You are on page 1of 11

Asuhan Keperawatan Teoritis

ISOLASI SOSIAL

Di susun Oleh :
Oktavianto
Moh. Zamroni arifin
Sry lestari
Rahmi
Apriliati
Aa putu mahyani

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu


Prodi S1 Keperawatan
Tahun Ajaran 2016-2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu memiliki kemampuan menjalin hubungan sosial, mulai dari hubungan intim biasa
sampai hubungan saling ketergantungan . Hubungan sosial tersebut diperlukan individu dalam rangka
menghadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan hidup.Maka dari itu seorang manusia perlu membina
hubungan interpersonal yang memuaskan.
Kepuasan hubungan akan tercapai bila individu terlibat aktif dalam melakukan interaksi peran
serta yang tinggi, disertai respon lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerja
sama, hubungan timbal balik yang harmonis (Stuart and Sundeen ,1995)
Pemutusan hubungan akan terjadi apabila terdapat ketidakpuasan individu dalam menjalin
interaksi,juga adanya respon lingkungannya yang negatip.Kondisi ini akan mengakibatkan rasa tidak
percaya diri, tidak percaya dengan orang lain dan keinginan untuk menghindar dari orang lain .

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan diskusi diharapkan mahasiswa dapat mengetahui Asuhan Keperawatan Jiwa
Isolasi Sosial.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan diskusi dan seminar asuhan keperawatan jiwa Isolasi Sosial mahasiswa dapat
mengerti :
1) Mengetahui pengertian Isolasi Sosial
2) Mengerti konsep gangguan Isolasi Sosial
3) Dapat melakukan pengkajian serta pembuatan asuhan keperawatan dengan gangguan
Isolasi Sosial.w
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Isolasi social adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negative dan mengancam. (Twondsend,1998)
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain. (Pawlin,1993 dikutip Budi Keliat,2001)

B. Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya perkembangan dan
social budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak mampu
merumuskan keinginan dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbilkan perilaku tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdian diri, menghindar dari orang lain dan
kegiatan sehari hari terabaikan. (Kusumawati, 2011)
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan. ( Keliat,1999)
Gejala Klinis :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut
botak karena terapi).
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri).
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien akan mengakiri kehidupannya.

C. Manifestasi Klinik
Menurut (Kusumawati, 2011) adalah :
1. Menyendiri dalam ruangan
2. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
3. Sedih, efek dasar
4. Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya
5. Berpikir menurut pemikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna
6. Mengekpresikan penolakan atau kesepian pada orang lain
7. Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan yang lainnya
8. Menggunakan kata kata simbolik
9. Menggunakan kat yang tidak berarti
10. Kotak mata kurang atau tidak mau menatap lawan bicaranya
11. Klien cenderung menarik diri dari lingkungan bergaul, suka melamun, berdian diri.

D. Akibat Menarik Diri


Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko perubahan sensori
persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptive, dimana
halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan eksternal. (Keliat,1999)
Gejala Klinis :
1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
2. Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
3. Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
4. Tidak dapat memusatkan perhatian.
5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut
6. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA ISOLASI DIRI

A. Pengkajian
1. Identitas
Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa pubertas
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya akibat adanya kemunduran
kemauan dan kedangkalan emosi.
3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi yakni
keturunan,endokrin,metabolism,susunan saraf pusat dan kelemahan.
4. Psikososial
a) Geogram
Orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya 7-16% skizofrenia, bila keduanya
menderita 40-68%, saudara tiri kemungkinan 0,9-1,8%, saudara kembar 2-15% dan saudara kandung
7-15%.
b) Konsep diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan mempengaruhi konsep diri
pasien.
c) Hubungan Sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, dan berdiam diri.
d) Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.
5. Status mental
a) Penampilan diri
Pasien tampak lesu, tak bergairah,rambut acak-acakan,kancing baju tidak tepat,resleting tak
terkunci,baju tak diganti,baju terbalik sebagai manifestasi kemunduran kemauan pasien.
b) Pembicaraan
Nada suara rendah,lambat,kurang bicara,apatis.
c) Aktivitas Motorik
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif,kecenderungan mempertahankan pada satu posisi yang
dibuatnya sendiri.
d) Emosi
Emosi dangkal.
e) Interaksi selama wawancara
Cenderung tidak kooperatif,kontak mata kurang,tidak mau menatap lawan bicara,diam.
f) Presepsi
Tidak terdapat halusinasi atau waham.
g) Proses berfikir
Gangguan proses berpikir jarang ditemukan.
h) Kesadaran
Kesadaran berubah, kemampuan mengadakan hubungan serta pembatasan dengan dunia luar dan
dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan (secara kualitatif).
i) Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik,orientasi tempat,waktu dan orang.
j) Kemampuan menilai
Tidak dapat mengambil keputusan,tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan,selalu memberikan alas
an tidak jelas atau tidak tepat.
k) Tilik Diri
Tidak ada yang khas
6. Kebutuhan Sehari hari
Pada permulaan, penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya, makin mundur dalam
pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sangat menurun
dalam hal makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian, dan istirahat tidur.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Kerusakan komunikasi verbal b.d ketidakmampuan untuk percaya kepada orang lain, panik,
regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, menarik diri.
3. Sindrom kurang perawatan diri b.d menarik diri, regresi

C. Intervensi Keperawatan
1. Isolasi social b.d. kurangnya rasa percaya kepada orang lain,panic,regresi ketahap
perkembangan sebelumnya,sukar berinteraksi dengan orang lain pada masa lampau.
Batasan karakteristik
1. Menyendiri dalam ruangan,sedih efek datar
2. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melalakukan kontak mata
3. Sedih, afek datar
4. Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya
5. Berfikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna
6. Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain
Tujuan jangka pendek :

Pasien siap masuk dalam terapi aktifitas ditemani oleh seorang perawat yang dipercayainya dalam 1
minggu.
Tujuan jangka panjang :

Pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama pasien lain dan perawat dalam aktifitas
kelompok di unit rawat inap.
Kriteria hasil yang diharapkan :
1. Pasien dapat mendemontrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi dengan orang
lain.
2. Pasien dapat mengikuti aktifitas kelompok tanpa disuruh.
3. Pasien melakukan pendekatan interaksi satu-satu dengan orang lain dengan cara yang
sesuai / dapat diterima.

Intervensi Keperawatan :
1. Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering tapi singkat.
Rasional : Sikap menerima dari orang lain akan meningkatkan harga diri pasien dan
memfasilitasi rasa percaya kepada orang lain.
2. Perlihatkan penguatan positif pada pasien.
Rasional : Pasien merasa menjadi orang yang berguna.
3. Temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama aktifitas kelompok yang mungkin
merupakan hal yang menakutkan atau sukar bagi pasien.
Rasional : Kehadiran seseorang yang dipercaya akan memberikan rasa aman bagi pasien.
4. Jujur dan menepati semua janji.
Rasional : Kejujuran dan rasa saling membutuhkan menimbulkan suatu hubungan saling
percaya.
5. Orientasikan pasien pada orang, waktu, tempat sesuai kebutuhannya.
6. Berhati-hatilah dengan sentuhan.
Rasional : Pasien yang curiga dapat menerima sentuhan sebagai suatu yang mengancam..
7. Diskusikan dengan pasien tanda-tanda peningkatan anxietas dan teknik untuk memutus
respon (latihan relaksasi, berhenti berfikir).
Rasional : Perilaku menarik diri dan curiga dimanifestasikan selama terjadi peningkatan
anxietas.
8. Berikan pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh pasien dapat berinteraksi dengan orang
lain.
9. Rasional : Penguatan akan meningkatkan harga diri pasien dan mendorong pengulangan
perilaku tersebut.
10. Berikan obat-obat penenang sesuai program pengobatan pasien.
Rasional : Obat-obat anti psikosis menolong untuk menurunkan gejala psikosis pada
seseorang sehingga memudahkan interaksi dengan orang lain.

2. Kerusakan komunikasi verbal b.d ketidakmampuan untuk percaya kepada orang lain, panik,
regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, menarik diri.
Batasan karakteristik
1. Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya
2. Menggunakan kata-kata simbolik (neologisme)
3. Menggunakan kata yang tidak berarti
4. Kontak mata kurang/tidak mau menatap lawan bicara
Tujuan jangka pendek :

Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan pada 1 topik, menggunakan ketepatan kata,
melakukan kontak mata intermiten selama 5 menit dengan perawat selama 1 minggu.
Tujuan jangka panjang :

Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan komunikasi verbal dengan perawat dan
sesama pasien dalam suatu lingkungan sosial dengan cara yang sesuai / dapat diterima.
Kriteria hasil yang diharapkan :
a. Pasien dapat berkomunikasi dengan cara yang dapat dimengerti dan diterima orang lain.
b. Pesan non verbal pasien sesuai dengan verbalnya.
c. Pasien dapat mengakui bahwa disorganisasi pikiran dan kelainan komunikasi verbal
terjadi pada saat adanya peningkatan anxietas.

Intervensi Keperawatan :
1. Gunakan teknik validasi dan klarifikasi untuk mengerti pola komunikasi pasien.
Rasional : Teknik ini menyatakan kepada pasien bagaimana ia dimengerti oleh orang lain,
sedangkan tanggung jawab untuk mengerti ada pada perawat.
2. Pertahankan konsistensi perawat yang bertugas
Rasional : Memudahkan rasa percaya dan kemampuan untuk mengerti tindakan dan
komunikasi pasien.
3. Jelaskan kepada pasien dengan cara yang tidak mengancam bagamana perilaku dan
pembicaraannya diterima dan mungkin juga dihindari oleh orang lain.
Rasional : Tehnik ini untuk meningkatkan hubungan saling percaya antara perawat dan
pasien, serta pasien dengan lingkungannya.
4. Jika pasien tidak mampu atau tidak ingin bicara (autisme), gunakan teknik mengatakan
secara tidak langsung.
Rasional : Hal ini menyampaikan rasa empati, mengembangkan rasa percaya dan
mendorong pasien mendiskusikan hal-hal yang menyakitkan dirinya.
5. Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai pola komunikasi yang memuaskan
kembali.
Rasional : Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas keperawatan.

3. Sindrom kurang perawatan diri b.d menarik diri, regresi


Batasan karakteristik
1. Kesukaran mengambil makanan atau ketidakmampuan membawa makanan dari wadah
ke mulut
2. Ketidak mampuan membersihkan tubuh atau bagian bagian tubuh
3. Kurangnya minat dalam memilih pakaian, kelainan kemampuan dalam berpakaian, dan
mempertahankan penampilan yang memuaskan
4. Tidak adanya kemauan untuk melakukan defekasi atau berkemih tanpa bantuan

Tujuan jangka pendek :

Pasien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dalam 1 minggu.
Tujuan jangka panjang :

Pasien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan mendemontrasikan suatu
keinginan untuk melakukannya.
Kriteria hasil yang diharapkan :
1. Pasien makan sendiri tanpa bantuan.
2. Pasien memilih pakaian yang sesuai, berpakaian merawat dirinya tanpa bantuan.
3. Pasien mempertahankan kebersihan diri secara optimal dengan mandi setiap hari dan
melakukan prosedur defekasi dan berkemih tanpa bantuan.

Intervensi keperawatan :
1. Dukung pasien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai tingkat kemampuan
pasien.
Rasional : Keberhasilan menampilkan kemandirian dalam melakukan aktifitas akan
meningkatkan harga diri.
2. Dukung kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasien tidak dapat melakukan
beberapa kegiatan.
Rasional : Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas dalam keperawatan.
3. Berikan pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuannya mandiri.
Rasional : Penguatan positif akan meningkatkan harga diri dan mendukung pengulangan
perilaku yang diharapkan.
4. Perlihatkan secara konkret, bagaimana melakukakn kegiatan yang menurut pasien sulit
melakukannya.
Rasional : Penjelasan harus sesuai dengan tingkat pengertian yang nyata.
5. Buat catatan secara terinci tentang makanan dan cairan.
Rasional : Informasi yang penting untuk mendapatkan gambaran nutrisi yang adekuat.
6. Berikan makanan kudapan dan cairan diantara waktu makan.
Rasional : Pasien mungkin tidak mampu mentoleransi makanan dalam jumlah besar pada
saat makan dan membutuhkan penambahan diluar waktu makan.
7. Jika pasien tidak makan karena curiga dan takut diracuni, berikan makanan kaleng dan
biarkan pasien sendiri yang membukanya, atau disajikan dalam kekeluargaan.
Rasional : Pasien dapat melihat setiap orang makan dari hidangan yang sama.
8. Tetapkan jadwal defekasi dan berkemih, bantu pasien ke kamar mandi sesuai jadwal, sampai
pasien mampu melakukan tanpa bantuan orang lain.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negative dan mengancam. Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga
diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko perubahan
sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptive,
dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan eksternal.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis memberikan saran, bahwa kita sebagai calon perawat
profesional harus mengetahui cara berkomunikasi dengan baik pada pasien, tertama pada pasien yang
mengalami gangguan kejiwaan.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat,Budi Anna.1999.Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri.Jakarta:FIK UI.


Kusumawati,Farida dan Yudi Hartono.2011.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:Salemba Medika.

You might also like