You are on page 1of 7

UJIAN AKHIR SEMESTER

FARMASI RUMAH SAKIT

oleh :
ERI WIDIYAWATI 1508020090
XXIII A

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Definisi Rumah Sakit


Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,
kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Berdasarkan peraturan mentteri kesehatan republik Indonesia No.58 tahun 2014
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.

1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit


Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Untuk menjalankan
tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai fungsi :
a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit;
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan;

1.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu unit di rumah sakit yang merupakan
fasilitas penyelenggaraan kefarmasian yang dipimpin oleh seorang farmasis dan memenuhi
persyaratan secara hukum untuk mengadakan, menyediakan dan mengelola seluruh aspek
penyediaan perbekalan kesehatan di rumah sakit yang berintikan pelayanan produk yang
lengkap dan pelayanan klinik yang sifat pelayanannya berorientasi kepada penderita.
Sesuai dengan peraturan menteri kesehatan No.58 tahun 2014 tentang standar
pelayanan rumah sakit bahwa Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Sehingga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah
sakit yang utuh dan berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinis yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi
rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit
tersebut. Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh IFRS adalah memberi manfaat kepada
pasien,rumah sakit dan sejawat profesi kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dapat
dilakukan dengan berbagai cara antara lain IFRS memberikan pelayanan yang terbaik bagi
pasien, pelayanan yang bebas dari kesalahan (zero defect) dan pelayanan bebas copy resep
(semua resep terlayani IFRS) sehingga cakupan pelayanan resep dapat mencapai 100% yang
artinya semua resep dapat terlayani oleh IFRS.

BAB II
ISI
2.1 Pelayanan Farmasi Sistem Satu Pintu
Berdasarkan PERMENKES No.58 tahun 2014 Pelayanan Farmasi Sistem satu pintu
adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan, dan
pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Sehingga Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk
menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Maka untuk dapat melaksanakan pengawasan dan
pengendalian terhadap pelayanan obat-obatan di rumah sakit, maka pelayanan obat-obatan di
rumah sakit harus melalui sistem satu pintu. Dengan sistem satu pintu sebagaimana
dimaksud, maka unit distribusi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Apotik Rumah Sakit) secara
bertahap harus difungsikan sepenuhnya sebagai satu-satunya apotik rumah sakit yang
berkewajiban melaksanakan pelayanan obat-obatan di rumah sakit.
Selaras dengan ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan
Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu
pintu. Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang beredar di Rumah Sakit merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah
Sakit, sehingga tidak ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai di Rumah Sakit yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi sebagai satu-
satunya penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga Rumah Sakit akan mendapatkan
manfaat dalam hal:
a. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
b. standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
c. penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
d. pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
e. pemantauan terapi Obat;
f. penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);
g. kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang akurat;
h. peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan
i. peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan pegawai.
Sistem Pelayanan Satu Pintu di Rumah Sakit, meliputi :
1. Sistem dimana Instalasi Farmasi RS memiliki kewenangan penuh dalam pengelolaan
perbekalan farmasi. Sehingga Instalasi farmasi bertanggung jawab atas semua obat yang
beredar di rumah sakit.
2. IFRS diharuskan membuat prosedur perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran,
dan pemantauan obat yang digunakan di rumah sakit.
3. Berkewajiban melaksanakan pengendalian pelayanan dan pemantauan penggunaan obat
di rumah sakit.
4. Apabila dalam pendanaan pengadaan obat melibatkan pihak ke tiga, maka tata kerja dan
teknis layanan kefarmasian harus di bawah koordinasi IFRS.
5. Satu kebijakan (kriteria pemilihan obat, penerapan sistem formularium).
6. Satu sop (prosedur instruksi kerja, pelayanan).
7. Satu pengawasan operasional (laporan rutin, money, koordinasi)
8. Satu sistem informasi (sim, informasi logistik, informasi obat)
9. Commitment building: memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien, pelayanan
bebas kesalahan (zero defect), pelayanan bebas copy resep.
10. Membangun kekuatan internal rumah sakit terhadap pesaing farmasi dari luar.
11. Memberikan kesejahteraan internal melalui jasa pelayanan farmasi dan keuntungan
apotek.
12. Penerapan sistem formularium dan skrining resep

Keuntungan menggunakan pelayanan farmasi Sistem satu pintu yaitu :


1. Memudahkan monitoring obat
2. Dapat mengetahui kebutuhan obat secara menyeluruh sehingga memudahkan
perencanaan obat.
3. Menjamin mutu obat yang tersedia sesuai persyaratan kefarmasian.
4. Dapat dilaksanakannya pelayanan obat dengan sistem unit dose ke semua ruang rawat.
5. Dapat dilaksanakan pelayanan informasi obat dan konseling obat baik bagi pasien rawat
jalan maupun rawat inap.
6. Dapat dilaksanakan monitoring efek samping obat oleh panitia dan terapi.
7. Dapat melakukan pengkajian penggunaan obat di RS, baik obat generik, obat
formularium, obat Askes dan lain-lain sesuai dengan program IFRS serta PFT.
Administrasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dibutuhkan untuk mengawasi peredaran
perbekalan farmasi di rumah sakit. Sehingga dapat diketahui keuntungan ataupun kerugian
yang diperoleh. Hal ini juga berguna untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dari sistem
yang telah dijalankan selama ini.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pelayanan farmasi satu pintu adalah suatu sistem dimana dalam pelayanan
kefarmasian itu sendiri menggunakan satu kebijakan, satu standar operasional (SOP), satu
pengawasan operasional dan satu sistem informasi. Dengan demikian semua Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit
merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit, sehingga tidak ada pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang
dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit. sehingga Rumah Sakit akan
mendapatkan manfaat dalam hal :
a. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
b. standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
c. penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
d. pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
e. pemantauan terapi Obat;
f. penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);
g. kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang akurat;
h. peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan
i. peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan pegawai.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Penerapan Pelayanan Farmasi Satu Pintu. Pdf. Universitas Sumatera Utara.
PERMENKES RI No.58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit.
Siregar dkk. 2004. Farmasi Rumah Sakit : teori dan penerapan. Jakarta : EGC
SK ditjen yanmed 0428/YanMed/RSKS/SK/1989
Undang-Undang RI No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

You might also like