You are on page 1of 14

Prioritas penanganan diare akut, termasuk gastroenteritis, adalah pencegahan atau

penggantian cairan dan elektrolit yang hilang. Hal ini penting khususnya pada bayi dan pada
pasien yang lemah dan lansia. Untuk lebih rinci mengenai sediaan rehidrasi, lihat bagian
9.2.1. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berat memerlukan perawatan segera di rumah
sakit dan penggantian cairan dan elektrolit dengan segera.

Obat antimotilitas (1.4.3) meringankan gejala diare akut. Obat-obat ini digunakan dalam
penanganan diare akut tanpa komplikasi pada orang dewasa, penggantian cairan dan elektrolit
mungkin diperlukan pada kasus dehidrasi, namun obat antimotilitas tidak dianjurkan
digunakan untuk diare akut pada anak di bawah 12 tahun.

Antispasmodik (bagian 1.2) kadang-kadang berguna dalam mengatasi kejang perut yang
menyertai diare tetapi tidak boleh digunakan sebagai pengobatan utama. Antispasmodik dan
anti muntah sebaiknya dihindarkan pada anak dengan gastroenteritis karena selain tidak
efektif juga tidak jarang menimbulkan efek samping.

Antibakteri umumnya tidak diperlukan pada gastroenteritis ringan karena keluhan biasanya
teratasi segera tanpa penggunaan obat tersebut. Infeksi bakteri sistemik memerlukan
pengobatan sistemik yang sesuai, untuk obat-obat yang digunakan pada infeksi enteritis
campylobacter, shigellosis,dan salmonellosis, lihat bagian 5.1 tabel 5.1. Siprofloksasin
kadang digunakan untuk profilaksis terhadap travellers diarrhea, tapi penggunaan rutin tidak
dianjurkan. Sedian Lactobacillus tidak efektif.

Kolestiramin dan campuran aluminium hidroksida, mengikat garam empedu yang tidak
diabsorbsi dan meringankan gejala diare pada gangguan atau reseksi ileum.

1.4.1 Larutan Rehidrasi Oral


Lini pertama pengobatan diare akut, seperti pada gastroenteritis, ialah mencegah atau
mengatasi kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan, terutama pada bayi dan lansia.
Uraian lebih rinci tentang sediaan rehidrasi oral lihat bab 9.2.1. Dehidrasi adalah suatu
keadaan di mana tubuh kekurangan cairan yang dapat berakibat kematian terutama pada
anak/bayi bila tidak segera diatasi. Penilaian derajat dehidrasi pasien diare dapat dilihat pada
Tabel 1.4. Pasien dengan dehidrasi berat (terapi C) perlu segera dirujuk ke rumah sakit untuk
mendapatkan penggantian cairan dan elektrolit. Larutan rehidrasi oral tidak menghentikan
diare tetapi mengganti cairan tubuh yang hilang bersama feses. Dengan menggantikan cairan
tubuh tersebut, dehidrasi dapat dihindarkan. Larutan rehidrasi oral tersedia dalam bentuk
serbuk untuk dilarutkan dan dalam bentuk larutan yang diminum perlahan-lahan. Larutan
rehidrasi oral menurut panduan WHO dan UNICEF yang dikeluarkan pada Desember 2006,
mengandung kadar natrium dan glukosa yang lebih rendah daripada formula sebelumnya
(osmolaritas rendah, 245 mOsm/l dibanding dengan formula sebelumnya yang memiliki
osmolaritas 311 mOsm/l). Dengan kadar Na dan glukosa yang lebih rendah, larutan rehidrasi
oral formula baru dapat mempercepat absorpsi cairan, mengurangi kebutuhan terapi cairan
intravena, dan mempermudah perawatan kasus diare akut non-kolera pada anak karena tidak
memerlukan perawatan rumah sakit. Menurut WHO dan UNICEF, pemberian larutan
rehidrasi oral harus dikombinasi dengan pemberian nutrisi yang tepat. Pemberian suplemen
seng (20 mg seng per hari selama 10-14 hari) dan tetap melanjutkan pemberian ASI selama
episode akut diare akan melindungi anak terhadap dehidrasi dan mengurangi konsumsi kalori
dan protein sehingga memberikan efek yang sangat besar dalam mengurangi diare dan
malnutrisi pada anak.

Tabel 1.3 Formula Larutan rehidrasi oral menurut panduan WHO dan UNICEF,
Desember 2006

Komposisi dalam Gram/liter % Komposisi dalam mmol/liter


Natrium klorida 2,6 12,683 Natrium 75
Glukosa, anhidrat 13,5 65,854 Klorida 65
Kalium klorida 1,5 7,317 Glukosa, anhidrat 75
Trisodium sitrat, anhidrat 2,9 14,146 Kalium 20
Sitrat 10
Total 20,5 100,00 Total osmolaritas 245

Tabel 1.4 Penilaian derajat dehidrasi penderita diare

Penilaian Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang Dehidrasi berat

Keadaan umum Baik Gelisah, rewel Lesu, tak sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum biasa Sangat haus Malas/tidak bisa minum

Kekenyalan kulit Normal Kembali lambat Kembali sangat lambat

Terapi Rencana A Rencana B Rancana C

Tabel 1.5 Takaran pemakaian larutan rehidrasi oral pada diare

Dewasa
Umur < 1 tahun 1-4 tahun 5-12 tahun

Tidak ada
Setiap kali BAB beri larutan rehidrasi oral
dehidrasi
Terapi A: 100 mL 200 mL 300 mL 400mL
Mencegah
dehidrasi (0,5 gelas) (1 gelas) (1,5 gelas) (2 gelas)

3 jam pertama beri larutan rehidrasi oral


Dengan dehidrasi

300 mL 600 mL 1,2 Liter 2,4 Liter


Terapi B: (1,5 gelas) (3 gelas) (6 gelas) (12 gelas)
Mengatasi
dehidrasi
Selanjutnya setiap BAB beri larutan dehidrasi
oral

100 mL 200 mL 300 mL 400 mL


Mengatasi
dehidrasi
(0,5 gelas) (1 gelas) (1,5 gelas) (2 gelas)

BAB = Buang air besar.

1.4.2 Adsorben dan Obat Pembentuk Massa

Adsorben seperti kaolin tidak dianjurkan untuk diare akut. Obat-obat pembentuk massa tinja
seperti ispaghula, metilselulosa, dan sterkulia (lihat bab 1.6.1) bermanfaat dalam
mengendalikan konsistensi tinja pada ileostomi dan kolostomi, dan dalam mengendalikan
diare akibat penyakit divertikular.

Monografi:

KAOLIN, RINGAN
Indikasi:

diare, tetapi lihat keterangan di atas

Peringatan:

lihat Lampiran 1 (Antasida dan adsorben)

Interaksi:

lihat Lampiran 1 (Antasida dan adsorben)


ATTAPULGIT

KARBO ABSORBEN

1.4.3 Antimotilitas

Obat-obat antimotilitas memiliki peranan dalam penanganan diare akut tanpa komplikasi
pada pasien dewasa tapi tidak pada anak-anak di bawah 12 tahun, lihat juga bagian 1.4.1.
Pada kasus yang berat, penggantian cairan dan elektrolit mutlak diperlukan. Keterangan
mengenai peranan antimotilitas pada diare kronis, lihat bagian 1.5.

Monografi:

CO-FENOTROP (CAMPURAN DIDIFENOKSILAT HIDROKLORIDA


DAN ATROPIN SULFAT 100:1)
Indikasi:

sebagai tambahan terhadap terapi rehidrasi pada diare akut (lihat keterangan di atas)

Peringatan:

lihat keterangan Kodein fosfat. Anak-anak khususnya rentan terhadap overdosis dan gejala-
gejala yang terjadi mungkin tertunda. Oleh sebab itu diperlukan pengamatan paling tidak
selama 48 jam setelah penggunaan. Dosis subklinis atropin dapat menimbulkan efek samping
atropin pada individu yang rentan atau pada overdosis.

Interaksi:

lihat Lampiran 1 (Analgesik opioid)

Kontraindikasi:

lihat kodein fosfat; jaundice.

Efek Samping:

lihat kodein fosfat.

Dosis:

diawali dengan 4 tablet, dilanjutkan dengan 2 tablet setiap 6 jam hingga diare terkendali.
Anak di bawah 4 tahun tidak dianjurkan; 4-8 tahun 1 tablet 3 kali sehari; 9-12 tahun 1 tablet 4
kali sehari; 13-16 tahun 2 tablet 3 kali sehari.

KODEIN FOSFAT
Indikasi:

lihat keterangan di atas; penekan batuk (3.9); nyeri (4.7.2)


Peringatan:

lihat 4.7.2. Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 12 tahun; toleransi dan ketergantungan
dapat terjadi pada penggunaan jangka panjang;

Interaksi:

lihat Lampiran 1 (analgesik opioid)

Kontraindikasi:

lihat 4.7.2; juga pada kondisi di mana hambatan peristaltik harus dihindari, pada saat kejang
perut, atau kondisi diare akut seperti kolitis ulseratif akut atau kolitis akibat antibiotik.

Efek Samping:

lihat 4.7.2.

Dosis:

Diare akut, 30 mg, 3-4 kali sehari (antara 15-60 mg). Anak. 12-18 tahun: 30 mg (antara 15-60
mg) 3-4 kali sehari.

LOPERAMID HIDROKLORIDA
Indikasi:

pengobatan simptomatik diare akut sebagai tambahan terapi rehidrasi pada dewasa dengan
diare akut dan anak-anak lebih 4 tahun (lihat keterangan di atas); diare kronik hanya pada
dewasa

Peringatan:

lihat keterangan di atas; penyakit hati; kehamilan (Lampiran 4)

Interaksi:

Lampiran 1 (loperamid)

Kontraindikasi:

kondisi di mana penghambatan peristaltik harus dihindari, terjadi kejang perut, atau pada
kondisi seperti kolitis ulseratif akut atau kolitis karena antibiotik.

Efek Samping:

kram abdomen, pusing, mengantuk dan reaksi kulit termasuk urtikaria; ileus paralitik dan
perut kembung

Dosis:
diare akut, dosis awal 4 mg diikuti dengan 2 mg setiap setelah buang air besar hingg
maksimal 5 hari; dosis lazim 6-8 mg sehari; Dosis tidak melebihi dari 16 mg sehari. ANAK
di bawah 4 tahun, tidak dianjurkan, 4-8 tahun 1 mg 3-4 kali sehari hingga maksimal 3 hari, 9-
12 tahun 2 mg 4 kali sehari hingga maksimal 5 hari. Diare kronik pada dewasa, dosis awal 4-
8 mg, diikuti 2 mg setiap buang air besar. Dosis tidak melebihi dari 16 mg sehari. Pemberian
harus dihentikan bila tidak ada perbaikan selama 48 jam.

MORFIN
Indikasi:

untuk meredakan dan menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgetik
non narkotik yaitu nyeri akibat trombosis koroner, neoplasma, kolik renal atau kolik empedu,
oklusi akut pembuluh darah perifer, pulmoner atau koroner, perikarditis akut, pleuritis dan
pneumotoraks spontan, trauma misal luka bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah.

Peringatan:

lihat keterangan di atas dan lihat Kodein fosfat.

Kontraindikasi:

lihat keterangan di atas dan lihat Kodein fosfat

Efek Samping:

lihat keterangan di atas dan lihat kodein fosfat; sedasi dan risiko ketergantungan lebih besar.

Dosis:

dewasa: 60 mg setiap 8 jam atau 5-30 mg setiap 4 jam, sesuai kebutuhan. Hendaknya
digunakan dosis individual tergantung tingkat keparahan nyeri sesuai petunjuk dokter.

1.4.4 Lain-Lain

Monografi:

RASEKADOTRIL
Indikasi:

pengobatan tambahan untuk diare pada pasien dewasa apabila terapi rehidrasi oral tidak
cukup

Peringatan:

lihat pada dosis

Kontraindikasi:

hipersensitif terhadap rasekadotril, anak-anak


Efek Samping:

mengantuk, mual, muntah, konstipasi, pusing, sakit kepala dan kemerahan pada kulit

Dosis:

rasekadotril diberikan sebagai tambahan pada terapi rehidrasi oral atau parenteral pada pasien
yang telah mengalami dehidrasi atau diduga dehidrasi.
Untuk usia 15 tahun dan lebih, secara oral, pengobatan diawali dengan dosis tunggal 100 mg
tanpa memperhatikan waktu pemberian, selanjutnya diberikan kira-kira setiap 8 jam sampai
diare berhenti. Dosis harian tidak boleh melebihi 400 mg. Apabila gejala tetap ada lebih dari
7 hari maka pasien harus berkonsultasi dengan dokter.
Lansia: tidak diperlukan penyesuaian dosis.
Tidak direkomendasikan untuk anak usia di bawah 15 tahun. Bila diare berlanjut lebih dari 3
hari dan dalam kasus diare berat, adanya darah pada feses, demam atau muntah, diperlukan
observasi dan evaluasi lebih lanjut.

1.6 Pencahar

1.6.1 Pembentuk massa feses


1.6.2 Stimulan
1.6.3 Pelunak feses
1.6.4 Pencahar osmotik
1.6.5 Larutan pembersih usus

Sebelum menganjurkan penggunaan pencahar, penting untuk dipastikan bahwa pasien


mengalami konstipasi dan konstipasi tersebut bukan merupakan gejala sekunder dari keluhan
yang tidak terdiagnosis.

Penting juga dipahami oleh mereka yang mengeluh konstipasi bahwa frekuensi buang air
besar bisa bervariasi tanpa mengakibatkan bahaya.

Konstipasi adalah pembuangan tinja yang keras dengan frekuensi yang kurang dari biasanya.
Hal ini perlu dijelaskan kepada pasien.

Salah pengertian terhadap kebiasaan buang air besar tersebut umumnya memicu penggunaan
pencahar secara berlebihan. Penyalahgunaan pencahar dapat menyebabkan hipokalemia.
Karena itu, pencahar sebaiknya dihindari kecuali peregangan yang terjadi dapat memperberat
penyakit (seperti angina) atau meningkatkan risiko pendarahan rektum (misalnya hemoroid).
Pencahar juga bermanfaat untuk obat yang menginduksi konstipasi, untuk pengeluaran
parasit setelah pemberian obat kecacingan, dan untuk membersihkan saluran cerna sebelum
proses pembedahan atau radiologi. Terapi konstipasi jangka panjang kadang kala diperlukan.

Anak. Penggunaan pencahar pada anak sebaiknya dihindari kecuali diresepkan oleh dokter
yang ahli dalam tata laksana konstipasi pada anak. Buang air besar yang jarang mungkin
normal pada bayi yang masih menyusu atau akibat kurangnya masukan cairan atau serat.
Penundaan buang air besar lebih dari 3 hari dapat meningkatkan rasa nyeri saat pengeluaran
tinja yang keras sehingga mengakibatkan fisura ani dan kejang anus, sampai kebiasaan
menahan buang air besar.

Jika peningkatan asupan cairan dan serat tidak cukup memadai, pencahar osmotik seperti
laktulosa atau pembentuk massa tinja seperti metilselulosa mungkin dapat digunakan. Jika
terdapat bukti retensi feses yang ringan, penambahan suatu pencahar stimulan seperti senna
mungkin membantu, tetapi dapat menyebabkan kolik atau dengan adanya tinja yang
terkumpul dalam rektum akan meningkatkan laju keluarnya tinja. Rujukan ke rumah sakit
mungkin diperlukan kecuali bila anak tersebut mampu mengeluarkan tinja secara spontan. Di
rumah sakit, penggunaan makrogol oral atau penggunaan enema atau supositoria dapat
mengeluarkan tinja, tetapi penggunaan sediaan rektal pada anak-anak sering membuat stress
dan dapat menyebabkan penahanan buang air yang berkepanjangan. Di rumah sakit, enema
dapat diberikan di bawah sedasi yang dalam atau sebagai penggantinya dapat dicoba larutan
pembersih usus. Pada kasus yang berat atau bila anak merasa takut, pengosongan manual di
bawah anestesi mungkin lebih sesuai. Penggunaan pencahar stimulan jangka panjang seperti
senna atau natrium pikosulfat diperlukan untuk mencegah kambuhnya pengumpulan feses
yang keras. Para orang tua harus didorong untuk menggunakannya secara teratur selama
berbulan-bulan; penggunaan yang terputus mungkin dapat menyebabkan kekambuhan.

Wanita hamil Jika perubahan pola makan dan pola hidup gagal menangani konstipasi pasca
kehamilan, dosis sedang pencahar yang tidak diabsorbsi dapat digunakan. Pencahar
pembentuk massa tinja sebaiknya dicoba lebih dahulu. Pencahar osmotik, seperti laktulosa,
dapat juga digunakan. Jika diperlukan efek stimulan dapat diberikan bisakodil atau senna.

1.6.1 Pembentuk Massa Feses

Pencahar pembentuk massa feses meringankan konstipasi dengan cara meningkatkan massa
feses yang merangsang peristaltik. Efeknya baru terlihat dalam beberapa hari, oleh karena itu
pasien perlu diberitahu akan hal ini.

Pencahar pembentuk massa bermanfaat khususnya pada kasus konstipasi dengan feses yang
sedikit dan keras, tetapi sebenarnya tidak diperlukan kecuali bila asupan serat dalam makanan
tidak dapat ditingkatkan. Diet yang seimbang, termasuk asupan cairan dan serat yang cukup,
bermanfaat dalam mencegah konstipasi.

Pencahar pembentuk massa bermanfaat dalam penanganan pasien dengan kolostomi,


ilestomi, hemoroid, fisura ani, diare kronis akibat penyakit divertikular, irritable bowel
syndrome, dan sebagai tambahan dalam kolitis ulseratif (lihat 1.5). Asupan cairan yang cukup
harus dipertahankan untuk menghindari obstruksi usus. Serat merupakan sediaan pembentuk
massa yang paling efektif.

Metilselulosa juga bekerja sebagai pelunak feses.

Monografi:
ISPAGHULA SEKAM
Indikasi:

konstipasi

Peringatan:

asupan cairan yang cukup harus dipertahankan guna menghindari obstruksi usus. Mungkin
perlu mengawasi pasien lansia atau yang lemah, atau pasien dengan penyempitan usus atau
motilitas berkurang.

Kontraindikasi:

kesulitan menelan, obstruksi usus, atoni kolon

Efek Samping:

perut kembung, penegangan perut, obstruksi saluran cerna, hipersensitivitas

Dosis:

1 sachet sehari dalam 1 gelas air dalam dosis terbagi 1-3 kali sehari sebelum atau sesudah
makan; Anak. di atas 6 tahun, setengah dosis dewasa atau kurang.

Saran: sediaan ini mengembang bila kena air, maka harus hati-hati waktu menelan dengan
air dan tidak boleh diberikan segera sebelum tidur.

1.6.2 Stimulan

Pencahar stimulan meliputi bisakodil dan obat golongan antrakuinon, misalnya sena dan
dantron. Indikasi dantron terbatas karena potensi karsinogenik obat dan adanya bukti
genotoksisitas. Stimulan kuat seperti kaskara (antrakuinon) dan minyak jarak saat ini sudah
tidak digunakan lagi. Natrium dokusat bekerja sebagai stimulan dan pelunak feses.

Pencahar stimulan bekerja dengan cara meningkatkan motilitas usus dan sering kali
menyebabkan kram perut. Tidak boleh digunakan pada obstruksi usus. Penggunaan jangka
panjang dapat menyebabkan diare dan efek terkait seperti hipokalemia, namun penggunaan
jangka panjang dapat dipertimbangkan pada keadaan tertentu (lihat bagian 1.6 untuk
penggunaan pencahar stimulan pada anak).

Supositoria gliserol bekerja sebagai stimulan rektal berdasarkan aksi kerja gliserol sebagai
iritan ringan. Parasimpatomimetik betanekol, distigmin, neostigmin dan piridostigmin (lihat
7.4.1 dan 10.2.1) meningkatkan aktivitas parasimpatik pada usus dan meningkatkan motilitas
usus. Obat-obat ini tidak boleh digunakan bila obstruksi usus terjadi oleh sebab organik dan
segera setelah anastomosis usus.
Pencahar stimulan lain
Sediaan kaskara, frangula, rhubarb (kelembak) dan sena, aloe dan lain-lain yang tidak
dibakukan sebaiknya dihindari karena kerja pencaharnya tidak dapat diperkirakan.

Monografi:

BISAKODIL
Indikasi:

konstipasi, tablet bekerja dalam 10-12 jam, supositoria bekerja dalam 20-60 menit; sebelum
prosedur radiologi dan bedah.

Peringatan:

lihat keterangan pada pencahar stimulan

Kontraindikasi:

lihat keterangan pada pencahar stimulan, bedah perut akut, inflammatory bowel disease akut,
dehidrasi berat.

Efek Samping:

lihat keterangan pada pencahar stimulan; tablet: gripping; supositoria, iritasi lokal.

Dosis:

oral: untuk konstipasi, 5-10 mg malam hari; kadang-kadang perlu dinaikkan menjadi 15-20
mg; anak-anak (lihat juga 1.6) di bawah 10 tahun 5 mg.
Rektum: dalam supositoria untuk konstipasi, 10 mg pada pagi hari; anak-anak (lihat 1.6) di
bawah 10 tahun 5 mg. Sebelum prosedur radiologi dan bedah, 10 mg oral sebelum tidur
malam selama 2 hari sebelum pemeriksaan dan jika perlu supositoria 10 mg 1 jam sebelum
pemeriksaan; anak-anak setengah dosis dewasa.

DANTRON
Indikasi:

hanya untuk konstipasi pada pasien dengan sakit yang parah, pada semua usia

Peringatan:

lihat catatan pada pencahar stimulant; hindari kontak lama pada kulit (risiko iritasi dan
ekskoriasi); hindari pada kehamilan dan menyusui; studi pada roden menunjukkan risiko
karsinogenik.

Kontraindikasi:

lihat catatan pada pencahar stimulan.


Efek Samping:

lihat catatan pada pencahar stimulan; urine mungkin berwarna merah.

Dosis:

dewasa, 25-75 mg sebelum tidur; anak-anak 25 mg sebelum tidur.

GLISEROL
Indikasi:

konstipasi

NATRIUM DOKUSAT (NATRIUM DIOKTIL SULFOSUKSINAT)


Indikasi:

konstipasi (sediaan oral bekerja dalam 1-2 hari); tambahan pada prosedur radiologi abdomen.

Peringatan:

lihat keterangan pada pencahar stimulan; jangan diberikan bersama parafin cair; sediaan
rektal tidak diindikasikan jika ada hemoroid atau fisura; wanita hamil (lihat lampiran 4),
wanita menyusui (lihat lampiran 5).

Kontraindikasi:

lihat keterangan pada pencahar stimulan;

Efek Samping:

lihat keterangan pada pencahar stimulan;

Dosis:

oral, konstipasi sampai dengan 500 mg sehari dalam dosis terbagi. Dengan barium 400 mg.

NATRIUM PIKOSULFAT
Indikasi:

konstipasi, pengosongan usus sebelum prosedur radiologi abdomen, endoskopi dan bedah.

Peringatan:

lihat keterangan pada pencahar stimulan, inflammatory bowel disease akut (hindari bila
fulminan), wanita menyusui (lihat Lampiran 5)

Kontraindikasi:

lihat keterangan pada pencahar stimulan, dehidrasi berat.


Efek Samping:

lihat keterangan pada pencahar stimulan

Dosis:

dewasa, 5-15 mg malam hari; anak-anak 2-5 tahun 2,5 mg, 5-10 tahun 2,5-5 mg

1.6.3 Pelunak Feses

Parafin cair (pelicin klasik) menunjukkan beberapa risiko penggunaan (lihat di bawah).
Pencahar pembentuk masa feses (lihat 1.6.1) dan zat pembasah surfaktan non-ionik seperti
natrium dokusat (lihat 1.6.2) juga bersifat melunakkan feses. Obat-obat semacam itu
bermanfaat pada pemberian secara oral untuk prosedur hemoroid dan fisura. Gliserol (lihat
1.6.2) digunakan secara rektal.

Enema yang mengandung minyak kacang melumas dan melunakkan feses serta
meningkatkan gerakan usus.

Monografi:

PARAFIN CAIR
Indikasi:

konstipasi

Peringatan:

hindari penggunaan jangka panjang

Kontraindikasi:

anak usia di bawah 3 tahun.

Efek Samping:

tirisan (rembesan) anal parafin menyebabkan iritasi anal setelah penggunaan jangka panjang,
reaksi granulomatosa disebabkan oleh absorpsi sedikit parafin cair (terutama dari emulsi),
pnemonia lipoid dan gangguan absorpsi vitamin-vitamin larut lemak.

Dosis:

10 mL pada malam hari bila perlu


Saran: tidak boleh digunakan sebelum tidur

1.6.4 Pencahar Osmotik

Pencahar osmotik bekerja dengan cara menahan cairan dalam usus secara osmosis atau
dengan mengubah penyebaran air dalam feses.
Laktulosa adalah disakarida semisintetik yang tidak diabsorpsi dari saluran cerna. Senyawa
ini menyebabkan diare osmotik dengan pH feses yang rendah dan mengurangi proliferasi
organisme penghasil amonia. Karena itu laktulosa bermanfaat dalam pengobatan ensefalopati
hepatik. Laktitol merupakan disakarida sejenis.

Makrogol merupakan polimer etilen glikol inert yang memerlukan cairan di usus besar.
Pemberian cairan dengan makrogol dapat menurunkan efek dehidrasi yang terkadang
ditemukan pada pencahar osmotik. Garam purgatif seperti magnesium hidroksida
bermanfaat untuk penggunaan sesekali, asupan cairan yang cukup sebaiknya dipertahankan.
Garam magnesium bermanfaat bila diperlukan pengosongan usus yang cepat. Garam
natrium sebaiknya dihindari karena pada individu yang peka dapat menimbulkan retensi air
dan natrium. Enema fosfat bermanfaat untuk membersihkan usus besar sebelum prosedur
radiologi, endoskopi dan pembedahan.

Monografi:

GARAM MAGNESIUM
Indikasi:

konstipasi (magnesium hidroksida), pengosongan usus yang cepat sebelum prosedur radiologi
endoskopi dan bedah (magnesium sulfat)

Peringatan:

gangguan ginjal (risiko penumpukan magnesium); gangguan hati; lansia dan pasien yang
lemah

Interaksi:

lihat Lampiran 1 (garam magnesium)

Kontraindikasi:

kondisi penyakit saluran cerna akut

Efek Samping:

kolik

Dosis:

magnesium hidroksida: jika perlu 2-4 g sebagai 8% suspensi dalam air; magnesium sulfat: 5-
10 g dengan segelas air penuh sebelum makan pagi atau pada saat perut kosong (bekerja
dalam 2-4 jam)

LAKTULOSA
Indikasi:
konstipasi (bekerja dalam waktu 48 jam), ensefalopati hepatik (ensefalopati sistemik portal)

Peringatan:

intoleransi laktosa

Kontraindikasi:

galaktosemia, obstruksi usus

Efek Samping:

kembung, kram dan perut terasa tidak enak

Dosis:

konstipasi, mula-mula 10 g dua kali sehari kemudian disesuaikan menurut kebutuhan pasien;
anak-anak (lihat juga 1.4) di bawah 1 tahun 1,5 g dalam 25 mL larutan, 1-5 tahun 3 g dalam 5
mL larutan, 5-10 tahun 2 kali sehari.
Ensefalopati hepatik, 20-30 g 3 kali sehari kemudian disesuaikan sampai feses menjadi lunak,
2-3 kali sehari.
Saran: serbuk dapat ditaruh di atas lidah dan dibasuh dengan air atau cairan lain atau
ditebarkan pada makanan, atau dicampur dengan air atau cairan lain sebelum ditelan.

1.6.5 Larutan Pembersih Usus

Larutan pembersih usus digunakan sebelum pembedahan kolon, kolonoskopi, atau


pemeriksaan radiologi untuk memastikan usus bebas dari feses. Larutan pembersih usus
bukan merupakan terapi untuk mengatasi konstipasi.

You might also like