You are on page 1of 4

Gartner dan Bukry (1969) telah meneliti holococcolith Tersier dengan dua tipe mikroskop dan

pembaca diarahkan pada pekerjaan ini untuk deskripsi yang lebih lengkap.

Fungsi dari coccolith

Belum ada penelitian eksperimental yang telah dilakukan untuk menentukan fungsi dari
coccolith atau arti keberadaannya terhadap sel hidup. Namun, satu teori terkenal mengatakan
bahwa coccolith melindungi bagian sel yang tertutupi dari sinar matahari. Teori yang sama
terkenalnya memiliki pemikiran berlawanan yang mengatakan bahwa coccolith memusatkan
cahaya melalui interior sel. Yang terakhir lebih dapat disetujui dari pandangan bahwa bentuk
kebanyakan coccolith yang berupa convexo-concave, dengan permukaan convex kemudian
menghadap ke luar. Bahkan jika permukaan convexo-concave ini bukan benar-benar lensa, akan
tetap lebih efisian sebagai pengumpul cahaya ketimbang penghilang cahaya. Ditambah lagi,
seperti yang telah dikemukakan oleh Gartner dan Bukry (1969), energi cahaya berkurang dengan
cepat seiring dengan kedalaman, namun suplai nutrisi semakin bertambah, dan organisme-
organisme fotosintetik yang mampu memusatkan cahaya yang berjumlah sedikit pada kedalaman
lebih besar dalam zona fotik akan memiliki keuntungan ekologis dibandingkan dengan
saingannya yang tidak begitu dilengkapi.

Fungsi lain dari coccolith juga sebagai alat mengambang, pembatas metabolik, stabilisator,
tameng pelindung, dan semacamnya. Beberapa biologis berpikir bahwa salah satunya merupakan
hasil tambahan dari detoksifikasi karbonat melalui fiksasi kalsium (Isenberg dkk, 1967).

Dicoaster mineralogy

Kelompok asterolith tersier discoaster punah pada penutupan masa Pliosen. Walaupun
Bursa (1965) melaporkan penemuan makhluk hidup berbentuk seperti discoaster di Arktik,
sejauh ini kemunculan ini belum diperkuat dan penemuan Bursa dapat dianggap mengontaminasi
materialnya. Dengan tidak hadirnya makhluk hidup analog kontroversial, kita hanya dapat
berspekulasi tentang cara pengapuran discoaster. Kebanyakan peneliti percaya bahwa, tidak
seperti coccolith, discoaster lebih tetap berada di dalam sel setelah kalsifikasi dan tidak tersekresi
di sekitarnya.
Discoaster memperlihatkan morfologi yang kompleks dan beragam (lihat Fig. 23) tetapi
struktur ultranya relatif lebih sederhana dibandingkan dengan coccolith. Discoaster tidak
mengapur menjadi kristal rhombohedral atau hexagonal seperti pada coccolithophore, tapi
bentuk ketiga, tubular, dari kalsit. Lengan individual terbentuk dari satu kristal tabular.

EKOLOGI

Coccolithophor merupakan organisme planktonik yang tersebar dari lautan terbuka,


lingkungan pelagik sampai litoral dekat pesisir, dan lingkungan laguna dalam pesisir.

Keberadaan coccolithophore di litoral, laguna dan wilayah estuarin di mana salinitas lebih
tinggi atau lebih rendah dari salinitas rata-rata laut terbuka (35) menunjukkan kemampuannya
untuk menoleransi rentang salinitas yang luas. Emiliania huxleyi (Lohmann) Hay dan Mohler,
contohnya, dapat menoleransi salinitas dari rentang 45 sampai 16. Di laboratorium, spesies
biakan dari Cricohpaera dapat bertahan pada salinitas serendah 4 sampai 8 pada fase motile
pada siklus hidupnya dan setinggi 236 pada fasi non motile.

Coccolithophore, sebagai fotosintetik, hidup pada lautan atas 100-150 m, atau pada zona
fotik, di mana cahaya matahari dapat dengan mudah masuk. Walaupun coccolithophore
ditemukan sepanjangan zona fotik, mereka juga banyak terdapat beberapa meter sampai sekitar
50 m di bawah permukaan air, dan konsentrasinya berkurang dengan cepat pada kedalaman yang
lebih besar.

Biogeografi

Walaupun terdapat lebih dari 150 spesies dari coccolithophore yang telah tercatat hidup di
lautan, hanya ada sedikit penelitian terperinci mengenai persebaran spesies pada lautan luas.
Secara kuantitatif, coccolithophore menunjukkan konsentrasi yang lebih tinggi pada zona dengan
produktivitas organik tinggi di mana lebih banyak nutrisi tersedia dikarenakan naiknya air atau
arus konvergen. Zona dengan produktivitas tinggi seperti ini terletak di sekitar 45 o utara dan
selatan lintang dan sepanjang sabuk ekuatorial. Pada rantai makanan planktonik marine nutrisi
anorganik mendukung coccolithophore dan fitoplankton lainnya, yang mana kemudian
menyokong zooplankton yang memakan mereka.

Kontribusi penting berdasar pengetahuan kita dari biogeografi coccolithophore telah dibuat
oleh Andrew McIntyre dan koleganya, yang telah memetakan kejadian dari spesies terpilih di
Samudera Atlantik. Dengan mempelajari sampel plankton dari sedimen permukaan dengan
sedimen dari dasar laut, McIntyre dan B (1967) dapat mengelompokkan coccolithophore dari
Atlantik menjadi lima kelompok himpunan lintang iklim yang berbeda: tropis, subtropis, transisi,
subarktik, dan subantartik. Himpunan tropis dan subtropis mengandung lebih dari tiga kali lipat
spesies daripada himpunan subartik dan subantartikdan kemudian meyakinkan kepada paham
sekarang mengenai perubahan lintang terhadap diversitas (Fig. 6). Dari data sampling musiman
penulis-penulis ini juga membedakan rentang temperatur dari tiga belas spesies terpilih dan
memetakan kejadiannya pada plankton dan juga pada sedimen permukaan. Kebanyakan spesies
yang kemudian dipetakan menunjukkan persebaran yang sedikit lebih luas pada plankton
daripada pada sedimen permukaan di dasar. Perbedaan ini dikaitkan dengan penghangatan dari
laut sejak akhir dari zaman glasial terakhir sekitar 12.000 tahun lalu. Penghangatan yang cepat
dapat menuntun kepada migrasi spesies isotherm permukaan dan spesies air hangat yang
kemudian menunjukkan persebaran lintang yang lebih lebar, sementara persebaran spesies air
dingin menjadi semakin sempit.

Pada penelitian biogeografi di Samudera Pasifik, Mintyre dkk (1970) menggambarkan


rentang geografis dari spesies coccolithophore terpilih dan dari pola persebaran ini mereka dapat
menetapkan rentang temperatur untuk setiap takson (Fig. 7). Mereka menemukan bermacam
asosiasi spesies untuk mewakili empat massa air Pasifik, dan masing-masing digambarkan oleh
rentang temperatur yang khusus. Pola biogeografis ini, walaupun tak dapat disangkal karena
musiman alam, membuat himpunan nannoplankton berpotensi besar sebagai interpretasi
paleoklimat dan paleooseanografi.

Pada penelitian lain tentang persebaran dari coccolithophore pada kolom air sepanjang
penampang lintang utara-selatan di Samudera Pasifik Utara dan Tengah, Okada dan Honoj
(1973) juga menemukan temperatur permukaan dan persebaran arus permukaan sebagai faktor
paling penting untuk menggambarkan biogeografi dari bermacam spesies. Mereka menyadari
enam himpunan zona lintang. Seperti di atlantik gradien meningkatnya diversitas spesies diamati
dari lintang tinggi sampai rendah. Sebagai tambahan, penulis-penulis ini menemukan perbedaan
vertikal pada himpunan coccolithophore pada 200 m teratas kolom air, yang juga berubah
dengan lintang. Ada juga variasi yang luas pada angka individual dengan kedalaman pada
bermacam lintang.

You might also like