You are on page 1of 56

ASUHAN KEPERAWTAN JIWA

PADA TN.E DENGAN HARGA DIRI RENDAH


DIRUANG KUTILANG RSJD PROVINSI LAMPUNG

DISUSUN OLEH:

ENI ROIN
IWAN
JULIANSYAH RIKI
KIKI JULIRAHMAN
LARAS ANDARU PUTRA
MEI NASUTION

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) AISYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn . E dengan Harga Diri Rendah,
yang merupakan laporan Akhir stase Keperawatan Jiwa Program Studi profesi
Ners.
Kami Penyusun menyadari dalam penyusunan Asuhan keperawatan ini
masih banyak kekurangan, hal ini dikarenakan kami masih dalam tahap belajar.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya pembangun sangat diharapkan.
Mudah-mudahan dalam penyusunan makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pihak pihak yang berkepentingan,
sehingga dapat mempermudah dan melancarkan proses pembelajaran

Bandar lampung,, April 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 5
C. Tujuan ................................................................................................ 5
D. Manfaat .............................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. KASUS/ MASALAH UTAMA : HARGA DIRI RENDAH.....
B. PROSES TERJADINYA MASALAH.......................................
C. POHON MASALAH..................................................................
D. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG
PERLU DIKAJI.........................................................................
E. DIAGNOSIS KEPERAWATAN................................................
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN............................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian............................................................................. 35
B. Desain Penelitian.......................................................................... 35
C. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................ 35
D. Populasi dan Sampel..................................................................... 36
E. Variabel Penelitian........................................................................ 39
F. Definisi Operasional..................................................................... 40
G. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 40
H. Uji validitas dan reabilitas............................................................ 41
I. Pengolahan Data........................................................................... 43
J. Analisis Data................................................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran umum lokasi penelitian................................................................... 47
B. Hasil Penelitian................................................................................................. 48
C. Pembahasan .....................................................................................................50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .................................................................................. 56
B. Saran............................................................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat (Binkesmas)


Depertemen Kesehatan dan World Health Organization (WHO) tahun 2010
memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di
dunia. Bahkan berdasarkan data studi World Bank dibeberapa negara
menunjukkan 8,1% dari kesehatan global masyarakat (Global Burden Disease)
menderita gangguan jiwa. Harga diri rendah merupakan gangguan konsep diri
dimana klien menganggap dirinya selalu rendah, sebanyak 5-7% dari populasi
didunia menderita harga diri rendah. Depertemen Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2010, menyatakan jumlah penderita gangguan jiwa di indonesia mencapai
2,5 juta yang terdiri dari pasien harga diri rendah, diperkirakan sekitar 60%
menderita harga diri rendah di Indonesia.

Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan, terdapat 0,17 % penduduk


Indonesia yang mengalami Gangguan Mental Berat (Skizofrenia) atau secara
absolute terdapat 400 ribu jiwa lebih penduduk Indonesia. Bila dilihat menurut
provinsi, prevalensi gangguan jiwa berat paling tinggi ternyata terjadi di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan,
sekitar 3 dari setiap 1.000 orang penduduk DIY mengalami gangguan jiwa berat.
Sedangkan di Provinsi Lampung terdapat 0,08 % penduduk mengalami Gangguan
Mental Berat (Skizofrenia).
Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan, prevalensi gangguan jiwa berat
atau dalam istilah medis disebut psikosis/skizofrenia di daerah pedesaan ternyata
lebih tinggi dibanding daerah perkotaan. Di daerah pedesaan, proporsi rumah
tangga dengan minimal salah satu anggota rumah tangga mengalami gangguan
jiwa berat dan pernah dipasung mencapai 18,2%. Sementara di daerah perkotaan,
proporsinya hanya mencapai 10,7%.
Salah satu penyebab seseorang yang mengalami gangguan jiwa adalah
harga diri rendah. Harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilangnya kepercayaan diri, dan gagal mencapai tujuan yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan harga diri ini
dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.
Peristiwa traumatic, seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan orang
yang dicintai dapat meninggalkan dampak yang serius. Dampak kehilangan
tersebut sangat memengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya sehingga
mengganggu harga diri seseorang.
Banyak dari individu-individu yang setelah mengalami suatu kejadian
yang buruk dalam hidupnya, lalu akan berlanjut mengalami kehilangan
kepercayaan dirinya. Dia merasa bahwa dirinya tidak dapat melakukan apa-apa
lagi, semua yang telah dikerjakannya salah, merasa dirinya tidak berguna, dan
masih banyak prasangka-prasangka negative seorang individu kepada dirinya
sendiri. Untuk itu, dibutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak agar
rasa percaya diri dalam individu itu dapat muncul kembali. Termasuk bantuan dari
seorang perawat. Perawat harus dapat menangani pasien yang mengalami
diagnosis keperawatan harga diri rendah, baik menggunakan pendekatan secara
individual maupun kelompok.
Dari hasil observasi dan wawancara kami terhadap 20
orang pasien di ruang kutilang dimana terdapat 15 pasien (60%)
mengalami harga diri rendah. Dari 15 orang tersebut banyak
yang tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menundukan kepala, saat
berinteraksi bicara lambat dengan nada suara lemah. Sementara itu dari
pasien minggu pertama yang kami ambil untuk dijadikan pasien
kelolaan dimana dari 6 orang pasien kelolaan seluruhnya
mengalami harga diri rendah.
Jadi dapat di simpulkan bahwa sanya perawatan masalah dengan Harga
Diri Rendah sangat memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh, karena
seseorang yang mengalami gangguan jiwa dengan harga diri rendah pasti akan
merasa dirinya tidak berharga, tidak mampu, dan selalu mengatakan bahwa
dirinya tidak berguna, yang mana hal ini dapat memicu seseorang mengalami
stress,dan dapat melakukan hal yang dapat mencederai dirinya sendiri.
B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar Belakang maka sesuai permasalahan yang didapatkan dapat


dibuat rumusan masalah yaitu Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn .E dengan
Harga Diri Rendah Diruang Kutilang RSJD Provinsi Lampung tahun 2016

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang
pemberian Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn . E dengan Harga Diri
Rendah
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memaparkan konsep dan teori terkait Haraga Diri Rendah.
b. Mampu memaparkan hasil pengkajian yang terkait dengan asuhan
keperawatan klien dengan Harga Diri Rendah.
c. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Harga Diri
Rendah.
d. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan
Harga diri Rendah.
e. Mampu membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan Harga
Diri Rendah.
f. Mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan Harga
Diri Rendah.
g. Mampu membuat implementasi keperawatan pada klien dengan
Harga Diri Rendah.
h. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan
Harga Diri Rendah.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
a. Dapat mengerti dan menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada klien
dengan Harga Diri Rendah.
b. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan asuhan
keperawatan pada klien dengan Harga Diri Rendah
c. Meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan Harga Diri Rendah
2. Bagi profesi
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan lainnya dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Harga Diri Rendah
sehingga klien mendapatkan penanganan tepat dan optimal.

3. Bagi Rumah Sakit


Sebagai masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek pelayanan
keperawatan khususnya jiwa pada Harga Diri Rendah.
BAB II
KONSEP DAN TEORI

A. MASALAH UTAMA: HARGA DIRI RENDAH


1.Pengertian
a. Harga diri ( self esteem ) merupakan salah satu komp onen dari konsep diri.
Harga diri merupakan penilaian pribadi berdasarkan seberapa baik prilaku
sesuai dengan ideal diri ( Stuart,2009). Penentuan harga diri seseorang
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain (dicintai,dihormati,dan dihargai) yang
timbul sejak kecil dan berkembang sesuai dengan meningkatnya usia. Harga
diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri
tanpa syarat,walaupun melakuakan kesalahan,kekalahan dan kegagalan,tetap
merasa sebagai seorang yang penting dan berharga. Seseorang yang mengalami
keberhasialan akan dapat meningkatkan harga dirinya,disamping itu seseorang
akan menurun harga dirinya apabila orang tersebut sering mengalami
kegagalan,tidak dicintai dan tidak diterima dlingkunganya. Harga diri rendah
terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk yang beresiko mengalami
depresi dan skizofrenia.harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan
negative terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri.
Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional atau kronis.
b. harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative dandi pertahankan dalam waktu yang
lama(NANDA,2011)
c. Menurut Depkes RI, (2000), individu cenderung menilai dirinya negative dan
merasa lebih rendah dari orang lain.penilaian negative dan perasaan rendah diri
ini dapat mempengaruhi semua aspek dari hidup kita, yaitu dapat menambah
rasa takut (yang menyebabkan kita harus menghindari),membuat kita berespon
terhadap seseorang yang dicintai dengan rasa marah dan depensif, menerima
diisolasi, tidak sanggup mendapat kritikan atau serangan dan dapat juga
d. mempengaruhi kesehatan fisik yang dapat menyebabkan gangguan
pencernaan atau peningkatan tekanan darah.
e. Harga diri rendah merupakan komponen episode depresi mayor,dimana
aktivitas merupakan bentuk hukuman atau punishment.(stuart dan
laraia,2005; stuart,2009).
f. Harga diri rendah adalah perasaan negative terhadap diri sendiri,hilangnya
percaya diri dan harga diri,merasa gagal mencapai keinginan.(Keliat,2010).

2. Komponen Konsep Diri


Konsep diri didefinisikan sebagi semua pikiran,keyakinan dan
kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan
memmengaruhi hubungan dengan orang lain. konsep diri tidak terbentuk waktu
lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya
sendiri,dengan orang terdekat,dan dengan realitas dunia.Menurut Stuart (2009)
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini.
a. Citra tubuh
Kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap
tubuhnya.termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang
ukuran,fungsi,penampilan,dan potensi. Citra tubuh di modifikasikan secara
berkesinambungan dengan persepsi dan pengalaman baru
b. Ideal diri
Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berprilaku terhadap
standar ,aspirasi,tujuan atau nilai personal tertentu.
c. Harga diri
penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri
yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri
tanpa syarat,walaupun melakuakan kesalahan,kekalahan dan kegagalan ,
tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga.

d. performa peran
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan social
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok social. Peran
yang ditetapkan adalah peran yang dijalani dan seseorang tidak
mempunyai pilihan. Peran yang di ambil adalah peran terpilih atau dipilih
oleh individu.
e. Identitas pribadi
prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertangguang jawab terhadap
kesatuan, kesinambungan,konsisten dan keunikan individu.prinsip tersebut
sama artinya dengan otonomi dan mencakup persepsi seksualitas
seseorang. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus
berlanjut sepanjang kehidupan,tetapi merupakan tugas utama pada masa
remaja.

3.Rentang Respon

a. Aktualisasi diri
pernyataan tentang konsep diri dengan yang positif dengan latar belakang
pengalaman sukses.
b. Konsep diri Positif
pasien mempunyai pengalaman yang positif dalam perwujudan
dirinya,dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan secara jujur
dalam menilai suatu masalah sesuai dengan norma-norma social dan
kebudayaan suatu tempat jika menyimpang ini merupakan respon adaptif.
c. Harga diri Rendah
Transisi antara adaptif dan mal adaptif, sehingga individu cenderung
berfikir kearah negative.

d. Kerancuan identitas
kegagalan individu mengintegrasi aspek-aspek masa kanak-kanak kedalam
kematangan aspek psikologis, kepribadian pada masa dewasa secara
harmonis.
e. Depersionalisasi
perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepaniakan dan tidak dapat membedakan
dirinya dari orang lain sehingga mereka tidak dapat mengenal dirinya.
B. PROSES TERJADI MASALAH
Seseorang yang sering mencapai tujuan secara langsung mempengaruhi
perasaan untuk kemampuan (Harga diri tinggi) atau ketidak mampuan (Harga
diri rendah).Harga diri tinggi merupakan dasar mutlak terhadap penerimaan
diri,meskipun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa
sebagi seseorang yang penting dan berharga. Hal ini meliputi penerimaan
secara komplek terhadap hidup seseorang.
Harga diri (Stuart & laraia,2005; stuart, 2009 ) berasal dari dua sumber
utama yaitu diri sendiri dan orang lain. Factor yang mempengaruhi harga diri
yang berasal dari diri sendiri seperti kegagalan yang berulang kali,kurang
mempunyai tanggung jawab personal,ketergantungan pada orang lain,dan ideal
diri yang tidak realistis.sedangkan yang berasal dari orang lain adalah
penolakan orang tua,harapan orang tua yang tidak realistik. Harga diri ini
didapat ketika seseorang merasa dicintai, dihormati dan ketika seseorang
dihargai dan dipuji.suliswati (2002) mengatakan bahwa individu akan merasa
harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan,disamping itu harga
diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan
cocok dengan ideal diri.
Sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering
mengalami kegagalan,tidak dicintai dan tidak diterima lingkungan.
Perkembangan harga diri seseorang sejalan dengan perkembangan konsep
diri,dimana konsep diri seseorang menurut Stuart,(2009) tidak terbentuk waktu
lahir tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam
dirinya sendiri,dengan orang terdekat,dan dengan realitas dunia.Hal ini berarti
haeg diri akan meningkat sesuai meningkatnya usia. Untuk meningkatkan
harga diri seseorang, maka mulai dari masa kanak-kanak anak diberi
kesempatan untuk sukses;menananmkan cita-cita ;mendorong aspirasi;dan
membantu untuk membentuk pertahanan diri terhadap persepsi diri
(Coopersmith, 1967; Mruk, 1999 dalam stuart,2009)
Harga diri sangat mengancam pada masa adolescence/remaja, ketika
konsep diri sedang diubah dan banyak keputusan diri dibuat.sedangkan pada
usia dewasa harga diri menjadi stabil memberikan gambaran yang jelas tentang
dirinya dan cenderung lebih mampu menerima keberadaan dirinya dan kurang
idialis dari remaja(stuart,2009).Hal ini dapat diakaitkan dengan kematuran
seseorang,dimana semakin dewasa seseorang maka semakin baik cara
berfikirnya.Dengan banyaknya perubahan yang terjadi baik fisik maupun
psikososial serta banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya
sehingga remaja harus mampu menyesuaiakan diri dengan perubahn
tersebut.kondisi lain yang dapat mengancam harga diri remaja adalah tuntutan
yang harus dipilihnya, posisi peran, kemampuan meraih sukses serta
kemampuan berpartisipasi atau penerimaan dilingkungan masyarakat. Apabila
remaja tidak dapat melakukan penyesuai dengan kondisi tersebut, maka akan
menyebabkan harga diri rendah (Hawari,2001). Harga diri rendah dapat terjadi
secara situasional (Trauma) atau kronis (penilain yang negative terhdap diri
yang berlangsung lama).
Model stress Adaptasi Stuart dari keperawtan jiwa memandang prilaku
manusia dalam perspektif yang holistik terdiri atas biologis.psikologi dan
sosiokultural dan aspek-aspek tersebut saling berintergrasi dalam perawatan.
Komponen biopsikososial dari model tersebut termasuk dalam factor
predisposisi, prepitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan
mekanisme koping (Stuart & laraia,2005; Stuart, 2009 ) menurut Stuart (2009),
masalah harga diri rendah dapat dijelaskan dengan menggunakan
psikodinamika masalah keperawatan jiwa seperti skema di bawah ini.

Faktor predisposisi

Biolog Psikologis Sosial kultural

Stressor prespitasi

Natural Origini Timming Number

Penilaian terhadap stressor


Kognitif Afektif Fisiologis Prilaku sosial

Sumber koping

Kemampuan personal Dukungan social Aset material keyakinan positif

Mekanisme koping

Konstruktif Destruktif
Rentang Respon Koping

Respon Adaptif Respon Maladaptif

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Skema psikodinamika Masalah Keperawatan JIwa
(Stuart,2009)

1.Faktor predisposisi
Proses terjadinya harga diri rendah kronis juga di pegaruhi beberapa factor
predisposisi seperti biologis,psikologis, social dan cultural.
a. Faktor biologis
Faktor prsdisposisi yang berasal dari biologis dapat dilihat sebagai
suatu keadaan atau factor resiko yang dapat mempengaruhi peran serta
manusia dalam menghadapi stressor. Adapun yang termasuk dalam factor
biologis ini adalah:

1) Neuroanatomi
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada pasien depresi
dan skizoprenia sehingga pasien mengalami masalah harga diri rendah
kronis adalah:
a) Lobus prontal terlibat dalam dua fungsi serebral utama yaitu control
motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi pikir dan
control berbagai ekspresi emosi (Towsend,2009). Biasanya
kerusakan pada lobus frontal ini akan dapat menyebabkan gangguan
berfikr dan gangguan dalam berbicara serta tidak mampu mengontrol
emosi sehingga kognitif pasien negatif tentang diri,orang lain
lingkungan serta prilaku yang mal adaptif sebagai akibat kognitif
negative. Kondisi seperti ini menunjukan gejala harga diri rendah
pada pasien.
b) Lobus temporalis merupakan lobus yang letaknya paling dekat
dengan telinga dan mempunyai peran fungsional yang berkaitan
dengan pendengaran, keseimvangan dan juga sebagaian dari emosi
dan memori(Boyd & Nihart, 1998; Towsend,2009) fungsi utama
lobus temporalis adalah bahasa, ingatan dan emosi (Kapian ,et al,
1996). Lobus temporalis anterior mempunyai hubungan dengan
sistim limbik dalam perananya dalam proses emosi. Gangguan dalam
penerimaan dan penyampaian informasi secara verbal yang juga
dipengaruhi oleh daya ingat pasien akan mempengaruhi emosi
pasien yang akan menimbulkan harga diri rendah.
c) System limbic merupakan cincin kortek yang berlokasi di permukaan
medial masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat katup
serebrum. Fungsinya adalah mengatur persyarafan otonom dan
emosi (Suliswati,2002: stuart & laraia,2005). Kerusakan system
limbik menimbulkan beberapa gejala klinik seperti hambatan emosi,
perubahan kepribadian (Kaplan, et al, 1996). Menurut Boyd dan
Nihart,(1998) perubahan hipotesa dalam system limbik menunjukan
perubahan yang signifikan pada kelainan mental, skizoprenia,
depresi dan kecemasan. Hambatan emosi yang kadang berubah
seperti sedih ,dan terus merasa tidak berguna atau gagal terus
menerus akan membuat pasien mengalami harga diri rendah .
d) Hipothalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam
dari serebrum yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer
serebrum.fungsi utamanya adalah sebagai respon tingkah laku
terhadap emosi dan juga mengatur mood dan motivasi
(suliswati,2002; stuart & laraia,2005). Kerusakan hipotalamus
membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang
aktivitas dan malas melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini sering
kita temui pada pasien dengan harga diri rendah, dimana pasien
butuh lebih banyak motivasi dan dukungan terutama dari keluarga
dan juga oleh perawat dalam melaksanankan tindakan yang sudah
dijadwalkan bersama-sama.
2) Neurotransmiter
Selain gangguan pada struktur otak,apabila dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan ditemukan
ketidakseimbangan neurotransmitter di otak. Neurotransmitter adalah
kimia otak yang ditransmisikan oleh suatu neuron ke neuron lain
(stuart &laraia,2005). Neurotransmitter yang sangat berhubungan
dengan depresi adalah noreprineprin,dopamine,serotonin,acetilkolin
seperti:
a) Noreprineprin ( Boyd & Nihart,1998; suliswati,2002) berfungsi
untuk kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi ;proses
pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar
noreprineprin akan dapat mengakibatkan kelemahan dan
peningkatan harga diri rendah sehingga perilaku yang ditampilkan
pasien cenderung negative.
b) Serotonin ( Boyd & Nihart,1998) berperan sebagai pengontrol
nafsu makan ,tidur ,alam perasaaan ,halusinasi,persepsi
nyeri,muntah. Serotonin dapat mempengaruhi fungsi kognitif
(alam pikir),efektif (alam perasaan ) dan psikomotor (perilaku)
(Hawari,2001) jika mengalami penurunan akan mengakibatkan
kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena
pasien lebih dikuasai oleh kognitif-kognitif negative dan rasa
tidak berdaya.
c) Acetycholine (Ach) ( Boyd & Nihart,1998) berperan penting
untuk belajar dan memori. Jika terjadi peningkatan kadar
acetycholine akan menurunkan atensi mood , sehingga pada
pasien dengan harga diri rendah dapat kita lihat adanya gejala
kurangnya perhatian dan malas dalam beraktifitas.
d) Dopamine fungsinya mencakup regulasi gerak dan kordinasi,
emosi, kemampuan pemecahan masalah secara volunteer ( Boyd
& Nihart,1998;suliswati,2002). Transmisi dopamine berimplikasi
pada penyebab gangguan emosi tertentu. Disamping itu pada
pasien skizoprenia menurut hawari (2001) dopamine dapat
mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), efektif (alam perasaan
)dan psikomotor (perilaku ). Kondisi ini pada pasien harga diri
rendah memperlihatkan adanya kognitif-kognitif negatif, pasien
selalu dalam keadaan sedih berkepanjangan serta menunjukan
perilaku yang menyimpang serta menarik diri dan
berkemungkinan untuk melakuakan bunuh diri.
b. Faktor Psikologis
Harga diri rendah sangat berhubungan dengan pola asuh dan
kemampuan individu menjalankan peran dan fungsi. Penilaian individu
terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan
peran.termasuk dalam harga diri rendah situasional. Harga diri rendah
situasional merupakan pengembangan persepsi negatif tentang dirinya
sendiri pada suatu kejadian (NANDA,2011). Jika lingkungan tidak
meberikan dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi
secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri
rendah kronis.
Harga diri rendah kronis terjadi diawali dari individu berada pada
suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis),individu berusaha
menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul kognitif bahwa
diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Haraga
diri rendah juga merupakan komponen episode mayor, dimana aktifitas
merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart & laraia,2005).
Harga diri rendah merupakan suatu kesedihan atau perasaan duka
berkepanjangan (Stuart&sundeen 2009).
Harga diri rendah adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis
dapat bermakna patologik apabila memgaganggu prilaku sehari-hari,
menjadi pervasive dan muncul bersama penyakit lain. Hal-hal yang dapat
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis
(Stuart&sundeen 2009). Meliputi penolakan orang tua ,harapan orang tua
yang tidak realistis,orang tua yang tidak percaya pada anaknya,tekana
teman sebaya, kurnag mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistik.

c.Faktor social dan kultural


secara social status ekonomi sangat mempengaruhi proses
terjadinya harga diri rendah. Dimana dalam kehidupan sehari-hari anak
tumbuh kembang di tiga tempat,yaitu Rumah (keluarga),di sekolah
(lembaga pendidikan ) dan dilingkungan masyarakat socialnya
(Hawari,2011). Kondisi social dimasing-masing tempat tempat tersebut akan
berinteraksi satu dengan yang lainnya dan mempengaruhi tumbuh kembang
anak.
Lingkungan keluarga, sekolah ataupun pergaulan sosialnya
kondusif (membuat pengaruh yang baik) maka perkembangan jiwa/
kepribadian anak akan kearah yang baik dan sehat akan semakin besar.
Sebaliknya bila lingkungan tersebut tidak kondusif maka akan beresiko
terganggunya perkembnagan jiwa /kepribadian anak. Contoh masalah social
yang dapat menimbulkan harga diri rendah, antara lain kemiskinan,tempat
tinggal daerah kumuh dan rawan kriminalitas.dimana menurut hawari(2001)
rasa tidak aman dan tidak terlindung membuat jiwa seseorang tercekam
sehingga mengganggu ketenangan dan ketentraman hidup yang lama
kelamaan daya tahan seseorang menurun hingga mengalami gangguan.
Tuntutan peran sesuai kebudayaan juga sering meningkatkan kejadian harga
diri rendah kronis antara laian :wanita sudah harus menikah jika umur
mencapai dua puluhan, perubahan kultur kea rah gaya hidup
individualisme.

2.Faktor presipitasi
Seluruh factor predisposisi yang dialami pasien akan menimbulkan
harga diri rendah setelah adanya factor presipitasi yang berasal dari dalam diri
sendiri ataupun dari luar,antara lain ketegangan peran,konflik peran, peran
yang tidak jelas, peran berlebihan, perkembang transisi ,situasi transisi peran
dan transisi peran sehat sakit (Stuart&Laraia, 2005).
Factor prepitasi merupakan stimulus yang dapat berupa perubahan,
ancaman dan kebutuhan individu, memerlukan energy yang berlebihan yang
mengeluarkan suatu bentuk keteganagan dan stress (Cohen,2000 dalam stuart
& Laraia,2005).
Factor pencetus ini telah dialami dalam waktu yang lama oleh pasien.
Lama kelamaan pasien kehilangan kemampuan untuk mengatasi factor
pencetus tersebut.
a. Trauma : penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa
yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran : berhubungan dengan peran dan posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi.
1) Transisi peran perkembangan :perubahan normative yang berkaitan
dengan pertumbuhan.
2) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat sakit:sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat
dan keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan
bagian tubuh;perubahan ukuran,bentuk,penampilan, atau fungsi
tubuh;perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang
normal ; prosedur medis dan keperawatan.

Kemampuan dan strategi dalam menghadapi perubahan yang dialami


sebelum terjadi harga diri rendah disebut mekanisme koping.mekanisme
koping jangka pendek yang bias dilakukan pasien harga diri rendah adalah
kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis,misalnya pemakaian
obat-obatan, kerja keras, nonton tv terus menerus. Hal ini digunakan untuk
mencegah kecemasan dan ketidak tentuan dari kebingungan identitas((Stuart&
Laraia 2005). Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok
social,keagamaan dan politik. Kegiatan memberi dukungan sementara,seperti
mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba
menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalagunaan obat-
obatan.jika mekanisme koping jangka pendek tidak member hasil yang
diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjan,
antara lain menutup identitas,dimana pasien terlalu cepat mengadopsi identitas
yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan
hasrat,aspirasi atau potensi diri sendiri. Identitas negatif , dimana asumsi yang
bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat, sedangkan mekanisme
pertahanan ego yang sering digunakan adalah
fantasi,regresi,disasoisasi,isolasi,proyeksi,mengalihkan marah terbalik pada
diri sendiri dan orang lain.
3.Tanda dan gejala
Tanda dan gejala harga diri rendah (NANDA,2009 ; Stuart&sundeen
2009) merupakan perilaku yang telah di pertahankan dalam waktu yang lama
atau kronik yang meliputi ungkapan negative tentang diri sendiri dalam waktu
lama dan terus menerus. Perilaku yang ditampilkan berupa sikap
malu/minder/rasa bersalah, kontak mata kurang /tidak ada, selalu mengatakan
ketidak mampuan/ kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung pada orang
lain, tidak asertif,pasif dan hipoaktif.perilaku lain yang juga sering muncul
seperti mengkritik diri sendiri dan atau orang lain,gangguan dalam
berhubungan, rasa diri penting berlebihan, mudah tersinggung atau marah yang
berlebihan,ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang
pesimis,khawatir,bimbang dan ragu-ragu,menolak umpan balik positif dan
membesarkan umpan balik mengenai dirinya serta ada juga yang
menyalagunakan zat.
Menurut westermeyer (2006), empat area gejala umum yang menunjukan
masalah harga diri rendah:
a. Fisik
Respon fisiologis tersebut merupakan tanggapan dari fisik seseorang yang
dirasakan dan mempengaruhi fungsi tubuh. Tanda dan gejala dari respon
fisiologiterhadap penurunan harga diri antara lain penurunan energy,lemah
,agitasi,penurunan libido,insomnia/hipersomnia,penurunan / peningkatan
nafsu makan,anoreksia,sakit kepala,(westermeyer,2006; Stuart&sundeen
2005).kondisi ini akan menunjukan perilaku yang maladptif pada pasien
dimana pasien akan malas beraktivitas,lebih banyak tidur sehingga kurang
berinteraksi dengan orang lain.
b. Kognitif
Menurut stuart and Laraia (2005) kognitif adalah tindakan atau proses dari
pengetahuan.proses ini di perlukan dan memungkinkan mengetahui
kondisi otak untuk proses informasi dalam hal ketelitian, penyimpanan dan
keterangan.seseorang dengan skizoprenia sering kali tidak sanggup untuk
menghasilkan logika berfikir yang kompleks dan mengungkapkan kalimat
yang berhubungan karena neurotransmitter dalam memproses system
informasi memerlukan pengorganisasian dari input sensori dengan proses
otak untuk respon prilaku. Input sensori dari kedua persaan internal dan
eksternal menyaring kesesuaian untuk perhatian seseorang, kemampuan
untuk mengingat, belajar deskriminasi,menafsirkan dan pengorganisasian
informasi.terjadinya penurunan kemampuan kognitif menurut Laeckenote
(1996) adalah karena factor neuroanatomic, psikologis, lingkungan dan
factor lain dan kejadian.
Kognitif yang sering muncul pada pasien dengan masalah harga diri
rendah (Stuart&Laraia 2005; Boyd &Nirhart, 1998)adalah :
1) Bingung
Kebingungan adalah kumpulan prilaku termasuk tidak adanya
perhatian dan pelupa, perubahan perilaku seperti
agersif,bimbang,delusi (efek dari perilaku) dan ketidak mampuan
atau kegagalan dalam kegiatan sehari-hari (deficit perilaku)
(deficit perilaku) (Metha ,yaffe,and convinsky,2002 dalam stuart &
Laraia,2005) biasanya kebingungan tidak spesifik digunakan untuk
istilah apatis (Tidak menghiraukan)menarik diri atau pasien tidak
kooperatif.
Beberapa kategori pasien menyatakan kebingungan merupakan
masalah pasien,seperti pasien dengan masalah
komunikasi( menelan pembicaraan ,ketidakmampuan
mengekspresikan pembicaraan ) ,pasien menolak nilai personal
orang lain, pasien yang sedih, pasien yang tidak sehat.kondisi ini
penting untuk perawat secara spesifik ketika berhubungan dengan
pasien yang mengalami kebingungan.
2) kurang memori dalam jangka waktu panjang / pendek memori
meliputi kemampuan untuk mengingat atau meniru terhadap
pelajaran atau pengalaman.kerusakan memori merupakan cirri-ciri
dari beberapa kekacauan kognitif dan dimensia khusus( Boyd &
Nihart,1998),kerusakan memori menurut mohr,2006 adalah ketidak
mampuan mempelajari informasi baru(memori jangka pendek) dan
ketidak mampuan mengingat informasi yang sudah lama (memori
jangka panjang). Gangguan memori berhubungan dengan
kerusakan social atau fungsi pekerjaan.dan kemunduran dari fungsi
sebelumnya.
Kerusakan dari orientasi, memori dan berfikir secara abstrak serta
orientasi dapat diobservasi.orientasi waktu,tempat dan orang
merupakan gejala sisa yang relative lengkap kecuali kalau pasien
memenuhinya secara khusus. Semua aspek memori berpengaruh
dalam skizoprenia atau untuk mengingat kembali infomasi baru
yang di pelajari.
3) Kurangnya perhatian
Perhatian merupakan proses mental yang kompleks yang meliputi
konsentrasi seseorang terhadap aktivitas yang dialakuakan(Boyd &
Nihart,1998) menurut stuart dan Laraia,2005 perhatian adalah
kemampuan untuk memfokuskan kegiatan pada satu aktivitas dan
sikap konsentrasi secara terus menerus.
Kekacauan perhatian menurut stuart dan Laraia,2005 adalah
kerusakan dalam kemampuan untuk menunjukan
perhatian,mengamati, memfokuskan dan konsentrasi terhadap
realita ekternal. Gangguan perhatian merupakan keadaan yang
biasa ditemuakan pada kasus skizoprenia dan terdapat kesukaran
dalam menghadapi tugas yang kompleks,kesulitan konsentrasi
pada pekerjaan dan mudah beralih perhatian/kekacauan kognitif.
Kekacauan kognitif berhubungan dengan mudah menarik perhatian
pasien dari stimulus eksternal yang tidak relevan seperti
kegaduhan,mengeluarkan buku dari rak buku dan orang yang
lewat,kondisi lainya. Pasien memiliki pengalaman halusinasi
pendengaran yang sering mengalihkan perhatian mereka hingga
menimbulkan masalah dengan perhatian.
Kerusakan perhatian tersebut tidak kostan dan berfluktuasi (naik
turun) tergantung pada kehendak aktivitas otak.kondisi ini banyak
menyebabkan pasien merasa frustasi,dan mereka sering complain
tentang ketidak mampuan melaksanakan tugas yang komplek
karena mereka merasa kognitif saya menyimpang. Perawat akan
siap untuk mengambil alih tugas mereka dan perawat juga
membutuhkan pengulangan yang sering dalam waktu yang pendek
untuk melatih pasien melaksanakan tugas mereka secara bertahap.
4) Merasa putus asa
Keputusasaan merupakan kondisi subjektif dimana individu
melihat tidak adanya atau terbatasnya alternatif pribadi yang
tersedia dan ketidakmampuan untuk memobilisasi energi untuk
kepentingan sendiri. Seseorang yang mengalami keputusasaan
dapat disebabkan karena tertinggal dari orang lain,stress
berkepanjangan,kegagalan dan pembatasan aktivitas.karakteristik
yang terlihat pada pasien dengan putus asa adalah: miskin
bicara,suka mengeluh,kontak mata buruk, nafsu makan menurun,
respon menurun, aktivitas tidur berkurang atau meningkat, tidak
ada inisiatif dan menolak pembicaraan.
5) Merasa tidak berdaya
Ketidak berdayaan merupakan persepsi tingkah laku
seseorang,tidak akan mempengaruhi hasi,atau kurangnya kontrol
selama situasi tetap atau kejadian yang mendadak, ketidak
berdayaan seseorang dapat terlihat dari gejala : ekspresi tidak
menentu dan ragu-ragu,pasif,tidak ada
berpartisipasi,ketergantungan pada orang lain,tidak mampu
mengekspresikan perasaan yang benar dan tidak mampu mencari
informasi selama perawatan.
6) merasa tidak berharga/berguna
Keyakinan seseorang terhadap kasih saying,kemampuan,perasaan
diterima,dan perasaan diperlukan bagi orang lain dan merasa
berguna dari perhatian dan respon yang ditunjukan orang lain
(Boyd & Nihart,1998).

Theory of reasoned yang dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein (1980)


yang menekankan bahwa proses kognitif sebagai dasar bagi manusia untuk
memutuskan prilaku apa yang akan diambilnya,yang secara sistematis
memanfaatkan informasi yang tersedia disekitarnya(wismanto,
http://www.unica.ac.id fakultas/psikologi/artikel/bm-1 tanggal diperoleh
tanggal 22 mei 2006). Hal ini berarti bahwa kognitif seseorang akan
menentukan prilaku orang tersebut.

c. Perilaku
perilaku adalah respon individu terhadap stimulus baik yang berasal dari
luar maupun dalam dirinya (Matra,1997). Menurut Notoadmodjo ,(2010)
perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia , baik yang dapat
diamati langsung ,maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Perilaku atau aktivitas individu tidak muncul dengan sendirinya tetapi
sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh individu yang bersangkutan
baik dari stimulus eksternal maupun internal . Skiner,( 1938 dalam
Notoatmodjo ,2010) mengemukakan bahwa perilaku merupakan respon s
atau reaksi seseorang terhadap stimulus ( rangsangan dari luar). Sunaryo
(2004) bahwa perilaku adalah aktivitas yang timbul dari stimulus dan
respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena perilaku ini terjadi karena proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon.
Pada pasien dengan masalah harga diri rendah perilaku yang ditampilkan
maladaptif seperti :
1. Kurang aktivitas dan menurunnya aktivitas yang menyenangkan.
Aktivitas sehari-hari adalah keterampilan yang penting untuk kehidupan
sendiri , seperti pekerjaan rumah tangga, belanja, menyiapkan makanan,
mengelola uang dan kebersihan diri. Tujuan utam dati rehabilitasi
seseorang adalah untuk membantu individu untuk mengembangkan
kemandirian keterampilan hidup( Stuart & Laraia, 2005).
2. Menarik diri
Menurut keliat dkk,(2010) menarik diri merupakan suatu keadaan
dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya . pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain, karakteristik pasien
yang menarik diri adalah perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain,
merasa tidak aman berada dengan orang lain,merasa bosan dan lambat
menghabiskan waktu, tidak mampu berkonsentrasi dan membuat
keputusan, merasa tidak berguna dan tidak yakin dapat melangsungkan
hidup.
3. Kurang sosialisasi/ kurang keterampilan bersosialisasi
Stuart & Laraia (2005) menjelaskan bahwa sosialisasi adalah
kemampuan seseorang untuk lebih kooperatif dan saling
ketergantungan dengan orang lain. Kondisi ini dipengaruhi oleh fungsi
otak karena masalah dengan orang lain kita harus memahami
konsekuensi hubungan dari respon neuro biologik yang maladaptif.
Masalah sosial sering menjadi sumber utama perhatian pemberi
keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan karena efek nyata dari
penyakit yang sering menonjol dari segala yang berhubungan dengan
kogitif dan persepsi.
Masalah sosial dihasilkan secara langsung atau tidak langsung dari
penyakit . efek langsung terjadi ketika seseorang melakukan pencegah
dari masalah sosialisasi dengan menerima norma sosial kultural atau
ketika motivasi memburuk yang merupakan hasil dari menarik diri dari
lingkungan sosial dan isolasi dari aktivitas kehidupan . perilaku
langsung disebabkan karena masalah ketidakmampuan komunikasi
dengan baik, kehilangan gerak dan minat, keterampilan sosial
memburuk kebersihan diri yang jelek dan paranoid.
Efek tidak langdung dari sosialisasi adalah konsekuensi kedua dari
penyakit . sebagai contoh adalah menurunnya harga diri yang
berhubungan dengan kurang baik nya prestasi akademik dan sosial .
ketidaknyamanan sosial dan hasil isolasi sosial lebih lanjut menunjukan
hubungan yang signifikan. Masalah spesifik dalam pengembangan
hubungan temasuk hubungan sosial yang tidak pantas, tidak memihak
dalam aktivitas rekreasi, perilaku sosial yang tidak pantas, stigma yang
berhubungan dengan menarik diri dari teman, keluarga dan kelompok.
4. Merusak diri( menciderai diri) / resiko bunuh diri
Menciderai diri yaiitu aniaya diri , agresif diri yang di arahkan pada diri
sendiri, cidera yang membebani diri dan mutilasi diri. Bentuk umum
perilaku menciderai diri yaitu: malukai dan membakar kulit,
membenturkan kepala atau anggota tubuh, melukai anggota tubuh nya
sedikit demi sedikit dan atau menggigit jarinya.
Resiko bunuh diri merupakan keadaan dimana individu mengalami
resiko untuk menyakiti dirinya sendiri / melakukan tindakan yang dapat
mengancam kehidupan . perilaku destruktif diri langsung mencakup
setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niat nya adalah kematian dan
individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan( Stuart &
Laraia, 2005).
d. Afek
afek merupakan sifat emosional yang nyata ( Stuart& Laraia,2005)
gambaran emosi yang sering kita temui pada pasien harga diri
rendah( Stuart& Laraia, 2005; Westermeyer, 2006) adalah kemarahan ,
kecemasan , rasa kesal, murung, ketidakberdayaan, keputusasaan ,
kesepian dan kesedihan , merasa berdosa dan kurang motivasi.

4. Penilaian Stressor
Apapun masalah dalam konsep diri dicetuskan oleh stressor psikologis,
sosiologis, atau fisiologis, elemen yang penting adalah persepsi pasien tentang
ancaman.

5. Sumber Koping
Semua orang ,tanpa memperhatikan gangguan perilakunya mempunyai
beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi:
a. Aktivitas olahraga dan aktivitass diluar rumah
b. Hobi dan kerajinan tangan
c. Seni yang ekspresif
d. Kesehatan dan perawatan diri
e. Pendidikan atau pelatihan
f. Pekerjaan , vokasi atau posisi
g. Bakat tertentu
h. Kecerdasan
i. Imajinasi dan kreativitas
j. Hubungan interpersonal

6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk peertahanan koping jangka penfek atau
jangka panjang atau penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi
diri sendiri dalam menghadapi persepsi yang menyakitkan . pertahanan jangka
pendek mencakup:
a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri
(misal:konser musik, bekerja keras, menontoon televisi secara obsesif)
b. Aktivitas yang memberi identitas pengganti sementara( misal: ikut serta
dalam klub sosial, agama , politik ,kelompok, gerakan , atau geng)
c. Aktivitas sementara yang menguatkan atau meningkatkan perasaan diri
yang tidak menentu( misal: olahraga yang kompetitif, prestasi akademik,
kontes untuk mendapatkan popularitas)
Pertahanan jangka panjang mencakup:
a. Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang di inginkan oleh orang terdekat tanpa
memperhatikan keinginan , aspirasi atau potensi diri individu.
b. Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima
masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,isolasi,
proyeksi, pengalihan(displacement), spliting, berbalik marah terhadap diri
sendiri dan amuk.
C. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
Diagnosis keperawatan NANDA( dalam Stuart ,2009) yang berhubungan
dengan respon konsep diri yang maladaptif
1. Gangguan penyesuaian
2. Ansietas
3. Gangguan citra tubuh*
4. Hambatan komunikasi verbal
5. Ketidakefektifan koping
6. Keputusasaan
7. Gangguan identitas
8. Resiko kesepian
9. Ketidakberdayaan
10. Resiko ketidakberdayaan
11. Ketidakefektifan performa peran*
12. Defisit perawatan diri
13. Resiko harga diri rendah situasional
14. Harga diri rendah situasional*
15. Gangguan persepsi sensori
16. Ketidakefektifan pola seksualitas
17. Hambatan interaksi sosial
18. Isolasi sosial
19. Distress spritual
20. gangguan proses pikir
21. resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
*Diagnosa keperawatan utama untuk perubahan konsep diri

D. DATA YANG PERLU DI KAJI


MASALAH KEPERAWATAN DATA YANG PERLU DI KAJI
Harga Diri Rendah Subjektif :
Pasien mengungkapkan tentang:
1. hal negatif diri sendiri atau orang lain
2. perasaan tidak mampu
3. pandangan hidup yang pesimis
4. penolakan terhadap kemampuan diri

objektif :
1. penurunan produktivitas
2. tidak berani menatap lawan bicara
3. lebih banyak menundukan kepala saat
berinteraksi
4. bisaca lambat dengan nada suara
lemah

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan: Harga diri rendah
Diagnosa medis : depersi

F. POHON MASALAH
EFFECT ISOLASI SOSIAL

CORE PROBLEM HARGA DIRI RENDAH

CAUSE KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

(Direja, 2011)

G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

PERTEMUAN PASIEN KELUARGA

SP 1 - identifikasi kemampuan - diskusikan masalah yang


melakukan kegiatan dan dirasakan dalam
bantu aspek positif merawat pasien
pasien( buat daftar - jelaskan pengertian ,
kegiatan) tanda gejala, dan proses
- bantu pasien menilai terjadinya harga diri
kegiatan yang dapat di rendah ( gunakan
lakukan saat ini( pilih booklet)
dari daftar kegiatan); buat - jelaskan cara merawat
daftar kegiatan yang harga diri rendah
dapat dilakukan saat ini terutama memberikan
- bantu pasien memilih pujian semua hal positif
kegiatan yang dapat di pada pasien
latih saat ini - latih keluarga memberi
- latih kegiatan yang di tenggung jawab kegiatan
pilih( alat dan cara pertama yang dilatih
melakukan nya) pasien; bimbing dan beri
- masukan pada jadwal pujian
kegiatan untuk latihan 2 - anjurkan membantu
kali perhari pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian
- evaluasi kegiatan pertama
yang telah dilatih dan - evaluasi kegiatan
SP 2. berikan pujian keluarga dalam
- bantu pasien memilih membimbing pasien
kegiatan kedua yang akan melaksanakan kegiatan
dilatih pertama yang dipilih dan
- latih kegiatan kedua latih pasien. Beri pujian
( cara san alat) - bersama keluarga
- masukan dalam jadwal melatih pasien dalam
kegiatan untuk latihan 2 melakukan kegiatan
kegiatan masing-masing kedua yang di pilih
2kali sehari pasien
- anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian

- evaluasi kegiatan pertama


dan kedua yang telah - evaluasi kegiatan
dilatih dan berikan pujian keluarga dalam
SP 3. - bantu pasien memilih membimbing pasien
kegiatan ketiga yang akan melaksanakan kegiatan
di latih pertama dan kedua yang
- latih kegiatan ketiga(cara dipilih dan dilatih
dan alat) pasien. Beri pujian
- masukan pada jadwal - bersama keluarga
kegiatan untuk latihan 3 melatih pasien dalam
kegiatan masing-masing melakukan kegiatan
2x/hari ketiga yang di pilih
pasien
- anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal dan
beri pujian

- evaluasi kegiatan
pertama, kedua dan - evaluasi kegiatan
ketiga yang telah dilatih keluarga dalam
dan beri pujian membimbing pasien
SP 4. - bantu pasien memilih melaksanakan kegiatan
kegiatan keempat yang pertama, kedua dan
akan dilatih ketiga yang dipilih dan
- latih kegiatan keempat dilatih pasien. Beri
(cara dan alat) pujian
- masukan pada jadwal - bersama keluarga
kegiatan harian 4 melatih pasien dalam
kegiatan masing-masing melakukan kegiatan
2x/hari keempat yang di pilih
pasien
- jelaskan follow up ke
RSJ/PKM tanda
kambuh, rujukan
- anjurkan membantu
pasien sesuai jadawal
dan beri pujian

- evaluasi kegiatan latihan


dan memberi pujian - evaluasi kegiatan
- latih kegiatan di keluarga dalam
lanjutkan sampai tak membimbing pasien
terhingga melaksanakan kegiatan
- nilai kemampuan yang yang dipilih dan dilatih
telah mandiri pasien. Beri pujian
SP 5. - nilai apakah harga diri - nilai kemampuan
pasien menigkat keluarga membimbing
pasien
- nilai kemampuan
keluarga melakukan
kontrol ke RSJ/PKM

I. INTERVENSI SPESIALIS

a. Terapi individu : terapi kognitif, CBT,, gestaltpenghentian pikiran


b. Terapi kelompok :Logoterapi, Terapi suportif
c. Terapi Keluarga : Terapi sistem keluarga, Psikoedukasi
d. Terapi Komunitas : Assertive Community Terapy (SAK FIK-UI,2014)
BAB III
PENGKAJIAN
Asuhan Keperawatan Ruang Kutilang Pada Pasien Dengan Harga Diri
Rendah

A. IDENTITAS KIEN :

Inisial : Tn. E Indentitas Penanggung Jawab:


Alamat : kemiling Nama : Tn. E
Umur : 35Tahun Alamat : kemiling
Pendidikan : SMA Umur : 64Tahun
Pekerjaan :Ikut orang tua Pendidikan : SD
Status pernikahan : belum kawin Pekerjaan :Ibu rumah tangga
Suku/Bahasa : Palembang Suku/Bahasa : Palembang
Agama : islam Agama : islam
Informan :Ny.Y Hubungan dengan Klien: Ibu kandung
Tanggal masuk RS :14 Maret 2016
Tanggal pengkajian :04 April 2016
No Register :01 27 86

B. ALASAN MASUK

Klien dibawa ke RS Jiwa Daerah Provinsi Lampung pada tanggal 14 Maret 2016
klien diantar keluarga karena dirumah klien Sering berdiam diri dikamar, bicara
sendiri, bicara ngelantur klien juga sering marah- marah dan membanting barang
rumah tangga keluarga klien mengatakan klien menolak untuk minum obat ,
sehingga klien putus obat sejak 1 minggu sebelum masuk RS Jiwa keluarga
membiarkan klien putus obat sehingga klien kambuh kembali, dan Sikap klien
malah bertambah parah, akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa klien ke
RSJ Lampung. Kondisi klien saat ini masih terlihat banyak diam, tidak mau
ngobrol dengan temannya, dan menyendiri.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2008 dan klien pernah
melakukan pengobatan dan hasilnya berhasil, namun karena klien kurang
patuh minum obat dan control setiap bulanya sehingga klien kambuh lagi
Masalah Keperawatan : Regimen terapi kurang efektif
2. Pengobatan sebelumnya berhasil, namun karena klien tidak rutin minum
obat dan control setiap bulanya sehingga klien kambuh lagi sehingga
klien dibawa ke RS Jiwa
Masalah Keperawatan : ketidak patuhan minum obat
3. Penolakan, klien merasa tidak diterima oleh keluarganya karena sakitnya,
klien malu dan merasa tidak berguna bagi keluarganya
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
4. KLien mengatakan didalam Keluarganya tidak ada yang mengalami
riwayat gangguan jiwa seperti klien
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
Klien mengatakan merasa malu tidak memiliki pekerjaan klien merasa di
kucilkan karena seorang pengangguran dan tidak berguna bagin
keluarganya dank lien merasa sedih karena diusianya umur 35 tahun
belum menikah dan tidak punya pacar hingga saat ini selalu ada dorongan
dari keluarga untuk segera menikah sehingga klien merasa tertekan
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital: TD:110/70 mmhg N: 76 x/menit S: 36,6 0C P:18 x/menit
2. Ukur : TB : 165 cm BB : 50 kg

3. Keluhan fisik :
Klien mengatakan lemas dan malas untuk melakukan sesuatu, klien tampak
lesu dan tidak bersemangat, klien tampak lusuh dan matanya kuning, pakaian
klien tampak kotor , rambut klien tampak acak-acakan, kulit klien kering dan
kusam,kuku klien panjang dan kotor,giginya terlihat kotor karena jarang sikat
gigi,penampilanya kurang rapi
Masalah keperawatan : intoleransi aktifitas ,defisit perawatan diri
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan
:paien laki-laki
:pasien permpuan
:paien laki-laki meninggal
:pasien permpuan meninggal
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
: Tinggal serumah

Klien anak ketiga dari 3 bersaudara, klien masih ikut dengan orang tuanya
karena belum menikah pada saat mendapat masalah klien hanya berdiam diri klien
tidak terbuka terhadap keluarga, klien hanya diam menyendiri klien merasa
dibeda-bedakan oleh keluarganya bila mengambil keputusan klien jarang diikut
sertakan oleh keluarganya
Masalah keperawatan :koping keluarga tidak efektif

2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan tidak suka dengan wajahnya klien merasa dirinya
tidak tampan sehingga tidak ada wanita yang mau denganya

Masalah keperawatan :gangguan gambaran diri


b. Identitas diri
Klien mengatakan belum menikah, klien tidak puas sebagai laki-laki
karena sampai sekarang belum menikah.
Maslah keperawatan : gangguan identitas diri
c. Peran
Klien mengatakan berperan sebagai anak yang belum bekerja pada usia
35 tahun klien merasa belum dapat membatu orang tuanya.

Masalah keperawatan :ketidak efektif peran


d. Ideal diri

Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin pulang, untuk


mencari pekerjaan sehingga tidak jadi pengangguran, klien berharap
keluarganya menerimanya dan berharap lingkungan sekitarnya
menerima keadaan klien sama seperti orang yang sehat
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa malu dan tidak berguna serta dikucilkan
dari keuarganya karena tidak memiliki pekerjaan (penggangguran) dan
merasa menjadi beban keluarga klien juga merasa malu diusia 35 tahun
belum menikah dan mempunyai anak dan klien merasa takut tidak
diterima dilingkungan rumahnya setelah pulang dari RS jiwa, klien
saat diajak ngobrol banyak menundukan kepala, kontak mata
kurang,klien tampak bicara lambat dengan nada suara lemah.

Masalah keperawatan : Harga diri rendah


3. Hubungan sosiald
Dari pengkajian yang didapatkan klien dekat dengan ibu kandungnya,
klien mengatakan bahwa dirinya kurang aktif dalam mengikuti kegiatan
dilingkunganya karna dirinya lebih sering ingin menyendiri dari pada
berinteraksi dengan orang lain.
Hambatan berhubungan dengan orang lain : klien mengatakan malas
ngobrol dengan orang lain, klien merasa lebih nyaman bila sendiri klien
tampak sedikit bicara sering membatasi pembicaraan saat berbincang-
bincang dan lebih sering duduk menyendiri, melamun, dan melakukan
aktivitas seperlunya saja.
Masalah keperawatan : isolasi social
4. Spiritual
Dari hasil pengkajian klien mengatakan dirinya beragama islam , klien
mengatakan gangguan jiwa yang dialaminya merupakan cobaan diri tuhan
dan dalam masyarakat gangguan jiwa merupakan penyakit yang
memalukan, klien mengatakan ketika dirumah rajin sholat namun saat
dirawat di RS tidak pernah sholat karna malas.
Masalah keperawatan : distress spiritual

F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Saat dikaji penapilan klien tidak rapi, rambut aca-acakan baju
kumal lusuh, gigi kuning karena tidak pernah sikat gigi dan kuku
klien panjang dan kotor, kulit klien kotor kering dan bersisik serta
bulu kumis panjang, cara pakaian klien sesuai
Masalah keperawatan : deficit perawatan diri
2. Pembicaraan
Saat dikaji klien lebih banyak diam klien tidak mampu memulai
pembicaraan, dan klien menjawab pertanyaan sperlunya saja dan
klien juga sering membatasi pembicaraan dan merasa terganggu
saat diajak bercakap-cakapklien lebih senang berdiam diri.
Masalah keperawatan : isolasi social, kerusakan komunikasi
verbal
3. Aktivitas motorik
Klien lesu, tidak bersemangat, pada saat diajak bicara klien
berbicara seperlunya saja klien hanya duduk saja dan melakukan
aktifitas seperlunya saja
Masalah keperawatan: intoleransi aktifitas
4. Alam perasaan
Klien mengatakan ia putus asa karena ia takut tidak bisa membantu
keluarganya kareana ia sudah tidak bekerja lagi dan pernah masuk
RS jiwa selain itu menganggap dirinya tidak baik karean dulu,
klien pernah meresahkan tetangganya yaitu melempari kaca
tetangga dengan batu dan dianggap buruk oleh lingkunganya
Masalah keperawatan : Harga diri Rendah
5. Afek
Datar, karena selama interaksi klien banyak diam, menjawab
pertanyaan seperlunya terkadang klien memutus pembicaraan dan
klien langsung pergi menyendiri
Masalah keperawatan : isolasi sosial
6. Interaksi selama wawancara
Tidak kooperatif, klien susah sekali diajak komunikasi,klien hanya
menjawab seperlunya saja bahkan kadang tidak menjawab sama
sekali dan hanya menundukan kepalanya
Maslaha keperawatan : Isolasi Sosial
7. Persepsi
klien mengatakan terkadang mendengar suara-suara yang
menyuruhnya untuk melawan kakaknya, terkadang juga menyuruh
dirinya untuk melakukan hal yang diluar kemauan dia. Namun saat
ini sudah jarang sekali.
Masalah keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
pendengaran

8. Proses pikir
Sircumstansial : pada saat berbicara dengan klien, klien tampak
berbicara berbelit-belit namun sampai tujuan pembicaraan yang
akan di bicarakan, klien tampak seketika berpindah-pindah topic
dari yang ditanyakan perawat pada saat diajak berkomunikasi
namun pada akhirnya sampai tujuan
Masalah keperwatan : gangguan proses pikir
9. Isi pikir
Pada saat diwawancara tidak ada perubahan isi pikiran dan tidak
ada tanda-tanda waham pada klien contohnya keyakinan klien yang
berlebihan terhadap sesuatu agama, kemampuan yang dimiliki, dan
kecurigaan terhadap sesuatu.
10. Tingkat kesadaran
Klien tampak bingung dan sering lupa terhadap tempat waktu
orang. Saat ditanya hari ini hari apa klien menjawab tidak tahu
MK: Gangguan proses pikir
11. Memori
Klien tidak mengingat bahwa dirinya pernah dirawat di RS jiwa,
padahal sudah pernah dirawat di RS jiwa, klien tidak mampu
menceritakan mengapa bisa masuk ke RS jiwa.
Masalah keperawatan : Gangguan proses pikir
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien tidak dapat konsentrasi dengan baik, karena pada saat
ditanya harus berulang-ulang, dan sulit untuk menjawab, klien
tidak mampu menjawab perhitungan yang ditanyakan oleh perawat
Masalah keperawata : Gangguan proses pikir
13. Kemampuan penilaian
Klien tidak mampu melakukan pilihan yang sederhana seperti
mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi.
Masalah keperawatan : kerusakan penilaian
14. Daya tilik diri
Klien mengatakan tidak sakit dan sehat sehat saja.
MK: Gangguan proses pikir

G. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan dan minum
Klien Makan 3x sehari, waktu pagi, siang dan sore. Klien makan
selalu dihabiskan karena klien menyukai semua jenis makanan
klien makan dan minum sendiri tanpa bantuan perawat.
2. BAK/BAB
Klien mengatakan bila ingin BAK/BAB klien pergi ke kamar
mandi dan setelah itu dibersihkan dan disiram.
Masalah keperawatan :-
3. Mandi
Klien mengatakan mandi 2 x sehari namun tidak menggunakan
sabun dan sampo serta menggosok gigi, kulit klien tampak kusam
dan kering. Gigi klien terlihat kuning, dan kuku klien panjang dan
kotor.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
4. Berpakaian
Klien dapat memakai pakaian sendiri tanpa bantuan perawat atau
orang lain, klien mengatakan ganti pakain 1x, ganti pakaian pada
pagi hari, klien dapat memakai pakaian dengan benar tidak tebalik.
Masalah keperawatan :-
5. Istirahat tidur
Klien mengatakan tidur siang jam 14.00- 15.00 wib dan tidur
malam tidur jam 20.00 wib 05.00 wib, klien mengatakan kegiatan
sebelum tidur melamun dan sesudah tidur berdiam diri dikamar
tidur dan akan pergi dari tempat tidur ketika, makan pagi dan saat
akan mandi
Masalah keperawatan : -
6. Penggunaan obat
Klien mengatakan minum obat 2x sehari pagi dan sore hari, klien
minum obat dengan menggunakan air putih, dank lien belum bisa
mengatur jadwal minum obat sendiri. Namun, pada saat ini klien
minum obat teratur dibantu oleh perawat.
Resperidone 2x 2mg
Triheksipinidil 2x1 2mg
CPZ 0-0. 50 mg
Masalah keperawatan :-
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien menjawab Ya saat ditanya minum obat dan obatnya diberi
oleh perawat. Klien mengatakan akan tetap melakuakan perawatan
lanjut untuk rutin melakukan pemeriksaan ke RSJ ketika pulang.
Masalah keperawatan :-
8. Kegiatan dalam rumah
Klien belum mampu mepersiapkan makan sendiri, klien belum
mampu menjaga kerapihan rumah. Kliem belum mampu mencuci
pakaian sendiri dan belum mampu mengatur keuangan sendiri
Masalah keperawatan : Harga diri Rendah
9. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan Tidak ada kegiatan diluar rumah, dulu pernah
bekerja sekarang tidak sehingga pengangguran dan sekarang klien
mengalami gangguan jiwa.
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
H. Mekanism Koping
Klien mengatakan saat merasa kesal, klien berdiam diri dikamar dan
klien melampiaskannya dengan marah-marah klien mengatakan
dengan menyendiri perasaaan menjadi lebih tenang, selama dirawat di
RSJ klien sering menyendiri dan jarang mengobrol dengan perawat
maupun pasien lain,Saat ditanya apa yang klien lakukan bila
menghadapi masalah, klien mengatakan hanya diam, dipikirkan
sendiri.
Masalah keperawatan : koping individu tidak efektif

I. Masalah psiko social dan lingkungan


1. Masalah berkaitan dengan lingkungan kelompok
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan kelompok namun
klien tidak berbaur dengan kelompok, karena klien merasa malu
karena sakit yang dialaminya.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan fisik
Klien mampu memulai pembicaraan, sering melamun, dan
menyendiri.
3. Masalah berhubungan dengan pendidikan
Klien mengatakan lulusan SMA ( Sekolah Menengah Atas)
4. Masalah berhubungan dengan pekerjaan
Klien sebelumnya pernah bekerja sebagai kernet angkot setelah
yang punya mobil menjual mobilnya klien menjadi pengangguran
sampai saat ini
5. Masalah behubungan dengan perumahan
Klien mengatakan belum dapat merawat kondisi rumahnya dan
saat dirumah klien banyak berdiam diri
6. Masalah behubungan dengan Ekonomi
Klien mengatakan merasa malu dan tidak berguna karena tidak
dapat membantu perekonomian keluarganya
7. Masalah behubungan dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan tidak senang dirawat RS jiwa karena merasa
malu karena mengami gangguan jiwa.
Penjelasan: klien mengatakan memiliki masalah dengan
lingkungannya kareana jarang ngobrol dengan orang lain, dank lien
sering menyendiri
Masalah keperawatan : isolasi social
J. Pengetahuan
Klien mengatakan kurang mengerti tentang kondisi penyakitnya
sekarang, klien tidak mengerti fungsi dari minum obat, efek dari obat.
Klien pun belum mengerti tentang dampak jika tidak meminum obat.
Masalah keperawatan: kurang pengetahuan
K. Aspek medic
Diagnosa medic : Skizofrenia Paranoid
Terapy medic : Resperidone 2x 2mg
Triheksipinidil 2x1 2mg
CPZ 0-0. 50 mg

Analisa Data

No DATA Masalah Keperawatan


1 DS:
Klien mengatakan merasa malu dan tidak
berguna serta dikucilkan dari keuarganya
karena tidak memiliki pekerjaan
(penggangguran)
Harga Diri Rendah
Klien mengatakan merasa menjadi beban
keluarga
Klien mengatakan merasa malu diusia 35 tahun
belum menikah dan mempunyai anak
Klien mengatakan merasa takut tidak diterima
dilingkungan rumahnya setelah pulang dari RS
jiwa,
DO:
klien saat diajak ngobrol banyak menundukan
kepala
kontak mata kurang
klien tampak bicara lambat dengan nada suara
lemah
DS:
klien mengatakan malas ngobrol dengan orang
lain,
klien mengatakan merasa lebih nyaman bila
sendiri Isolasi Social
DS:
klien tampak sedikit bicara sering membatasi
pembicaraan saat berbincang-bincang
Klien tampak lebih sering duduk menyendiri,
melamun, dan melakukan aktivitas seperlunya
saja.
DS:
Klien mengatakan mandi 2 x sehari namun
tidak menggunakan sabun dan sampo serta
Devisit Perawatan Diri
menggosok gigi
DO:
Klien tampak rambutnya aca-acakan
Baju kumal lusuh,
Gigi kuning karena tidak pernah sikat gigi
kuku klien panjang,
kulit klien kotor kering dan bersisik serta bulu
kumis panjang
DS:
klien mengatakan terkadang mendengar suara- GSP :Halusinsasi
suara yang menyuruhnya untuk melawan Pendengaran
kakaknya, terkadang juga menyuruh dirinya
untuk melakukan hal yang diluar kemauan dia.
Namun saat ini sudah jarang sekali.
DO:
DS:-
DO:
Gangguan Proses Pikir
Sircumstansial : pada saat berbicara dengan
klien, klien tampak berbicara berbelit-belit
namun sampai tujuan pembicaraan yang akan di
bicarakan,
klien tampak seketika berpindah-pindah topic
dari yang ditanyakan perawat pada saat diajak
berkomunikasi namun pada akhirnya sampai
tujuan
Klien tampak bingung dan sering lupa terhadap
tempat waktu orang. Saat ditanya hari ini hari
apa klien menjawab tidak tahu

Klien mengatakan lebih sering menyendiri, Koping Individu Tidak


Efektif
klien jarang menceritakan masalahnya kepada
orang lain,
klien mengatakan dengan menyendiri perasaan
menjadi lebih tenang, selama dirawat di rsj
klien sering menyendiri dan jarang mengobrol
dengan perawat maupun pasien lain,Saat
ditanya apa yang klien lakukan bila
menghadapi masalah, klien mengatakan hanya
diam, dipikirkan sendiri.

DS:
Koping keluarga tidak
Klien mengatakan anak ketiga dari 3
efektif
bersaudara, dirinya masih ikut
dengan orang tuanya karena belum
menikah
Klien mengatakan pada saat
mendapat masalah klien hanya
berdiam diri klien tidak terbuka
terhadap keluarga, klien hanya diam
menyendiri
Klien mengatakan merasa dibeda-
bedakan oleh keluarganya bila
mengambil keputusan klien jarang
diikut sertakan oleh keluarganya
DS:-
DS: Kurang pengetahuan
Klien mengatakan kurang mengerti tentang
kondisi penyakitnya sekarang,
Klien mengatakan tidak mengerti fungsi dari
minum obat, efek dari obat. Klien pun belum
mengerti tentang dampak jika tidak meminum
obat.
DO:
DS: Kerusakan penilaian
Klien tidak mampu melakukan pilihan
yang sederhana seperti mandi dulu
sebelum makan atau makan dulu
sebelum mandi
DO:
DS:
Gangguan gambaran diri
Klien mengatakan tidak suka dengan wajahnya
klien merasa dirinya tidak tampan sehingga
tidak ada wanita yang mau denganya
DO:
DS:
gangguan identitas diri
Klien mengatakan belum menikah, klien tidak
puas sebagai laki-laki karena sampai sekarang
belum menikah.
DO:
DS:
Ketidak efektifan peran
Klien mengatakan berperan sebagai anak yang
belum bekerja pada usia 35 tahun
Klien mengatakan merasa belum dapat
membatu orang tuanya.
DO:-
DAFTAR MASALAH
1. HARGA DIRI RENDAH
2. ISOLASI SOSIAL
3. DEFISIT PERAWATANG DIRI
4. GSP HALUSINASI PENDENGARAN
5. RESIKO PRILAKU KEKERASAN
6. GANGGUAN PROSES PIKIR
7. GANGGUAN POLA TIDUR
8. KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF
9. KOPING KELUARGA TIDAK EFEKTIF
10. KERUSAKAN PENILAIAN
11. \KERUSAKAN MEMORI
12. GANGGUAN GAMBARAN DIRI
13. GANGGUAN IDENTITAS DIRI
14. KETIDAKEFEKTIFAN PERAN
POHON MASALAH

GSP: halusinasi pendengaran

Isolasi sosial Deficit perawatan diri

Ketidak efektifan peran


Harga diri rendah

Gangguan identitas diri Koping indifidu tidak efektif

Gangguan gambaran diri


Koping keluarga tidak efektif

PERTEMUAN PASIEN KELUARGA


SP 1 - identifikasi kemampuan - diskusikan masalah yang
melakukan kegiatan dan dirasakan dalam
bantu aspek positif merawat pasien
pasien( buat daftar - jelaskan pengertian ,
kegiatan) tanda gejala, dan proses
- bantu pasien menilai terjadinya harga diri
kegiatan yang dapat di rendah ( gunakan
lakukan saat ini( pilih booklet)
dari daftar kegiatan); buat - jelaskan cara merawat
daftar kegiatan yang harga diri rendah
dapat dilakukan saat ini terutama memberikan
- bantu pasien memilih pujian semua hal positif
kegiatan yang dapat di pada pasien
latih saat ini - latih keluarga memberi
- latih kegiatan yang di tenggung jawab kegiatan
pilih( alat dan cara pertama yang dilatih
melakukan nya) pasien; bimbing dan beri
- masukan pada jadwal pujian
kegiatan untuk latihan 2 - anjurkan membantu
kali perhari pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian
- evaluasi kegiatan pertama
yang telah dilatih dan - evaluasi kegiatan
SP 2. berikan pujian keluarga dalam
- bantu pasien memilih membimbing pasien
kegiatan kedua yang akan melaksanakan kegiatan
dilatih pertama yang dipilih dan
- latih kegiatan kedua latih pasien. Beri pujian
( cara san alat) - bersama keluarga
- masukan dalam jadwal melatih pasien dalam
kegiatan untuk latihan 2 melakukan kegiatan
kegiatan masing-masing kedua yang di pilih
2kali sehari pasien
- anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian

- evaluasi kegiatan pertama


dan kedua yang telah - evaluasi kegiatan
dilatih dan berikan pujian keluarga dalam
SP 3. - bantu pasien memilih membimbing pasien
kegiatan ketiga yang akan melaksanakan kegiatan
di latih pertama dan kedua yang
- latih kegiatan ketiga(cara dipilih dan dilatih
dan alat) pasien. Beri pujian
- masukan pada jadwal - bersama keluarga
kegiatan untuk latihan 3 melatih pasien dalam
kegiatan masing-masing melakukan kegiatan
2x/hari ketiga yang di pilih
pasien
- anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal dan
beri pujian

- evaluasi kegiatan
pertama, kedua dan - evaluasi kegiatan
ketiga yang telah dilatih keluarga dalam
dan beri pujian membimbing pasien
SP 4. - bantu pasien memilih melaksanakan kegiatan
kegiatan keempat yang pertama, kedua dan
akan dilatih ketiga yang dipilih dan
- latih kegiatan keempat dilatih pasien. Beri
(cara dan alat) pujian
- masukan pada jadwal - bersama keluarga
kegiatan harian 4 melatih pasien dalam
kegiatan masing-masing melakukan kegiatan
2x/hari keempat yang di pilih
pasien
- jelaskan follow up ke
RSJ/PKM tanda
kambuh, rujukan
- anjurkan membantu
pasien sesuai jadawal
dan beri pujian

- evaluasi kegiatan latihan


dan memberi pujian - evaluasi kegiatan
- latih kegiatan di keluarga dalam
lanjutkan sampai tak membimbing pasien
terhingga melaksanakan kegiatan
- nilai kemampuan yang yang dipilih dan dilatih
telah mandiri pasien. Beri pujian
SP 5. - nilai apakah harga diri - nilai kemampuan
pasien menigkat keluarga membimbing
pasien
- nilai kemampuan
keluarga melakukan
kontrol ke RSJ/PKM
CATATAN PERKEMBANGAN

IMPLEMENTASI EVALUASI
Hari / tgl : Senin, 4 April 2016 S:
Pukul : 13.30 Klien mengatakan dirinya merasa
Data: malu tidak mempunyai pekeraan

Diagnosa Keperawatan:- (pengangguran) dan diusia 35 tahun


belum menikah
Tindakan keperawatan: Klien mengatakan tidak berguna
Pukul 08.00 WIB
bagi keluarganya
Mengidentifikasi kemampuan melakukan
kegiatan dan bantu aspek positif klien Klien mengatakan malas ngobrol
Pukul 10.00 WIB dengan orang lain
Mengidentifikasi penyebab isolasi social Klien mengatakan mandi 2 X sehari
dan latihan cara berkenalan namun tidak memakai sabun dan
Pukul 12.00 WIB shampoo, dan menggosok gigi ,serta
Mengidentifikasi kemampuan kebersihan klien tampak tidak rapi
diri mandi ,berdandan,makan dan BAB O:
atau BAK Klien terlihat murung dan tidak
RTL bersemangat
Latih kegiatan kedua (alat dan Klien tampak sering
caranya) menundukan kepala
latihan cara bicara saat melakukan Klien belum mampu berkenalan
kegiatan harian (latih 2 kegiatan) dengan orang sekitarnya
latihan cara merawat diri dengan Klien tampak sering melamun,
berdandan menyendiridan membatasi
pembicaraan saat
diajaknberbincang- bincang
Klien belum mampu melakukan
kebersihan dengan benar
A:
Harga diri Rendah (+)
Isolasi sosial (+)
Defisit perawatan diri (+)
P:
Menceritakan kembali jika ada
masalah kepada perawat

CATATAN PERKEMBANGAN

IMPLEMENTASI EVALUASI
Hari / tgl : Selasa, 5 April 2016
Pukul : 13.30
Data: S:
Klien mengatakan dirinya merasa malu tidak Klien mengatakan malu saat
mempunyai pekeraan (pengangguran) dan diusia diajak bicara dengan perawat.
Klien merasa senang telah latihan
35 tahun belum menikah
cara bicara saat melakukan
Klien mengatakan tidak berguna bagi kegiatan
keluarganya Klien mengatakan lebih segar
setelah mandi dan dandan
Klien mengatakan malas ngobrol dengan orang
Klien mengatakan sudah dapat
lain
berdandan tapi kadang kurang
Klien mengatakan mandi 2 X sehari namun tidak
rapi berpakaiannya
memakai sabun dan shampoo, dan menggosok
O:
gigi ,serta klien tampak tidak rapi
Klien mampu melakukan
Diagnosa Keperawatan
kegiatan yang klien bisa
Harga diri Rendah
Klien mampu latihan cara bicara
Isolasi sosial
saat melakukan kegiatan harian
Defisit perawatan diri
Klien mampu merawat diri
Tindakan keperawatan:
dengan berdandan
Pukul 08.00 WIB
Mengajarkan klien latihan kegiatan kedua (alat A:
dan caranya) Harga diri Rendah (+)
Pukul 10.00 WIB
Isolasi sosial (+)
Mengajarkan klien untuk latihan cara bicara saat
Defisit perawatan diri (+)
melakukan kegiatan harian (latih 2 kegiatan)
Pukul 12.00 WIB
P:
Mengajarkan klien untuk merawat diri dengan
Latihan dengan kegiatan yang
berdandan
klien bisa 2x sehari
RTL
Bicara saat melakukan 2
Latih kegiatan ketiga (alat dan caranya)
kegiatan, 2 X sehari
Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan
Berdandan 2 X sehari
harian (2 kegiatan baru)
Latih cara makan dan minum dengan baik

CATATAN PERKEMBANGAN

IMPLEMENTASI EVALUASI
Hari / tgl : Rabu,6 April 2016
Pukul : 13.30

Data: S:
Klien mengatakan malu saat diajak bicara Klien mengatakan tidak berani
dengan perawat ngobrol dengan temanya
Klien mengatakan sudah mulai Klien mengatakan senang telah
menggunakan cara bicara yang baik saat mampu melakukan dua kegiatan
melakukan kegiatan baru lagi
Klien mengatakan sudah dapat berdandan Klien mengatakan sudah mulai
tapi kadang kurang rapi berpakaiannya berbicara dengan baik saat
melakukan dua kegiatan
Diagnosa Keperawatan Klien mulai melakukan kegiatan
Harga Diri Rendah makan dan minum dengan baik
Isolasi sosial
Defisit perawatan diri O:
Klien mampu melakukan
Tindakan keperawatan: kegiatan yang dilatih
Pukul 08.00 WIB Klien mampu latihan cara bicara
Mengajarkan klien Latihan kegiatan saat melakukan kegiatan harian
ketiga (alat dan caranya) Klien mampu merawat diri
Pukul 10.00 WIB dengan berdandan
Mengajarkan klien untuk latihan cara
bicara yang baik saat melakukan 2 A:
kegiatan baru Harga Diri Rendah (+)
Pukul 12.00 WIB Isolasi sosial (+)
Mengajarkan klien untuk makan dan Defisit perawatan diri (+)
minum yang benar dan baik
P:
RTL Latihan dengan kegiatan yang
Latih kegiatan ke empat alat dan cara klien bisa 3x sehari
Latih klien cara bicara sosial: meminta Berbicara dengan melakukan 2
sesuatu dan menjawab pertanyaan kegiatan baru 2 X 1
Latih cara BAB dan BAK yang baik Klien makan 3 X 1

DOKUMENTASI KEPERAWATAN

IMPLEMENTASI EVALUASI
Hari / tgl : Kamis, 7 April 2016
Pukul : 19.30

Data: S:
Klien mengatakan tidak berani ngobrol Klien mengatakan senang dapat
dengan temanya melakukan kegiatan harian yang
Klien mengatakan sudah mulai berbicara diajarkan
dengan baik saat melakukan dua kegiatan Klien merasa senang karena sikap
Klien mengatakan dapat melakukan menyendirinya sedikit berkurang
makan dan minum dengan baik tetapi Klien mengatakan sudah tidak
belum teratur kesepian lagi karena sudah mulai
banyak teman yang diajak ngobrol
Diagnosa Keperawatan Klien merasa nyaman setelah
Harga Diri Rendah melakukan BAB dan BAK dengan
Isolasi sosial baik
Defisit perawatan diri Klien merasa nyaman karena klien
sudah dapat merawat diri dengan
Tindakan keperawatan: baik dan benar. Klien tampak rapi
Pukul 14.00 WIB
Mengajarkan klien untuk Latihan O:
kegiatan ke empat alat dan cara Klien mampu melakukan kegiatan
Pukul 16.00 WIB ke empat
Mengajarkan klien untuk latihan cara Klien mampu bicara sosial
bicara sosial: meminta sesuatu dan Klien mampu BAB dan BAK
menjawab pertanyaan dengan baik
Pukul 18.00 WIB
Mengajarkan klien cara BAB dan BAK A:
yang baik Harga Diri Rendah (+)
RTL Isolasi sosial (+)
Evaluasi kegiatan latihan yang telah Defisit perawatan diri (+)
dilatih
Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, P:
berbicara saat melakukan kegiatan harian Melakukan 2 kegiatan 2 X 1
dan sosialisasi Bicara sosial 2 X 1
Evaluasi kegiatan latihan perawatan diri, BAB dan BAK 2 X 1
kebersihan diri, berdandan, makan dan
minum, BAB dan BAK

DOKUMENTASI KEPERAWATAN

IMPLEMENTASI EVALUASI
Hari / tgl : Jumat, 8 April 2016 S:
Pukul : 19.30 Klien mengatakan merasa
senang dapat melakukan
Data: kegiatan harian
Klien mengatakan senang dapat Klien mengatakan rasa ingin
melakukan kegiatan harian yang diajarkan menyendirinya mulai hilang,
Klien mengatakan sudah tidak kesepian klien mulai mengobrol
lagi karena sudah mulai banyak teman Klien mengatakan sudah dapat
yang diajak ngobrol melakukan perawatan terhadap
Klien merasa nyaman karena klien sudah dirinya sendiri
dapat merawat diri dengan baik dan benar. O:
Klien tampak rapi Klien mampu mengontrol harga
diri rendah dengan latihan
Diagnosa Keperawatan kegiatahn harian
Harga Diri Rendah Klien mampu mengontrol
Isolasi sosial masalah isolasi sosial dengan
Defisit perawatan diri melakukan semua kegiatan yang
telah diajarkan (berkenalan,
Tindakan keperawatan: latihan cara bicara yang baik,
Pukul 14.00 WIB bicara sosial)
Mengevaluasi kegiatan latihan yang telah Klien mampu melakukan
di latih perawatan diri; mandi,
Pukul 16.00 WIB berdandan, makan dan minum,
Mengevaluasi kegiatan latihan BAB dan BAK
berkenalan, berbicara saat melakukan A:
kegiatan harian dan sosialisasi Harga Diri Rendah (+)
Pukul 18.00 WIB Isolasi sosial (+)
Mengevaluasi kegiatan latihan perawatan Defisit perawatan diri (+)
diri, kebersihan diri, berdandan, makan P:
dan minum, BAB dan BAK Kegiatan mengontrol Harga Diri
RTL Rendah dengan kegiatan harian
Tingkatkan latihan kegiatan harian 3X1
Tingkatkan latihan kegiatan harian Kegiatan mengontrol ISOS
Tingkatkan latihan kegiatan harian dengan beberapa cara 2 X 1
Kegiatan mengontrol DPD
dengan beberapa cara 2 X 1
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Depkes,(2008), kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan jiwa,


Departemen Kesehatan RI ,Jakarta
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan laporan pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi program S-1 Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Gail W. Stuart. . (. 9th ed). (2008) Principles and Practice of Psychiatric Nursing :
St. Louis, MO
Hawari,D, 2007, Standar Aauhan Keperawatan : Spesialis Keperawatan Jiwa ,
Workshops ke-7, Fakultas Ilmu Keperawatan , Universitas Indonesia
,Jakarta
Keliat. B. A. 2011. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Stuart, Gail W. ( 2006 ). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5) . Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
NANDA.2011Internasional. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2009- 2011. Jakarta : EGC
Notoatmodjo ,s. (2010) Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
:Jakarta Rineka Cipta
Gail W. Stuart. . (. 10th ed). (2013) Principles and Practice of Psychiatric Nursing
Elsevier: St. Louis, MO
Maramis, W.F. Maramis, A.A. (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya.
Airlangga University Press.
Potter & Perry (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses &
Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC
Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta :
EGC.
Townsend ,M.C.(2009). Psychiatric Mental Health Nursing Concept Of Care in
Evidence-Based Practice. 6th ed. Philadelphia:F.A. Davis Compan

You might also like