You are on page 1of 30

1

BAB I
LANDASAN TEORI
1.1 Pengertian
1. Asfiksia neonaturum adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan
tidak segera bernafas spontan dan teratur setelah dilahirkan.
(Mochtar, 2011:427).
2. Asfiksia neonaturum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin
meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut (Manuaba, 2010:319).
3. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis.
Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan
otak dan kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital
lainnya (Prawirohardjo, 2008:347).

1.2 Etiologi
Etiologi terjadinya asfiksia neonaturum menurut Manuaba (2010:329) adalah :
1. Gangguan sirkulasi menuju janin
a) Gangguan aliran pada tali pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Simpul tali pusat
3) Tekanan pada tali pusat
4) Ketuban telah pecah
5) Kehamilan lewat waktu
b) Pengaruh obat
Karena narkosa saat persalinan
2. Faktor ibu
a. Gangguan his : tetania uteri-hipertoni
b. Turunnya tekanan darah dapat mendadak : perdarahan pada plasenta
previa dan solusio plasenta
c. Vasokontriksi arterial : hipertensi pada hamil dan gestosis
preeklampsia-eklampsia
d. Gangguan pertukaran nutrisi/O2 : solusio plasenta
Sedangkan menurut Azwar (2008:108) penyebab asfiksia ialah:
1. Faktor Ibu 1
a. Preeklamsia/eklamsia
b. Perdarahan abnormal (Plasenta previa atau solusio plasenta)
2

c. Partus lama atau partus macet


d. Demam selama persalinan
e. Infeksi berat (malaria, sfilis, TBC, HIV)
f. Kehamilan lewat waktu (lebih dari 42 minggu)
2. Faktor tali pusat
a. Lilitan tali pusat
b. Tali pusat pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat
3. Faktor bayi
a. Bayi premature (sebelum UK 37 minggu)
b. Persalinan dengan tindakan
c. Kelainan bawaan
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).

1.3 Gambaran Klinis


Gambaran klinis asfiksia neonaturum menurut Manuaba (2010:428) ada 2
yaitu:

Asfiksia lividae (biru)


2. Asfiksia pallida (putih)
Perbedaan Asfiksia lividae Asfiksia pallida
Warna kulit Kebiru-biruan Pucat
Tonus otot Masih baik Kurang
Reaksi rangsangan Positif Negatif
Bunyi jantung Masih teratur Tidak teratur
Prognosis Lebih baik Jelek

Menurut Azwar (2008:109) gejala dan tanda dari asfiksia adalah:


1. Tidak bernafas atau megap-megap
2. Warna kulit kebiruan
3. Kejang
4. Penurunan kesadaran
Semua bayi dengan tanda-tanda asfiksia memerlukan perawatan dan perhatian
khusus.

1.4 Patogenesis
Proses terjadinya asfiksia neonaturum menurut Mochtar (2011:428) adalah :
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbul rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga bunyi jantung janin menjadi lambat. Bila
kekurangan O2 ini terus berlangsung, maka nervus vagus tidak dapat
3

dipengaruhi lagi. Maka akan timbul rangsangan dari nervus simpatikus. DJJ
menjadi lebih cepat akhirnya irregular dan menghilang.
Secara klinis tanda-tanda asfiksia adalah denyut jantung janin yang lebih cepat
dari 160 kali permenit atau kurang dari 100 kali permenit, halus dan irregular,
serta ada pengeluaran mekonium.
Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai
tanda janin dalam asfiksia.
Jika DJJ normal dan ada mekonium, janin mulai asfiksia.
Jika DJJ lebih dari 160 kali permenit dan ada mekonium, bayi sedang asfiksia
Jika DJJ kurang dari 100 kali permenit dan ada mekonium, bayi dalam kedaan
gawat.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterine, dan bila kita periksa
kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. Bronkus
tersumbat dan tejadi atelektasis, bila janin lahir alveoli tidak berkembang.
1.5 Diagnosis
Diagnosis asfiksia neonaturum menurut Mochtar (2011:428-429) adalah:
In utero :
1. DJJ irregular dan frekuensinya lebih dari 160 atau kurang dari 100 kali
permenit
2. Terdapat mekonium dalam air ketuban (letak kepala)
3. Analisa air ketuban / amnioskopi
4. Kardiotokografi
5. Ultrasonografi
Setelah bayi lahir :
1. Bayi tampak pucat dan kebiruan serta tidak bernafas
2. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak, maka ada gejala neorologik
seperti kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik / tidak menangis.

2 Prognosis
Asfiksia lividae lebih baik dari pallid. Prognosis tergantung pada kekurangan
O2 dan luasnya perdarahan dalam otak. Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan
pulih kembali harus dipikirkan kemungkina menderita cacat mental seperti
epilepsi dan bodoh pada masa mendatang (Mochtar,2011:429).
4

3 Profilaksis
Menurut Mochtar (2011:429) yang harus diperhatikan untuk profilaksis
adalah:
3.4 Hindari forsep tinggi, versi dan ekstraksi pada panggul sempit, serta
pemberian pituitarin dalam dosis tinggi
3.5 Bila ibu anemis, perbaiki keadaan ini dan bila ada perdarahan berikan O 2
dan darah segar
3.6 Jangan berikan obat bius pada waktu yang tidak tepat, dan jangan
menunggu terlalu lama pada kala II.

4 Penilaian Asfiksia Neonatorum


4.4 Teori Asfiksia APN
Menurut Azwar (2008: 112), segera setelah lahir meletakkan bayi di atas
perut bawah ibu atau dekat perineum (harus bersih dan kering). Cegah
kehilangan panas dengan menutupi tubuh bayi dengan kain/handuk yang
telah disiapkan sambil melakukan penilaian dengan menjawab 2
pertanyaan (gerak dan tangis) :
a. Apakah bayi menangis kuat, tidak bernafas atau megap-megap?
b. Apakah bayi lemas?
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa bayi baru lahir perlu
resusitasi, segera lakukan tindakan yang diperlukan. Penundaan
pertolongan dapat membahayakan keselamatan bayi. Jepit dan potong tali
pusat dan pindahkan bayi ke tempat resusitasi yang telah disediakan.
Lanjutkan dengan langkah awal resusitasi dengan HAIKAP. Jika pada
penilaian bayi tetap bernafas megap-megap dan bayi lemas, lakukan VTP
(Azwar, 2008:112).
4.5 Klasifikasi Nilai APGAR
Menurut Mochtar (2011:430) :
SCORE 0 1 2
A : APPEARANCE Pucat Badan Badan dan
(warna kulit) kebiruan kemerahan ekstremitas
ekstremitas kemerahan
pucat/ kebiruan
P : PULSE Tidak ada <100 >100
(denyut nadi) kali/menit kali/permenit
G : GRIMACE Tidak ada Menyeringai Batuk, bersin
5

(reaksi rangsangan) respon


A : ACTIVITY Pasif Ekstremitas Gerak aktif
(tonus otot) fleksi
R : RESPIRATION Tidak ada Merintih Menangis kuat
(pernafasan)

a. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)


Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian O2 terkendal.
Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus
bikarbonat 7,5 % dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan, dan cairan
glukosa 40% 1-2 ml per kg berat badan, diberikan via vena umbilikus.
b. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat
bernafas normal kembali.
c. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-9)
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10.

5 Penatalaksanaan
Penanganan pada asfiksia neonaturum menurut Mochtar (2011:429) adalah :
5.4 Jangan biarkan bayi kedinginan (balut dengan kain), bersihkan mulut dan
jalan nafas.
5.5 Lakukan resusitasi (respirasi artifisialis) dengan alat yang dimasukkan ke
dalam mulut untuk mengalirkan O2 dengan tekanan 12 mmHg. Dapat juga
dilakukan mouth to mouth respiration, heart massage (masase jantung),
atau menekan dan melepaskan dada bayi.
Pemberian O2 harus hati-hati terutama pada bayi premature. Bisa
menyebabkan lenticular fibrosis oleh pemberian O 2 dalam konsentrasi
lebih dari 35% dan lebih dari 24 jam, sehingga bayi menjadi buta.
5.6 Gejala perdarahan otak biasanya timbul pada beberapa hari post partum,
jadi kepala dapat direndahka, supaya lendir yang menyumbat pernafasan
dapat keluar.
5.7 Kalau dugaan perdarahan otak berikan injeksi vitamin K1-2 mg.
5.8 Berikan transfusi darah via tali pusat atau pemberian glukosa.
Menurut Manuaba (2010:330) tindakan penanganan asfiksia neonaturum :
1. Tindakan pertolongan umum
5.8.1 Kepala bayi diletakkan pada posisi yang lebih rendah
6

5.8.2 Bersihkan jalan napas dari lendir : mulut dan tenggorokan, saluran
napas bagian atas
5.8.3 Mengurangi kehilangan panas badan bayi dengan membungkus
dan memandikan air hangat
5.8.4 Memberikan rangsangan menangis memukul telapak kaki, atau
menekan tendon pada tumit bayi
5.8.5 Dalam ruang gawat darurat bayi selalu tersedia : pengisap lendir
bayi dan O2 dengan maskernya.
Menurut Azwar (2008:112-120) penanganan bayi baru lahir dengan asfiksia
adalah:
1. Langkah awal (dilakukan dalam30 detik) yaitu:
a. jaga bayi tetap hangat, dengan menyelimuti bayi di atas perut ibu atau
didekat perineum. Potong tali pusat bayi, pindahkan bayi ke tempat
resusitasi
b. atur posisi bayi, bahu bayi diganjal kain agar kepala bayi sedikit
ekstensi
c. Isap lendir, gunakan alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
Pertama hisap hisap lendir di mulut selanjutnya isap lendir di hidung.
Hisap lendir sambil menarik penghisap.
d. Keringkan dan rangsang bayi, keringkan bayi mulai dari muka, kepala,
dan bagian tubuh lain. Lakukan rangsang taktil dengan beberapa cara
yaitu menepuk atau menyentil telapak kaki bayi atau menggosok
punggung, perut dada dan tungkai bayi.
e. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi
f. Lakukan penilaian bayi jika bayi bernapas normal lakukan perawatan
bayi baru lahir normal dan segera susukan bayi ke ibu. Jika bayi masih
bernafas megap-megap lakukan tindakan ventilasi
2. ventilasi, ventilasi dilakukan dengan cara:
a. pasang sungkup dan perhatikan perlekatannya
b. ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cmair (ventilasi percobaan). Amati
gerakan dada bayi
c. bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan
20 cmair dalam 30 detik
d. penilaian apakah bayi menangis dan bernafas spontan dan teratur?
Jika bayi sudah bernapas normal, hentikan ventilasi dan pantau
keadaan bayi serta lakukan perawatan pasca resusitasi.
7

Jika bayi belum bernafas dan megap-megap, lanjutkan ventilasi


dengan tekanan 20 cm air, 20 x dalam 30 detik berikutnya. Evaluasi
hasil ventilasi tiap 30 detik. Lakukan penilaian awal apakah bayi
bernafas, tidak bernafas atau megap-megap?
Jika bayi sudah mulai bernafas normal hentikan ventilasi dan pantau
keadaan bayi serta lakukan perawatan pasca resusitasi.
Jika bayi tidak bernafas dan megap-megap, lanjutkan ventilasi dengan
tekanan 20 cm air, 20 x dalam 30 detik.
Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas normal setelah dilakukan
ventilasi selama 2 menit.
Bila bayi tidak dapat dirujuk, lanjutkan ventilasi sampai 20 menit,
pertimbangkan untuk menghentikan tindakan resusitasi jika setelah 20
menit upaya ventilasi gagal.
Bayi yang tidak bernafas normal setelah 20 menit diresusitasi akan
mengalami kerusakan otak sehingga bayi akan menderita kecacatan
yang berat atau meninggal.
3. Asuhan pasca resusitasi
5.8.5.3.1.1.1.1 resusitasi berhasil. Berikan konseling pada ibu dan keluarga tentang
hasil tidakan, untuk segera memberikan ASI pada bayi, menjaga
kehangatan bayi, mengawasi pernafasan bayi, da melapor ke penolong
jika terjadi gawat bayi.
Melakukan perawatan bayi baru lahir normal
Melakukan pemantauan seksama terhadap bayi pasca resusitasi selama
2 jam PP. Meliputi frekuensi nafas, tarikan dinding dada saat bernafas,
KU bayi.
Menjaga bayi tetap hangat, tunda memandikan bayi 6-24 jam setelah
lahir, perhatikan suhu tubuh bayi.
5.8.5.3.1.1.1.2 Asuhan bayi baru lahir yang dirujuk
Periksa keadaan bayi selama diperjalanan (pernafasan, warna kulit,
suhu tubuh) dan catatan medik
Jaga bayi tetap hangat selama diperjalanan
Lindungi bayi dari sinar matahari
Beritahu ibu untuk segera menyusui bayinya, kecuali ada
kontraindikasi lain.
8

Asuhan lanjutan setalah bayi pulang dari tempat rujukan akan


membantu ibu dan bayi apabila kemudian terjadi masalah dapat di
antisipasi sejak dini.
5.8.5.3.1.1.1.3 Resusitasi tidak berhasil
Bayi gagal bernafas setalah 20 menit tindakan resusitasi maka hentikan
tindakan tersebut. Biasanya bayi akan mengalami kecacatan berat atau
meninggal. Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral dan secara
hati-hati ajak ibu dan keluarga memahami masalah dan musibah yang
terjadi dan berikan dukungan sesuai nilai budaya setempat.

6 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada asfiksia neonaturum menurut
Wirjoatmodjo (2008:168) adalah :
6.4 Sembab otak
6.5 Perdarahan otak
6.6 Anuria atau oliguria
6.7 Hyperbilirubinemia
6.8 Obstruksi usus yang fungsional
6.9 Kejang sampai koma
6.10 Komplikasi akibat resusitasi : pneumothorax

7 Pengkajian Data
1. Data subyektif
a) Identitas/biodata
Identitas bayi dan orang tua diperlukan sebagai alat pengenal yang
efektif yang harus diberikan pada bayi segera setelah persalinan untuk
memudahkan identifikasi bayi (Saifuddin,2002:N-35).
7.4.1.1.1.1 Nama
Ditanyakan nama anak dan orang tuanya agar tidak keliru bila ada
kesamaan nama dengan penderita lain (Cristina, 2008:84).
7.4.1.1.1.2 Jumlah saudara
Jumlah anak banyak sosial ekonomi cukup akan mengakibatkan
berkurangnya perhatian dan kasih sayang diterima anak, lebih-
lebih kalau jarak anak terlalu dekat. Pada keluarga sosial ekomomi
9

kurang, jumlah banyak mengelambatkan selain kasih sayang,


perhatian kurang juga kebutuhan primer tidak terpenuhi
(Ngastiyah, 2005:10).
7.4.1.1.1.3 Jenis kelamin
Anak laki-laki lebih sering sakit dibanding anak perempuan, tetapi
belum diketahui secara fisik mengapa demikian
(Ngastiyah, 2005:6).
7.4.1.1.1.4 Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak-anak sedini
mungkin karena dengan memahami agama akan menuntut umatnya
untuk berbuat kebaikan dan kebajikan (Ngastiyah, 2005:10).
7.4.1.1.1.5 Ras/suku bangsa
Pertumbuhan somatik juga dipengaruhi oleh ras/suku bangsa.
Bangsa kulit putih/ras Eropa mempunyai pertumbuhan somatik
lebih tinggi daripada bangsa Asia (Ngastiyah 2005:10).
7.4.1.1.1.6 Pendidikan ayah dan ibu
Pendidikan orang tua merupaka salah satu faktor penting dalam
tumbuh kembang anak karena dengan pendidikan yang baik maka
orang tua dapat menerima informasi tentang cara pengasuhan anak
yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya dan
pendidikannya (Ngastiyah, 2005:10).
7.4.1.1.1.7 Pekerjaan/pendapatan keluarga
Pekerjaan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh
kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder
(Ngastiyah, 2005:10).
b) Keluhan utama
Keadaan bayi tidak bernafas spontan setelah bayi lahir.
(Mochtar, 2011:427).
c) Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan ibu
10

Turunnya tekanan darah dan DM dapat menyebabkan bayi asfiksia


(Manuaba, 2010:319).
2) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit menahun atau menular seperti TBC, DM, hypertensi
dapat menyebabkan bayi asfiksia.
d) Riwayat kebidanan
1) Riwayat kehamilan ibu
Gizi ibu yang jelek, sebelum terjadi kehamilan maupun waktu
hamil lebih sering melahirkan BBLR, lahir mati, hambatan
pertumbuhan otak janin, anemia pada BBL, mudah terkena infeksi,
abortus, dan lain-lain (Ngastiyah, 2005:3).
Riwayat kehamilan dengan hypertensi, preeklamsi, eklamsi,
kehamilan lewat waktu, KPD, solusio plasenta, plasenta previa,
tetani uteri-hipertensi dapat menyebabkan bayi asfiksia
(Manuaba,2010:319).
2) Riwayat persalinan
Riwayat persalinan dengan lilitan tali pusat, simpul tali pusat,
tekanan pada tali pusat, rupture uteri, pemberian obat bius,
persalinan dengan tindakan (forcep atau vacuum ekstraksi), post
date, fetal distress, dan perdarahan banyak, kemungkinan bayi
yang dilahirkan akan asfiksia (Mochtar, 2011:429).
e) Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Kebutuhan minum bayi BBLC :

Hari pertama =

Hari kedua =

Begitu seterusnya sampai maksimal =

Kebutuhan minum bayi BBLR :


11

Hari pertama =

Hari kedua =

Begitu seterusnya sampai maksimal =

Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya.
2) Eliminasi
Bagaimana BAB meliputi frekuensi, konsistensi, warna, dan bau.
Bagaimana BAK meliputi frekuensi, warna, dan bau.
3) Istirahat dan tidur
Bayi sangat memerlukan istirahat yang cukup. Tidak ada ketentuan
berapa lama harus istirahat dengan bertambahnya umur. Anak yang
mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya karena kegiatan
fisik meningkat(Ngastiyah, 2005:16).
Kebutuhan tidur bayi rata-rata 20 jam perhari.
4) Aktifitas
Apakah bayi bernafas adekuat atau menagis?
Apakah tonus otot bayi baik?
Bila jawaban tidak, maka dilakukan tindakan awal resusitasi.
(Prawirohardjo, 2009:349).

2. Data obyektif
7.4.1.2.1.1.1.1 Keadaan umum : baik, cukup, lemah
7.4.1.2.1.1.1.2 Tanda-tanda vital :
TTV normal menurut Varney (2001:891) adalah :
Nadi = 120-160 x/menit
Bervariasi ketika tidur atau menangis dari 100-180 x/menit.
Suhu = 365C - 375C
Nafas = 40 -60 x/menit
12

Jika bayi asfiksi menurut Manuaba (2010:320) :


1) Detak jantung meningkat 160 kali permenit-tingkat permulaan
2) Mungkin jumlah sama dengan normal tetapi tidak teratur
3) Jumlah menurun dibawah 100 kali permenit apalagi disertai irama
yang tidak teratur.
Dan juga ditandai dengan bayi tidak dapat bernafas spontan (Mochtar,
2011:467).
7.4.1.2.1.1.1.3 Antropometri
1) Berat badan
Sebelum anak ditimbang, skala timbang harus pada angka nol (0)
(Ngastiyah, 2005 : 7).
2) Tinggi badan (TB)
TB rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm. secara garis besar,
tinggi badan anak dapat diperkiraan (Ngastiyah, 2005:21).
3) Lika
Lika (sircumferencia fronto oksipitalis) bayi baru lahir di
Indonesia, rata-rata 33 cm (Ngastiyah, 2005:23).
7.4.1.2.1.1.1.4 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Hasil pemeriksaan fisik dicatat, data yang menunjang pernafasan tidak
teratur atau megap-magap, bayi sesak atau terjadi penarikan intercosta,
kulit pucat atau kebiruan.
Pemeriksaan head to toe menurut Ngastiyah (2005:12-13) :
1) Muka ,menunjukkan sakit, susah bernafas, kekuatan, perasaan
tidak senang, gangguan mental atau sakit akut, juga dicatat tentang
kebersihan seperti kebersihan rambut, leher, kuku, kaki dan
pakaian.
2) Mata, pemeriksaan pada mata termasuk pemeriksaan apakah ada
infeksi, bagaimana struktur, ukuran, simetris atau tidak, kornea dan
keadaan retina.
13

3) Hidung, pemeriksaan hidung apakah membengkak, ada cairan/tidak


warna, kemungkinan infeksi pada jalan pernafasan.
4) Mulut, dilihat kondisi bibir, warna dan apakah ada kelainan bentuk
bibir.
5) Telinga, pemeriksaan pada telinga apakah simetris letaknya/tidak
adanya infeksi seperti otitis media dan berbau.
6) Leher, pada leher dilihat adanya pembengkakan pada kelenjar
dibawah rahang seperti pada keadaan campak, infeksi mulut dan
saluran pernafasan.
Vena leher yang membesar terdapat pada gangguan pernafasan
pada ekspirasi seperti asma. Pembengkakan kelenjar tyroid yang
terdapat pada dasar tekak bila diraba apakah membesar atau tidak.
7) Dada, simetris, tidak ada retraksi interkosta, pernafasan
teratur/tidak.
8) Perut, apakah ada hernia umbilikalis, apakah buncit, bagaimana
kebersihannya.
9) Genetalia, pada laki-laki dapat dilihat :
Apakah glans penis baik bentuknya.
Bagaimana testis, apakah sudah turun benar terutama pada bayi.
Keadaan scrotum apakah simetris.
Bagaimana BAK lancar/tidak, terdapat penyumbatan.
Pada perempuan dapat dilihat ada labia mayor dan labia minor,
apakah labia mayor sudah menutupi labia minor.
10)Anus, keadaan lubang anus, apakah ada haemoroid prolaps dan
sebagainya.
11) Ekstremitas, apakah simetris/tidak lengkap/tidak terutama jari-jari,
kebersihan, kuku, kaki dan ketiak

3. Analisa data
Setelah diperoleh data yang akurat langkah selanjutnya yaitu analisa data.
Analisa data menurut Kepmenkes No.938/2007 merupakan hasil dari
14

pengumpulan semua informasi yang akurat, relevan, dan lengkap dari


semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. bidan menganalisa
data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya secara
akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang
tepat

8 Diagnosa Kebidanan
9 Langkah berikutnya dalam melakukan asuhan kebidanan yaitu menegakkan
diagnose. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan dalam
perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan, bidan menegakkan diagnose
berdasarkan data yang diperoleh untuk melakukan asuhan kebidanan yang
sesuai
Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah adalah:
1. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3. Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.
Kemungkinan masalah yang timbul pada asfiksia neonaturum :
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan asfiksia.
2. Resiko terjadinya hipoterm sehubungan dengan adanya proses persalinan
yang abnormal dengan ditandai suhu tubuh dibawah 36C.
3. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek
menghisap lemah.
4. Resiko terjadinya infeksi sehubungan penurunan daya tahan tubuh bayi.
5. Resiko terjadinya hipoglikemia sehubungan dengan metabolisme yang
meningkat.
6. Gangguan hubungan interpersonal antara bayi dan ibu sehubungan dengan
perawatan intensif.

10 Perencanaan
15

Diagnosa : Berdasarkan kemungkinan masalah yang dialami pada neonatus


dengan asfiksia, maka langkah selanjutnya adalah merencanakan tindakan
untuk masing-masing diagnosa dan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
10.4 Masalah I : Gangguan pemenuhan O2 sehubungan
dengan post asfiksia
Tujuan : Neonatus dapat bernafas normal
Kriteria : Pernafasan normal 40-60 x/menit
Irama nafas teratur
Bayi menangis kuat
Intervensi :
a) Letakkan bayi telentang dengan alas yang datar, kepala lurus, dan leher
sedikit tenengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut
diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.
Rasional, memudahkan tindakan
b) Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
Rasional, pernafasan bayi tidak terganggu
c) Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam.
Rasional, deteksi dini komplikasi
d) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian O2 dan pemeriksaan
kadar gas darah arteri.
Rasional, permasalahan segera teratasi

1. Masalah II : Resiko terjadi hipotermi sehubungan dengan adanya proses


persalinan yang lama ditandai suhu tubuh dibawah 36C
Tujuan : Neonatus dalam kondisi hangat
Kriteria : Tubuh bayi kemerahan
Akral dan tubuh bayi hangat
Suhu tubuh normal 365C - 375C
Intervensi :
a) Letakkan bayi telentang diatas pemancar panas.
Rasional, menjaga suhu tubuh bayi hangat
b) Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh,
letakkan bayi diatas handuk / kain yang kering dan hangat.
16

Rasional, menjaga suhu tubuh bayi hangat dan menghindari


kehilangan panas tubuh
c) Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
Rasional, deteksi dini komplikasi
d) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian infus glukosa 5% bila
ASI tidak mungkin diberikan.
Rasional, menjaga keadaan umum bayi baik

2. Masalah III : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan


dengan reflek menghisap lemah.
Tujuan : Neonatus dapat memenuhi kebutuhan nutrisi secara adekuat
Kriteria : Reflek rooting, sucking, swallowing baik
Kebutuhan cairan (susu) dapat di konsumsi
Peristaltik usus (+) 6-12 kali /menit
Intervensi :
a) Lakukan observasi BAB dan BAK (jumlah, frekuensi, dan
konsistensi).
Rasional, deteksi dini komplikasi
b) Monitor turgor dan mukosa mulut.
Rasional, deteksi dini komplikasi
c) Monitor intake dan output.
Rasional, nutrisi bayi termonitor
d) Beri PASI dan ASI sesuai kebutuhan.
Rasional, nutrisi bayi cukup
e) Lakukan control berat badan setiap hari.
Rasional, deteksi dini komplikasi
3. Masalah IV : Resiko terjadinya infeksi sehubungan dengan penurunan
daya tahan tubuh bayi.
Tujuan : Neonatus dalam kondisi sehat
Kriteria : Suhu tubuh tidak meningkat (normal 365C - 375C)
Gerak aktif
17

Intervensi :
a) Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik dalam memberikan asuhan
kebidanan
Rasional, mencegah infeksi
b) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Rasional, mencegah infeksi
c) Pakai baju khusus / skort waktu masuk ruang isolasi (kamar bayi).
Rasional, mencegah infeksi
d) Lakukan perawatan tali pusat minimal 2 kali sehari.
Rasional, mencegah infeksi
e) Jaga kebersihan (badan, pakaian, dan lingkungan bayi)
Rasional, mencegah infeksi
f) Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala cardinal.
Rasional, deteksi dini komplikasi
g) Hindarkan bayi kontak dengan sakit.
Rasional, mencegah penularan penyakit ke bayi
h) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotic.
Rasional, permasalahan segera teratasi

4. Masalah V : Resiko terjadi hipoglikemia sehubungan dengan


metabolisme yang meningkat.
Tujuan : Bayi tidak hipotermi
Kriteria : Bayi dalam kondisi hangat
TTV dalam batas normal
Nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan

Intervensi :
a) Berikan nutrisi secara adekuat dan catat serta monitor setiap pemberian
nutrisi.
Rasional, nutrisi bayi tercukupi
b) Beri selimut dan bungkus bayi serta perhatikan suhu lingkungan.
Rasional, menjaga suhu tubuh bayi
c) Observasi gejala cardinal (suhu, nadi,respirasi).
Rasional, deteksi dini komplikasi
18

11 Pelaksanaan
Langkah-langkah pelaksanaan didalam proses manajemen kebidanan
dilakukan oleh bidan dan sesuai rencana yang telah ditetapkan. Pada
langkah pelaksanaan ini bidan melakukan rencana asuhan kebidanan
secara komprehensif, efektif,efisien,dan aman berdasarkan evidence based
kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Dilaksanakn secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
(Kepmenkes, 2007:6)
1.8 EVALUASI
Setelah dilakukan asuhan maka bidan perlu melakukan evaluasi guna
untuk menilai keberhasilan asuhan yang diberikan. Standar evaluasi menurut
KEPMENKES RI No. 938/MENKES/SK/VIII/2007/Tentang A suhan
Kebidanan, adalah bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan
berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan , sesuai perubahan perkembangan dengan kondisi klien.
Kriteria evaluasi
1) Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan sesuai kondisi klien
2) Hasil evaluasi segera di catat dan dikomunikasikan kepada klien
dan /keluarga
3) Evaluasi dilakukan sesuai standart
4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.

1.9 DOKUMENTASI
Setelah dilakukan asuhan dan evaluasi maka bidan wajib mencatat
dokumentasi. Pencatatan Asuhan Kebidanan adalah sebagai berikut :
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam pemberian
asuhan kebidanan
Kriteria pencatatan asuhan kebidanan:
1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang tersedia (Rekam medis/KMS/Status pasien/buku KIA)
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
O adalah data Objektif, mencatat hasil pemeriksaan
A adalah analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
19

tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan,


dukungan, kolaborasi evaluasi/follow up dan rujukan

Bidan

BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Data
Tanggal : 28 Juli 2012, pukul 00.15 WIB
Tempat : PONED Panekan- Magetan
1. Pengumpulan Data
a. Data Subyektif
2) Biodata
Neonatus
Nama : By. Ny. S
Lahir tanggal : 27 Juli 2012
Jam lahir : 23.10 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Anak ke :2
Alamat : Ploso-Tinil 04/03, Panekan- Magetan
Orang tua
Ibu Ayah
Nama : Ny S Tn H.P
20

Umur : 30 th 31 th
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Tani
Alamat : Ploso-Tinil 04/03, Panekan- Magetan
3) Keluhan Utama
-
4) Riwayat Antenatal
Ibu mengatakan ketika hamil periksa rutin di bidan 7x, keadaan ibu
baik, dari bidan mendapat multivitamin seperti Fe, Vitamin C,
Kalk, Vitamin B Complek. Mendapat penyuluhan tentang
perawatan payudara dan senam hamil.
5) Riwayat Natal
Bayi lahir spontan belakang kepala, U.K 9 bulan, lama persalinan
kala I:7 jam, kala II: 20 21
menit, kala III: 6 menit. Perdarahan 250
cc, bayi lahir tanggal 27 Juli 2012 pukul 23.10 WIB ketika lahir
bayi mengalami lilitan tali pusat, tidak segera menangis, akral biru,
gerak kurang aktif, APGAR score 6, jenis kelamin laki-laki, tidak
cacat, belum dilakukan IMD karena dilakukan tindakan.
6) Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dari pihal ibu dan keluarga tidak ada yang pernah
atau sedang menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis B,
atau penyakit menurun seperti hipertensi, Jantung dan diabetes.
7) Psikososial
Ibu dan keluarga mengharapkan keadaan bayinya segera membaik.
b. Data Obyektif
1) KU lemah, kesadaran komposmentis
2) Bayi lahir tanggal 27 Juli 2012 pukul 23.10 WIB spontan belakang
kepala dengan lilitan tali pusat, nafas lambat dan tidak teratur,
tidak segera menangis, akral biru, gerakan sedikit (AS: 6)
3) Tali pusat telah di potong, belum di ikat, hanya di klem
a) Analisa Data
Tanggal 27 Juli 2012 pukul 23.10 WIB
Diagnosa Data Dasar
By Ny S lahir spontan belakang Data Subjektif:
kepala, aterm, dengan asfiksia 1) Riwayat Natal
sedang Bayi lahir spontan belakang
21

kepala, U.K 9 bulan, lama


persalinan kala I:7 jam, kala
II: 20 menit, kala III: 6 menit.
Perdarahan 250 cc, bayi lahir
tanggal 27 Juli 2012 pukul
23.10 WIB ketika lahir bayi
mengalami lilitan tali pusat,
tidak segera menangis, akral
biru, gerak kurang aktif,
APGAR score 6, jenis kelamin
laki-laki, tidak cacat, belum
dilakukan IMD karena
dilakukan tindakan.
Data Objektif:
1) KU lemah, kesadaran
komposmentis
2) Bayi lahir tanggal 27 Juli 2012
pukul 23.10 WIB spontan
belakang kepala dengan lilitan
tali pusat, nafas lambat dan
tidak teratur, tidak segera
menangis, akral biru, gerakan
sedikit (AS:6)

Potensial gangguan pemenuhan Data Subjektif:


O2 sehubungan dengan asfiksia -
sedang Data Objektif
nafas lambat dan tidak teratur,
tidak segera menangis

B. Diagnosa Kebidanan
By Ny S lahir spontan belakang kepala, aterm, dengan asfiksia sedang, KU
lemah, dengan potensial gangguan pemenuhan O2, prognosa baik.

C. Perencanaan
Tanggal 23 Juli 2012 pukul 23.10 WIB
Tujuan: Setelah diberikan asuhan kebidanan bayi dapat melewati masa
transisi dengan normal
Kriteria: KU bayi baik.
APGAR Score pada 5 menit pertama meningkat 7-10.
Suhu tubuh normal 365C - 375C
Nafas teratur 40-60 x/menit
Menangis kuat
Gerak aktif
22

Intervensi :
1. Beritahu hasil pemeriksaan bayi pada orang tua bahwa bayinya
memerlukan tindakan untuk dapat bernafas normal.
Rasional: Orang tua mengerti keadaan bayinya dan lebih kooperatif dalam
tindakan.
2. Minta keluarga untuk mendampingi ibu
Rasional: sebagai support moral, menjaga dan melapor pada penolong jika
ada masalah
3. Lakukan tindakan awal resusitasi.
a. Hangatkan/ jaga bayi tetap hangat
Rasional: Menghindari kehilangan panas
b. Atur posisi, posisikan bayi untuk tetap setengah ekstensi
Rasional: Posisi sedikit ekstensi melancarkan jalan nafas.
c. Isap lendir
Rasional: Melancarkan jalan nafas
d. Keringkan dan masase punggung
Rasional: Mengurangi hipotermi dan merangsang gerakan pada bayi
serta tangis bayi
e. Atur posisi ulang
Rasional: Posisi yang benar adalah setengah ekstensi
f. Penilaian
Rasional: Mengetahui bayi bernafas spontan atau tidak
4. Lakukan Ventilasi tekanan Positif jika bayi belum bisa bernafas spontan
Rasional: bayi segera bernafas spontan
5. Lakukan perawatan bayi baru lahir jika tindakan berhasil
Rasional: bayi segera tertangani
Rasional: Posisi setengah ekstensi dapat memperlancar jalan nafas.
6. Observasi pernafasan bayi setiap 4 jam sekali dalam 24 jam pertama.
Rasional: Mengetahui perkembangan keadaan bayi.

D. Pelaksanaan
Tanggal 27 Juli 2012, pukul 23.15 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bayi pada orang tua bahwa bayinya
memerlukan tindakan untuk dapat bernafas normal dan bergerak aktif,
keluarga mengerti dan setuju tindakan dilakukan.
2. Melakukan tindakan awal resusitasi :
Menghangatkan / menjaga bayi tetap hangat
Mengatur posisi kepala bayi ekstensi
Mengisap lendir dimulai dari mulut kemudian hidung bayi
mengeringkan dan merangsang taktil bayi, menggosok punggung bayi
mengatur posisi kepala bayi ulang, setelah selimut diganti
23

menilai kondisi bayi, setelah dilakukan tindakan bayi segera menangis


kuat, gerak aktif,nafas spontan
3. Mengikat tali pusat bayi, membungkus tali pusat bayi dengan kasa steril
kering
4. Menyusukan bayi pada ibunya, bayi segera menyusu dan menghisap cukup
kuat
5. Menyarankan ibu untuk menjaga kehangatan bayinya, melakukan
pemantauan keadaan bayi selama 2 jam pertama yaitu frekuensi nafas,
bayi kebiruan/pucat, bayi lemas/tidak.
6. Melakukan perawatan bayi setelah tindakan yaitu memberikan Vitamin K
1 mg di paha kiri, salep mata, dan Hepatitis B setelah 1 jam dari pemberian
Vitamin K, dan menimbang serta mengukur panjang badan bayi,
mengenakan pakaian bayi. Dan memberikan bayi pada ibu untuk segera
disusui. Memandikan bayi minimal 6 jam setelah bayi lahir
7. Observasi ibu dan bayi selama 24 jam post partum

E. Evaluasi
Tanggal 28 juli 2012 pukul 05.00 WIB
S: ibu mengatakan lega bayinya sudah dalam keadaan baik
O: Kesadaran bayi composmentis
APGAR Score menit ke 5 : 9
PB: 48 cm
BB:2700 gram
LIKA (Sircumferensia fronto oksipitalis): 30 cm
Suhu 36,50 C
Pemeriksaan Fisik:
Kepala, tidak ada kelainan, tidak moulage, ada caput succedenum
Mata, simetris, bulu mata ada
Hidung, ada 2 lubang, bersih
Mulut, tidak ada celah palatum/labio skizis, tidak hipersalivasi
Telinga, simetris, daun telinga lengkap
Dada, simetris, bergerak sewaktu bernafas
Perut, tali pusat tidak perdarahan
Kulit, kemerahan pada badan dan ektremitas
24

Genetalia, ada anus, testis sudah turun


Ektremitas atas dan bawah, lengkap, tidak cacat
Bayi menetek kuat, sudah mendapat salep mata profilaksis
Ibu dan bayi sudah pindah di ruang nifas pukul 00.00 WIB
Sudah BAK tanggal 28 juli 2012 pukul 00.15 WIB, bayi belum BAB
A: By Ny S, KU baik, prognosa baik
P: 1. Memberitahukan pada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan bayi sudah
cukup baik
2. Menganjurkan ibu untuk meneteki bayi sesuai permintaan bayi
3. Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi
4. Merawat tali pusat bayi secara steril
5. Menyarankan ibu untuk segera lapor jika keadaan bayi lemas, tidak mau
menetek, nafas tidak teratur dan lambat, suhu meningkat, ibu menegerti
penjelasan bidan
6. Memandikan bayi setelah minimal 6 jam setelah persalinan atau keadaan
bayi sudah baik
7. Observasi ibu dan bayi selama 24 jam post partum
TTD

Rusmiati
25

DAFTAR
PUSTAKA

Azwar, Azrul. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini.
Jakarta : JNPK-KR/POGI.
FKUI, 1998. Ilmu Kesehatan Anak 3, Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, KB
Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.
Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I, EGC, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarata : YBP-SP.
Pusdiknakes, 1992. Manajemen Kebidanan, Jakarta : Depkes RI.
Pusdiknakes, 1993. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga, Jakarta :
Depkes RI.
Pusdiknakes, 1994. Manajemen Kebidanan, Jakarta : Depkes RI.
Pusdiknakes, 1995. Manajemen Kebidanan, Jakarta : Depkes RI.
Saifuddin, Abdul Bari, 2002. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, YBPSP-Jakarta.
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC.
Varney, Helen.2001. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
26

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA


SEDANG DI PONED PANEKAN-MAGETAN

Disusun Oleh :
RUSMIATI
NIM. P 27824210031

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
MAGETAN
2012
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA
SEDANG DI PONED PANEKAN-MAGETAN
27

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


Pengalaman Belajar Praktik dan Praktik Klinik Kebidanan

Disusun Oleh :
RUSMIATI
NIM. P 27824210031

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
MAGETAN
2012
28

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Sedang di Poned
Panekan-Magetan

Disetujui tanggal : Nopember 2012

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktek

Tumirah, MPd Sri Wahyuni, Amd.Keb


NIP. 195111251971112002 NIP. 197006031991022002

iii

ii
29

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Sedang di
Poned Panekan-Magetan.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas pengalaman belajar
praktik lapangan di Prodi Kebidanan Magetan.
Dalam penyusunan laporan ini penyusun mendapat bantuan, pengarahan
dan bimbingan. Untuk itu, kami pada kesempatan mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Sulikah, S.ST, M.Kes. selaku Koordinator Pelaksana Program Studi DIII
Kebidanan Kampus Magetan.
2. Ibu Tumirah, M.Kes., selaku Pembimbing Akademik Program Studi DIII
Kebidanan Kampus Magetan.
3. Ibu Sri Wahyuni,Amd.Keb., Selaku pembimbing praktik di poned panekan
4. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan
ini.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya.

Magetan, Oktober 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

iii
30

JUDUL.............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
BAB I LANDASAN TEORI
A. Pengertian.................................................................................................. 1
B. Etiologi...................................................................................................... 1
C. Gambaran Klinis........................................................................................ 2
D. Patogenesis................................................................................................ 3
E. Diagnosis................................................................................................... 3
F. Prognosa.................................................................................................... 4
G. Profilaksis.................................................................................................. 4
H. Penilaian Asfiksia Neonaturum................................................................. 4
I. Penatalaksanaan......................................................................................... 6
J. Komplikasi................................................................................................. 9
K. Pengkajian Data......................................................................................... 9
L. Diagnosa Kebidanan.................................................................................. 15
M. Perencanaan............................................................................................... 16
N. Pelaksanaan............................................................................................... 19
O. Evaluasi..................................................................................................... 19
BAB II TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Data......................................................................................... 21
B. Diagnosa Kebidanan.................................................................................. 23
C. Perencanaan............................................................................................... 23
E. Evaluasi..................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA

iv

iv

You might also like