You are on page 1of 25

ASUHAN KEPERAWATANDENGAN RESIKO JATUH PADA

ANGGOTA KELUARGA DENGAN REMATIK DIWILAYAH KERJA

PUSKESMAS GADINGREJO

DISUSUN OLEH:

M RANGGA TRI OCTAVIAN

14401 2014 062

STIKes MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

TAHUN AKADEMIK 2016/1017


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang undang kesehatan no 36 tahun 2014 pasal 1 fasilitas pelayanan

kesehatan adalah suatu alat atau tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promosi kesehatan,

pencegahan penyakit, pengobatan , dan penyembuhan penyakit yang

dilakukan oleh pemerintah pemerintah daerah atau masyarakat.


Keluarga merupakan subsistem komunitas sebagai sistem sosial yang

bersifat unik dan dinamis.Oleh Karena itu perawat komunitas perlu

memberikan intervensi pada keluarga untuk membantu keluarga dalam

mencapai derajat kesehatan yang diinginkan, dengan mengambil langkah

peningkatan pemberdayaan peran keluarga terutama pada penyakit anemia.

(Allender & Spradley, 1997)


Rematik adalah penyakit yang menyerang anggota tubuh yang

bergerak, yaitu bagiantubuh yang berhubungan antara yang satu dengan

yang lain dengan perantaraan per-sendian, sehingga menimbulkan rasa

nyeri. Semua jenis rematik menimbulkan rasa nyeri yangmengganggu.

Kemampuan gerak seseorang dapat terganggu oleh adanya penyakit rematik


Penyakit yang kronis dapat mengakibatkan gangguan gerak, hambatan

dalambekerja maupun melaksanakan kegiatan sehari-hari sehingga dapat

menimbulkan frustasi atau gangguanpsikososial penderita dan keluarganya.

Tujuan analisis ini untuk mengetahui prevalensi sertafaktor resiko rematik di

Indonesia. Analisis ini merupakan studi analitik dengun menggunakan

datasekunder data Riset KesehatanDasar(RISKESDAS, 2007)


Dampak keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya

menimbulkan gangguan kenyamanan. Masalah yang disebabkan oleh

penyakit rematik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada

mobilitas dan aktivitas hidup sehari- hari juga efek sistemis yang tidak jelas,

tetapi dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau

mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah,

perubahan citra diri, serta gangguan tidur (zairin noor helmi 2012)
Menurut Arthritis Foundation2006, jumlah penderitaarthritis atau

gangguan sendi kronis lain di Amerika Serikatterus meningkat. Pada tahrm

1990 terdapat 38 juta penderitadari sebelumnya 35 juta pada tahun 1985.

Data tahun 1998memperliha&an hampir 43 juta atau 1 dari 6 orang

diAmerikamenderita gangguan sendi, dan pada tahun 2005 jumlahpenderita

arthritis sudah mencapai 66 juta atau hampir 1 dari3 orang menderita

gangguan sendi. Sebanyak 42, 7 juta diantara nya telah terdiagnosis sebagai

arthritis dan23, 2 juta sisanya adalah penderita dengan keluhan nyeri sendi

kronis. Sedangkm prevalensi rematik di Indonesia menuruthasil penelitian

yang diiakukan oieh Zeng QY et al mencapai 23, 6% sampai 3l, 3%.


Angka prevalensi diperoleh berdasarkan pengakuan responden pernah

didiagnosis oleh tenaga kesehatan atau berdasarkan gejala rematik yang

dirasakan oleh responden.Secara keseluruhan prevalensinya cukup tinggi

dan bervariasi pada setiap provinsi dengan prevalensi terendah 17, 6% dan

yang tertinggi 41, 7%. Angka prevalensi rematiknasional adalah sebesar 32,

2%. prevalensi rematik tertinggi di Indonesiaterdapat di

ProvinsiJawaBaratyaitu 4I, 7%. diikuti oleh Provinsi Papua Baratsebanyak


38, 2% dan Nusa Tenggara Timur 38, 0%. Prevalensirematik terendah

terdapat di Provinsi Sumatera Utarasebanyak 20, 2% dan Kepulauan Riau

sebanyak l7, 6% Terdapat sembilan provirsi, yaitu: Nangroe Aceh

Darusalam Sumatera Barat , JawaBarat, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT,

Kalimantan Selatan dan Papua Barat, dengan angkaprevalensi rematik di

atas angka nasional. Sedangkanyangberada di bawah angka prevalensi

nasional ada 24 provinsi.Distribusi proporsi rematik terbanyak terdapat pada

provinsi Jawa Barat sebanyak22, 3%, Jawa Tengah sebanyak I7, 2% dan

Provinsi Jawa Timur sebanyak 17, 1%. Adapun distribusi proporsi rematik

paling rendah tedap at padaProvirni Papu a Barat, SulawesiBarat serta

Maliku Utara masing-masing sebanyak 0, 3% (RISKESDAS, 2007)

1.2 Batasan Masalah


Asuhan keperawatan dengan resiko jatuh pada anggota keluarga dengan

rematik di wilayah kerja puskesmas gadingrejo

1.3 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan dengan resiko jatuh pada anggota keluarga

dengan rematik

1.4 Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan dengan resiko jatuh pada anggota

keluarga dengan rematik di wilayah kerja puskesmas gadingrejo


2. Tujuan Kusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan dengan resiko jatuh pada

anggota keluarga dengan rematik di wilayah kerja Puskesmas

Gadingrejo
b. Menetapkan diagnosis keperawatan dengan resiko jatuh pada

anggota keluarga dengan rematik di wilayah kerja Puskesmas

Gadingrejo
c. Menyusun perancanaan keperawatan dengan resiko jatuh pada

anggota keluarga dengan rematik di wilayah kerja Puskesmas

Gadingrejo
d. Melaksanakan tindakan keperawatan dengan resiko jatuh pada

anggota keluarga dengan rematik di wilayah kerja Puskesmas

Gadingrejo
e. Melakukan evaluasi pada klien dengan resiko jatuh pada anggota

keluarga dengan rematik di wilayah kerja Puskesmas Gadingrejo

1.5 Manfaat
1. Bagi institusi pendidikan Dlll keperawatan
Sebagai pengembangan bagi mahasiswa lain yang akan melakukan

penelitian tentang resiko jatuh pada anggota keluarga dengan rematik di

wilayah kerja puskesmas gadingrejo


2. Bagi Puskesmas
Sebagai masukan dalam upaya dapat meningkatkan promosi kesehatan

khususnya pada penyakit rematik.


3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Mendapatkan pengetahuan tambahan tentang pencegahan dan

penanggulangan pada penyakit rematik


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gerontik


1. Definisi

Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari , brjalan

secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan

menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan boikimia pada tubuh,

sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

keseluruhan(depkes RI, 2001;dalam maryam ekasari dkk 2008).

Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

sebagai gejala gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur

, timbul kriput, rambut beruban, gigi mulai ompong , pendengaran dan

penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan mejadi lamban dan kurang

lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama diperut dan pinggul.

Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan kemampuan kognitif

seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang , tempat,

serta tidak mudah menerima hal/ ide baru.

Keperawatan gerontik adalah pelayanan profesional yang berdasarkan

ilmu dan kiat atau tehnik keperawatan yang berbentuk bio, psiko, sosial,

spiritual dan kultural yang holistik yang ditujukan pada klien usia lanjut,

baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan
msyarakat. Ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia(wahit

iqbal mubarak 2011).

Pada tahun 2000 jumlah lansia di indonesia di proyeksikan sebesar 7,

28%dan padatahun 2020 menjadi sebesar 11, 34%.bahkan data biro sensus

amerika serikat memperkirakan indonesia akan mengalami pertambahan

warga lanjut usia terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu

sebesar 414%(kinsella dan taeuber, 1993).

WHO dan undang undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan

lanjut usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun

adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi

merupakan proses yang berangsur angsur mengakibatkan perubahan yang

kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh dalam

menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berahir dengan

kematian.

Diindonesia batasan lanjut usia adalah 60 tahun keatas. Hal ini di pertegas

dalam undang undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut

usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2.yang disebut lanjut usia adalah seseorang

yang telah mencapai usia 60 tahun keatas baik pria maupun wanita.
2. Macam-Macam Klasifikasi Pada Lansia
1. Pralansia(prasenilis)
Seorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang berusia

60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (DEPKES RI 2003)


4. Lansia Potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan / kegiatan yang

dapat menghasilkan barang / jasa (DEPKES RI, 2003)


5. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah , sehingga hidupnya

bergantung pada bantuan orang lain (DEPKES RI, 2003)

3. Karakteristik lansia

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat 2 UU, no 13

tentang kesehatan).

2. Kebutuhan dan masalah yang berfariasi dari rentang sehat sampai

sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari

kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

4. Tipe tipe lansia


a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,

sederhanaa, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.


b. Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam

mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.


c. Tipe Tidak Puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik,

dan banyak menuntut.


d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasip baik, mengikuti kegiatan agma, dan

melakukan pekerjaan apaa saja.


e. Tipe Bingung
kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,

pasif, dan acuh tak acuh.

5. Macam macam masalah fisik umum yang terjadi pada lansia

mudah jatuh

Jatuh pada lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi, penyebab

multi faktor, banyak yang berperan di dalamnya, baik faktor intrinsik

maupun dari dalam diri lanjut usia. Misalnya gangguan gaya berjalan,

kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, dan sinkope atau

pusing.

mudah lelah

Hal ini dapat disebabkan oleh:

1. faktor psikologis ( perasaan bosan, keletihan, atau depresi).


2. gangguan organis misalnya
a. anemia
b. kekurangan vitamin
c. perubahan pada tulang
d. gangguan pencernaan
e. kelainan metabolisme
f. gangguan ginjal dengan uremia gangguan faal hati
g. gangguan sistem peredaran darah dan jantung
3. pengaruh obat, misalnya obat penenang, obat jantung, dan obat yang

melelahkan daya kerja otot.

Gangguan kardiovaskuler

a. nyeri dada
dapat disebabkan:
1. penyakit jantung koroner yang dapat menyebabkan iskemia

jantung( berkurangnya aliran darah kejantung)


2. aneurisme aorta
3. radang selaput jantung( perikarditis)
4. gangguan pada sistem alat pernafasan, misalnya pleuro-

pneumonia/ emboli paru dan gangguan pada saluran

pencernaan bagian atas

sesak napas pada kerja fisik

sesak nafas pada kerja fisik dapat disebabkan oleh kelemahan jantung,

gangguan sistem saluran napas, berat badan berlebih, atau anemia.

Palpitasi

Dapat disebabkan oleh:

1. gangguan irama jantung


2. keadaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis
3. faktor psikologis dll.

Edema kaki

Dapat disebabkan oleh :

1. kaki yang lama digantung


2. gagal jantung
3. bendungan pada vena bagian bawah
4. kekurangan vitamin B
5. gangguan penyakit hati
6. penyakit ginjal
7. kelumpuhan pada kaki

Nyeri Sendi Pinggul

1. gangguan sendi pinggul, misalnya radang sendi( artritis), sendi tulang

yang kropos( osteoporosis)


2. kelainan tulang sendi, misalnya patah tulang (fraktur) , dislokasi, dll
3. akibat kelainan pada saraf punggung bagian bawah yang terjepit

Keluhan Pusing

dapat disebabkan oleh:

1. gangguan lokal, misalnya vaskular, migrain, ( skit kepala sebelah),

mata ( glaukoma atau tekanan dalam bola mata yang meninggi),

kepala , sinusitis, furunkel, sakit gigi, dll


2. penyakit sistemis yang menimbulkan hipoglikemia
3. psikologis ( perasaan cemas, depresi, kurang tidur, kekacauan

pikiran, dll

Kesemutan Pada Anggota Badan

dapat disebabkan:

1. gangguan sirkulasi darah lokal


2. gangguan persyarafan umum(gangguan pada kontrol)
3. gangguan persyarafan lokal pada bagian anggota badan

Berat Badan Menurun

disebabkan oleh:

1. pada umumnya , nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah

hidup atau kelesuan


2. adanya penyakit kronis
3. gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan

terganggu
4. faktor sosio-ekonomis

Gangguan Eliminasi

disebabkan oleh:

1. melemahnya otot dasar panggul yang menyangga kandungan kemih

dan memperkuat sfingter uretra


2. kontraksi abnormal pada kandung kemih
3. obat diuretik yang mengakibatkan sering berkemih dan obat penenang

terlalu banyak
4. radang kandung kemih
5. radang saluran kemih
6. kelainan kontrol pada kandung kemih
7. kelainan persyarafan pada kandung kemih
8. akibat adanya hipertrofi prostat
9. faktor psikologis

Gangguan Ketajaman Penglihatan

disebabkan oleh:

1. presbiopi
2. kelainN lensa mata
3. kekeruhan pada lensa
4. iris;mengalami proses degenerasi , menjadi kurang cemerlang dan

mengalami depigmentasi, tampak ada bercak berwarna muda sampai

putih
5. pupil kontriksi , refleks direk lemah
6. tekanan dalam mata ( intra-okuler) meninggi, lapang pandang

menyempit, yang sering disebut dengan glaukoma


7. retina terjadi degenerasi , menjadi suram dan jalur jalur berpigmen,

terkesan seperti kulit harimau


8. radang saraf mata
Gangguan Pendengaran

dapat disebabkan :

1. kelainan degeneratif(otosklerosis)
2. ketulian pada lanjut usia sering kali dapat menyebabkan kekacauan

mental
3. tinitus( bising yang bersifat mendengung bisa bernada tinggi/ rendah
4. vertigo (perasaan tidak setabil yang terasa seperti bergoyang /

berputar)

Gangguan Tidur

disebabkan oleh:

1. faktor ekstrinsik(luar), misalnya lingkungan yang kurang tenang


2. faktor intrinsik, baik organik maupun psikogenik. Organik berupa

nyeri , gatal, kram betis, sakit gigi, sindrom tungkai bergerak

(akatisia), dan penyakit tertentu yang membuat gelisah. Psikogenik

misalnya, depresi, kecemasan, stress, iritabilitas, dan marah yang

tidak tersalurkan

Mudah Gatal

disebabkan:

1. kelainan kulit: kering, degeneratif (ekzema kulit)


2. penyakit sistemik ( diabetes militus, gagal ginjal, penyakit hati,

(hepatitis kronis, alergi, dll

6. Tugas Perkembangan Lansia

1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun


2. Mempersiapkan diri untuk pension
3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya
4. Mempersiapkan kehidupan baru
5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial / msyarakat secara

santai
6. Mempersiapkan diri untuk kematianya dan kematian pasangan.

2.2 Konsep Penyakit


1. Definisi

Rematik merupaakn penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat

sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan

ikat sendi secara simetris(chairudin 2003 dalam nurarif;kusuma 2015).

Rematik adalah penyakit peradangan sistemis kronis yang tidak di ketahui

penyebabnya dengan manifestasi pada sendi perifer dengan pola

simetris.konstitusi gejala termasuk kelelahan, malaise, dan kekakuan pada

pagi hari (Zairin Noor Helmi 2012) .

Rematik adalah penyakit yang menyerang anggota tubuh yang bergerak,

yaitu bagian tubuh yang berhubungan antara yang satu dengan yang lain

dengan perantaraan persendian sehingga menimbulkan rasa nyeri

(nainggolan 2009).

2. Etiologi

Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang

dikemukakan mengenai penyebab rematik yaitu:

1. infeksi streptokokus hemolitikus dan stretokokus non-hemolitikus


2. endokrin
3. autoimun
4. metabolic
5. factor genetic serta factor pemicu lingkungan
Pada saat ini, rematik diduga disebabkan oleh factor autoimun dan

infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II factor injeksi

mungkin disebabkan oleh virus dan organisasi mikroplasma atau grup

difterioid yang menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan

sendi penderita.

Kelainan yang dapat terjadi pada suatu rematik yaitu:


1. Kelainan pada daerah artikular
a.stadium I (stadium sinovitis)
b.stadium II (stadium destruksi)
c.stadium III (stadium deformitas)
2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler
Perubahan patologis yang dapt terjadi padaa jaringan ekstra- aartikuler

adalah:
a. otot: terjadi miopati
b. nodul subkutan
c. pembuluh darah perifer: terjadi prolifersi tunika intima, lesi pada

pembuluh darah arteriol dan venosa


d. kelenjar limfe: terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aloiran

limfe sendi, hiperplasif folikuler, peningkatan aktivitas system

retikuloendotelial dan proliferasi yang mengakibatkan

splenomegali
e. saraf: terjadi nekrosis fokal, reaksi epiteloid serta infiltrasi leukosit
f. Visera

2. Manifestasi Klinis
1. Stadium awal
Malaise, penurunan bb, rasaa capek, sedikit demam dan anemiaa. Gejal

lokal yang berupaa pembengkakan, nyeri dan gangguan gerak pada

sendi matakorpofalangeal
Pemeriksaan fisik: tenosinofitas pada daerah ekstensor pergelangan

tangan dan fleksor jari jari. Pada sendi besar (misalnya sendi lutut)
gejala peradangan lokal berupa pembengkakan nyeri serta tanda tanda

efusi sendi
2. Stadium lanjut
Kerusakan sendi dan deformitas yang bersifat permanen, selanjutnya

timbul/ketidakstabilan sendi akibat rupture tendo/ligament yang

menyebabkan deformitas rematik yang has berupa deviasi ulnar jari

jari, devisiasi radial/volar pergelangan tangan serta valgus lutut dan

kaki untuk menegakan diagnosis dipakai kriteria diaknosis dari ACR

tahun 1987 kriteria 1-4 tersebut harus minimal diderita selama 6

minggu.

3. Pemeriksaan penunjang
1. Faktor rematik, fiksasi lateks, reaksi-reaksi aglutinasi
2. Laju endap darah: umumnya meningkat pesat(80-100 mm/ h) mungkin

kembali normal sewaktu gejala gejala meningkat


3. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi
4. Sel darah putih: meningkat pada waktu timbul proses inflamasi
5. Haemoglobin: umumnya menunjukan anemia sedang
6. Lg(lg M dan lg G); peningkatan besar menunjukan proses autoimin

sebagai penyebab rematik


7. Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukan pembengkakan pada

jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang

berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista

tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan rematik

yang terjadi secara bersamaan.


8. Scan radionuklida: identifikasi peradangan sinovium
9. Artroskopi langsung, aspirasi cairan sinovial
10. Biopsi membran sinovial: menunjukan perubahan inflamasi dan

perkembangan panas.

4. Patofisiologi
Fungsi persendian sinovia adalah gerakan. Setiap sendi sinovia memiliki

kisaran gerak tertentu kendati masing-masing orang tidak mempunyai

kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat digerakan. Pada

sendi sinovia yang normal, kartilago artikular membungkus ujung tulang

pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin, serta ulet untuk

gerakan.Membran sinovia melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan

menyekresikan cairan kedalam ruangan antar tulang.Cairan sinovia ini

berfungsi sebagai peredam kejut dan pelumas yang memungkinkan sendi

untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat.

Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan

degenerasi yang terlihat pada penyakit rematik.Meskipun memiliki

keanekaragaman mulai dari kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga

kelainan multisistem yang sistemis, semua penyakit rematik meliputi

inflamasi dan degenerasi dalam derajat tertentu yang bisa terjadi sekaligus.

Inflamasi akan terlihat pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit

rematik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi

yang terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan

pannus( proliferasi jaringan sinovia). Inflamasi merupakan akibat dari

respon imun.

5. Penatalaksanaan

Setelah diagnosis rematik dapat ditegakan , pendekatan pertama yang

harus dilakukan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang


baik antara pasin dengan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan

yang merawatnya.

a. Pendidikan pada pasien mengenal penyakitnya dan penatalaksanaanya

yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin

ketaatan pasien
b. Oains diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat

inflamasi yang sering di jumpai OAINS yang dapat diberikan


a. Aspirin, pasien dibawah 50 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4 x 1

g/hari kemudian dinaikan 0, 3-0, 6 g perminggu sampai terjadi

perbaikan atau gejala toksik dosis terapi 20-30mg/dl.


b. Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dsb.
c. DMARD (disease-modifying antirheumatic drugs)digunakan untuk

melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat

rematik.mula khasiatnya baru terlihat setelah 3-12 bulan

kemudian.setelah 2-5 tahun, maka efektivitasnya dalam menekan

proses rematik akan berkurang, jenis jenis yang di gunakan adalah:


a. Klorokuin;paling banyak digunakan karena harganya terjangkau,

namun efektivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan yang

lain.dosis anjuran klorokuin fosfat 250mg/hr, hidrosiklorokuin

400mg/h.
b. Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalut enterik digunakan dalam

dosis 1 x 500 mg/hr, ditingkatkan 500 mg/minggu, sampai mencapai

dosis 4 x 500 mg.setelah remisi tercapai, dosis dapat diturunkan

hingga 1 g/ hr untuk dipakai dalam jangka panjang sampai tercapai

remisi sempurna.jika dalam waktu 3 bulan tidak terlihat khasiatnya,

obat ini dihentikan dan diganti dengan yang lain, atau di kombinasi.
c. D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat

lambat.digunakan dalam dosis 250-300 mg/ hr, kemudian dosis

ditingkatkan setiap 2-4 minggu sebesar 250-300 mg/hruntuk

mencapai dosis total 4 x 250-300 mg/hr.


d. Garam emas adalah gold standard bagi DMARD. Khasiatnya tidak

diragukan lagi meski sering timbul efek samping.auro sodium

tiomalat (AST) diberikan intramuskular, dimulai dengan dosis

percobaan pertama sebesar 10 mg, seminggu kemudian dosis kedua

20 mg. Seminggu kemudian diberikan dosis penuh 50 mg/minggu

selama 20 mggu. Dapat dilanjutkan dengan dosis tambahan sebesar

50 mg tiap 2 minggu sampai 3 bulan. Jika diperlukan , dapat

diberikan dosis 50 mg setiap 3 minggu sampai keadaan remisi

tercapai.
e. Obat imunosupresif atau imunoregulator;metotreksat sangat mudah

digunakan dan waktu mulai kerjanya relatif pendek.dosis dimulai 5-

7, 5 mg setiap minggu. Bila dalam 4 bulan tidak menunjukan

perbaikan, dosisharus di tinggkatkan. Dosis jarang melebihi 20

mg/minggu.Penggunaan siklosporin untuk rematik masih dalam

penelitian.
f. kortikosteroid hanya dipakai untuk pengobatan rematik dengan

komplikasi berat dan mengancam jiwa, seperti vaskulitis,

karenaobat ini memiliki efek samping yang sangat berat.dalam dosis

rendah(seperti prednison 5-7, 5 mg 1 x sehari).sangt bermanfaat

sebagai bridging therapy dalam mengatasi sinovitis sebelum

DMARD mulai bekerja, yang kemudian dihentikan secara


bertahap. Dapat diberikan suntikan kortikosteroid intraartikular jika

terdapat peradangan yang berat. Sebelumnya, infeksi harus

disingkirkan terlebih dahulu.

3. Riwayat Penyakit Alamiah

Pada umumnya 25% pasien akan mengalami manifestasi penyakit yang

bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode rematik dan

selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Pada pihak lain

sebagian besar pasien akan menderita penyakit ini sepanjang hidupnya

dengan hanya diselingi oleh beberapa masa remisi singkat (jenis

polisiklik). Sebagian kecil lainya akan menderita rematik yang

progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional yang

menetap pada setiaap eksaserbasi.sampai saat ini belum berhasil

dijumpai obat yang bersifat sebagai disease controlling ontirheumatic

therapy (DCART).

4. Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat

kemampuan pasien rematik dengan tujuan :

a. Mengurangi rasa nyeri


b. Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbataasan gerak sendi
c. Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
d. Mencegah terjadinya deformitas meningkatkan rasa nyaman dan

kepercayaan diri
e. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung kepada

orang lain.
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Rematik
1. Pengkajian
a. Definisi

pengkajian merupakan aspek pengumpulan data, analisis data,

perumusan masalah dan prioritas masalah.

b. Aspek Pengkajian
1. Fisik
a) Wawancara

Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya

1. Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia


2. kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
3. Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan

pendengaran.
4. Kebiasaan makan, minum, istirahaat/ tidur, buang air

besar/ kcil.
5. Kebiasaan gerak badan / olahraga/ senam lanjut usia.
6. Perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
7. Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan

kebiasaan dalam minum obat


8. Masalah seksual yang dirasakan.
b) Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui perubahan fungsi

sistem tubuh.
2. Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik

adalah head to toe (dari ujung kepala sampai ujung kaki)

dan sistem tubuh.


2. Psikologis
a) Apakah mengenal masalah utamanya.
b) Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
c) Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak.
d) Apakah memandang kehidupan dengan optimis.
e) Bagaimana mengatasi stress yang dialami.
f) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
g) Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
h) Apakah harapan pada saat itu dan akan datang.
i) Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif, daya ingat, proses

fikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam

penyelesaian masalah.

3. Sosial-Ekonomi
a) Sumber keuangan lanjut usia.
b) Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang
c) Dengan siapa ia tinggal.
d) Kegiatan organisasi apa saja yang diikuti lanjut usia
e) Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap linkunganya.
f) Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain diluar

rumah.
g) Siapa saja yang biasa mengunjungi.
h) Seberapa besar ketergantunganya.
i) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginanya dengan

fasilitas yang ada.

4. Spiritual
a) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan

keyakinan agamanya.
b) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam

kegiatan keagamaan.
c) Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah

dengan berdoa.
d) Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal.

5. Analisa data
a. Definisi analisa data
1. Analisa data merupakan kegiatan pemilihan data dalam

rangka proses klarifikasi dan validasi informasi untuk

mendukung penegakan diagnosa keperawatan gerontik

yang akurat.
2. Review data yang dapat menghubungkan antara penyebab

dan masalah yang ditegakan.


3. Menghubungkan data dari pengkajian yang berpengaruh

kepada munculnya suatu masalah.

b. Diagnosis
a. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan

tutubuh
2. Nyeri akut b.d perubahan patologis oleh rematik
3. Resiko cidera b.d hilangnya kekuatan otot
4. Hambatan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi
5. Defisit perawatan diri b.d gangguan muskoloskeletal
6. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi
7. Ansietas b.d kurangnya informasi tentang penyakit

2. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai

dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan

terpenuhinya kebutuhan klien. Jadi, perencanaan asuhan keperawatan

pada lansia disusun berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah

ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus mencakup:

perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan, dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan. Tujuan


tindakan keperawatan lansia diarahkan untuk membantu lansia berfungsi

seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik,

psikologis, dan sosial dengan tidak bergantung pada orang lain, sehingga

dapat memenuhi kebutuhan dasar lansia.berikut ini macam-macam

kebutuhan dasar lansia:


1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Meningkatkan keamanan dan keselamatan
3. Memelihara kebersihan diri
4. Memelihara keseimbangan istrirahat/ tidur
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif

You might also like