You are on page 1of 8

Misteri Siklus Yuga, Zaman Kaliyuga Akan

Berakhir 2025?
By ISAINS News 9/22/2014
10 minute
Read

Ajaran agama Hindu, Kaliyuga disebut juga zaman kegelapan yang merupakan salah satu dari
empat periode siklus Yuga. Menurut Surya Siddhanta, Kaliyuga dimulai tengah malam pada
pukul 00.00 tanggal 18 Februari 3102 SM (kalender Julian) atau 23 Januari 3102 SM (kalender
Gregorian), diyakini saat itu Kresna dikabarkan meninggal dunia. Kali Yuga berlangsung selama
432,000 tahun dimana pada zaman ini tingkat moralitas yang tersisa hanya seperempat dari
zaman Satyayuga, sehingga lembu dharma hanya berdiri dengan satu kaki.

Dalam pembahasan Siklus Yuga, Bibhu Dev Misra menjelaskan beberapa keterangan beserta
bukti bagaimana orang-orang terdahulu menghitung siklus Yuga. Apakah benar manusia saat ini
memasuki zaman Kaliyuga, sebuah zaman kegelapan, dan mungkin juga dianggap akhir suatu
periode. Saat ini, umat Hindu meyakini bahwa manusia sedang memasuki zaman Kaliyuga,
meskipun ada yang mengatakan masih berada diperiode Dwaparayuga. Menurut Sri Yukteswar,
semenjak tahun 1699 Masehi bumi telah memasuki kembali zaman Dwaparayuga, tetapi menurut
situasi dan kondisi sekarang cenderung menunjukkan tanda-tanda zaman Kaliyuga. Menurut
perhitungan, sejak tahun 3102 SM sampai sekarang, zaman Kaliyuga baru berjalan selama
kurang lebih 5000 tahun.

Misteri Siklus Yuga

Yuga (Devanagari) dalam filsafat Hindu adalah nama dari sebuah zaman atau era dalam siklus
empat periode. Siklus Yuga disebabkan oleh gerakan tata surya di sekitar bintang lain. Dalam
kosmologi Hindu, kehidupan alam semesta diciptakan dan dihancurkan setiap 4,1 hingga 8,2
miliar tahun, dianggap sebagai salah satu hari penuh (siang dan malam) bagi Brahma. Masa
Brahma mungkin antara 40 miliar hingga 311 triliun tahun. Siklus Yuga mengulang seperti
musim, naik dan menurun dalam siklus penciptaan dan penghancuran alam semesta.

Kaliyuga, dalam sejarah juga dikenal sebagai Zaman Besi yang didahului oleh tiga Zaman Emas
yaitu Satya atau Krita, Treta Yuga periode Zaman Perak, dan Dwapara Yuga periode Zaman
Perunggu. Pada dasarnya sejarawan modern menganggap Zaman Emas dan Perak hanya kisah
mitos, dan menganggap Zaman Perunggu dan Zaman Besi merupakan periode sejarah yang bisa
ditemukan dalam berbagai artefak. Dalam kisah Mahabharata, Hanuman memberi deskripsi
Siklus Yuga kepada Bima:
"Krita Yuga dinamakan demikian karena hanya ada satu agama, dan semua orang yang suci,
oleh karena itu mereka tidak diharuskan untuk melakukan upacara keagamaan. Pria tidak
membeli atau menjual, tidak ada miskin dan kaya, tidak ada kebutuhan tenaga kerja, karena
semua yang diperlukan diperoleh dengan kekuatan kehendak... Krita Yuga tanpa penyakit, tidak
ada yang berkurang setiap tahunnya, tidak ada kebencian ataupun kesombongan, atau pikiran
jahat apapun, tanpa kesedihan dan manusia tidak dihantui perasaan takut, dimana mereka bisa
mencapai spritual tertinggi yang universal dan suci. Identifikasi diri dengan jiwa yang universal
merupakan pengorbanan agama dalam periode Sempurna. Ketika memasuki Treta Yuga, dunia
berubah menjadi merah, kebajikan berkurang dimana seperempat manusia mencarinya.
Kebenaran dalam upacara keagamaan, mereka memperoleh apa yang mereka inginkan dengan
memberikan dan melakukan hal bertentangan. Dalam Dwapara Yuga, aspek dunia berwarna
kuning, dimana agama berkurang satu setengah Veda dan dibagi menjadi empat bagian,
meskipun beberapa diantaranya memiliki pengetahuan lebih. Pemikiran berkurang, kebenaran
menurun, dan datanglah ambisi, penyakit dan bencana, karena manusia harus menjalani
penebusan dosa..."
Dalam penafsiran Siklus Yuga disebutkan bahwa saat ini manusia hidup di periode Kaliyuga,
dimana zaman kegelapan terlihat jelas, kebajikan, moral dan kemampuan mental mencapai titik
terendah dalam siklus kehidupan. Kisah Mahabharata menggambarkan Kaliyuga sebagai periode
ketika dunia memasuki fase kegelapan, hanya seperempat kebajikan tetap bertahan yang
perlahan-lahan menurun ke titik nol pada akhir Kaliyuga. Tindak kejahatan dimana-mana,
penyakit, bencana alam, penderitaan dan ketakutan menyelimuti makhluk yang hidup di dunia.
Keyakinan terhadap Pencipta, pengorbanan dan ibadah agama jatuh ke lembah yang terdalam
tanpa dasar, segala sesuatu berubah tanpa terkecuali.

Perhitungan Empat Periode Siklus Yuga

Sejak kapan Kaliyuga dimulai dan kapan berakhir? Saat ini, manusia hidup di zaman kegelapan
Kaliyuga, saat kebaikan dan kebajikan telah menghilang dari dunia. Kapan terjadi dan
berakhirnya Kaliyuga tetap diselimuti misteri, awal Kaliyuga mungkin sekitar tahun 3102 SM
atau 35 tahun setelah pertempuran besar Mahabharata. Dugaan ini sangat dekat dengan
perhitungan suku Maya tahun 3114 SM yang menyebutkan terjadi Siklus Besar di pusat
seremonial Izapa Meksiko.

Surya Siddhanta merupakan salah satu buku astronomi terawal India, meskipun karya tersebut
dalam bentuk yang dikenal sekarang berasal dari sekitar tahun 400 M. Dalam buku Siddhanta
terdapat peraturan-peraturan yang menjelaskan pergerakan benda angkasa sesuai posisinya di
langit. Tidak diketahui siapa penulis Siddhanta atau kapan buku pertama disusun, pada umumnya
versi yang ditemukan berasal dari sekitar abad ke-4. Astronom India di periode selanjutnya
merujuk kepada naskah ini, salah satunya Aryabhata, kemudian terjemahan dalam bahasa Arab
dan Latin ikut terpengaruh di Timur Tengah dan Eropa.

Aryabhatta telah menghitung tanggal awal zaman Kaliyuga berdasarkan informasi berbahasa
Sansekerta untuk mencari risalah astronomi berdasarkan buku Surya Siddhanta. Menurutnya
awal Kali Yuga dimulai ketika lima planet geosentris, yaitu planet yang terlihat dengan mata
seperti Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus, busur sejajar 0 dengan Aries (dekat
bintang zeta Piscium). Diperkirakan posisi ini sebagai titik awal Kaliyuga yang jatuh pada
tanggal 17-18 Februari 3102 SM. Tetapi simulasi modern yang dilakukan Richard Thompson
menunjukkan, bahwa pada 17-18 Februari 3102 SM, lima planet geosentris diposisi busur sekitar
42 dan tersebar lebih dari tiga tanda pada zodiak yaitu Aries, Pisces dan Aquarius. Dengan kata
lain, konjungsi planet geosentris diposisi busur 0 Aries seharusnya tidak terjadi pada tahun 3102
SM seperti yang diperkirakan Aryabhatta .

Apakah Aryabhatta membuat kesalahan dalam perhitungan? Sebenarnya tidak, karena buku
Surya Siddhanta tidak pernah menentukan keselarasan planet terjadi di awal Kaliyuga.
Sebaliknya, Surya Siddhanta secara eksplisit menyatakan bahwa hubungan planet pada titik
busur 0 Aries berlangsung pada akhir Zaman Keemasan (Satya/Krita Yuga). Seperti yang
disebutkan dalam teks: "Sekarang, pada akhir Zaman Keemasan (Krita Yuga), semua planet,
berdasarkan gerak rata-rata berhubungan dengan Aries". Pemahaman umum dalam astronomi
Hindu kuno, semua planet memulai gerakan bersama-sama pada 0 Aries, dan semua planet
kembali ke posisi yang sama pada interval tetap tertentu sehingga hubungannya universal. Buku
Surya Siddhanta menyatakan bahwa hubungan ini terjadi pada akhir Zaman Keemasan, tapi ada
juga pemikiran dalam astronomi Hindu dimana waktu itu juga terjadi 'Siang Dan Malam Brahma'
yang terdiri dari 1000 Siklus Yuga.

Informasi yang berhubungan dengan planet juga muncul dalam teks Yunani kuno. Menurut Plato
dalam teks 'Timaeus' mengacu pada 'Tahun Sempurna' ketika matahari, bulan dan semua planet
kembali ke posisi yang relatif sama. Ide ini sampai ke Romawi pada abad ke-3, seperti penulis
Censorinus mengatakan bahwa orbit matahari, bulan dan lima planet memasuki 'Tahun
Heraclitus', sebuah peristiwa besar yang disebut sebagai 'Tahun Besar' atau nama lainnya Tahun
Sempurna, Tahun Platonis, Tahun Aristoteles', dimana waktu itu mewakili penanggalan tahun
12,954 Cicero atau durasi Heraclitus selama 10,800 tahun.
Jadi, tidak ada keraguan bahwa Zaman Kaliyuga terjadi pada tahun 3102 SM, Kaliyuga tidak
didasarkan pada informasi seperti yang tertulis dalam Surya Siddhanta atau teks Sansekerta
lainnya.
Dalam mencari tanggal terjadinya Kaliyuga dari teks-teks Sansekerta kuno merupakan tantangan
yang dipenuhi kesulitan. Hal ini disebabkan ketidakakuratan mempengaruhi alur sejarah Siklus
Yuga, seperti Sri Yukteswar yang menafsirkan bahasa Sansekerta bahwa Siklus Yuga terjadi
dalam 12,000 tahun. Teks-teks kuno tertentu seperti Mahabharata dan Hukum Manu masih
mempertahankan nilai asli dari Siklus Yuga terjadi dalam 12,000 tahun. Budaya kuno lainnya
seperti Kasdim, Zoroastrianisme dan Yunani, juga meyakini Siklus 12,000 tahun.
BGTilak, seorang sarjana Sansekerta dan pemimpin nasionalis India pernah menyebutkan dalam
bukunya 'The Arctic Home in the Vedas' terbit tahun 1903, dia menyebutkan:
"Para penulis Purana, tampaknya banyak yang menulis selama beberapa abad pertama di era
Kristen, yang secara alami tidak mau meyakini bahwa Kaliyuga telah pergi... Sebuah usaha
diciptakan untuk memperpanjang durasi Kaliyuga dengan mengkonversi 1000 (atau 1200) tahun
manusia biasa daripada konversi perhitungan tahun ilahi. Satu tahun ilahi tunggal atau satu
tahun para dewa, sama dengan 360 tahun manusia... solusi ini sulit diadopsi secara universal
dan perkalian 1200 tahun berubah,... perhitungan siklus ini berubah menjadi 360 1200 =
432,000 tahun biasa"
Sri Yukteswar menjelaskan dalam buku The Holy Science (1894), bahwa Siklus Yuga
membutuhkan waktu 24,000 tahun dan terdiri dari siklus naik dari 12,000 tahun ketika kebajikan
secara bertahap meningkat dan siklus turun selanjutnya 12,000 tahun kemudian, dimana
kebajikan secara bertahap menurun. Setiap periode 12,000 tahun membawa perubahan, baik
secara eksternal dalam dunia materi dan secara internal dalam dunia intelektual ataupun listrik,
dan disebut salah satu Daiva Yugas atau pasangan listrik.

Durasi 24,000 tahun Siklus Yuga mendekati tahun presesi selama 25,765 tahun dan merupakan
waktu yang dibutuhkan matahari untuk Presesi, yaitu bergerak mundur melalui 12 zodiak rasi
bintang. Tetapi Surya Siddhanta menentukan nilai khusus sebesar 54 detik busur pertahun untuk
menentukan presesi, seperti nilai saat ini berkisar 50,29 detik busur per tahun. Berarti, tahun
durasi terjadinya presesi tepat 24,000 tahun.

Konsep siklus Yuga masih lazim diantara penganut Jain, salah satu sekte keagamaan tertua di
India. Ajaran Jain percaya bahwa siklus waktu (Kalachakra) memiliki progresif dan setengah
regresif. Selama paruh progresif siklus (Utsarpini) terdapat peningkatan bertahap dalam
pengetahuan, kebahagiaan, kesehatan, etika, dan spiritualitas. Sementara pada paruh regresif
siklus (Avasarpini) ada pengurangan bertahap dalam sifat-sifat ini. Setiap setengah siklus terdiri
dari enam periode yang lebih kecil dan jika digabungkan siklus ini merupakan Siklus Waktu
yang lengkap. Kedua siklus mengikuti satu sama lain tak terputus selamanya, seperti siklus siang
dan malam.

Siklus waktu juga lazim dalam mitos Yunani, penyair Hesiod (750-650 SM) memberikan
penjelasan tentang usia kelima yang disebut 'Age of Heroes' antara Zaman Perunggu dan Besi.
Jenny Strauss yang menulis 'Hesiod Cosmos' disebutkan:
"...menggambarkan mitos pernyataan Plato, Vernant juga mengklaim bahwa kerangka temporal
mitos Hesiodic, yaitu suksesi ras, tidak linear tetapi siklus; pada akhir zaman besi yang terbagi
menjadi dua, siklus ras dimulai lagi dengan zaman keemasan baru atau lebih mungkin era baru
para pahlawan, sebagai urutan berbalik ke awal...".
Bukti dari sumber berbeda juga mendukung Siklus Yuga lengkap setiap 24,000 tahun, yang
terdiri dari siklus naik dan turun dimana masing-masing terjadi selama 12,000 tahun. Jangka
waktu relatif Yuga berbeda dalam Siklus Yuga, dan periode transisi yang terjadi pada awal dan
akhir Yuga dikenal sebagai Sandhya (fajar) dan Sandhyansa (senja). Dalam teks Sansekerta,
durasi Sandya dan Sandhyansa dijelaskan sebagai berikut:

1. Satya Yuga (Zaman Emas): 4000 tahun + 400 tahun Sandya + 400 tahun Sandhyansa =
4800 tahun

2. Treta Yuga (Silver Age): 3000 tahun + 300 tahun Sandhya + 300 tahun Sandhyansa =
3600 tahun

3. Dwapara Yuga (Zaman Perunggu): 2000 tahun + 200 tahun Sandhya + 200 tahun senja =
2400 tahun

4. Kaliyuga (Zaman Besi): 1000 tahun + 100 tahun Sandhya + 100 tahun Sandhyansa =
1200 tahun
Meskipun Siklus Yuga disebutkan dalam mitos sekitar 30 budaya kuno, seperti yang dijelaskan
oleh Giorgio de Santillana, profesor sejarah ilmu pengetahuan di MIT dalam buku Hamlet Mill
terbit tahun 1969, sangat sedikit informasi mengenai jangka waktu relatif berbeda dalam siklus
ini. Hampir semua sumber mitos menyebutkan bahwa kebajikan dan kebenaran menurun,
menurun dari Zaman Emas ke zaman berikutnya. Beberapa budaya secara khusus menyebutkan
bahwa kebajikan berkurang hingga seperempat dalam setiap zaman.

Zoroaster meyakini bahwa dunia berlangsung selama 12,000 tahun yang terbagi menjadi empat
periode yang sama, masing-masing melewati waktu 3000 tahun. Sumber Meksiko yang dikenal
sebagai Codex Rios (Codex 3738 dan Codex Vaticanus A) menyatakan bahwa setiap periode
masing-masing berlangsung selama 4008, 4010, 4801 dan 5042 tahun dengan total 17,861 tahun.
Dalam hal ini terlihat durasi setiap periode hampir sama, hanya sedikit perbedaan.

Oleh karena itu, durasi dari empat periode Yuga yang disebutkan dalam teks Sansekerta (4800,
3600, 2400, dan 1200 tahun) menyimpang dari norma. Durasi masing-masing Yuga dalam urutan
ini, berkurang 1200 tahun dari sebelumnya. Perhitungan ini adalah deret aritmetika yang jarang
ditemukan dalam siklus alam, sebuah rangkaian yang tidak wajar menimbulkan pertanyaan,
apakah jangka waktu Yuga sengaja diubah di beberapa titik pada masa lalu untuk memberikan
kesan bahwa durasi setiap Yuga menurun seiring dengan penurunan kebajikan dari satu Yuga ke
periode berikutnya?

Astronom yang paling terkenal di India kuno, Aryabhatta dan Paulisa, keduanya percaya bahwa
Siklus Yuga terdiri dari durasi yang sama. Pada abad ke-11, Al-Beruni telah melakukan
perjalanan ke seluruh India selama 13 tahun untuk mempertanyakan dan bercerita dengan orang-
orang terpelajar. Dia membaca teks Sansekerta, mengamati ritual keagamaan dan adat istiadat,
dan menyusun sebuah komentar yang komprehensif pada filsafat India, ilmu pengetahuan dan
budaya. Al-Beruni menyebutkan bahwa doktrin Siklus Yuga didasarkan pada derivasi dari
astronom India, Brahmagupta, pengetahuannya berasal dari teks Sansekerta Smriti.

Urutan Yuga mungkin telah dimanipulasi melalui sistem matematika yang dimasukkan ke dalam
doktrin Siklus Yuga, mungkin dimulai sebelum tahun 500 Masehi. Ada kemungkinan bahwa
manipulasi ini diperkenalkan karena masyarakat cenderung meyakini bahwa durasi Yuga harus
menurun seiring dengan penurunan kebajikan manusia dari satu Yuga ke periode berikutnya. Jika
durasi Kali Yuga adalah 1200 tahun, maka seharusnya telah dilalui berkali-kali dalam sejarah,
dimulai pada tahun 3102 SM.

Zaman Kaliyuga Awal Dan Akhir, Menurut Siklus Yuga

Perhitungan Siklus Yuga sangat sederhana, durasi Siklus selama 12,000 tahun dimana masing-
masing Yuga berlangsung selama 3000 tahun. Siklus ini dikodekan dalam Kalender Saptarsi
yang telah digunakan India selama ribuan tahun. Sudah digunakan secara luas selama periode
Maurya pada abad ke-4 SM, dan masih digunakan di beberapa bagian India. Istilah 'Saptarsi'
mengacu pada 'Tujuh Resi' atau 'Tujuh Manusia Bijak' yang mewakili tujuh bintang konstelasi
Ursa (Beruang Besar), dianggap sebagai resi tercerahkan yang muncul pada setiap awal Yuga
untuk menyebarkan hukum peradaban. Kalender Saptarsi digunakan di India memiliki siklus
2700 tahun, dikatakan bahwa konstelasi Beruang Besar tetap selama 100 tahun di masing-masing
27 Nakshatras, siklus 2700 tahun juga disebut sebagai 'Era Saptarsi' atau 'Saptarsi Yuga'.

Jika siklus Yuga selama 2700 tahun (kalender Saptarsi) merupakan durasi yang sebenarnya dari
sebuah Yuga, maka masih ada 300 tahun tersisa dari total durasi Yuga 3000 tahun (1/10 durasi
Yuga), secara otomatis dianggap sebagai masa transisi sebelum Yuga berikutnya terwujud. Sesuai
dengan konvensi saat ini, periode intervensi dapat dipecah menjadi dua periode yang terpisah
dari diamana masing-masing melewati masa 150 tahun diman salah satunya terjadi di awal Yuga
yang dikenal sebagai Sandhya (fajar), dan yang kedua diterminasi dikenal sebagai Sandhyansa
(senja). Total durasi Siklus Yuga tidak termasuk periode transisi sama dengan 10,800 tahun
(2700 x 4), durasi yang sama dengan tradisi Yunani (Tahun Besar Heraclitus).

Sejarawan sepakat bahwa Kalender Saptarsi yang digunakan selama periode Maurya di abad ke-
4 SM dimulai pada tahun 6676 SM. Dalam buku 'Traditions of the Seven Rsis' karya Dr JE
Mitchiner menjelaskan bahwa versi lama dan asli dari Era Tujuh Rsis dimulai dengan Tujuh Rsis
Kritika tahun 6676 SM. Versi ini telah digunakan di India utara sejak abad ke-4 SM, seperti yang
dijelaskan penulis Yunani dan Romawi, bahwa semua itu merupakan versi yang digunakan oleh
Vrddha Garga sekitar era Kristen awal.

Catatan sejarah Raja India pernah didokumentasikan oleh Yunani dan sejarawan Romawi, Pliny
dan Arrianus. Pliny menyatakan bahwa Roman Bacchus atau Dionysus Yunani, Alexander Agung
(323 SM), di India ada 154 raja, kesemuanya hidup sekitar tahun 6451 SM. Arrianus menyatakan
153 raja India sekitar tahun 6462 SM dan rentang waktu antara Dionysus dan Sandrokottos
(Chandragupta Maurya) selama 314 tahun. Kedua indikasi ditambahkan bertepatan pada tahun
6776 SM, dengan kata lain 100 tahun lebih awal sebelum Kalender Saptarsi ditetapkan 6676 SM.
Catatan Pliny dan Arrianus telah mengidentifikasi seorang raja tertentu dalam daftar raja-raja
India yang berhubungan dengan Dionysus Yunani atau Bacchus Romawi, dan pemerintahannya
berakhir sekitar tahun 6776 SM.
Menurut tradisi India, Rama telah hidup menjelang akhir Treta Yuga atau zaman Perak, dan
Dwapara Yuga (Zaman Perunggu) dimulai setelah kepergiannya. Artinya, tahun 6676 SM
merupakan awal Kalender Saptarsi, 100 tahun setelah kepergian Rama yang menunjukkan awal
Dwapara Yuga, memasuki siklus menurun.
Kalender Saptarsi digunakan selama periode Maurya untuk melacak silsilah raja-raja dalam
perang Mahabharata. Karena Mahabharata menggambarkan peristiwa yang terjadi di Dwapara
Yuga, tidak ada keraguan bahwa Siklus Saptarsi awal terjadi tahun 6676 SM yang menandai
masuknya periode Dwapara Yuga. Jika menggunakan titik ini dan Kalender Saptarsi sebagai
dasar untuk perhitungan jangka waktu Siklus Yuga (2700 tahun dan masa transisi 300 tahun),
maka seluruh waktu Siklus Yuga akan terlihat jelas seperti berikut:
Perhitungan periode menunjukkan bahwa pada saat ini manusia sedang berada di zaman
Kaliyuga dan akan berakhir pada tahun 2025 M. Teks Sansekerta Brahma-Vaivarta Purana
menggambarkan dialog antara Krishna dan Dewi Gangga, Krishna mengatakan bahwa setelah
5000 tahun Kaliyuga akan muncul 'fajar di zaman Emas baru' dan akan berlangsung selama
10,000 tahun. Saat ini, manusia sedang mengakhiri zaman Kaliyuga setelah hampir 5700 tahun
terhitung sejak tahun 3676 SM.

Referensi

The Mahabharata, Book 3: Vana Parva, Tirtha-yatra Parva, SECTION CXLVIII, by


Kisari Mohan Ganguli, 1883-1896

Surya-Siddhanta: A text-book of Hindu astronomy, by Ebenezer Burgess, Phanindralal


Gangooly

The Holy Science, by Sri Yukteswar, 1894

Alberunis India, Chapter XLII

On the Gods of Greece, Italy and India, by Sir William Jones, 1784

The end of the Kali Yuga in 2025, By Bibhu Dev Misra. Yugas Ages based on Sri
Yukteswar, image courtesy of Wikimedia Commons.

You might also like