You are on page 1of 10

TATALAKSANA HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

Pembimbing :
dr. Hesa Kusuma A., Sp.OG

Disusun Oleh:
Luluk Kharisma Suryani
G4A015043

BAGIAN OBSTETRI GYNEKOLOGI


RSU AJIBARANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN
:

TATALAKSANA HIPERTENSI

Disusun Oleh:
Luluk Kharisma Suryani
G4A015043

Purwokerto, Mei 2017

Mengetahui,
Dokter Pembimbing,

dr. Hesa Kusuma A., Sp.OG


Tatalaksana pre-eklampsia ringan dapat secara :
A. Rawat jalan (ambulatoir)
Pengelolaan secara rawat jalan (ambulatoir) :
1. Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan perawatan sesuai keinginannya
2. Makanan dan nutrisi seperti biasa, tidak perlu diet khusus
3. Pemberian Vitamin
4. Tidak perlu pengurangan konsumsi garam
5. Tidak perlu pemberian antihipertensi maupun sedative
6. Kunjungan ke rumah sakit setiap minggu

B. Rawat inap (hospitalisasi)


Pengelolaan secara rawat inap (hospitalisasi) :
1. Pre-eklampsia ringan dirawat inap apabila mengalami hipertensi yang menetap
selama lebih dari 2 minggu, proteinuria yang menetap selama lebih dari 2 minggu,
hasil tes laboratorium yang abnormal, adanya satu atau lebih gejala atau tanda pre-
eklampsia berat.
2. Pemeriksaan dan monitoring teratur pada ibu : tekanan darah, penimbangan berat
badan, dan pengamatan gejala pre-eklampsia berat dan eklampsia seperti nyeri
kepala hebat di depan atau belakang kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut
bagian kanan atas, nyeri ulu hati.
3. Pemeriksaan kesejahteraan janin berupa evaluasi pertumbuhan dan perkembangan
janin di dalam rahim
4. Pemeriksaan laboratorium
a. Proteinuria pada dipstick pada waktu masuk dan sekurangnya diikuti 2 hari
setelahnya.
b. Hematokrit dan trombosit : 2 x seminggu
c. Test fungsi hepar: 2 x seminggu
d. Test fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin serum, asam urat, dan BUN
e. Pengukuran produksi urine setiap 3 jam (tidak perlu dengan kateter tetap)
Pada dasarnya sama dengan terapi rawat jalan. Bila terdapat perbaikan gejala dan
tanda-tanda dari pre-eklampsia dan umur kehamilan 37 minggu atau kurang, ibu masih
perlu diobservasi selama 2 - 3 hari lalu boleh dipulangkan.
5. Pengelolaan obstetrik
Pengelolaan obstetrik tergantung usia kehamilan. Penderita yang tidak inpartu
dengan umur kehamilan < 37 minggu, bila tanda dan gejala tidak memburuk maka
kehamilan dapat dipertahankan sampai aterm. Pada umur kehamilan 37 minggu maka
kehamilan dipertahankan sampai timbul onset partus. Bila serviks matang pada tanggal
taksiran persalinan dapat dipertimbangkan untuk dilakukan induksi persalinan
Perjalanan persalinan dapat diikuti dengan Grafik Partograf WHO. Selama dirawat di
Rumah Sakit lakukan konsultasi kepada bagian penyakit mata, bagian penyakit jantung
dan bagian lain atas indikasi .
Pre-Eklampsia Berat
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala - gejala pre-eklampsia berat
selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
1.Perawatan konservatif
Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pemberian obat-
obatan. Perawatan konservatif dilakukan apabila kehamilan kurang dari 37 minggu tanpa
disertai tanda-tanda impending eklampsia serta keadaan janin baik. Tujuannya adalah untuk
Mempertahankan kehamilan, sehingga mencapai umur kehamilan yang memenuhi syarat
janin dapat dilahirkan. Meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa mempengaruhi
keselamatan ibu.
Adapun Perawatan konservatif pada pasien pre eklampsia berat yaitu :
1. Segera masuk rumah sakit
2. Tirah baring
3. Infus Ringer Laktat atau Ringer Dekstrose 5%
4. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
5. Pemberian glukokortikoid diberikan pada umur kehamilan 32 - 34 minggu selama
48 jam.
6. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat
Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang.
Pemberian MgSO4 dibagi :
- Loading dose (initial dose) : dosis awal bolus 4g/IV
- Maintenance dose : dosis lanjutan 1g/jam dalam 24 jam
Syarat pemberian MgSO4:
1. Refleks patella normal
2. Respirasi > 16 menit
3. Produksi urine dalam 4 jam sebelumnya > 100 cc ; 0,5 cc/kg BB/jam
4. Tersedia Antidotum Kalsium Glukonat 10%
7. Anti hipertensi, diuretikum diberikan sesuai dengan gejala yang dialami.
Pemberian antihipertensi dilakukan bila tekanan sistol 180 atau diastole 110 atau MAP
125. Jenis obat antihipertensi yang dianjurkan yaitu Nifedipin 10-20 mg diulangi setelah
30 menit maksimum 120 mg dalam 24 jam. Nifedipine tidak dibenarkan diberikan dibawah
mukosa lidah (sub lingual) karena absorbsi yang terbaik adalah melalui saluran pencernaan
makanan. Tekanan darah diturunkan secara bertahap. Penurunan awal 25% dari tekanan
sistolik. Tekanan darah diturunkan mencapai MAP 125.
8. Pemberian Diuretikum tidak dibenarkan diberikan secara rutin karena memperberat
penurunan perfusi plasenta, memperberat hipovolemia dan meningkatkan hemokonsentrasi.
Diuretikum yang diberikan hanya atas indikasi edema paru, payah jantung kongestif dan
udema anasarka.
9. Dilakukan Pemeriksaan dan monitoring setiap hari terhadap gejala klinik sebagai berikut
yaitu nyeri kepala, penglihatan kabur, nyeri perut kuadran kanan atas, nyeri epigastrium
dan kenaikan berat badan dengan cepat.
10. Mengukur proteinuria ketika masuk Rumah Sakit dan diulangi tiap 2 hari dan pengukuran
tekanan darah sesuai standar yang telah ditentukan.
11. Pemeriksaan USG, khususnya pemeriksaan ukuran biometrik janin dan volume air ketuban.
Penderita dipulangkan apabila penderita kembali ke gejala atau tanda-tanda pre-
eklampsia ringan maka masih dirawat 2 - 3 hari lagi baru diizinkan pulang (diperkirakan lama
perawatan 1 - 2 minggu). Adapun cara persalinan yang dianjurkan pada penderita pre-
eklampsia berat tanpa tanda impending eklampsia yaitu bila penderita tidak inpartu,
kehamilan dipertahankan sampai kehamilan aterm. Bila penderita inpartu, maka persalinan
diutamakan pervaginam, kecuali bila ada indikasi untuk seksio sesaria.

Perawatan aktif
Perawatan aktif bertujuan untuk terminasi kehamilan. Kehamilan segera diakhiri dan
ditambah pemberian obat-obatan. Perawatan aktif dilakukan apabila usia kehamilan 37
minggu atau lebih, adanya ancaman terjadinya impending eklampsia, kegagalan terapi
dengan obat - obatan, adanya tanda kegagalan pertumbuhan janin di dalam rahim, adanya
"HELLP syndrome" (Haemolysis, Elevated Liver enzymes, and Low Platelet). Adapun
indikasi penatalaksanaan aktif adalah sebagai berikut :

1. Indikasi Ibu:
1. Kegagalan terapi medikamentosa setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan
medikamentosa, terjadi kenaikan darah yang persisten.
2. Adanya tanda dan gejala impending eklampsia
3. Gangguan fungsi hepar dan fungsi ginjal
4. Dicurigai terjadi solusio placenta
5. Timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, pendarahan.
2. Indikasi Janin :
a. Umur kehamilan 37 minggu
b. IUGR berat berdasarkan pemeriksaan USG
c.Timbulnya oligohidramnion
3. Indikasi Laboratorium :
Thrombositopenia progesif yang menjurus ke sindroma HELLP
Adapun cara Persalinan yang dipilih sedapat mungkin diarahkan pervaginam.
Bila penderita belum inpartu maka dapat dilakukan induksi persalinan bila skor
Bishop 8. Bila perlu dilakukan pematangan serviks dengan misoprostol. Induksi
persalinan harus sudah mencapai kala II dalam waktu 24 jam. Bila tidak, induksi
persalinan dianggap gagal, dan harus disusul dengan seksio sesarea.
Indikasi seksio sesarea:
1. Tidak ada indikasi untuk persalinan pervaginam
2. Induksi persalinan gagal
3. Terjadi gawat janin
4. Bila umur kehamilan < 33 minggu
Namun bila penderita sudah inpartu maka upaya yang dilakukan yaitu memperpendek
kala II. Seksio sesarea dilakukan apabila terdapat kegawatan ibu dan gawat janin.
Pada primigravida dengan pre-eklampsia berat direkomendasikan pembedahan
sesarea. Anestesia yang dipilih yaitu regional anesthesia atau epidural anestesia. Tidak
diajurkan anesthesia umum .
Komplikasi yang timbul pada ibu dengan pre-eklampsia berat yaitu syndrom
HELLP, gangguan pada sistem saraf pusat (Perdarahan intrakranial, trombosis vena
sentral, hipertensi ensefalopati, edema serebri, edema retina, makular atau retina
detachment hingga kerusakan korteks retina), gangguan gastrointestinal - hepatik
(Subkapsular hematoma hepar dan ruptur kapsul hepar), gangguan ginjal (gagal ginjal
akut, nekrosis tubular akut), gangguan hematologi (trombositopenia), gangguan
kardiopulmoner (edema paru, gagal pernafasan, gagal jantung, iskemia miokardium).
Komplikasi yang timbul pada janin yaitu IUGR (pertumbuhan janin terhambat),
Solusio plasenta, IUFD (kematian janin intrauterine), Penyulit akibat prematuritas
(respiratory distress syndrome, NEC) dan Serebral palsy
3. Eklampsia
Adapun tatalaksana eklampsia ialah bertujuan untuk menghentikan dan mencegah
kejang, mencegah dan mengatasi penyulit khususnya krisis hipertensi, sebagai
penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin dan mengakhiri
kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin. Penanganan obstetric dasar pada
pasien dengan eklampsia yaitu semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri
dengan atau tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Bilamana diakhiri
maka kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan) kondisi dan
metabolisme ibu. Pengobatan konservatif sama seperti pengobatan pre-eklampsia berat
kecuali bila timbul kejang - kejang lagi maka dapat diberikan obat anti kejang
(MgSO4).
Setelah persalinan dilakukan pemantauan ketat untuk melihat tanda-tanda
terjadinya eklampsia. 25% kasus eklampsia terjadi setelah persalinan biasanya dalam
waktu 2 4 hari pertama setelah persalinan. Tekanan darah biasanya tetap tinggi selama
6 8 minggu. Jika lebih dari 8 minggu tekanan darahnya tetap tinggi kemungkinan
penyebabnya tidak berhubungan dengan pre-eklampsia.

Pencegahan pre-eklampsia dan eklampsia


Usaha pencegahan preklampsia dan eklampsia sudah lama dilakukan. Diantaranya
dengan manipulasi diet yaitu diet rendah garam (terbukti tidak efektif mencegah gangguan
hipertensi), vitamin E dan vitamin C. Selain itu beta caroten, minyak ikan (eicosapen tanoic
acid), zink (seng), magnesium, diuretik, antihipertensi, aspirin dosis rendah, dan kalium
diyakini mampu mencegah terjadinya preklampsia dan eklampsia. Sayangnya upaya itu
belum mewujudkan hasil yang menggembirakan. Belakangan juga diteliti manfaat
penggunaan anti-oksidan seperti N. Acetyl Cystein yang diberikan bersama dengan vitamin
A, B6, B12, C, E, dan berbagai mineral lainnya. Tampaknya upaya itu dapat menurunkan
angka kejadian pre-eklampsia pada kasus risiko tinggi. Pemeriksaan antenatalcare teratur dan
penanganan yang tepat terhadap ibu hamil dapat mengurangi komplikasi yang timbul akibat
hipertensi dalam kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, H. Pre-eklampsia dan eklampsia. Ilmu Kandungan edisi ketiga.


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2007. 281-301.
2. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah F.Obstetri Patologi ilmu kesehatan
reproduksi Edisi 2. Gestosis. Jakarta: EGC; 2005; h.64-82.
3. Cunningham, FG et.al. Hypertensive Disorder in Pregnancy. Williams Obstetrics, 21st
ed. Prentice Hall International Inc. Appleton and Lange. Connecticut. 2001.
653 - 694.

You might also like