Professional Documents
Culture Documents
oleh :
ERI WIDIYAWATI 1508020090
XXIII A
2016
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ISI
2.1 Pelayanan Farmasi Sistem Satu Pintu
Berdasarkan PERMENKES No.58 tahun 2014 Pelayanan Farmasi Sistem satu pintu
adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan, dan
pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Sehingga Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk
menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Maka untuk dapat melaksanakan pengawasan dan
pengendalian terhadap pelayanan obat-obatan di rumah sakit, maka pelayanan obat-obatan di
rumah sakit harus melalui sistem satu pintu. Dengan sistem satu pintu sebagaimana
dimaksud, maka unit distribusi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Apotik Rumah Sakit) secara
bertahap harus difungsikan sepenuhnya sebagai satu-satunya apotik rumah sakit yang
berkewajiban melaksanakan pelayanan obat-obatan di rumah sakit.
Selaras dengan ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan
Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu
pintu. Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang beredar di Rumah Sakit merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah
Sakit, sehingga tidak ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai di Rumah Sakit yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi sebagai satu-
satunya penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga Rumah Sakit akan mendapatkan
manfaat dalam hal:
a. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
b. standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
c. penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
d. pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
e. pemantauan terapi Obat;
f. penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);
g. kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang akurat;
h. peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan
i. peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan pegawai.
Sistem Pelayanan Satu Pintu di Rumah Sakit, meliputi :
1. Sistem dimana Instalasi Farmasi RS memiliki kewenangan penuh dalam pengelolaan
perbekalan farmasi. Sehingga Instalasi farmasi bertanggung jawab atas semua obat yang
beredar di rumah sakit.
2. IFRS diharuskan membuat prosedur perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran,
dan pemantauan obat yang digunakan di rumah sakit.
3. Berkewajiban melaksanakan pengendalian pelayanan dan pemantauan penggunaan obat
di rumah sakit.
4. Apabila dalam pendanaan pengadaan obat melibatkan pihak ke tiga, maka tata kerja dan
teknis layanan kefarmasian harus di bawah koordinasi IFRS.
5. Satu kebijakan (kriteria pemilihan obat, penerapan sistem formularium).
6. Satu sop (prosedur instruksi kerja, pelayanan).
7. Satu pengawasan operasional (laporan rutin, money, koordinasi)
8. Satu sistem informasi (sim, informasi logistik, informasi obat)
9. Commitment building: memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien, pelayanan
bebas kesalahan (zero defect), pelayanan bebas copy resep.
10. Membangun kekuatan internal rumah sakit terhadap pesaing farmasi dari luar.
11. Memberikan kesejahteraan internal melalui jasa pelayanan farmasi dan keuntungan
apotek.
12. Penerapan sistem formularium dan skrining resep
Kesimpulan
Pelayanan farmasi satu pintu adalah suatu sistem dimana dalam pelayanan
kefarmasian itu sendiri menggunakan satu kebijakan, satu standar operasional (SOP), satu
pengawasan operasional dan satu sistem informasi. Dengan demikian semua Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit
merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit, sehingga tidak ada pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang
dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit. sehingga Rumah Sakit akan
mendapatkan manfaat dalam hal :
a. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
b. standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
c. penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
d. pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
e. pemantauan terapi Obat;
f. penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);
g. kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang akurat;
h. peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan
i. peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan pegawai.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Penerapan Pelayanan Farmasi Satu Pintu. Pdf. Universitas Sumatera Utara.
PERMENKES RI No.58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit.
Siregar dkk. 2004. Farmasi Rumah Sakit : teori dan penerapan. Jakarta : EGC
SK ditjen yanmed 0428/YanMed/RSKS/SK/1989
Undang-Undang RI No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit