Professional Documents
Culture Documents
BAB I
LANDASAN TEORI
1.1 Pengertian
1. Asfiksia neonaturum adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan
tidak segera bernafas spontan dan teratur setelah dilahirkan.
(Mochtar, 2011:427).
2. Asfiksia neonaturum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin
meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut (Manuaba, 2010:319).
3. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis.
Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan
otak dan kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital
lainnya (Prawirohardjo, 2008:347).
1.2 Etiologi
Etiologi terjadinya asfiksia neonaturum menurut Manuaba (2010:329) adalah :
1. Gangguan sirkulasi menuju janin
a) Gangguan aliran pada tali pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Simpul tali pusat
3) Tekanan pada tali pusat
4) Ketuban telah pecah
5) Kehamilan lewat waktu
b) Pengaruh obat
Karena narkosa saat persalinan
2. Faktor ibu
a. Gangguan his : tetania uteri-hipertoni
b. Turunnya tekanan darah dapat mendadak : perdarahan pada plasenta
previa dan solusio plasenta
c. Vasokontriksi arterial : hipertensi pada hamil dan gestosis
preeklampsia-eklampsia
d. Gangguan pertukaran nutrisi/O2 : solusio plasenta
Sedangkan menurut Azwar (2008:108) penyebab asfiksia ialah:
1. Faktor Ibu 1
a. Preeklamsia/eklamsia
b. Perdarahan abnormal (Plasenta previa atau solusio plasenta)
2
1.4 Patogenesis
Proses terjadinya asfiksia neonaturum menurut Mochtar (2011:428) adalah :
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbul rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga bunyi jantung janin menjadi lambat. Bila
kekurangan O2 ini terus berlangsung, maka nervus vagus tidak dapat
3
dipengaruhi lagi. Maka akan timbul rangsangan dari nervus simpatikus. DJJ
menjadi lebih cepat akhirnya irregular dan menghilang.
Secara klinis tanda-tanda asfiksia adalah denyut jantung janin yang lebih cepat
dari 160 kali permenit atau kurang dari 100 kali permenit, halus dan irregular,
serta ada pengeluaran mekonium.
Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai
tanda janin dalam asfiksia.
Jika DJJ normal dan ada mekonium, janin mulai asfiksia.
Jika DJJ lebih dari 160 kali permenit dan ada mekonium, bayi sedang asfiksia
Jika DJJ kurang dari 100 kali permenit dan ada mekonium, bayi dalam kedaan
gawat.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterine, dan bila kita periksa
kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. Bronkus
tersumbat dan tejadi atelektasis, bila janin lahir alveoli tidak berkembang.
1.5 Diagnosis
Diagnosis asfiksia neonaturum menurut Mochtar (2011:428-429) adalah:
In utero :
1. DJJ irregular dan frekuensinya lebih dari 160 atau kurang dari 100 kali
permenit
2. Terdapat mekonium dalam air ketuban (letak kepala)
3. Analisa air ketuban / amnioskopi
4. Kardiotokografi
5. Ultrasonografi
Setelah bayi lahir :
1. Bayi tampak pucat dan kebiruan serta tidak bernafas
2. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak, maka ada gejala neorologik
seperti kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik / tidak menangis.
2 Prognosis
Asfiksia lividae lebih baik dari pallid. Prognosis tergantung pada kekurangan
O2 dan luasnya perdarahan dalam otak. Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan
pulih kembali harus dipikirkan kemungkina menderita cacat mental seperti
epilepsi dan bodoh pada masa mendatang (Mochtar,2011:429).
4
3 Profilaksis
Menurut Mochtar (2011:429) yang harus diperhatikan untuk profilaksis
adalah:
3.4 Hindari forsep tinggi, versi dan ekstraksi pada panggul sempit, serta
pemberian pituitarin dalam dosis tinggi
3.5 Bila ibu anemis, perbaiki keadaan ini dan bila ada perdarahan berikan O 2
dan darah segar
3.6 Jangan berikan obat bius pada waktu yang tidak tepat, dan jangan
menunggu terlalu lama pada kala II.
5 Penatalaksanaan
Penanganan pada asfiksia neonaturum menurut Mochtar (2011:429) adalah :
5.4 Jangan biarkan bayi kedinginan (balut dengan kain), bersihkan mulut dan
jalan nafas.
5.5 Lakukan resusitasi (respirasi artifisialis) dengan alat yang dimasukkan ke
dalam mulut untuk mengalirkan O2 dengan tekanan 12 mmHg. Dapat juga
dilakukan mouth to mouth respiration, heart massage (masase jantung),
atau menekan dan melepaskan dada bayi.
Pemberian O2 harus hati-hati terutama pada bayi premature. Bisa
menyebabkan lenticular fibrosis oleh pemberian O 2 dalam konsentrasi
lebih dari 35% dan lebih dari 24 jam, sehingga bayi menjadi buta.
5.6 Gejala perdarahan otak biasanya timbul pada beberapa hari post partum,
jadi kepala dapat direndahka, supaya lendir yang menyumbat pernafasan
dapat keluar.
5.7 Kalau dugaan perdarahan otak berikan injeksi vitamin K1-2 mg.
5.8 Berikan transfusi darah via tali pusat atau pemberian glukosa.
Menurut Manuaba (2010:330) tindakan penanganan asfiksia neonaturum :
1. Tindakan pertolongan umum
5.8.1 Kepala bayi diletakkan pada posisi yang lebih rendah
6
5.8.2 Bersihkan jalan napas dari lendir : mulut dan tenggorokan, saluran
napas bagian atas
5.8.3 Mengurangi kehilangan panas badan bayi dengan membungkus
dan memandikan air hangat
5.8.4 Memberikan rangsangan menangis memukul telapak kaki, atau
menekan tendon pada tumit bayi
5.8.5 Dalam ruang gawat darurat bayi selalu tersedia : pengisap lendir
bayi dan O2 dengan maskernya.
Menurut Azwar (2008:112-120) penanganan bayi baru lahir dengan asfiksia
adalah:
1. Langkah awal (dilakukan dalam30 detik) yaitu:
a. jaga bayi tetap hangat, dengan menyelimuti bayi di atas perut ibu atau
didekat perineum. Potong tali pusat bayi, pindahkan bayi ke tempat
resusitasi
b. atur posisi bayi, bahu bayi diganjal kain agar kepala bayi sedikit
ekstensi
c. Isap lendir, gunakan alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
Pertama hisap hisap lendir di mulut selanjutnya isap lendir di hidung.
Hisap lendir sambil menarik penghisap.
d. Keringkan dan rangsang bayi, keringkan bayi mulai dari muka, kepala,
dan bagian tubuh lain. Lakukan rangsang taktil dengan beberapa cara
yaitu menepuk atau menyentil telapak kaki bayi atau menggosok
punggung, perut dada dan tungkai bayi.
e. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi
f. Lakukan penilaian bayi jika bayi bernapas normal lakukan perawatan
bayi baru lahir normal dan segera susukan bayi ke ibu. Jika bayi masih
bernafas megap-megap lakukan tindakan ventilasi
2. ventilasi, ventilasi dilakukan dengan cara:
a. pasang sungkup dan perhatikan perlekatannya
b. ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cmair (ventilasi percobaan). Amati
gerakan dada bayi
c. bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan
20 cmair dalam 30 detik
d. penilaian apakah bayi menangis dan bernafas spontan dan teratur?
Jika bayi sudah bernapas normal, hentikan ventilasi dan pantau
keadaan bayi serta lakukan perawatan pasca resusitasi.
7
6 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada asfiksia neonaturum menurut
Wirjoatmodjo (2008:168) adalah :
6.4 Sembab otak
6.5 Perdarahan otak
6.6 Anuria atau oliguria
6.7 Hyperbilirubinemia
6.8 Obstruksi usus yang fungsional
6.9 Kejang sampai koma
6.10 Komplikasi akibat resusitasi : pneumothorax
7 Pengkajian Data
1. Data subyektif
a) Identitas/biodata
Identitas bayi dan orang tua diperlukan sebagai alat pengenal yang
efektif yang harus diberikan pada bayi segera setelah persalinan untuk
memudahkan identifikasi bayi (Saifuddin,2002:N-35).
7.4.1.1.1.1 Nama
Ditanyakan nama anak dan orang tuanya agar tidak keliru bila ada
kesamaan nama dengan penderita lain (Cristina, 2008:84).
7.4.1.1.1.2 Jumlah saudara
Jumlah anak banyak sosial ekonomi cukup akan mengakibatkan
berkurangnya perhatian dan kasih sayang diterima anak, lebih-
lebih kalau jarak anak terlalu dekat. Pada keluarga sosial ekomomi
9
Hari pertama =
Hari kedua =
Hari pertama =
Hari kedua =
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya.
2) Eliminasi
Bagaimana BAB meliputi frekuensi, konsistensi, warna, dan bau.
Bagaimana BAK meliputi frekuensi, warna, dan bau.
3) Istirahat dan tidur
Bayi sangat memerlukan istirahat yang cukup. Tidak ada ketentuan
berapa lama harus istirahat dengan bertambahnya umur. Anak yang
mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya karena kegiatan
fisik meningkat(Ngastiyah, 2005:16).
Kebutuhan tidur bayi rata-rata 20 jam perhari.
4) Aktifitas
Apakah bayi bernafas adekuat atau menagis?
Apakah tonus otot bayi baik?
Bila jawaban tidak, maka dilakukan tindakan awal resusitasi.
(Prawirohardjo, 2009:349).
2. Data obyektif
7.4.1.2.1.1.1.1 Keadaan umum : baik, cukup, lemah
7.4.1.2.1.1.1.2 Tanda-tanda vital :
TTV normal menurut Varney (2001:891) adalah :
Nadi = 120-160 x/menit
Bervariasi ketika tidur atau menangis dari 100-180 x/menit.
Suhu = 365C - 375C
Nafas = 40 -60 x/menit
12
3. Analisa data
Setelah diperoleh data yang akurat langkah selanjutnya yaitu analisa data.
Analisa data menurut Kepmenkes No.938/2007 merupakan hasil dari
14
8 Diagnosa Kebidanan
9 Langkah berikutnya dalam melakukan asuhan kebidanan yaitu menegakkan
diagnose. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan dalam
perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan, bidan menegakkan diagnose
berdasarkan data yang diperoleh untuk melakukan asuhan kebidanan yang
sesuai
Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah adalah:
1. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3. Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.
Kemungkinan masalah yang timbul pada asfiksia neonaturum :
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan asfiksia.
2. Resiko terjadinya hipoterm sehubungan dengan adanya proses persalinan
yang abnormal dengan ditandai suhu tubuh dibawah 36C.
3. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek
menghisap lemah.
4. Resiko terjadinya infeksi sehubungan penurunan daya tahan tubuh bayi.
5. Resiko terjadinya hipoglikemia sehubungan dengan metabolisme yang
meningkat.
6. Gangguan hubungan interpersonal antara bayi dan ibu sehubungan dengan
perawatan intensif.
10 Perencanaan
15
Intervensi :
a) Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik dalam memberikan asuhan
kebidanan
Rasional, mencegah infeksi
b) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Rasional, mencegah infeksi
c) Pakai baju khusus / skort waktu masuk ruang isolasi (kamar bayi).
Rasional, mencegah infeksi
d) Lakukan perawatan tali pusat minimal 2 kali sehari.
Rasional, mencegah infeksi
e) Jaga kebersihan (badan, pakaian, dan lingkungan bayi)
Rasional, mencegah infeksi
f) Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala cardinal.
Rasional, deteksi dini komplikasi
g) Hindarkan bayi kontak dengan sakit.
Rasional, mencegah penularan penyakit ke bayi
h) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotic.
Rasional, permasalahan segera teratasi
Intervensi :
a) Berikan nutrisi secara adekuat dan catat serta monitor setiap pemberian
nutrisi.
Rasional, nutrisi bayi tercukupi
b) Beri selimut dan bungkus bayi serta perhatikan suhu lingkungan.
Rasional, menjaga suhu tubuh bayi
c) Observasi gejala cardinal (suhu, nadi,respirasi).
Rasional, deteksi dini komplikasi
18
11 Pelaksanaan
Langkah-langkah pelaksanaan didalam proses manajemen kebidanan
dilakukan oleh bidan dan sesuai rencana yang telah ditetapkan. Pada
langkah pelaksanaan ini bidan melakukan rencana asuhan kebidanan
secara komprehensif, efektif,efisien,dan aman berdasarkan evidence based
kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Dilaksanakn secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
(Kepmenkes, 2007:6)
1.8 EVALUASI
Setelah dilakukan asuhan maka bidan perlu melakukan evaluasi guna
untuk menilai keberhasilan asuhan yang diberikan. Standar evaluasi menurut
KEPMENKES RI No. 938/MENKES/SK/VIII/2007/Tentang A suhan
Kebidanan, adalah bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan
berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan , sesuai perubahan perkembangan dengan kondisi klien.
Kriteria evaluasi
1) Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan sesuai kondisi klien
2) Hasil evaluasi segera di catat dan dikomunikasikan kepada klien
dan /keluarga
3) Evaluasi dilakukan sesuai standart
4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.
1.9 DOKUMENTASI
Setelah dilakukan asuhan dan evaluasi maka bidan wajib mencatat
dokumentasi. Pencatatan Asuhan Kebidanan adalah sebagai berikut :
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam pemberian
asuhan kebidanan
Kriteria pencatatan asuhan kebidanan:
1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang tersedia (Rekam medis/KMS/Status pasien/buku KIA)
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
O adalah data Objektif, mencatat hasil pemeriksaan
A adalah analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
19
Bidan
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Data
Tanggal : 28 Juli 2012, pukul 00.15 WIB
Tempat : PONED Panekan- Magetan
1. Pengumpulan Data
a. Data Subyektif
2) Biodata
Neonatus
Nama : By. Ny. S
Lahir tanggal : 27 Juli 2012
Jam lahir : 23.10 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Anak ke :2
Alamat : Ploso-Tinil 04/03, Panekan- Magetan
Orang tua
Ibu Ayah
Nama : Ny S Tn H.P
20
Umur : 30 th 31 th
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Tani
Alamat : Ploso-Tinil 04/03, Panekan- Magetan
3) Keluhan Utama
-
4) Riwayat Antenatal
Ibu mengatakan ketika hamil periksa rutin di bidan 7x, keadaan ibu
baik, dari bidan mendapat multivitamin seperti Fe, Vitamin C,
Kalk, Vitamin B Complek. Mendapat penyuluhan tentang
perawatan payudara dan senam hamil.
5) Riwayat Natal
Bayi lahir spontan belakang kepala, U.K 9 bulan, lama persalinan
kala I:7 jam, kala II: 20 21
menit, kala III: 6 menit. Perdarahan 250
cc, bayi lahir tanggal 27 Juli 2012 pukul 23.10 WIB ketika lahir
bayi mengalami lilitan tali pusat, tidak segera menangis, akral biru,
gerak kurang aktif, APGAR score 6, jenis kelamin laki-laki, tidak
cacat, belum dilakukan IMD karena dilakukan tindakan.
6) Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dari pihal ibu dan keluarga tidak ada yang pernah
atau sedang menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis B,
atau penyakit menurun seperti hipertensi, Jantung dan diabetes.
7) Psikososial
Ibu dan keluarga mengharapkan keadaan bayinya segera membaik.
b. Data Obyektif
1) KU lemah, kesadaran komposmentis
2) Bayi lahir tanggal 27 Juli 2012 pukul 23.10 WIB spontan belakang
kepala dengan lilitan tali pusat, nafas lambat dan tidak teratur,
tidak segera menangis, akral biru, gerakan sedikit (AS: 6)
3) Tali pusat telah di potong, belum di ikat, hanya di klem
a) Analisa Data
Tanggal 27 Juli 2012 pukul 23.10 WIB
Diagnosa Data Dasar
By Ny S lahir spontan belakang Data Subjektif:
kepala, aterm, dengan asfiksia 1) Riwayat Natal
sedang Bayi lahir spontan belakang
21
B. Diagnosa Kebidanan
By Ny S lahir spontan belakang kepala, aterm, dengan asfiksia sedang, KU
lemah, dengan potensial gangguan pemenuhan O2, prognosa baik.
C. Perencanaan
Tanggal 23 Juli 2012 pukul 23.10 WIB
Tujuan: Setelah diberikan asuhan kebidanan bayi dapat melewati masa
transisi dengan normal
Kriteria: KU bayi baik.
APGAR Score pada 5 menit pertama meningkat 7-10.
Suhu tubuh normal 365C - 375C
Nafas teratur 40-60 x/menit
Menangis kuat
Gerak aktif
22
Intervensi :
1. Beritahu hasil pemeriksaan bayi pada orang tua bahwa bayinya
memerlukan tindakan untuk dapat bernafas normal.
Rasional: Orang tua mengerti keadaan bayinya dan lebih kooperatif dalam
tindakan.
2. Minta keluarga untuk mendampingi ibu
Rasional: sebagai support moral, menjaga dan melapor pada penolong jika
ada masalah
3. Lakukan tindakan awal resusitasi.
a. Hangatkan/ jaga bayi tetap hangat
Rasional: Menghindari kehilangan panas
b. Atur posisi, posisikan bayi untuk tetap setengah ekstensi
Rasional: Posisi sedikit ekstensi melancarkan jalan nafas.
c. Isap lendir
Rasional: Melancarkan jalan nafas
d. Keringkan dan masase punggung
Rasional: Mengurangi hipotermi dan merangsang gerakan pada bayi
serta tangis bayi
e. Atur posisi ulang
Rasional: Posisi yang benar adalah setengah ekstensi
f. Penilaian
Rasional: Mengetahui bayi bernafas spontan atau tidak
4. Lakukan Ventilasi tekanan Positif jika bayi belum bisa bernafas spontan
Rasional: bayi segera bernafas spontan
5. Lakukan perawatan bayi baru lahir jika tindakan berhasil
Rasional: bayi segera tertangani
Rasional: Posisi setengah ekstensi dapat memperlancar jalan nafas.
6. Observasi pernafasan bayi setiap 4 jam sekali dalam 24 jam pertama.
Rasional: Mengetahui perkembangan keadaan bayi.
D. Pelaksanaan
Tanggal 27 Juli 2012, pukul 23.15 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bayi pada orang tua bahwa bayinya
memerlukan tindakan untuk dapat bernafas normal dan bergerak aktif,
keluarga mengerti dan setuju tindakan dilakukan.
2. Melakukan tindakan awal resusitasi :
Menghangatkan / menjaga bayi tetap hangat
Mengatur posisi kepala bayi ekstensi
Mengisap lendir dimulai dari mulut kemudian hidung bayi
mengeringkan dan merangsang taktil bayi, menggosok punggung bayi
mengatur posisi kepala bayi ulang, setelah selimut diganti
23
E. Evaluasi
Tanggal 28 juli 2012 pukul 05.00 WIB
S: ibu mengatakan lega bayinya sudah dalam keadaan baik
O: Kesadaran bayi composmentis
APGAR Score menit ke 5 : 9
PB: 48 cm
BB:2700 gram
LIKA (Sircumferensia fronto oksipitalis): 30 cm
Suhu 36,50 C
Pemeriksaan Fisik:
Kepala, tidak ada kelainan, tidak moulage, ada caput succedenum
Mata, simetris, bulu mata ada
Hidung, ada 2 lubang, bersih
Mulut, tidak ada celah palatum/labio skizis, tidak hipersalivasi
Telinga, simetris, daun telinga lengkap
Dada, simetris, bergerak sewaktu bernafas
Perut, tali pusat tidak perdarahan
Kulit, kemerahan pada badan dan ektremitas
24
Rusmiati
25
DAFTAR
PUSTAKA
Azwar, Azrul. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini.
Jakarta : JNPK-KR/POGI.
FKUI, 1998. Ilmu Kesehatan Anak 3, Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, KB
Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.
Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I, EGC, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarata : YBP-SP.
Pusdiknakes, 1992. Manajemen Kebidanan, Jakarta : Depkes RI.
Pusdiknakes, 1993. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga, Jakarta :
Depkes RI.
Pusdiknakes, 1994. Manajemen Kebidanan, Jakarta : Depkes RI.
Pusdiknakes, 1995. Manajemen Kebidanan, Jakarta : Depkes RI.
Saifuddin, Abdul Bari, 2002. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, YBPSP-Jakarta.
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC.
Varney, Helen.2001. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
26
Disusun Oleh :
RUSMIATI
NIM. P 27824210031
Disusun Oleh :
RUSMIATI
NIM. P 27824210031
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Sedang di Poned
Panekan-Magetan
Mengetahui,
iii
ii
29
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
iii
30
JUDUL.............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
BAB I LANDASAN TEORI
A. Pengertian.................................................................................................. 1
B. Etiologi...................................................................................................... 1
C. Gambaran Klinis........................................................................................ 2
D. Patogenesis................................................................................................ 3
E. Diagnosis................................................................................................... 3
F. Prognosa.................................................................................................... 4
G. Profilaksis.................................................................................................. 4
H. Penilaian Asfiksia Neonaturum................................................................. 4
I. Penatalaksanaan......................................................................................... 6
J. Komplikasi................................................................................................. 9
K. Pengkajian Data......................................................................................... 9
L. Diagnosa Kebidanan.................................................................................. 15
M. Perencanaan............................................................................................... 16
N. Pelaksanaan............................................................................................... 19
O. Evaluasi..................................................................................................... 19
BAB II TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Data......................................................................................... 21
B. Diagnosa Kebidanan.................................................................................. 23
C. Perencanaan............................................................................................... 23
E. Evaluasi..................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
iv
iv