You are on page 1of 2

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat tradisional telah digunakan masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, obat tradisional cukup menjadi perhatian
untuk terus dikembangkan serta diusahakan agar dapat menjadi bagian dari pengobatan formal di
Indonesia (Warsito, 2011).

Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) merupakan tanaman perdu yang tumbuh


tegak dengan tinggi antara 0,5-1 meter. Bagian yang digunakan adalah daun dan batang Tanaman
ini tumbuh secara luas di Asia Selatan dan Tenggara seperti India, Pakistan, Sri Lanka,
Indonesia, Malaysia dan Thailand. Di Cina dan Thailand, sambiloto dibudidayakan secara besar-
besaran (Sandberg, F. 1994). Senyawa aktif utama dari sambiloto adalah andrografolid. Senyawa
ini termasuk senyawa diterpen lakton dan larut dalam pelarut organik. Andrografolid terkandung
paling banyak di daun (kurang lebih 2,39 %) dan paling sedikit pada biji (Sharma dkk.,1992).
Senyawa lain yang terdapat di dalam sambiloto adalah deoksiandrografolid- 19--D-glukosida
dan neo-andrografolid yang keseluruhannya diisolasi dari daun (Chem dan Liang, 1982), 14-
deoksi-11,12- didehydroandrografolid (andrografolid - D), homoandrografolid, andrografan,
andrografon, andrografosterin, dan stigmasterol (Siripong dkk., 1992).

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui khasiat dari sambiloto dan dapat
disimpulkan bahwa sambiloto berkhasiat sebagai imunostimulan (Puri dkk.,1993), pengobatan
leukimia (T. Matsuda dkk., 1994), pengobatan dan pencegahan pilek (Caceres dkk., 1997),
antidiabetes (Reyes dkk., 2006). Dalam penelitian terhadap tikus berpenyakit diabetes yang
diinduksi dengan streptozotosin, dapat dibuktikan bahwa senyawa andrografolid berperan dalam
pengobatan peningkatan penggunaan glukosa darah sehingga menurunkan kadar glukosa dalam
darah pada tikus (Yu dkk., 2003).

Andrografolid adalah senyawa utama yang diekstrak dari daun sambiloto. Penelitian
terhadap khasiat andrografolid terhadap aktivitas hepatoprotektor dilakukan oleh Handa dan
Sharma (1990) dengan menggunakan hewan coba yang diinduksi parasetamol dan galaktosamin.
Hasilnya menunjukkan bahwa andrografolid mampu menetralkan racun yang terdapat di dalam
hati tikus. Penelitian ini diperkuat oleh Sarawat B. dkk. (1995) dan Visen dkk. (1993) yang
menyatakan andrografolid mampu memproteksi hati tikus yang berturut-turut diinduksi dengan
galaktosamin dan parasetamol.

Tablet effervescent dibuat dengan mengempa sumber asam dan basa untuk menghasilkan
CO2 yang berfungsi menghancurkan tablet saat tablet dilarutkan ke dalam air dan juga
menghasilkan rasa yang segar. Sumber asam yang sering digunakan yaitu asam sitrat dan asam
tartrat. Sediaan tablet effervescent dapat digunakan untuk membuat minuman ringan secara
praktis, yaitu dengan cara mencampurkn tablet effervescent kedalam air. Gas yang dihasilkan
saat pelarutan effervescent adalah CO2,sehingga dapat memberikan efek sparkle ( rasa seperti air
soda ). Efek ini dapat memperbaiki rasa dari sambiloto yang kurang baik, oleh karena itu sediaan
effervescent dari sambiloto ini dapat memiliki nilai tambah dimasyarakat. Dengan dibuatnya
bahan sambiloto menjadi produk farmasi berupa tablet effervescent , diharapkan masyarakat
dapat lebih memanfaatkan bahan alam Indonesia khususnya sambiloto sebagai obat tradisional.

Pada penelitiaan ini akan dibuat tablet effervescent dengan ekstrak sambiloto
menggunakan metode granulasi basah, kemudian sediaan tablet effervescent akan dievaluasi
untuk mengetahui apakah sediaan dapat diterima konsumen melalui uji kesukaan. Selain itu
Penelitian ini juga bertujuan untuk memformulasikan ekstrak sambiloto menjadi formula tablet
effervescent dengan jumlah kadar andrografolid yang paling optimal dengan cara ekstraksi cair-
cair.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumny, timbul beberapa masalah yang
akan diteliti sebagai berikut :

You might also like