You are on page 1of 16

LAPORAN BAGIAN BEDAH DAN RADIOLOGI

CYSTOTOMY PADA ANJING RAS CORGI

Oleh :
Devi Anianti, SKH
B94154112

Dibawah Bimbingan :
Prof Drh Deni Noviana PhD

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cystotomy merupakan suatu tindak pembedahan atau operasi yang membuka


kantung kencing (vesica urinaria) dan kemudian menutupnya lagi seperti semula.
Cystotomy penting dipelajari karena merupakan terapi akhir pada penanganan
gangguan yang ada di vesica urinaria. Cystotomy dilakukan terutama untuk
mengeluarkan kalkuli yang ada pada kantong kemih dan uretra, tumor kantong kemih,
trauma akibat kecelakaan atau tertusuk oleh benda runcing, tujuan biopsi,
memperbaiki ureter ektopik atau kantong kemih pecah, dan membantu dalam
diagnosis untuk mengobati infeksi saluran kencing. Sebelum dilakukan pembedahan
pada sistem perkencingan, perlu dilakukan evaluasi status pasien seperti keadaan
cairan tubuh pasien. Evaluasi yang bisa dilakukan adalah urinalisis evaluasi fungsi
ginjal, dan hemogram (gambaran darah).
Cystotomy adalah salah satu prosedur bedah yang paling umum dilakukan pada
anjing. Kadang-kadang, pada anjing terbentuk kristal abnormal dalam urin yang
menyebabkan infeksi sekunder untuk penyakit sistemik, infeksi kantong kemih, atau
ketidakseimbangan gizi. Kristal-kristal dapat tumbuh menjadi batu padat yang dapat
menyebabkan iritasi kantong kemih atau infeksi. Selain itu, batu bisa masuk dalam
uretra dan mengganggu proses perkencingan pada hewan. Keberadaan batu dapat
menyebabkan hewan melakukan buang air kecil dalam volume kecil namun sering,
menyebabkan kencing darah kebiruan, atau tidak mampu buang air kecil. ureter
ektopik juga diobati melalui suatu cystotomy.

Tujuan

Tujuan cystotomy adalah untuk mengambil batu urolith pada vesica urinaria.
Selain itu, operasi cystotomy bermanfaat untuk pembelajaran bagi mahasiswa
Program Pendidikan Dokter Hewan (PPDH FKH IPB) agar dapat melakukan prosedur
operasi dengan baik dan benar serta belajar melakukan perawatan pasca operasi pada
pasien.

MATERI DAN METODA

Materi

Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada operasi pengangkatan tumor yaitu thermometer,
stetoskop, timbangan, alat pencukur rambut (clipper dan silet), syringe, baju bedah
(sterile gown), sarung tangan latex (gloves), lap handuk tangan (sterile towel), sikat
(conventional nail brush), penutup kepala (cap), masker (mask), duk, peralatan bedah
minor seperti: towel clamp (towel clips), scalpel, blade, pinset anatomis (scrrated jaws
forceps), pinset sirorgis (toothed forceps), gunting metzenbaum, gunting runcing-
runcing (scissors both point sharp), gunting runcing-tumpul (scissors one sharp and
one blunt), gunting tumpul-tumpul (scissors both point blunt), tang arteri anatomis lurus
3

(Spencer Wells artery forceps), tang arteri anatomis bengkok (Dunhill artery forceps),
tang arteri sirorgis bengkok (Kochers artery forceps), dan needle holder serta cauter.
Peralatan operasi lainnya yang dibutuhkan yaitu kateter, jarum jahit segitiga
(cutting needles), jarum jahit bulat (round budied needles), benang jahit chromic catgut
3/0, benang jahit silk 3/0, tampon, perban, kapas kering (Hickman et al. 1995). Bahan-
bahan yang digunakan yaitu iodium tincture 3%, alkohol 70%, atropine sulfat 0.25
mg/ml, ketamine 10%, diazepam 10%, penicilin 50.000 IU/ml.

Preoperatif

Persiapan Ruang Operasi


Ruangan operasi dibersihkan dan didesinfeksi menggunakan KMnO4 5% cair
yang dicampur dengan formalin 10% dengan perbandingan 1:2. Meja operasi
dibersihkan dengan menggunakan desinfektan berupa alkohol 70%. Kemudian setelah
steril dapat dilakukan prosedur operasi.

Persiapan Peralatan Operasi


Peralatan bedah minor yang terdiri dari towel clamp (4 buah), gagang scalpel (1
buah) pinset anatomis (2 buah), pinset sirorgis (2 buah), gunting runcing-runcing (1
buah), gunting runcing-tumpul (1 buah), gunting tumpul-tumpul (1 buah), tang arteri
anatomis lurus (2 buah), tang arteri anatomis bengkok (2 buah), tang arteri sirorgis
lurus (2 buah), tang arteri sirurgis bengkok (2 buah), needle holder (1 buah).
Alat-alat tersebut dicuci bersih terlebih dahulu, kemudian dikeringkan, dan ditata
di dalam wadah. Alat-alat tersebut dibungkus dengan 2 lapis kain. Kain lapis pertama
dibentangkan dan wadah diposisikan di tengah kain dengan posisi sejajar. Sisi kain
terdekat dengan tubuh dilipat hingga menutupi wadah dan ujung lainnya yang
berseberangan dilipat mendekati tubuh, kemudian sisi kanan dilipat dengan sisi kiri.
Kain lapis kedua dibentangkan dan wadah yang terbungkus kain pertama diletakkan di
tengah kain kedua dengan posisi diagonal. Ujung kain yang dekat dengan tubuh dilipat
hingga menutupi wadah, sisi kanan dilipat dan dilanjutkan dengan sisi kiri. Ujung yang
jauh dari tubuh dilipat mendekati tubuh dan diselipkan di penutup wadah. Peralatan
yang sudah terbungkus kemudian dimasukkan di sterilisasi dengan suhu 100C
selama 60 menit.

Persiapan obat-obatan
Obat-obat yang akan digunakan yaitu alkohol 70%, iodium tincture 3%, atropin
sulfat, xylazine HCl 2%, ketamine HCl 10%, lidokain HCl 2%, penicillin, gentamisin,
dexametason, cefadroxil, Gentamisin 0.1 %, dan amoxicillin. Jenis obat-obatan,
kegunaan, penghitungan dosis pemberian dan rute aplikasi terdapat pada Tabel 1.
4

Tabel 1 Obat-obatan yang digunakan pada pre operasi, operasi dan post operasi

Tujuan/ Dosis
Bahan
Kegunaan (Rute Pemberian)

Pre anestesi Atropine sulfat 0.025mg /kg 13 kg


0.25 mg/ml = 1.3 ml

(subcutan)

Sedativa Diazepam 0,05% 0, 4 mg/ kg 13 kg


5 mg/ml = 1.04 ml

(intramuscular)

Anestesi General Ketamine sulfat 10% 10 mg/kg 13 kg


100 mg/ml = 1.3 ml

(intramuscular)

Anastesi Lokal Lidokain HCl 2% 4.4 mg/kg 3.4 kg


20 mg/ml = 0.748 ml

(subkutan)

Antibiotika Penicillin 50.000 IU/ ml (topikal)

Oxytetracyclin 14 mg/kg 3.4 kg


50 mg/ml = 0.952 ml

(intramuscular)

Amoxicillin 20 mg/kg 13 kg
25 mg/ml = 10.4

ml (peroral)

Antiseptik Iodium Tincture Topikal

Alkohol Topikal

Persiapan Perlengkapan Operator dan Asisten Operator


Perlengkapan bedah operator dan asisten 1 dibungkus kain pembungkus yang
disusun berurutan dimulai dari sarung tangan latex, pakaian bedah, lap handuk tangan,
sikat, masker, dan tutup kepala. Kemudian dimasukkan ke dalam oven sterilisasi pada
suhu 60C selama 30 menit. Begitupula duk yang disterilisasi dengan dimasukkan ke
dalam oven sterilisasi. Setelah peralatan disterilisasi, maka peralatan dapat digunakan.

Tim Bedah
Operator : Pelaksana operasi secara langsung dan harus berada dalam
keadaan steril (Devi Anianti)
Asisten 1 : Asisten yang langsung membantu operator harus dalam keadaan
steril (David Alfian)
5

Asisten 2 : Asisten yang menangani anestetikum baik induksi maupun


maintenance (Ghina Indriani)
Asisten 3 : Asisten yang memonitoring temperatur, frekuensi pulsus serta
frekuensi nafas selama operasi berlangsung dan membantu dalam
mendokumentasikan (Nelda Fiza Zora)

Tahapan yang dilakukan selama preaparasi tim bedah steril adalah kuku
dipotong, jam tangan, cincin, dan aksesoris dilepas. Tangan dicuci dari ujung jari
hingga siku dengan sabun, disikat dari ujung jari hingga lengan dan dibilas di air
mengalir sebanyak 1015 kali. Tangan dikeringkan, didisenfeksi, tutup kepala, masker,
baju operasi dan sarung tangan dipakai secara berurutan

Persiapan Hewan

Pemeriksaan Fisik

Anamnesa
Kulit pada daerah sekitar mata mengalami luka terbuka berbentuk granulasi dan
bernanah sejak 1 bulan yang lalu. Hewan telah diberi terapi salep kulit, tapi luka pada
kulit tidak kunjung kering.

Signalement
Nama : Baramahesa
Jenis hewan : Kucing
Ras/breed : Domestik
Warna rambut : Coklat putih
Jenis Kelamin : Jantan
Umur : > 6 tahun
Berat badan : 3.4 kg
Tanda khusus : Ekor pendek

Status Present
Perawatan : Sedang
Habitus : Tulang punggung lurus
Gizi : Sedang
Pertumbuhan badan : Sedang
Sikap berdiri : Menumpu pada empat kaki
Suhu tubuh : 38,7C
Frekuensi nadi : 128x /menit
Frekuensi nafas : 24x /menit

Kepala dan Leher


Inspeksi
Ekspresi wajah : Waspada
Pertulangan kepala : Tegas
Posisi tegak telinga : Berdiri, tegak keduanya
Posisi kepala : Tegak, lebih tinggi dari tulang punggung

Palpasi
Mata dan orbita kiri
6

Palpebrae : dapat menutup dan membuka sempurna


Cillia : mengarah keluar dengan sempurna
Konjungtiva : Rose pucat, basah, licin
Membrana nictitans : tersembunyi

Mata dan orbita kanan


Palpebrae : Palpabrae inferior mengalami luka terbuka
Cillia : mengarah keluar dengan sempurna
Konjungtiva : Terjadi peradangan
Membrana nictitans : Tidak terlihat

Bola mata sinistra


Sklera : Putih
Kornea : Terang tembus, bening
Iris : kuning, tidak ada perlekatan
Limbus : Merata antara sklera dan kornea
Pupil : Tidak ada kelainan
Refleks pupil : ada refleks
Vasa injectio : Tidak ada

Bola mata dextra


Sklera : Tidak terlihat
Kornea : Tidak terlihat
Iris : Tidak terlihat
Limbus : Tidak terlihat
Pupil : Tidak terlihat
Refleks pupil : Tidak terlihat
Vasa injection : Tidak terlihat

Hidung dan sinus-sinus : Cermin hidung simetris, basah, bersih

Mulut dan rongga mulut


Rusak/luka bibir : Tidak ada
Mukosa : Pucat, basah, licin mengkilat
Gigi geligi : Tumbuh lengkap
Lidah : Rose pucat,

Telinga
Posisi : Tegak keatas
Bau : Bau khas cerumen
Permukaan : bersih, licin
Krepitasi : tidak ada
Reflek panggilan : positif

Leher
Perototan : Terfiksir pada tulang, simetris
Trachea : Teraba, tidak ada refleks batuk
Esofagus : Teraba, tidak ada reaksi sakit

Thoraks (Sistem Pernafasan)


Inspeksi
Bentuk rongga : Simetris
Tipe pernafasan : Costal
7

Ritme : Teratur
Intensitas : dangkal
Frekuensi : 24x/menit

Palpasi
Penekanan rongga : Tidak ada reaksi kesakitan
Palpasi intercostal : Tidak ada reaksi kesakitan

Auskultasi
Suara pernafasan : Terdengar suara vesikular
Suara ikutan : Tidak ada

Thoraks (Sistem Peredaran Darah)


Inspeksi
Ictus cordis : Tidak terlihat

Auskultasi
Frekuensi : 121x /menit
Intensitas : Kuat
Ritme : Teratur
Suara sistolik & diastolik : Terdengar
Ekstrasistolik : Tidak ada
Sinkron pulsus & jantung : Sinkron

Abdomen dan Organ Pencernaan yang Berakitan


Inspeksi
Besar : Tidak ada kelainan
Bentuk : Tidak ada kelainan
Legok lapar : -
Suara peristaltik lambung : Tidak ada kelainan

Palpasi
Epigastrikus : Tidak ada respon sakit
Mesogastrikus : Tidak ada respon sakit
Hypogastrikus : Tidak ada respon sakit
Isi usus halus : Teraba
Isi usus besar : Teraba

Auskultasi
Peristaltik usus : Terdengar

Anus
Sekitar anus : Bersih
Refleks sphincter ani : positif
Kebersihan perineal : Bersih

Alat Perkemihan dan Kelamin Jantan


Inspeksi dan Palpasi
Preputium : Bersih, tidak ada kelainan
Penis : Mukosa pucar
Ukuran : Proporsional
8

Bentuk : Tidak ada kelainan, kerucut


Sensitivitas : Sensitif
Warna : Rose pucat
Kebersihan : Bersih
Scrotum : Simetris
Urethra : Tidak ada kelainan

Alat Gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan dextra :Kokoh, simetris
Perototan kaki depan sinistra :Kokoh, simetris
Perototan kaki belakang dextra :Kokoh, simetris
Perototan kaki belakang sinistra :Kokoh, simetris
Spasmus otot :Tidak ada
Tremor :Tidak ada
Cara bergerak-berjalan :Koordinatif
Cara bergerak-berlari :Koordinatif

Palpasi
Struktur pertulangan
Kaki depan dextra : Kokoh
Kaki depan sinistra : Kokoh
Kaki belakang dextra : Kokoh
Kaki belakang sinistra : Kokoh
Konsistensi pertulangan : Keras
Reaksi saat palpasi : Tidak Ada
Letak reaksi sakit : Tidak ada
Panjang kaki depan dextra/sinistra : Simetris
Panjang kaki belakang dextra/sinistra :Sama panjang

Limfoglandula Poplitea
Ukuran : Tidak ada kelainan
Konsistensi : Kenyal
Lobulasi : Jelas
Perlekatan : Tidak ada
Suhu : Sama dengan kulit sekitar
Kesimetrisan : Simetris
9

Gambar 1 Kondisi pasien pre operasi

Diagnosa Klinis

Berdasarkan pemeriksaan klinis yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa


pasien mengalami luka terbuka berupa granulasi yang diduga tumor.

Prognosa

Prognosa untuk tumor adalah dubius, penanganan yang tepat yaitu


pengangkatan tumor. Sebelum dilakukan operasi perlu dilakukan pemeriksaan
hematologi. Sampel darah kucing diambil melalui vena cephalica antebrachii dorsalis
pada kaki depan. Darah diambil 0.5-1ml dan dikirim ke Laboratorium Yasa untuk
dilakukan pemeriksaan darah dasar.

Tabel 2 Hasil pemeriksaan hematologi pasien


Hasil Nilai Normal
Parameter Keterangan
Pemeriksaan (Sajuthi et al. 2012 )
Hemoglobin (gr/dl) 11.2 8-17 Normal
Hematokrit (%) 35 23-45 Normal
BDM (106/mm3) 5.8 5-10 Normal
MCV (fl) 60.2 40-45 Meningkat
MCHC (gr%) 33 31-35 Normal
BDP (106/mm3) 24.5 10-15 Meningkat
-Limfosit 60 30-35 Meningkat
-Neutrofil 32 50-70 Menurun
-Monosit 8 5 Meningkat
-Basofil - 0-1 Normal
-Eosinofil - 2-5 Menurun

Berdasarkan hasil pemeriksaan darah, pasien mengalami leukositosis, hal ini diduga
karena adanya peradangan daerah bola mata kanan kucing. Kucing juga mengalami
neutropenia, limfositosis, monositosis dan eosinopenia. Serta nilai Mean Corpuscular
Volume (MCV) mengalami peningkatan, artinya mengalami anemia makrositik.
10

Operasi

Metode operasi dimulai dari persiapan hewan operasi yaitu injeksi premedikasi
dengan atropin sulfat secara subkutan. Anasthesi ketamin HCl 10% dan diazepam
0.5% diberikan secara intramuscular 10 menit setelah pemberian premedikasi. Setelah
pasien memasuki stadium anasthesi, dilakukan pencukuran rambut-rambut yang
berada di sekitar inguinal untuk mengurangi kontaminasi akibat rambut yang kotor.
Area yang telah dicukur rambutnya dibersihkan dengan kapas yang diberi air kemudian
diberi iodium tincture 3%. Setelah proses preparasi selesai, pasien yang telah
teranasthesi di bawa ke meja operasi yang sebelumnya telah dialasi. Hewan
diposisikan ventrodorsal dan asisten I memasangkan duk untuk membatasi area steril
dengan area nonsteril.
Dilakukan injeksi anasthesi lokal yaitu lidokain secara subkutan pada sekeliling
palpebrae. Anasthesi lokal berperan sebagai block anasthesi syaraf disekitar vesica
urinaria. Lakukan penyayatan kulit dimulai dari 2 cm anterior dari os pubis dengan arah
sayatan cranial ke caudal. Kemudian akan ditemukan lapisan lemak subkutis dan
lakukan penyayatan hingga ditemukan line alba. Linea alba disayat dengan scalpel dan
diperlebar dengan gunting tajam tumpul. Organ abdomen dieksplorasi untuk
menemukan vesica urinaria. Vesica urinaria dikeluarkan secara hati-hati dan lapisi
sekelilingnya dengan kassa yang dibasahi dengan NaCl. Pasang benang pada sisi
kanan dan kiri vesica urinaria lalu diclamp dengan tang arteri. Lakukan insisi pada
bagian tengah vesica urinaria dan urin akan keluar memancar. Perlebar insisi untuk
mempermudah pengeluaran batu. Batu diambil menggunakan kuret. Gunakan kateter
untuk membuang setiap kristal kecil dalam vesica urinaria yang tersisa agar keluar
melalui urethra. Vu dijahit dengan benang catgut 3/0 menggunakan jahitan continous.
Semprotkan penicillin 50.000 IU/cc kedalam rongga peritoneum. Jahit linea alba dan
peritoneum dengan bedang catgut 3/0 menggunakan jahitan sederhana. Jahit kulit
dengan benang silk 3/0 menggunakan jahitan sederhana. Setelah jahitan selesai,
oleskan iodine tincture dan lapisis dengan kasa steril lalu diplester.

Tabel 3 Prosedur operasi


No Gambar Keterangan
1 Pertama kucing dilakukan PE
sebelum dianastesi.

Setelah keadaan menunjukan


normal, pre anastesi dilakukan
secara SC dengan atropin sulfat
0.025 mg/ml.

Induksi Ketamin 10% + Xylazine


2% dilakukan secara IM setelah 10
menit.

Daerah yang akan dilakukan


operasi dicukur dan didisinfeksi
dengan alkohol dan iodium tinctur
3%.

Hewan ditempatkan pada meja


operasi.

Dilakukan injeksi anasthesi lokal


yaitu lidokain secara subkutan
11

pada sekeliling palpebrae.


2. Membarana niktitans yang telah
mengalami prolapsus dipreparir

3. Membrana niktitans dipotong

4. Tumor pada daerah sekitar mata


dipreparir

5. Tumor daerah sekitar mata


dipotong menggunakan cauter
12

6. Kulit dijahit dengan pertautan


dengan otot sekitar mata,
menggunakan catgut 3/0

7. Hasil jahitan sederhana pada


daerah sekitar mata

8. Mata diberi salep mata


(Erlamycetin) sebelum ditutup
dengan verban

9. Tumor yang telah diangkat


13

10. Area operasi di verban dengan


kasa

Tabel 4. Monitoring hewan saat operasi


Waktu (menit) 0 15 30 45
Frekuensi napas 32 20 22 20
(x/menit)
Frekuensi pulsus 120 110 136 110
(x/menit)
Suhu rektal (0C) 37.2 38.1 37.8 37.2

Tabel 5. Maintenance obat saat operasi


Maintenance ke Jam Keterangan
1 10.38 Ketamin
2 10.48 Penicillin
3 10.52 Oxytetracyclin

Post Operasi

Pengamatan terhadap hewan dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan
melihat frekuensi pulsus, suhu tubuh, frekuensi nafas, makan, minum, defekasi,
urinasi. Selama dalam kondisi post operasi, pasien diberikan antibiotik (amoxicilin,
gentamisin topikal), dexametason, pakan, dan air minum serta dijaga kebersihan
kandang pasien. amoxicilin diberikan setiap 12 jam sekali selama 5 hari.
Tanggal
Waktu
3/1/2015 4/1/2015 5/1/2015 6/1/2015 7/1/2015
(menit)
P M P M P M P M P M
Frekuensi 30 28 28 24 28 28 24 28 28 24
napas
(x/menit)
Frekuensi 128 134 136 112 130 136 130 140 140 112
pulsus
(x/menit)
Suhu rektal 37.9 38 38.7 38.8 39.3 38.6 38.7 38.5 38.7 38.6
(0C)
Urinasi + + + + + + + + + +
Defekasi - - + + + + + + + +
Makan + + + + + + + + + +
Minum - + + + + + + + + +

Pada hari pertama post operasi, frekuensi napas kucing sudah berada dalam
kisaran normal yaitu 20-40 kali/ menit.
14

PEMBAHASAN

Tahapan awal adalah pemeriksaan fisik sebelum operasi dilakukan untuk


mengetahui keadaan pasien layak atau tidak untuk dilakukan operasi. Hasilnya
menunjukan frekuensi pulsus, frekuensi napas, dan suhu rektal normal, didapat
diagnosa klinis yaitu luka terbuka di daerah sekitar mata yang diduga tumor. Maka dari
itu, tindakan bedah yang dilakukan adalah pengangktan tumor. Pemeriksaan
hematologi Count Blood Cell (CBC) adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk
mengetahui kelainan dari kuantitas dan kualitas sel putih, sel darah merah serta
menguji perubahan yang terjadi pada plasma yang terutama berperan pada proses
pembekuan darah. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan bahwa jumlah sel darah
putih (WBC) mengalami kenaikan yaitu 24.5 103/L. Hal tersebut menandakan kucing
tersebut mengalami leukositosis. Peningkatan leukosit mengindikasikan adanya respon
peradangan, jika jumlah sel darah putih granulosit juga mengalami kenaikan
mengindikasikan adanya respon peradangan causa infectious. Leukositosis tanpa
disertai kenaikan kuantitas granulosit mengindikasikan peradangan non infectious.
Terjadinya limfositosis merupakan salah satu indikasi terjadinya pertumbuhan tumor
yang cepat dan akan menyebabkan kerusakan jaringan yang pada akhirnya terjadi
nekrosis pendarahan dan terjadi limfositosis (Darmawan 2002). Sedangkan,
neutropenia bisa terjadi akibat inflamasi yang berlebihan, endotoksemia akut, penyakit
sumsum tulang (aplasia dan hipoplasi) (French & Blue 2012). Peneguhan diagnosa
adanya tumor, perlu dilakukan biopsi jaringan. Namun pada kasus ini tidak dilakukan
biopsi.
Prosedur operasi harus dilakukan secara berurutan, agar pasien mengalami
proses persembuhan yang cepat. Pertama, hewan dianastesi umum agar benar-benar
teranestesi dan tidak merasakan sakit. Pada operasi ini, perlu dilakukan anastesi lokal
menggunakan lidocain untuk memblok syaraf pada daerah mata. Selama operasi
berlangsung diberikan maintenance ketamin sebanyak sekali. Monitoring yang
dilakukan meliputi frekuensi nafas, frekuensi pulsus, dan suhu tubuh setiap 15 menit.
Selama operasi terjadi kurva penurunan pada frekuensi pulsus pasien, frekuensi napas
pasien dan suhu rektal pasien. Frekuensi pulsus yang tinggi pada saat induksi anestesi
disebabkan kucing sangat nervous ketika preparasi sehingga frekuensi pulsus berada
diatas rata-rata pada menit ke-0. Setelah menit ke-15 frekuensi pulsus menurun akibat
onset dari ketamin dan xylazine telah tercapai. Namun xylazine merupakan faktor
utama yang menyebabkan penurunan pulsus tersebut karena xylazine memiliki efek
samping yang menyebabkan hipotensi yang lebih kuat dari ketamin. Xylazine akan
menstimulasi reseptor 2 di neuron yang melepaskan norepinephrine sehingga akan
mendepres dan mengurangi kemampuan hewan untuk merespon stimulus,
menurunkan suhu tubuh, serta menurunkan frekuensi jantung dan napas (Plumb
2005). Peningkatan frekuensi pulsus pada menit ke-45 karena pemberian maintenance
berupa ketamine , Ketamin memiliki untuk meningkatkan kardiak output, heart rate,
tekanan aorta, tekanan arteri dan vena pulmonari (Plumb 2005).
Frekuensi jantung tidak mengalami bradikardi yang terlalu parah karena
penggunaan atropin sulfat yang memeiliki efek untuk meningkatkan frekuensi jantung.
Hipersalivasi tidak terjadi karena pemberian atropine sulfat dapat mencegahnya (Lumb
dan Jones 1996).
Operasi dimulai dengan melakukan pemotongan membrana niktitans yang
mengalami prolaps. Pemotongan membran niktitans menggunakan gunting,
membentuk segitiga. Hal ini dilakukan karena membrana niktitans tidak dapat
15

direposisi, karena pelpabrae inferior tidak ada. Dari penelitian para ahli dengan metode
histokimia ditenggarai bahwa membrana niktitans terdiri dari sel tubular menghasilkan
cairan serous dan sel acinar menghasilkan mucus, dengan kata lain membrana
niktitans mensekresikan sialomucin. Membrana niktitans juga tanggap kebal pada
permukaan kornea karena mempunyai IgA plasma cell yang terletak pada permukaan
epithelium conjungtiva dan dalam stroma jaringan ikatnya. Keberadaan membran
niktitans dengan sel granular dan memiliki tanggap kebal yang sangat kompleks dan
lengkap tersebut mempunyai arti penting dalam kualitas air mata. Pengangkatan
membran niktitans mengakibatkan kejadian penurunan kualitas dan kuantitas produksi
air mata.
Kemudian, pengangakatan tumor pada palpebrae inferior dan daerah sekitar
mata dengan menggunakan couter. Luka terbuka yang membentuk granulasi
menyerupai kembang kol dipotong menggunakan couter. Jika menemui pembuluh
darah maka dilakukan couterisasi. Luka granulasi pada daerah sekitar mata
dibersihkan semua. Setelah itu, kulit palpabrae inferior yang masih tersisa dijahit
dengan pertautan pada otot di dekat mata menggunakan catgut 3/0. Sebelum
penjahitan diberikan antibiotik topikal penicillin 50.000 IU/ml ke sekitar palpabrae mata
sebagai bakteriostatik terhadap bakteri-bakteri yang mungkin mengkontaminasi.
Persembuhan yang diharapkan adalah persembuhan per sekundam. Pengertian
persembukan persekundam adalah luka yang tidak mengalami penyembuhan primer
(penyembuhan yang terjadi segera setelah diusahakan bertautnya tepi luka biasanya
dengan jahitan). Tipe ini dikarakteristikkan oleh adanya luka yang luas dan hilangnya
jaringan dalam jumlah besar. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih
lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka
Perawatan post operasi dilakukan selama 5 hari. Monitoring dilakukan
pembiusan, suhu, frekuensi pulsus dan frekuensi nafas dilakukan. Setelah operasi
mata kanan kucing cenderung kering karena membran niktitans telah diangkat. Untuk
mengatasi mata kering dapat diterapi dengan pemberian salep mata. Pengobatan
pasca operasi dengan pemberian antibiotik amoxicilin, gentamicin, dan erlamycetin.
Amoxicilin menghambat sintesis dinding sel bakteri dan sering digunakan untuk
mengobati infeksi pada berbagai spesies seperti infeksi traktus urinarius, infeksi
jaringan lunak, dan pneumonia (Papich 2011). Antibiotika topikal Gentamicin salep kulit
(Genoint) yang diolesi pada luka jahitan. Gentamisin adalah antibiotik yang dapat
digunakan untuk pengobatan pada kulit,mata, konjungtivitis, blepharitis, dan
keratokonjungtivitis. Bakteri yang sensitif dengan antibiotik ini adalah Staphylococcus,
H. Influenza, dan bakteri gram negatif. Antiinflamasi yang digakan adalah antiinflamasi
golongan steroid, Dexamethasone. Efek samping penggunaan jangka panjang obat ini
adalah imunosupresan.

KESIMPULAN

Pengangkatan pada tumor daerah sekitar mata dengan tujuan untuk mencegah
metastase sel tumor ke bagian tubuh lain, mencegah infeksi sekunder dan menjaga
nilai estetika hewan berhasil dilakukan. Selain pengangkatan tumor, tindakan bedah
yang dilakukan adalah pemotongan membrana niktitans. Perawatan pasca operasi
perlau dilakukan dengan teliti menggunakan salep mata, karena mata cenderung
kering akibat tidak adanya membrana niktitans.
16

DAFTAR PUSTAKA

Dharmawn N. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner. Univ Udayana : Denpasar.


French TW & Blue JT. 2012. Hematology Atlas [Internet]. [diunduh pada 2014 April 28].
Tersedia pada:
https://ahdc.vet.cornell.edu/clinpath/modules/hemogram/cbc.html.
Gellat KN. 2007. Veterinary Ophtalmology Ed-4. Australia : Blackwell Science
Hickman J, Houlton JEF, Edwards B. 1995. An Atlas of Veterinary Surgery Ed-3.
London (UK): Blackwell Science.
Lumb WV, Jones EW. 1996. Veterinary Anaesthesia. Philadelphia (US): Lea and
Febiger.
Papich MG. 2011. Saunders Handbook Of Veterinary Drugs: Small and Large Animal,
Third Edition.
Plumb DC. 2005. Veterinary Drug Handbook Ed-5. Iowa: Blackwell Publishing
Widodo S, Sajuthi D, Choliq C, Wijaya A, Wulansari R, Lelana RA. 2011. Diagnostik
Klinik Hewan Kecil. Bogor (ID): IPB Pr.

You might also like