You are on page 1of 7

(TERAPINE ANTARA AKTIVITAS SARAF SIMPATIS OTOT OPO

LATIHAN ISOMETRIK) PADA MASALAH KEPERAWATAN LANSIA


DENGAN GANGGUAN TERMOREGULASI

MAKALAH

Oleh

Kelompok 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
AROMA TERAPI PADA MASALAH KEPERAWATAN LANSIA DENGAN
INSOMNIA

MAKALAH

disusun sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Gerontik

dengan dosen pengampu: Ns.Kushariadi, S.Kep., MNS

oleh

Neneng Dwi Saputri NIM 142310101020

Aisatul Zulfa NIM 142310101029

Amanda Christie Yannus NIM 142310101065

Verina Sari Rahmadiar NIM 142310101068

Restina Septiani NIM 142310101118

Rizal Amirullah NIM 142310101141

Koyyimatus Solehah NIM 142310101146


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER

2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Aromaterapi pada Masalah Keperawatan Lansia dengan Insomnia

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih kurang


sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
berguna dan bermanfaat bagi semuanya.

Jember, Maret 2017

Penyusun
Bab 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Seorang manusia akan mengalami proses penuaan dimana ditandai


dengan kemunduran dalam berbagai organ tubuhnya. Meskipun sebagaian
besar organ dalam tubuhnya akan mengalami penurunan fungsi, namun
pemenuhan kebutuhan dasarnya harus tetap terpenuhi. Fungsi utama dari
termoregulasi adalah untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap stabil
dalam berbagai kondisi/suhu lingkungan. Dalam proses infeksi,
termoregulasi juga membantu dalam mempertahankan homeostasis.
Seiring dengan bertambahnya usia, perubahan secara bertahap akan terjadi
dalam sistem termoregulasi. Hal inilah yang menjadi pertimbangan
penting dalam merawat kesehatan, terutama pada klien dewasa tua (Miller,
1995).
Thermoregulasi pada lansia berhubungan dengan usia yang
mengganggu dengan kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan efektif
pada temperature lingkungan. Karena perubahan ini, lansia cenderung
mengalami hipotermia atau masalah terkait panas. Ditambah lagi, bahkan
kesehatan lansia mungkin memiliki temperature tubuh normal yang lebih
rendah dan menurangi respon demam terhadap oenyakit. Faktor resiko
yang bisa merusak lebih lanjutrespon termoregulasi dari lansia termasuk
penyakit, imobilisasi, efek pengobatan, dan bahaya temperature
lingkungan (Miller, 1995).
Menurut Miller (1995), lansia sehat yang berada dalam lingkungan
yang nyaman akan mengalami sedikit perubahan fungsi termoregulasi.
Pada kenyataannya ada faktor resiko mengenai hipertermi dan hipotermi
pada lansia. Suhu yang cukup ekstrim dapat memicu hipertermi ataupun
hipotermi pada lansia terutama jika ada faktor predisposisi seperti obat-
obatan tertentu atau kondisi patologis. Di Amerika hipertermi atau
hipotermi terjadi jika musim panas atau musim dingin saja, dan masalah
cuaca ini sering mempengaruhi lansia terutama lansia yang tinggal di iklim
ekstrim. Misalnya berdasarkan survey kematian akibat panas yang
berlebihan atau hipertermi lebih dari 2000 orang pada usia 60 tahun
keatas. Untuk lansia masalah hipotermia atau hipertermia akan muncul
risiko morbiditas atau sampai pada kematian hal ini lebih besar dari
mereka yang lebih muda.
Peningkatan hipotermi dihubungkan dengan peningkatan
kerentanan terhadap hipotermi karena lansia kurang tanggap terhadap
lingkungan yang dingin kurang menyadari terhadap rendahnya suhu inti
tubuh dan juga tidak berusaha memperbaiki lingkungan yang dingin
tersebut. Ada studi juga yang menyatakan bahwa lansia memiliki resiko
lebih besar dari pada dewasa terhadap hipertermi atau hipotermi, hal ini
dikarenakan lansia memerlukan stimulus lebih sebelum mereka
mengambil tindakan atau langkah untuk mengatasi masalah. Perubahan
fisiologis serta faktor perilaku, berkontribusi terhadap peningkatan risiko
hipotermia pada lansia. Hipotermia didefinisikan sebagai suhu tubuh inti
lebih rendah dari 950 F. Suhu lingkungan yang rendah biasanya
memberikan kontribusi untuk hipotermia, dan istilah "hipotermia yang
kebetulan" digunakan ketika suhu lingkungan negatif rendah hal tersebut
penyebab utama dari kondisi hipotermi. Bahkan dalam suhu lingkungan
yang normal, kondisi dapat perubahan dari hasil serius dalam
homeostasis, seperti penyakit endokrin atau neurologis. Hipotermia
disengaja atau kebetulan dapat terjadi pada lansia sebagai paparan suhu
cukup dingin, dan diperkirakan mempengaruhi lansia sebanyak 10% yang
tinggal di iklim dingin, seperti Inggris dan Amerika Serikat lansia mungkin
tidak akan menggigil atau mengeluhkan rasa dingin. Efek dari gangguan
termoregulasi kumulatif hipertermi dan hipotermia berlangsung sangat
cepat setelah suhu tubuh dibawah 93,2oF. Berhubungan dengan usia yang
semakin lanjut kemampuan ginjal untuk menghemat air dan asupan cairan
tidak memadai akan memperburuk efek dari hipertermia.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi lansia yang hipotermi
2. Mengidentifikasi terapi modalitas yang dapat diberikan pada lansia
yang mengalami hipotermi
3. Mengidentifikasi pengkajian dan asuhan keperawatan pada lansia
yang mengalami hipotermi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Hipotermi

You might also like