, maka pemakaian sedativa
perlu dibatasi. Episiotomi mediolateral dikerjakan untuk memperpendek kala
pengeluaran dan mengurangi tekanan pada kepala bayi.
Setelah bayi pertama lahir, segera dilakukan pemeriksaan luar dan vaginal
untuk mengetahui letak dan keadaan janin kedua. Bila janin dalam letak
memanjang, selaput ketuban dipecahkan dan air ketuban dialirkan perlahan-
lahan untuk menghindarkan prolapsus funikuli. Penderita dianjurkan meneran
atau dilakukan tekanan terkendali pada fundus uteri, agar bagian bawah janin
masuk dalam panggul. Jalan kedua turun dengan cepat sampai ke dasar panggul
dan lahir spontan karena jalan lahir telah dilalui anak pertama. Tenggang waktu
antara lahirnya anak pertama dan anak kedua adalah 5-15 menit. Kelahiran anak
kedua kurang dari 5 menit setelah anak pertama lahir, dengan tindakan yang
cepat ini dapat menimbulkan trauma persalinan pada anak. Kelahiran anak
kedua lebih dari 30 menit dapat menimbulkan insufisiensi uteroplasental, karena
berkurangnya volume uterus dan juga dapat terjadi solusio plasenta sebelum
anak kedua dilahirkan.
Bila janin kedua dalam letak melintang, denyut jantung janin tidak teratur,
terjadi prolapsus funikuli, atau solusio plasenta, atau bila persalinan spontan
tidak terjadi dalam 15 menit, maka janin perlu dilahirkan dengan tindakan
obstetrik karena risiko akan meningkat dengan meningkatnya waktu. Dalam hal
letak lintang dicoba untuk mengadakan versi luar dan bila tidak berhasil maka
segera dilakukan versi-ekstraksi tanpa narkosis. Pada janin dalam letak
memanjang dapat dilakukan ekstraksi cunam pada letak kepala dan ekstraksi
kaki pada letak sungsang.
Seksio sesarea pada kehamilan kembar dilakukan atas indikasi janin pertama
dalam letak lintang, prolapsus funikuli, plasenta previa dan lain-lain.
Komplikasi
Beberapa komplikasi unik dapat berkembang pada gemeli. Walau paling sering
telihat pada kehamilan ganda, hal ini dapat juga terjadi pada kehamilan triplet
dan seterusnya.
A. Aborsi
B. Malformasi
C. Kembar monoamnion
D. Kembar siam
E. Acardiac twin
F. Anastomosis pembuluh darah antar janin
G. Discordant twin
H. Persalinan preterm
I. Kematian salah satu janin
J. Complete hydatidiform dan coexisting fetus
K. Berat Badan Lahir Rendah
L. Intrauterine Growth Retardation (IUGR)
M. Preeclampsia /Toxemia / Pregnancy Induced Hypertension (PIH)
N. Diabetes Gestasional
O. Abruptio Placentae
A. Aborsi
Aborsi spontan sering terjadi pada janin multipel. Abortus monokhorionik
lebih sering daripada dikhorionik (18 : 1), mengimplikasikan bahwa
monozigot sebagai faktor risiko untuk aborsi spontan.
B. Malformasi
Insidens malformasi kongenital lebih tinggi pada kehamilan kembar daripada
janin tunggal. Malformasi mayor berkembang sekitar 2 persen dan
malfomrasi minor sekitar 4 persen dari janin kembar. Peningkatan ini hampir
bersamaan dengan tingginya insidens defek struktural kembar monozigot.
Menurut Schinzl dan asosiasi (1979), anomali pada kembar monozigot
umumnya dibagi menjadi tiga kategori:
Defek hasil dari proses pembentukan kembar sendiri, dimana beberapa
menilai sebagai kejadian teratogenik. Kategori ini termasuk kembar siam,
anomali akardiak, sirenomelia, defek tuba neural, dan holoprosencephali.
Defek hasil dari perubahan vaskular kembar monokhorionik.
Anastomosis vaskular dapat menyebabkan aliran balik dengan akardia
pada satu kembar. Alternatifnya, jika satu kembar mati dan koagulasi
intravaskular berkembang, hubungan ini dapat menyebabkan emboli ke
kembar yang hidup. Hubungan vaskular dapat menyebabkan fluktuasi
tekanan darah, menyebabkan defek seperti mikrosefali, hidranensefali,
atresia intestinal, aplasia kutis, atau amputasi anggota gerak.
Defek yang muncul sebagai hasil crowding. Contohnya talipes
equinovarus (kaki gada) atau dislokasi pinggang kongenital. Kembar
dizigot juga menjadi subjek dari hal ini.
Hidramnion persisten dihubungkan dengan anomali janin satu atau dua
kembar. Hashimoto dan kolega (1986) secara subjektif mengidentifikasi
peningkatan cairan amnion pada seperempat dari 75 kehamilan kembar. Pada
sembilan kehamilan, hidramnion hanya sesaat, dan semua janin normal. Pada
9 dari 10 kehamilan dimana hidramnion persisten, janin memiliki anomali.
C. Kembar monoamnion
Sebanyak 1% kembar monozigot adalah monoamnion. Variasi kembar
monozigot ini dikaitkan dengan jumlah kematian janin yang tinggi.
Penyebab utama dari kematian adalah lilitan antar tali pusat. Kematian
akibat lilitan tali pusat ini muncul di awal kehamilan dan kehamilan yang
telah mencapai 30 minggu memiliki risiko yang jauh lebih rendah. Kembar
monoamnion ini ditatalaksana dengan penilaian tiap 2 minggu sejak usia
kehamilan 28 minggu. Jika tes menunjukkan variabilitas laju denyut jantung
dan tidak ada deselerasi laju jantung, amniocentesis dilakukan untuk menilai
kematangan paru pada usia kehamilan 34 minggu. Operasi caesar dilakukan
jika tes menunjukkan kematangan paru atau setelah usia kehamilan 36
minggu. Betamethasone digunakan untuk mematangkan paru.
D. Kembar siam
Bagian tubuh yang melekat dapat anterior (thoracopagus), posterior
(pygopagus), cephalic (craniopagus), atau caudal (ischiopagus). Yang paling
banyak adalah jenis thoracopagus. Pembelahan lempeng embrionik dapat
dimulai pada salah satu atau kedua kutub dan dapat menghasilkan dua
kepala; dua, tiga, atau empat tangan; dua, tiga, atau empat kaki; atau
kombinasi. Frekuensi kembar siam belum ditetapkan dengan pasti, tetapi
data dari Tan (1971) menemukan kembar siam 1 di antara 60.000.
Diagnosis dibuat pada pertengahan kehamilan menggunakan ultrasonografi
(USG), sehingga orang tua dapat memutuskan untuk melanjutkan kehamilan
atau tidak. Pemeriksaan USG lengkap meliputi evaluasi tempat penempelan
dan organ yang terlibat. Pembedahan untuk memisahkan kembar siam dapat
berhasil jika organ vital tidak terlibat. Kembar siam yang telah mampu hidup
di luar kandungan sebaiknya dilahirkan melalui operasi Caesar. Namun
demikian, persalinan pervaginam dapat dilakukan, meski distosia sering
terjadi dan dapat menimbulkan trauma jalan lahir.
E. Acardiac twin
Twin reversed arterial perfusion (TRAP) sequence merupakan komplikasi
serius kehamilan ganda monokorion monozigot. Angka kejadiannya jarang
yaitu 1 di antara 35.000 kelahiran. Pada TRAP sequence, terdapat janin
donor yang memiliki tampilan gagal jantung dan janin resipien yang tidak
memiliki jantung (acardius). Penyebab TRAP sequence terdapat di embrio
oleh shunt arteri ke arteri di plasenta, sering diikuti shunt vena ke vena.
Tekanan perfusi pada janin donor melebihi pada janin resipien yang
menerima darah balik dari janin kembarannya. Darah arteri yang telah
terpakai yang mencapai janin resipien lebih banyak menuju pembuluh darah
iliaka sehingga hanya mendarahi bagian bawah tubuh, menimbulkan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan tubuh bagian atas. Gangguan
pertumbuhan kepala disebut acardius acephalus, kepala yang berkembang
sebagian dengan tubuh yang berkembang baik disebut acardius
myelacephalus, dan kegagalan pembentukan struktur yang dapat dikenali
adalah acardius amorphous.
Tanpa penanganan, janin donor dilaporkan mati antara 50-75%. Tujuan
penanganan adalah pemutusan sambungan pembuluh darah antara janin
donor dan resipien. Hal ini dapat dilakukan dengan transabdominal
fetoscopy untuk mengikat tali pusat. Atau radioablasi menggunakan jarum
14-gauge untuk memotong pembuluh darah tali pusat. Ablasi dilakukan pada
usia kehamilan 18-24 minggu. Akhir-akhir ini, survival rate mencapai 9 dari
10 janin donor. Salah satu pilihan tatalaksana lain adalah expectant
management sambil mengawasi janin secara ketat.
Pada TTTS, darah ditransfusi dari janin donor ke resipien sehingga donor
menjadi anemia dan pertumbuhannya terhambat, sedangkan resipien menjadi
polisitemia dan berkembang menjadi overload sirkulasi yang bermanifestasi
sebagai hidrops. Janin donor menjadi pucat sedangkan resipien pletorik.
Trombosis oklusif dapat terjadi pada keadaan ini. Polisitemia dapat menuju
hiperbilirubinemia berat dan kernikterus.
G. Discordant twin
Ketidakseimbangan ukuran antar bayi kembar dapat merupakan tanda
hambatan pertumbuhan pada salah satu janin. Ketika perbedaan berat badan
meningkat, mortalitas perinatal juga turut meningkat secara proporcional.
Terhambatnya pertumbuhan salah satu janin terjadi pada akhir trimester
kedua dan awal trimester ketiga. Semakin awal ketidakseimbangan ini
muncul, semakin serius komplikasi yang timbul.
H. Persalinan Preterm
Persalinan preterm/partus prematurus adalah persalinan yang terjadi pada
umur kandungan kurang dari 37 minggu..
N. Gestational Diabetes
Gestational diabetes adalah suatu bentuk sementara (pada kebanyakan kasus)
dari Diabetes ,dimana tubuh ibu mengalami resistensi insulin pada
kehamilan.Peningkatan resiko Diabetes Gestasional pada Gemelli terjadi
akibat keberadaan 2 plasenta yang makin meningkatkan resistansi terhadap
insulin,peningkatan ukuran plasenta dan elevasi pada tingkat hormonal
plasenta
O. Abruptio Placentae
Abrupsio Plasenta adalah pemisahan plasenta dari uterus Abrupsio Plasenta
terjadi 3 kali lebih banyak pada Kehamilan multiple.Hal ini dapat
dihubungkan dengan peningkatan resiko terhadap terjadinya
Preeklamsia.Umumnya terjadi pada Trimester ke-3 ,dengan resiko yang
meningkat secara signifikan setelah bayi pertama telah dilahirkan
pervaginam.
B A B III
PEMBAHASAN KHUSUS
Pasien Ny. AS, 18 tahun didiagnosis G1 H26 minggu, janin gemeli; kepala-
kepala; hidup keduanya. Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis,
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan
keluhan utama pasien mulas-mulas sejak 1 hari SMRS. Pasien mengaku hamil 6
bulan. HPHT 16 Mei 2008, Taksiran partus 23 Februari 2009. Usia kehamilan
24 minggu 3 hari. Saat kontrol di bidan dikatakan perut lebih besar dari usia
kehamilan. Gerak janin dirasakan aktif. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda
vital pasien dalam batas normal. Status obstetri didapatkan TFU: 34 cm, TBJ
3000 g keduanya, letak lintang, kontraksi reguler. I: v/u tenang. Io: portio licin,
ostium tertutup, fluor (-), fluxus (+). VT: portio kenyal, posterior, p = 1 cm,
pembukaan (-), bagian terbawah janin belum masuk PAP.
Pada kehamilan gemelli ini didapatkan dugaan adanya komplikasi, yakni suspek
TTTS. Hal ini diperoleh dari hasil pemeriksaan USG yang menyatakan adanya
perbedaan berat sebesar 20% (846 g dan 430 g) dan hanya terdapat 1 plasenta
saja. Komplikasi TTTS ini memiliki bentuk yang paling serius antara usia
kehamilan 18-26 minggu. Dan survival rate pada kasus yang terdiagnosis
sebelum usia kehamilan 28 minggu bervariasi antara 7-75%. Pada pasien ini
kemudian dilakukan amnioreduction dan septostomy pada tanggal 6 November
2008 sebagai terapi untuk TTTS.
Selain itu pada kasus ini juga terjadi komplikasi preterm premature rupture of
the membranes (PPROM), dimana terjadi ruptur/pecahnya ketuban sehingga
terjadi kontraksi dan pembukaan serviks yang terjadi sebelum mencapai minggu
ke-38 dari kehamilan. Hal ini tentu berisiko untuk terjadinya infeksi intrauterin.
Pada kasus ini diberikan antibiotik ampicillin sulbactam untuk mencegah
terjadinya infeksi intrauterin.
Kontraksi berulang dengan skor Tokolisis 8 ditegakkan atas dasar terdapatnya
dilatasi servix(3), tidak ditemukan perdarahan pervaginam(0), terdapatnya
ruptur membran(3) dan aktivitas uterus yang irregular(2).
Beberapa masalah yang terkait yang diderita oleh ibu ini yang mempengaruhi
kehamilannya adalah Infeksi saluran kemih, anemia mikrositik hipokrom ec
thalasemia trait, dan hipoalbuminemia. Infeksi saluran kemih ditegakkan atas
dasar ditemukannya bakteri + dan nitrit + pada pemeriksaan urinalisis. Anemia
mikrositik hipokrom ec thalasemia trait ditegakkan atas dasar pemeriksaan
laboratorium hematologi, yakni Hb = 10,8 gr%, MCV/MCH/MCHC=
72,2/22,9/31,8, Analisa Hb = HbA2: 4,10, HbF: 0,43, RDW-CV: 19,0. Masalah
anemia ini ditatalaksana dengan pemberian Hemobion 2 x 1 tablet. Masalah
hipoalbuminemia ini ditegakkan atas penemuan hasil laboratorium kimia darah
yang menunjukkan nilai albumin 2,1 g/dL. Masalah ini ditatalaksana dengan
diet TKTP ekstra putih telur 6 butir/hari.
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam bonam. Angka mortalitas ibu lebih
ditentukan oleh baiknya keadaan umum ibu yang dipantau melalui perawatan
antenatal yang baik. Quo ad functionam untuk kehamilannya bonam karena
fungsi uterus pasca persalinan masih dapat kembali berfungsi.. Prognosis ad
sanationam pasien adalah dubia ad bonam. Kesembuhan pasien pasca partus
dipengaruhi keadaan umum pasien yang dalam hal ini cukup baik. Pada pasien
ini masih bisa didapatkan hamil gemelli untuk kehamilan berikutnya.
Prognosis bayi quo ad vitam dubia ad malam karena bayi belum cukup bulan.
Angka mortalitas bayi preterm multipel empat kali lipat lebih tinggi
dibandingkan kelahiran tunggal. Prognosis quo ad functionam pada bayi ini
dubia ad malam disebabkan belum matangnya fungsi organ-organ tubuh untuk
dapat beradaptasi dengan lingkungan ekstrauterin.
Pada hari perawatan keempatbelas, terdapat bukaan serviks lebih dari 4 cm dan
dinyatakan inpartu serta didapatkan kontraksi adekuat. Presentasi bayi kepala-
kepala, kedua bayi hidup. Pasien direncanakan untuk partus pervaginam. Bayi
pertama dan kedua dilahirkan secara spontan. Bayi pertama dengan berat 700
gram dan panjang 30 cm, jenis kelamin perempuan. Bayi kedua berjenis
kelamin perempuan dengan berat bayi 900 gram dan panjang 33 cm. Kedua
bayi dirawat di NICU.