Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
dr. Hesa Kusuma A., Sp.OG
Disusun Oleh:
Luluk Kharisma Suryani
G4A015043
TATALAKSANA HIPERTENSI
Disusun Oleh:
Luluk Kharisma Suryani
G4A015043
Mengetahui,
Dokter Pembimbing,
Perawatan aktif
Perawatan aktif bertujuan untuk terminasi kehamilan. Kehamilan segera diakhiri dan
ditambah pemberian obat-obatan. Perawatan aktif dilakukan apabila usia kehamilan 37
minggu atau lebih, adanya ancaman terjadinya impending eklampsia, kegagalan terapi
dengan obat - obatan, adanya tanda kegagalan pertumbuhan janin di dalam rahim, adanya
"HELLP syndrome" (Haemolysis, Elevated Liver enzymes, and Low Platelet). Adapun
indikasi penatalaksanaan aktif adalah sebagai berikut :
1. Indikasi Ibu:
1. Kegagalan terapi medikamentosa setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan
medikamentosa, terjadi kenaikan darah yang persisten.
2. Adanya tanda dan gejala impending eklampsia
3. Gangguan fungsi hepar dan fungsi ginjal
4. Dicurigai terjadi solusio placenta
5. Timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, pendarahan.
2. Indikasi Janin :
a. Umur kehamilan 37 minggu
b. IUGR berat berdasarkan pemeriksaan USG
c.Timbulnya oligohidramnion
3. Indikasi Laboratorium :
Thrombositopenia progesif yang menjurus ke sindroma HELLP
Adapun cara Persalinan yang dipilih sedapat mungkin diarahkan pervaginam.
Bila penderita belum inpartu maka dapat dilakukan induksi persalinan bila skor
Bishop 8. Bila perlu dilakukan pematangan serviks dengan misoprostol. Induksi
persalinan harus sudah mencapai kala II dalam waktu 24 jam. Bila tidak, induksi
persalinan dianggap gagal, dan harus disusul dengan seksio sesarea.
Indikasi seksio sesarea:
1. Tidak ada indikasi untuk persalinan pervaginam
2. Induksi persalinan gagal
3. Terjadi gawat janin
4. Bila umur kehamilan < 33 minggu
Namun bila penderita sudah inpartu maka upaya yang dilakukan yaitu memperpendek
kala II. Seksio sesarea dilakukan apabila terdapat kegawatan ibu dan gawat janin.
Pada primigravida dengan pre-eklampsia berat direkomendasikan pembedahan
sesarea. Anestesia yang dipilih yaitu regional anesthesia atau epidural anestesia. Tidak
diajurkan anesthesia umum .
Komplikasi yang timbul pada ibu dengan pre-eklampsia berat yaitu syndrom
HELLP, gangguan pada sistem saraf pusat (Perdarahan intrakranial, trombosis vena
sentral, hipertensi ensefalopati, edema serebri, edema retina, makular atau retina
detachment hingga kerusakan korteks retina), gangguan gastrointestinal - hepatik
(Subkapsular hematoma hepar dan ruptur kapsul hepar), gangguan ginjal (gagal ginjal
akut, nekrosis tubular akut), gangguan hematologi (trombositopenia), gangguan
kardiopulmoner (edema paru, gagal pernafasan, gagal jantung, iskemia miokardium).
Komplikasi yang timbul pada janin yaitu IUGR (pertumbuhan janin terhambat),
Solusio plasenta, IUFD (kematian janin intrauterine), Penyulit akibat prematuritas
(respiratory distress syndrome, NEC) dan Serebral palsy
3. Eklampsia
Adapun tatalaksana eklampsia ialah bertujuan untuk menghentikan dan mencegah
kejang, mencegah dan mengatasi penyulit khususnya krisis hipertensi, sebagai
penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin dan mengakhiri
kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin. Penanganan obstetric dasar pada
pasien dengan eklampsia yaitu semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri
dengan atau tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Bilamana diakhiri
maka kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan) kondisi dan
metabolisme ibu. Pengobatan konservatif sama seperti pengobatan pre-eklampsia berat
kecuali bila timbul kejang - kejang lagi maka dapat diberikan obat anti kejang
(MgSO4).
Setelah persalinan dilakukan pemantauan ketat untuk melihat tanda-tanda
terjadinya eklampsia. 25% kasus eklampsia terjadi setelah persalinan biasanya dalam
waktu 2 4 hari pertama setelah persalinan. Tekanan darah biasanya tetap tinggi selama
6 8 minggu. Jika lebih dari 8 minggu tekanan darahnya tetap tinggi kemungkinan
penyebabnya tidak berhubungan dengan pre-eklampsia.