You are on page 1of 5

ArtikelSeri Sikap Hati :-.Kecemasan .-Disusun OlehPdt. Budimoeljono R., S.Th.

Arti
Kecemasan

Kecemasan, stress, takut, dan perasaan tegang (tension) meski merupakan istilah
dengan pengertian yang berbeda satu dengan yang lainnya, tetapi semuanya itu
menggambarkan kondisi kejiwaan manusia di jaman seperti sekarang ini,
yangpenuh dengan berbagai ketidak-pastian. Di antara sekian bentuk persoalan
kejiwaan yang terjadi, para pakar kejiwaan sependapat bahwa Kecemasan
merupakan salah satu problematika manusia terbesar pada jaman ini. Tapi, apakah
arti kecemasan itu?

Kecemasan (anxiety) dapat diartikan sebagai perasaan kuatir, cemas, gelisah, dan
takut yang muncul secara bersamaan, yang biasanya diikuti dengan naiknya
rangsangan pada tubuh, seperti: jantung berdebar-debar, keringat dingin.
Kecemasan dapat timbul sebagai reaksi terhadap"bahaya" baik yang sungguh-
sungguh ada maupun yang tidak (hasil dari imajinasi saja) yang seringkali disebut
dengan "free-floating anxiety" (kecemasan yang terus mengambang tanpa
diketahui penyebabnya).

Menurut penyebab, dan lama berlangsungnya, kecemasan dapat dibedakan


menjadi beberapa bentuk, yakni:

1) Phobic Anxiety, yaitu kecemasan yang timbul dikarenakan oleh phobia


(ketakutan) tertentu, misalnya:

Cemas karena takut berada di dalam kamar tertutup.

Cemas ketika tidur di ruang yang gelap.

Cemas lantaran berada di tempat tinggi.

2) Acute Anxiety, ialah kecemasan yang muncul mendadak dengan intensitas


yang tinggi, tapi tidak terlalu lama akan lenyap, misalnya:

Ketika melihat orang yang mirip dengan pembunuh keluarganya, ia segera


ketakutan dan beberapa saat setelah orang tadi pergi ia tenang kembali.

Akibat mendengar hiruk pikuk yang mengingatkannya pada peristiwa


Medio Mei, seorang ibu muda langsung histeris ketakutan, namun sesaat
sesudah ia sadar bahwa itu bukan peristiwa sesungguhnya, ia menjadi
tenang kembali.

3) Chronic Anxiety, yakni kecemasan yang berlangsung lama dan terus menerus
(dapat terjadi seumur hidup), meski dalam intensitas yang rendah, dan tanpa
sebab yang jelas, misalnya:

Orang "kagetan".
Hendak bepergian, selalu ingin kencing.

4) Normal Anxiety, yaitu kecemasan yang beralasan, misalnya:

Menjelang ujian, perasaan cemas muncul begitu besar.

Cemas menunggu hasil operasi tumor dari salah satu anggota keluarga.

5) Neurotic Anxiety, ialah kecemasan tanpa alasan yang jelas sebagai akibat
konflik alam bawah sadar, misalnya:

Sering punya perasaan bersalah akibat seringnya dipersalahkan pada


masa kecil, dan kini muncul menjadi kecemasan yang berlarut-larut serta
secara periodik muncul.

Kecemasan Menurut Alkitab Alkitab membedakan dengan tegas antara


kecemasan dengan sikap realistis dalam menghadapi kesukaran.1)
Kecemasan karena KebutuhanTerdapat banyak ayat dalam Alkitab yang
memberitakan tentang "Jangan Kuatir" atau mencemaskan kebutuhan hidup
(Mat.6:25-34; Flp. 4:6-7; Ams.25:26; Luk.10:41; 12:22,26), oleh karenaAllah
tidak pernah melupakan pemeliharaan-Nya (1Ptr.5:7; Mzm.55:23). Peringatan
untuk tidak cemas ini dimaksudkan supaya kita tidak (1) ragu akan
pemeliharaan Allah, (2) menjadikan kebutuhan sehari-hari sebagai kebutuhan
yang sangat utama sehingga seakan-akan tanpa hal itu tidak akan hidup.2)
Sikap Realistis terhadap KesukaranTernyata, kecemasan serupa ini tidak
dilarang dalamAlkitab bahkan dalam banyak hal justru
menunjukkankematangan rohani dan tanggung jawab yang besar. Misalnya,
Paulus kerap kali tidak dapat tidur karena menguatirkan keadaan gereja-
gereja (2Kor.11:27-29); Timotius oleh Paulus disebut sebagai orang yang
paling menguatirkan Jemaat Filipi (Flp.2:19-20). Dua ekstrim perasaan
biasanya menghantui kita: (1) mengabaikan bahaya, dan (2) dikontrol
kecemasan. Keduanya adalah sikap hati yang tidak dapat dibenarkan, sebab
sikap pertama adalah sikap yang bodoh dan tidak bertanggung jawab
padahal Yesus pun mengajarkan untuk"menghitung resiko" (Luk.14:28-29)
supaya dapat menyelesaikan sampai akhir (2Tim.4:7). Sementara itu, sikap
kedua menunjukkan sikap yang tidak beriman, yakni tidak memberi tempat
bagi Allah salam kesukaran yang dialami. Jadi, keseimbangan diantara kedua
sikap hati-hati dan berserah adalah tuntutan kecemasan yang diijinkan Allah.

Penyebab Kecemasan Menurut Sigmund Freud, seorang pakar psikologi,


kecemasan akan muncul ketika:

1) Id (rangsangan naluri yang menuntut pemuasan segera) muncul sebagai


suatu rangsangan yang mendorong ego untuk melakukan hal-hal yang tidak
dapat diterima lingkungan. Oleh Freud disebut sebagai Neurotic Anxiety.
2) Ego (bagian dari kepribadian manusia yang memberi kesadaran akan
adanya dunia di luar dirinya, dan kemungkinan untuk berorientasi pada
realita) menyadari akan adanya hal yang menguatirkan. Inilah yang
menyebabkan Realistic Anxiety, menurut Freud.

3) Super Ego (kesadaran moral akan apa yang baik dan jahat) menjadi begitu
kuat sehingga menimbulkan perasaan bersalah dan rasa malu, yangdisebut
Moral Anxiety oleh Freud.Pdt. Dr. Yakub Susabda menyebutkan bahwa
kebenaran pandangan Freud tersebut tidak cukup menjelaskan penyebab
kecemasan. Sebab, menurut Pdt. Susabda, tidak ada kecemasan yang berdiri
sendiri. Yang lebih normal terjadi adalah kombinasi dari ketiganya sebagai
reaksi terhadap realita-realita:

1) Ancaman, yaitu kesadaran akan adanya ancaman terhadap dirinya baik


secara fisik, maupun psikis.

2) Konflik Kemauan, yakni antara kemauan melakukan (approach) dengan


kemauan menghindar(avoidance). Approach, memberikan kepuasan yang
diharapkan. Sedangkan Avoidance menghasilkan hal-hal yang tidak
menyenangkan. Terdapat tiga macam konflik kemauan, yaitu:

Konflik akibat Approach-Approach. Konflik ini timbul karena adanya


kemauan yang sama-sama menyenangkan, tetapi tidak mungkin dilakukan
sekaligus, sehingga menimbulkan kecemasan.

Konflik akibat Approach-Avoidance. Kemauan danketidak-mauan yang


sama kuatnya alasan masing-masing.

Konflik akibat Avoidance-Avoidance. Konflik yang ditimbulkan oleh karena


dua alternatif yang hasil akhirnya sama-sama tidak diinginkan.

3) Ketakutan, yaitu ketakutan pada sesuatu yang menyebabkan timbulnya


kecemasan. Misalnya: takutgagal menimbulkan kecemasan ketika
menghadapi ujian, takut ditolak menimbulkan kecemasan di waktu berjumpa
dengan orang baru. Bahkan ketakutan tanpa alasan pun dapat menimbulkan
kecemasan yang makin lama makin serius.

4) Kebutuhan yang tidak Terpenuhi, sekian banyaknya kebutuhan hidup yang


paling mendasar disebutkan oleh berbagai ahli, seperti kebutuhan akan
kenikmatan (Freud), kebutuhan akan kuasa (Alfred Adler), kebutuhan akan
arti kehidupan ( Victor Frankl), sampai pandangan cukup banyak orang akan
kebutuhan mengasihi, dikasihi, dan merasa diri berharga. Dan kala
kebutuhan, yang olehPdt. Susabda diringkaskan menjadi tiga: security,
survival, dan self-fulfilment itu, tidak tercukupi makaakan timbul kecemasan.

5) Keunikan Kepribadian, setiap orang memiliki kepribadian yang unik dalam


bersikap hati terhadap realita maupun bukan realita. Ada orang yang tidak
tahan menghadapi persoalan kecil lalu timbul kecemasan, tetapi ada tipe
orang yang menghadapi tekanan dan konflik hidup yang berat tanpa
menimbulkan kecemasan apapun. Beberapa unsur pembentukan kepribadian
seringkali menyebabkan besar kecilnya daya tahan terhadap konflik, yaitu:

Unsur Psikologis. Setiap orang "belajar" bagaimana ia berreaksi terhadap


kesuksesan dan kegagalan. Pengalaman menentukan kadar kecemasan.

Unsur Keturunan. Beberapa sikap hati ditentukan oleh unsur


genetika/keturunan. Ada kalanya, seseorang lebih sensitif dikarenakan orang
tuanya ber-temperamen Sanguin-Melankolis misalnya.

Unsur Sosiologis. Keadaan sosial potensial untuk membentuk kecemasan


seseorang. Perasaan aman dan puas dalam kehidupan sosial (social life)
menentukan besar kecilnya kadar kecemasan. Misalnya: kondisi sosial politik
di Indonesia yang tidak menentu seperti sekarang ini (1999) suatu harikelak
akan membentuk manusia Indonesia yang mudah cemas.

Unsur Fisiologis. Kondisi kesehatan tubuh menentukan kadar kecemasan.


Seseorang yang kurang sehat atau sakit-sakitan akan rentan terhadap
perasaan cemas yang berkepanjangan. Demikian pula sebaliknya, seseorang
yang kerap kali cemas akan terganggu kesehatannya.

Unsur Teologis. Kadar iman seseorang menentukan kadar kecemasannya.


Semakin tinggi imannya, semakin rendah kecemasannya.

Mengatasi Kecemasan

Melihat berbagai macam jenis kecemasan dan penyebabnya menimbulkan


perasaan cemas tersendiri, apakah kecemasan dapat diatasi? Ternyata dapat,
yakni:

1) Mengembangkan Kepercayaan Diri. Tuhan di waktu menciptakan manusia,


Ia berfirman bahwa kita diciptakan menurut Gambar Allah (Kej.1;26), yang
berarti ada kemampuan ilahi yang diberikan-Nya kepada kita. Itulah yang
boleh kita sebut sebagai potensi diri manusia.

2) Meninggalkan Hal yang Duniawi. Yesus dalam kesempatan-kesempatan


terakhir-Nya berfirman tentang persoalan duniawi, yang termasuk di
dalamnya adalah kecemasan karena kebutuhan yangbiasanya menyita hidup.
Dikatakan-Nya bahwa "Jagadirilah" terhadap hal duniawi yang tendensi
berdosa (Luk.21:34). Lalu, bertindaklah dengan kegiatan yangberarti untuk
menjauh dari sumber kecemasan (Kol.3:2; 2Tim.3:17). Semuanya itu
berangkat dari pikiran yang sehat, yaitu pikiran yang sesuai dengan ukuran
iman (Rm.12:3).
3) Mempercayakan Diri kepada Allah. Hal terpenting dalam menghadapi
kecemasan adalah mempercayakan diri kepada Allah. Memang, seseorang
dapat percaya kepada Allah setelah ia mengalami bagaimana Allah bekerja
dalam hidupnya. Oleh karena itu, kepercayaan merupakan proses yang
mungkin membutuhkan waktu yang tidak pendek. Tapi, satu hal yang mutlak
adalah mengenal Allah dengan benar (2Tim.1:12), yakni proses kelanjutan
sesudah seseorang menaruh iman kepada Yesus Kristus sebagi produk Roh
Kudus (Flp.2:13; Ef.2:8) yang harus dikerjakan (Ef.1:15-23; Flp.2:12).

You might also like