You are on page 1of 32

UJIAN AKHIR SEMESTER

FARMASI INDUSTRI

oleh :
ERI WIDIYAWATI 1508020090
XXIII A

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2016
PERATURAN
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012
TENTANG
PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK

PENDAHULUAN
PRINSIP

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat
secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.
CPOB Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian
pengujian, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk
tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi dan
pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personil yang terlibat.
Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pada pelaksanaan pengujian
tertentu saja; namun obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau
secara cermat.

1. MANAJEMEN MUTU
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi)
dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu
rendah atau tidak efektif.
Unsur dasar manajemen mutu adalah:
a) suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur,
proses dan sumber daya; dan
b) tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut
Pemastian Mutu.
Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan ketersediaan
personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai.
Tambahan tanggung jawab legal hendaklah diberikan kepada kepala Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu).

A. PEMASTIAN MUTU
Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan
untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan
pemakaiannya.
Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi pembuatan obat hendaklah
memastikan bahwa:
a) desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memerhatikan
persyaratan CPOB;
b) semua langkah produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas dan CPOB
diterapkan;
c) tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan;
d) pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pemasokan dan penggunaan bahan awal
dan pengemas yang benar;
e) semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama-proses lain
serta dilakukan validasi;
f) pengkajian terhadap semua dokumen terkait dengan proses, pengemasan dan
pengujian tiap bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan untuk
distribusi produk jadi. Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan
termasuk kondisi produksi, hasil pengujian selama-proses, pengkajian dokumen
pembuatan (termasuk pengemasan), pengkajian penyimpangan dari prosedur
yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan dari Spesifikasi Produk Jadi dan
pemeriksaan produk dalam kemasan akhir;
g) obat tidak dijual atau didistribusikan sebelum kepala Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan
sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan peraturan lain
yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan mutu dan pelulusan produk;
h) tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat mungkin,
produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani sedemikian rupa agar
mutu tetap dijaga selama masa simpan obat;
i) tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala
mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem Pemastian Mutu;
j) pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk
memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan;
k) penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat;
l) tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada mutu
produk;
m) prosedur pengolahan ulang produk dievaluasi dan disetujui; dan
n) evaluasi berkala mutu obat dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses dan
memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan.

B. PENGAWASAN MUTU
Pengawasan Mutu berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan
pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang
memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa
bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan
tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.

C. PENGKAJIAN MUTU PRODUK


Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua
obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi
proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi,
untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan
proses. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan
didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya.

D. MANAJEMEN RISIKO MUTU


Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan
penilaian, pengendalian dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. Hal ini
dapat diaplikasikan secara proaktif maupun retrospektif.

2. PERSONALIA
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri
farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah
yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami
tanggung jawab masing-masing dan dicatat.

A. PERSONIL KUNCI
Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu
dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

B. ORGANISASI, KUALIFIKASI DAN TANGGUNG JAWAB


Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga bagian
produksi, pengawasan mutu, manajemen mutu (pemastian mutu) dipimpin oleh orang
yang berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain.

3. BANGUNAN DAN FASILITAS


Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan
letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk
memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat
sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan
kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang
dapat menurunkan mutu obat.

4. PERALATAN
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang
tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat
terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan untuk memudahkan pembersihan
serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran
dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk.

5. SANITASI DAN HIGIENE


Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan dan
perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan pembersih dan desinfeksi, dan segala
sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial
hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan
terpadu.

6. PRODUKSI
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan;
dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar.

7. PENGAWASAN MUTU
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang
Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang
sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel,
spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang
memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak
diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah
dibuktikan memenuhi persyaratan.

8. INSPEKSI DIRI, AUDIT MUTU DAN AUDIT & PERSETUJUAN PEMASOK


Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan
pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri
hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk
menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara
independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi
penerapan CPOB secara obyektif. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah
didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.

9. PENANGANAN KELUHAN TERHADAP PRODUK DAN PENARIKAN


KEMBALI PRODUK
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu
mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara
cepat dan efektif.

10. DOKUMENTASI
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil
menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko
terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan
komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur,
metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara
tertulis.

11. PEMBUATAN DAN ANALISIS BERDASARKAN KONTRAK


Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara
jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus
menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi
tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI


CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu
dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan.
Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat memengaruhi mutu
produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah digunakan untuk
menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.
A. Kualifikasi Desain (KD)
Kualifikasi Desain (KD) adalah unsur pertama dalam melakukan validasi terhadap
fasilitas, sistem atau peralatan baru.

B. Kualifikasi Instalasi (KI)


Kualifikasi Instalasi (KI) hendaklah dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan
baru atau yang dimodifikasi. KI hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada hal
berikut:
instalasi peralatan, pipa dan sarana penunjang dan instrumentasi hendaklah
sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang didesain;
pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan peralatan
dari pemasok;
ketentuan dan persyaratan kalibrasi; dan
verifikasi bahan konstruksi.

C. Kualifikasi Operasional (KO)


KO hendaklah dilakukan setelah KI selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui. KO
hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut:
pengujian yang perlu dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses, sistem
dan peralatan; dan
pengujian yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas
operasional atas dan bawah, sering dikenal sebagai kondisi terburuk (worst
case).

D. Kualifikasi Kinerja (KK)


KK hendaklah dilakukan setelah KI dan KO selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui.
KK hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut
pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang memenuhi
spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan berdasarkan pengetahuan
tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan;
uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional
atas dan bawah.

E. Kualifikasi Fasilitas, Peralatan dan Sistem Terpasang yang telah Operasional


Hendaklah tersedia bukti untuk mendukung dan memverifikasi parameter operasional
dan batas variabel kritis pengoperasian alat. Selain itu, kalibrasi, prosedur
pengoperasian, pembersihan, perawatan preventif serta prosedur dan catatan pelatihan
operator hendaklah didokumentasikan.

F. Validasi Pembersihan
Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur
pembersihan. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan
pencemaran mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan pada bahan yang terkait
dengan proses pembersihan. Batas tersebut hendaklah dapat dicapai dan diverifikasi.

Validasi Ulang
Fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses pembersihan hendaklah
dievaluasi secara berkala untuk konfirmasi keabsahannya. Jika tidak ada perubahan
yang signifikan terhadap status validasi, peninjauan dengan bukti bahwa fasilitas,
sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan yang ditetapkan akan kebutuhan
revalidasi.

Validasi Metode Analisis


Tujuan validasi metode analisis adalah untuk menunjukkan bahwa metode analisis
sesuai tujuan penggunaannya. Perlu dipertimbangkan tabel mengenai karakteristik yang
berlaku untuk identifikasi, pengujian terhadap impuritas dan prosedur penetapan kadar.
PETUNJUK OPERASIONAL PENERAPAN
PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK 2012

1. MANAJEMEN MUTU
Menjamin mutu suatu produk jadi tidak hanya mengandalkan pelulusan dari serangkaian
pengujian, tetapi mutu obat hendaklah:
dibangun sejak awal ke dalam produk tersebut. Mutu obat sangat dipengaruhi oleh
proses pembuatan dan pengawasan mutu, bangunan dan peralatan yang dipakai serta
semua personil yang terlibat; dan
dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau dengan cermat agar obat yang
dihasilkan dapat memenuhi persyaratan.

Unsur dasar Manajemen Mutu terdiri dari:


Sistem Mutu, merupakan infrastruktur manajemen mutu, yang mencakup semua
sumber daya yang diperlukan, yaitu rangkuman semua prosedur dan proses yang
mengatur Sistem Mutu, sumber daya yang terkait dengan personil yang mencakup
struktur organisasi dan uraian tugas yang menjabarkan tanggung jawab dan kewajiban
personil terkait. Sistem Mutu hendaklah dicerminkan dalam Dokumen Induk Industri
Farmasi.
Pemastian mutu, merupakan alat (tools) manajemen mutu, yang merupakan tindakan
sistematis untuk melaksanakan Sistem Mutu.
2. PERSONALIA
Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan berpengalaman praktis
dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah tidak dibebani tanggung jawab yang
berlebihan untuk menghindarkan risiko terhadap mutu obat.
PERSONIL KUNCI
Kategori personil kunci tergantung pada kebijakan perusahaan / industri apakah
terbatas hanya pada Kepala Bagian Produksi, Kepala Bagian Pengawasan Mutu dan
Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Industri dapat menentukan posisi
lain yang lebih tinggi, sama atau lebih rendah dicakup dalam kategori personil kunci;
yang harus dipertahankan adalah bahwa Kepala Bagian Produksi dan Kepala Bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / Kepala Bagian Pengawasan Mutu harus
independen satu terhadap yang lain.

ORGANISASI, KUALIFIKASI DAN TANGGUNG JAWAB


Model struktur organisasi yang diterapkan adalah tergantung pada ukuran dan
kebijakan industri.
Persyaratan formal untuk seorang Kepala Bagian Produksi yaitu Apoteker
Terdaftar, yang ditentukan menurut Peraturan yang berlaku, sementara
persyaratan kualifikasi lain, yaitu pelatihan-pelatihan yang harus diperoleh,
banyak pengalaman praktis sehingga dapat dikategorikan sebagai memadai,
dan tingkat keterampilan manajerial untuk membuat seorang Kepala Bagian
Produksi dapat melaksanakan tugasnya secara profesional selama belum ada
ketentuan formal dirumuskan oleh masing-masing industri.
Pendidikan formal untuk seorang Kepala Bagian Pengawasan Mutu yaitu
Apoteker Terdaftar, yang ditentukan menurut Peraturan yang berlaku, perlu
dilengkapi dengan pelatihan-pelatihan yang relevan dengan tugas dan tanggung
jawabnya, pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial agar
membuat dia dapat melaksanakan tugasnya secara profesional.
Persyaratan formal untuk seorang Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu) yaitu Apoteker Terdaftar, yang ditentukan menurut Peraturan yang
berlaku, sementara persyaratan kualifikasi lain, yaitu pelatihan-pelatihan yang
harus diperoleh, banyaknya pengalaman praktis sehingga dapat dikategorikan
sebagai memadai, dan tingkat keterampilan manajerial untuk membuat seorang
Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dapat melaksanakan
tugasnya secara profesional selama belum ada ketentuan formal
dirumuskan oleh masingmasing industri.

3. BANGUNAN DAN FASILITAS


Dalam memilih lokasi bangunan hendaklah diperhatikan apakah ada sumber
pencemaran yang berasal dari lingkungan. Sebaiknya dipilih lokasi di mana tidak ada
risiko pencemaran lingkungan.
Konstruksi bangunan hendaklah memenuhi syarat dan peraturan yang berlaku untuk
bangunan.
Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat secara teratur agar senantiasa bersih dan rapi.
Setiap pelaksanaan perbaikan dianjurkan dilakukan di luar waktu kegiatan produksi.

AREA PRODUKSI
Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat terjadi pencemaran silang, suatu
sarana khusus dan self-contained harus disediakan untuk produksi obat tertentu dan
dilaksanakan sebagai berikut:
4. Untuk pengolahan produk di bawah ini:
- antibiotika golongan betalaktam penisilin,
- antibiotika golongan betalaktam nonpenisilin,
- hormon seks,
- onkologi,
- preparat biologi (selama masih belum diinaktivasi),
- produk darah, dan
- vaksin
hendaklah dibuat dalam bangunan terpisah dari golongan yang lain. Udara yang keluar
dari fasilitas tersebut hendaklah dilewatkan melalui saringan udara HEPA dengan
efisiensi minimal 99,95 % (class H13 EN1822) atau melalui suatu sistem yang sesuai
sebelum dilepaskan ke atmosfir.
5. Bagi produk antibiotika betalaktam nonpenisilin (sefalosporin, monobaktam, cefem),
prinsip memproduksi bets produk secara kampanye di dalam fasilitas yang sama dapat
dibenarkan asal telah mengambil tindakan pencegahan yang spesifik sebagai berikut:
- melakukan kajian risiko yang komprehensif dan sudah disetujui oleh Badan POM,
- mengikuti prinsip Sistem Tata Udara untuk Bahan Berbahaya,
- melakukan pengujian terhadap kontaminan setiap bets produk setelah campaign
tersebut di atas dengan metode pengujian yang tervalidasi,
- melakukan validasi semua prosedur pembersihan terkait dengan fasilitas yang
digunakan, dan
- melakukan tindakan lain yang relevan.

AREA PENGAWASAN MUTU


Sistem Tata Udara laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari Sistem Tata Udara
area produksi.
Laboratorium fisiko-kimia, mikrobiologi, dan radioisotop hendaklah memiliki ruang
tersendiri dengan sistem pengendali udara terpisah, karena perbedaan jenis pengujian,
peralatan dan bahan-bahan penguji yang terdapat di laboratorium masing-masing.
4. PERALATAN

5. SANITASI DAN HIGIENE


- Hendaklah dibuat peraturan bahwa tiap personil yang mengidap penyakit atau
mempunyai luka terbuka segera melapor kepada atasan langsung. Tiap atasan
hendaklah memastikan bahwa peraturan tersebut dilaksanakan secara konsisten dan
mengamati apakah ada personil yang mengidap penyakit atau mempunyai luka
terbuka.
- Untuk menghindari persentuhan langsung antara tangan dengan bahan awal, produk
antara atau produk ruahan yang terbuka operator hendaklah mengenakan sarung
tangan yang tepat, misalnya sarung tangan karet atau plastik yang meliputi paling
sedikit 10 cm dari pergelangan tangan dan utuh. (Sarung tangan yang dibuat dari kain
tidak memadai karena berpori-pori).
- Hendaklah dibuat prosedur tertulis untuk mencuci tangan sebelum memasuki area
produksi dengan menggunakan sarana yang disediakan. Poster cara mencuci tangan
hendaklah ditempatkan di lokasi yang tepat yaitu di area cuci tangan sebelum
memasuki area produksi.
- Di area produksi, area gudang, laboratorium dan area lain dapat disediakan ruangan
khusus hanya untuk air minum dan diberi tanda.

SANITASI BANGUNAN DAN FASILITAS


Hendaklah disediakan toilet untuk pria dan wanita yang terpisah. Oleh karena persyaratan
higiene bagi personil produksi, yaitu yang bekerja di area kelas kebersihan lebih tinggi dan
relatif lebih ketat, letak toilet tersebut hendaklah di area loker sebelum masuk ke ruang ganti
pakaian bersih untuk masuk ke area produksi.
Ventilasi hendaklah sanggup menghilangkan bau yang timbul di ruang toilet yakni 10 x
pertukaran/jam.
Hendaklah disediakan tempat cuci tangan yang cukup bagi personil, yang dilengkapi dengan
antara lain :
air kran,
sabun antiseptik (misal yang mengandung kloroksilenol 0,5% b/b) atau sabun cair, dan
alat pengering tangan.

PEMBERSIHAN DAN SANITASI PERALATAN


Peralatan yang sudah dibersihkan :
a) hendaklah diberi label yang sesuai.
b) disimpan dalam keadaan bersih dan kering (keadaaan lembab atau basah merupakan
kondisi yang baik untuk pertumbuhan bakteri);
c) sambil menunggu pemakaian selanjutnya hendaklah diberi penutup bersih dan kering
dari bahan yang tidak melepaskan serat, misalnya bahan plastik, khusus untuk peralatan
tersebut; dan
d) disimpan di ruangan yang tingkat kebersihannya sama dengan tingkat kebersihan waktu
peralatan tersebut digunakan.
6. PRODUKSI
BAHAN AWAL
- Staf pembelian bahan awal hendaklah mendapatkan pelatihan yang sesuai dengan
program, tugas dan kewenangannya.
- Perusahaan hendaklah melakukan kualifikasi pemasok untuk mendapatkan pemasok
yang disetujui. Pemasok yang disetujui dapat berupa distributor atau produsen Bahan
Baku Obat. Hendaklah dibuat Daftar Pemasok yang Disetujui berisi antara lain nama
pemasok, nama dan alamat pabrik pembuat serta nama bahan yang dipasok. Daftar
tersebut hendaklah disetujui oleh Bagian Pengadaan dan Pemastian Mutu.
- Tiap penerimaan atau tiap bets / lot bahan awal hendaklah diberi nomor rujukan
(misal: nomor kontrol, nomor penerimaan dan cara lain yang relevan).
- Perlakuan yang sama hendaklah diterapkan terhadap penerimaan bets yang sudah
pernah diterima tetapi pada hari kedatangan yang berbeda.
- Pemeriksaan wadah dapat dilakukan berdasarkan waktu, prioritas, lokasi, tipe bahan
awal, bersamaan dengan, misalkan kegiatan penimbangan, re-sampling, cycle count,
stock taking dan sebagainya sehingga integritas wadah dan isinya terkendali.
- Tergantung dari kestabilan bahan awal, penyimpanan hendaklah dilakukan dalam
ruang atau tempat yang suhunya dikendalikan. Untuk penyimpanan hendaklah
tersedia ruang atau tempat dengan suhu berbeda-beda antara lain dengan:
suhu ruang (ambient) : 30oC;
suhu ruang berpendingin udara (AC) : 25oC;
dingin : 2o - 8oC ; dan
beku : di bawah 0oC.
Kondisi penyimpanan hendaklah disesuaikan dengan yang tercantum pada label
bahan awal atau sesuai dengan sifat fisik dan kimia bahan tersebut.
PENIMBANGAN DAN PENYERAHAN
Pemeriksaan kesiapan area penimbangan sebelum proses penimbangan hendaklah dilakukan
dan dicatat; catatan tersebut hendaklah menjadi bagian dari atau dilampirkan pada Catatan
Pengolahan Bets.

PENGEMBALIAN
Bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang dikembalikan hendaklah diberi
penandaan, jumlahnya diperiksa kembali dan disetujui oleh petugas yang diberi wewenang.
Bahan pengemas yang telah diberi kode hendaklah dimusnahkan. Bahan awal yang telah
dikeluarkan dari wadah aslinya serta dipindahkan ke dalam wadah lain hendaklah diberi label
identitas dan status yang jelas.

OPERASI PENGOLAHAN - PRODUK ANTARA DAN PRODUK RUAHAN


- Pemantauan kondisi area pengolahan dan langkah yang harus dilakukan sebelum mulai
proses pengolahan hendaklah menggunakan suatu daftar periksa yang mencakup antara
lain kebersihan ruangan dan peralatan, perbedaan tekanan antar ruangan, bebas dari
bahan dan produk sebelumnya, bila perlu suhu dan kelembaban.
- Wadah dan penutup yang digunakan untuk bahan yang akan diolah hendaklah terbuat
dari bahan yang inert antara lain polietilen, kaca, baja tahan karat. Bahan tersebut tidak
berpori, mudah dibersihkan dan bukan merupakan media pertumbuhan mikroba.
- Batas waktu dan kondisi penyimpanan produk dalam-proses, termasuk produk ruahan,
hendaklah ditetapkan agar produk tidak mengalami penurunan mutu selama
penyimpanan sebelum dilakukan proses selanjutnya. Penetapan batas waktu dan kondisi
penyimpanan tersebut hendaklah divalidasi.

BAHAN PENGEMAS
- Tiap penerimaan atau tiap bets bahan pengemas hendaklah diberi nomor referensi
(misal: control number) yang ditetapkan oleh bagian Pengawasan Mutu.
- Yang boleh dimasukkan ke dalam ruang kodifikasi pada saat yang sama hanya bahan
pengemas cetak atau bahan cetak yang akan dipakai untuk satu bets dari satu sediaan
dan dari satu produk yang bersangkutan untuk menghindari kecampurbauran.

KARANTINA DAN PENYERAHAN PRODUK JADI


Produk jadi yang masih dalam status karantina hendaklah diberi label Karantina dan tidak
didistribusikan sebelum diluluskan oleh bagian Pemastian Mutu. Tata cara untuk penerimaan,
penyimpanan dan pengiriman produk jadi hendaklah dibuat secara tertulis, Setiap penyerahan
produk jadi dalam status karantina hendaklah disertai dengan dokumen penyerahan atau cara
lain sesuai dengan sistem yang digunakan misal sistem komputerisasi yang tervalidasi serta
dicatat di sistem persediaan produk jadi status karantina.
Produk jadi dalam status karantina ini hendaklah disimpan di daerah karantina yang terpisah
secara fisik atau di area yang sama dengan cara lain misal penandaan yang sesuai atau
melalui sistem komputerisasi.
Setelah diluluskan oleh bagian Pemastian Mutu, produk jadi dapat dipindahkan ke daerah
penyimpanan produk jadi dan dicatat di sistem persediaan produk jadi. Pemindahan ini bisa
dilakukan baik secara fisik maupun secara sistem apabila sudah menerapkan sistem
komputerisasi yang sudah tervalidasi.

7. PENGAWASAN MUTU
Ukuran laboratorium dan tata ruang laboratorium ditentukan oleh jenis dan volume kegiatan,
jumlah peralatan dan personil laboratorium. Tata ruang laboratorium hendaklah diatur sesuai
dengan jenis kegiatan dan untuk mencegah kontaminasi. Ketentuan hendaklah dibuat untuk
melakukan pengujian fisiko-kimia, biologi, mikrobiologi dan pengujian produk radioisotop di
tempat terpisah. Di samping itu tempat-tempat khusus berikut ini hendaklah tersedia dalam
laboratorium Pengawasan Mutu :
1) Ruangan / area untuk instrumen;
2) Tempat untuk menyimpan sampel yang akan diuji (sampel hendaklah ditata dengan baik
untuk menghindari percampurbauran untuk sampel yang belum diuji dengan sampel yang
telah diuji);
3) Tempat penimbangan bahan uji (timbangan analitik hendaklah diletakkan di atas meja
tahan getar dan ditempatkan di area dengan aliran udara serendah mungkin);
4) Tempat penyimpanan pelarut dan pereaksi;
5) Lemari asam; dan
6) Ruang penyimpanan sampel pertinggal dan / atau sampel pembanding (lokasi dapat di
luar laboratorium).
Jarak antar analis hendaklah cukup nyaman bagi pelaksana pengujian atau
minimal 1,2 m.
Baku Pembanding terdiri dari Baku Pembanding Primer, Baku Pembanding Sekunder dan
Baku Kerja. Baku Kerja dapat dibuat dari bahan aktif obat yang telah dibakukan terhadap
Baku Pembanding Primer atau Baku Pembanding Sekunder. Pembakuan Baku Kerja untuk
uji kuantitatif dilakukan terhadap Baku Pembanding Primer atau Baku Pembanding
Sekunder. Lakukan uji kuantitatif secara titrasi, spektrofotometri UV, KCKT, Kromatografi
Gas atau sesuai dengan monografi terkait, masing-masing dengan 6 kali penetapan dengan
RSD tidak lebih dari 2 %.
Label penandaan Baku Kerja / Baku Pembanding Sekunder hendaklah mencakup kadar,
tanggal pembuatan, tanggal daluwarsa, tanggal pertama kali tutup wadahnya dibuka dan bila
perlu kondisi penyimpanan. Informasi lain yang tidak tertampung pada label misal kadar air,
tanggal pembukaan kedua dan seterusnya hendaklah didokumentasikan pada catatan lain.
Hendaklah tanggal penerimaan dan pertama kali wadah dibuka dicantumkan pada tiap wadah
bahan yang digunakan untuk kegiatan pengujian (misalnya pereaksi dan baku pembanding).

8. INSPEKSI DIRI, AUDIT MUTU DAN AUDIT & PERSETUJUAN PEMASOK


Dengan melakukan inspeksi diri dapat diketahui kekurangan atas pemenuhan CPOB, baik
yang kritis, yang berdampak besar maupun yang berdampak kecil. Penilaian terhadap
kekurangan atas pemenuhan CPOB sebagai berikut :

Inspeksi diri hendaklah dilakukan oleh tim yang anggotanya ditunjuk secara tertulis atau
ditetapkan dalam sistem inspeksi diri. Anggota tim inspeksi diri hendaklah mempunyai
pengetahuan tentang CPOB dan penerapannya, terkualifikasi dan mempunyai pengalaman
yang memadai dalam melakukan inspeksi diri.
Inspeksi diri dapat dilakukan sendiri oleh pihak perusahaan dengan membentuk suatu tim
atau oleh konsultan yang independen dari luar perusahaan. Di samping menemukan
kekurangan dan kelemahan lain, juga harus ditetapkan cara yang efektif untuk pencegahan
keberulangan hal yang sama dan untuk melakukan perbaikan.
9. PENANGANAN KELUHAN TERHADAP PRODUK DAN PENARIKAN
KEMBALI PRODUK
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan
obat, dapat bersumber dari dalam maupun dari luar industri, dan memerlukan penanganan
serta pengkajian secara teliti.
Keluhan atau informasi yang bersumber dari dalam industri antara lain dapat dari bagian
produksi, bagian pengawasan mutu, bagian gudang dan bagian pemasaran, sementara dari
luar industri antara lain dapat berasal dari pasien, dokter, paramedis, klinik, rumah sakit,
apotek, distributor dan Badan POM.
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan dari satu atau beberapa bets atau
seluruh bets produk tertentu dari rantai distribusi karena keputusan bahwa produk tidak layak
lagi untuk diedarkan. Keputusan ini dapat bersumber dari Badan POM atau dari industri.

KELUHAN
Tiap keluhan hendaklah diselidiki dan dievaluasi secara menyeluruh dan mendalam serta
mencakup:
a. pengkajian seluruh informasi mengenai laporan atau keluhan;
b. inspeksi atau pengujian sampel obat yang dikeluhkan dan diterima serta, bila perlu,
pengujian sampel pertinggal dari bets yang sama; dan
c. pengkajian semua data dan dokumentasi termasuk catatan bets, catatan distribusi dan
laporan pengujian dari produk yang dikeluhkan atau dilaporkan.
Keluhan yang tidak terkait dengan aspek mutu dan teknis seperti Farmakovigilans harus
ditangani menurut Peraturan Kepala Badan POM tentang Penerapan Farmakovigilans Bagi
Industri Farmasi.

PENARIKAN KEMBALI PRODUK


1. Tindakan penarikan kembali produk dilakukan, setelah diketahui ada produk yang cacat
mutu dengan segera, dan agar pesan tiba dengan cepat, menggunakan sistem komunikasi
yang efektif seperti telepon, surat elektronis (e-mail), fax, radio dan TV.
2. Setelah diketahui ada cacat mutu yang berisiko tinggi, pendistribusian produk hendaklah
diembargo dan dilanjutkan dengan tindakan penarikan kembali sampai tingkat
konsumen.
3. Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di industri farmasi hendaklah mencakup
paling sedikit:
Prosedur penarikan kembali produk yang antara lain mencakup cara, alat, dan tenggat
(batas waktu) untuk melakukan embargo dan penarikan produk; prosedur ini
hendaklah divalidasi misal dengan cara mock recall.
Format standar surat lengkap dengan amplop yang sudah dipersiapkan untuk menarik
kembali produk.
Catatan distribusi yang lengkap dan akurat.
10. DOKUMENTASI
Dokumentasi dapat dibuat dengan bentuk yang bervariasi termasuk media berbasis kertas,
elektronis atau fotografis. Tujuan utama sistem dokumentasi yang digunakan haruslah untuk
menentukan, mengendalikan, memantau dan mencatat seluruh kegiatan yang secara langsung
atau tidak langsung berdampak terhadap semua aspek mutu obat. Sistem Manajemen Mutu
hendaklah mencakup rincian instruksi yang memadai untuk memungkinkan pemahaman yang
sama bagi semua pihak terhadap persyaratan, di samping untuk memungkinkan pencatatan
yang memadai dari berbagai proses dan evaluasi setiap pengamatan, sehingga penerapan
persyaratan yang sedang berjalan dapat dibuktikan.
Ada dua jenis utama dokumentasi yang digunakan untuk pengelolaan dan pencatatan
pemenuhan CPOB, yaitu: instruksi (perintah, persyaratan) dan catatan dan / atau laporan.
Penyelenggaraan yang tepat dari dokumentasi yang baik hendaklah diterapkan sesuai dengan
jenis dokumen.
11. PEMBUATAN DAN ANALISIS BERDASARKAN KONTRAK
Cakupan pembuatan kontrak bukan hanya mencakup pembuatan dan / atau analisis obat tapi
bisa saja mulai dari pengadaan bahan. Jadi pada kontrak perlu disebutkan apakah kontrak
pembuatan mencakup seluruh mata rantai pembuatan (mencakup mulai dari pengadaan bahan
sampai dengan pengemasan akhir termasuk analisisnya) atau sebagian.

PEMBERI KONTRAK
Sebelum surat perjanjian kontrak ditandatangani hendaklah Pemberi Kontrak mengaudit
calon Penerima Kontrak dengan menggunakan daftar periksa yang dapat menyimpulkan
bahwa calon Penerima Kontrak dapat melakukan pekerjaan pembuatan produk yang akan
dikontrakkan dengan memuaskan. Daftar periksa tersebut antara lain hendaklah mencakup
aspek-aspek sebagai berikut :
gedung;
peralatan;
kapasitas produksi dan laboratorium;
pengetahuan;
pengalaman; dan
kompetensi personil untuk melakukan pekerjaan yang diberikan maupun personil
yang menunjang pelaksanaan tersebut.

PENERIMA KONTRAK
Surat perjanjian kontrak hendaklah mencakup pernyataan bahwa Penerima Kontrak wajib
melaporkan dan meminta persetujuan kepada Pemberi Kontrak apabila ada perubahan
aktivitas.

KONTRAK
Di samping Surat Perjanjian Kerja Sama Pembuatan Produk, hendaklah perusahaan membuat
perjanjian tambahan yaitu Kesepakatan Teknis, di mana diuraikan lebih rinci antara lain hal-
hal: pemasokan dan pelulusan bahan, persyaratan validasi, pelulusan produk, penyimpanan
sampel pembanding dan pertinggal, penanganan keluhan dan penarikan kembali, pengamatan
stabilitas.

12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI


Kegiatan validasi meliputi kualifikasi (personil, peralatan, sistem dan instrumen), kalibrasi
alat ukur dan validasi (prosedur dan proses). Terminologi validasi sering juga digunakan
untuk menggantikan terminologi kualifikasi kinerja, tetapi untuk memperoleh pengertian
yang jelas terhadap konsep validasi, kualifikasi kinerja dibedakan dari kegiatan validasi
proses. Misal, kualifikasi kinerja mesin cetak tablet dilakukan untuk membuktikan kinerja
mesin cetak tablet antara lain kekerasan dan keseragaman bobot tablet, sedangkan validasi
proses dilakukan dengan mengamati semua parameter mutu tablet. Data kekerasan dan
keseragaman bobot tablet dalam rangka kualifikasi kinerja mesin cetak tablet dapat diperoleh
dari data validasi proses.
Komponen / proses yang memerlukan kualifikasi dan/atau validasi mencakup antara lain:
personil;
konstruksi dan desain bangunan dan fasilitas;
peralatan produksi;
instrumen laboratorium;
metode analisis;
sarana penunjang kritis mencakup antara lain sistem pengolahan air, sistem tata udara
dan sistem udara bertekanan;
perubahan pemasok dan atau spesifikasi bahan awal dan bahan pengemas;
transfer proses produksi dan metode analisis*;
perubahan ukuran bets;
prosedur pengolahan dan prosedur pengemasan;
prosedur pembersihan; dan
sistem komputerisasi.

ANEKS 1
PEMBUATAN PRODUK STERIL
Produk steril hendaklah dibuat dengan persyaratan khusus dengan tujuan memperkecil risiko
pencemaran mikroba, partikulat dan pirogen, yang sangat tergantung dari ketrampilan,
pelatihan dan sikap personil yang terlibat. Pemastian Mutu sangatlah penting dan pembuatan
produk steril harus sepenuhnya mengikuti secara ketat metode pembuatan dan prosedur yang
ditetapkan dengan seksama dan tervalidasi. Pelaksanaan proses akhir atau pengujian produk
jadi tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya andalan untuk menjamin sterilitas atau aspek
mutu lain.

KLASIFIKASI RUANG BERSIH DAN SARANA UDARA BERSIH


Ruang bersih dan sarana udara bersih diklasifikasikan sesuai dengan EN ISO 14644-1.
Klasifikasi hendaklah dibedakan dengan jelas dari pemantauan lingkungan pada saat
operasional.

ANEKS 2
PEMBUATAN OBAT PRODUK BIOLOGI
Pembuatan obat produk biologi hendaklah dilaksanakan sesuai prinsip dasar CPOB. Butir-
butir yang dicakup dalam pedoman ini hendaklah dijadikan sebagai suplemen dari
persyaratan umum yang ditetapkan pada Pedoman CPOB termasuk aneksnya yang relevan.
Pembuatan obat produk biologi memerlukan pertimbangan khusus yang berasal dari sifat
alami produk dan proses. Cara yang digunakan untuk pembuatan, pengendalian serta
penggunaan obat produk biologi memerlukan perhatian khusus.
Obat produk biologi yang dicakup dalam Aneks ini adalah yang dibuat dengan metode
pembuatan berikut :
biakan mikroba; tidak termasuk hasil dari teknik r-DNA;
biakan sel dan mikroba; termasuk yang dihasilkan dari teknik rekombinan DNA atau
hibridoma;
ekstraksi dari jaringan biologi; dan
propagasi substrat hidup pada embrio atau hewan.

ANEKS 3
PEMBUATAN GAS MEDISINAL
Pembuatan gas medisinal umumnya dilakukan dengan menggunakan sistem tertutup. Oleh
karena itu pencemaran lingkungan terhadap produk kecil. Meskipun demikian risiko
pencemaran silang dengan gas lain tetap ada. Pembuatan gas medisinal hendaklah memenuhi
persyaratan dasar CPOB, aneksnya yang sesuai, standar farmakope dan pedoman rinci.

ANEKS 4
PEMBUATAN INHALASI
DOSIS TERUKUR BERTEKANAN (AEROSOL)
Pembuatan hendaklah dilakukan dalam kondisi yang dapat menekan sekecil mungkin
pencemaran mikroba dan partikulat di dalam kondisi ruangan terkendali (misalnya suhu dan
kelembaban rendah).
ANEKS 5
PEMBUATAN PRODUK DARI DARAH ATAU PLASMA MANUSIA
Untuk obat produk biologi yang diperoleh dari darah atau plasma manusia (produk darah),
bahan awal mencakup bahan sumber yaitu sel atau cairan termasuk darah atau plasma.
Karena mutu produk jadi dipengaruhi seluruh langkah pembuatannya, termasuk pengambilan
(collection) darah dan plasma, maka semua kegiatan hendaklah dilaksanakan menurut sistem
Pemastian Mutu yang sesuai dan CPOB. Mulai dari cara pengambilan sampel, peralatan yang
digunakan, sanitasi dan higienitas, peminimalisiran kontaminan, bahan ruahan yang harus
sangat diperhatikan dan diperlakukan khusus karena berasal dari darah atau plasma manusia.
Tindakan yang diperlukan hendaklah diambil untuk menghindarkan penularan penyakit
infeksi dan persyaratan farmakope (monografi) yang relevan mengenai plasma untuk
fraksinasi dan produk jadi yang diperoleh dari darah atau plasma manusia hendaklah
diberlakukan. Tindakan ini hendaklah juga meliputi pedoman lain dan pedoman World
Health Organization (WHO) yang relevan.

ANEKS 6
PEMBUATAN OBAT INVESTIGASI
UNTUK UJI KLINIS
Obat investigasi atau obat yang digunakan untuk uji klinis hendaklah dibuat mengikuti
prinsip dan pedoman rinci CPOB. Dalam uji klinis, tambahan risiko mungkin terjadi pada
subyek uji dibandingkan dengan pasien yang diobati dengan produk yang sudah beredar.
Penerapan CPOB pada pembuatan obat investigasi bertujuan untuk menjamin subyek uji
tidak berada dalam kondisi berisiko, dan hasil uji klinis tidak dipengaruhi oleh keamanan,
mutu atau kemanjuran yang tidak memadai akibat dari proses pembuatan yang tidak baik.
Selain itu, CPOB juga menjamin konsistensi antar bets obat investigasi yang sama, yang
digunakan untuk uji klinis yang sama atau berbeda, dan bahwa perubahan selama
pengembangan obat investigasi didokumentasikan dan dijustifikasi dengan cukup.

ANEKS 7
SISTEM KOMPUTERISASI
Sistem komputerisasi yang menggantikan sistem manual hendaklah tidak mengakibatkan
penurunan mutu produk atau penerapan sistem pemastian mutu. Hendaklah dipertimbangkan
risiko beberapa aspek hilang dari sistem sebelumnya yang disebabkan pengurangan
keterlibatan operator. System yang digunakan dan personalia yang mengoperasikan harus
tervalidasi dengan baik sesuai dengan CPOB.

ANEKS 8
CARA PEMBUATAN BAHAN BAKU AKTIF OBAT YANG BAIK
Pedoman ini ditujukan untuk memberikan panduan mengenai Cara Pembuatan Bahan Aktif
Obat yang Baik (CPBAOB) menurut sistem yang sesuai untuk mengelola mutu. Pedoman ini
juga digunakan untuk membantu memastikan bahwa Bahan Aktif Obat (BAO) memenuhi
persyaratan mutu dan kemurnian yang diklaim atau sifat yang dimilikinya. Pedoman ini
berlaku untuk pembuatan BAO yang digunakan sebagai produk obat untuk manusia.
Pedoman ini juga berlaku untuk pembuatan BAO steril hanya sampai pada tahap akhir
sebelum BAO dibuat steril.
Semua harus terkendaali dan sesuai dengan persyaratan CPOB mulai dari audit mutu,
personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan proses, dokumentasi dan catatan, pengelolaan
bahan, produksi dan pengawasan selama proses, pengemasan dan identifikasi label BAO dan
produk antara, penyimpanan dan distribusi, pengawasan mutu, validasi, pengendalian
terhadap perubahan, penolakan dan penggunaan ulang bahan, penanganan keluhan terhadap
produk dan penarikan kembali produk, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, agen,
perantara, pedagang, distributor, perusahaan pengemasan ulang dan perusahaan pelabelan
ulang, pedoman spesifik untuk BAO yang dibuat dengan cara kultur sel/fermentasi, bahan
aktif obat yang digunakan dalam uji klinis.

ANEKS 9
PEMBUATAN RADIOFARMAKA
Pembuatan dan penanganan radiofarmaka berpotensial berbahaya, sehingga produk harus
dibuat sesuai prinsip dasar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Area radioaktif
hendaklah dilengkapi dengan tekanan negatif terhadap area sekitar dan terpisah dari area
produksi/pengawasan mutu nonradioaktif. Pekerjaan radioaktif hendaklah dilakukan dalam
beta-gamma boxes/hot cells yang dilengkapi perisai yang sesuai. Area radioaktif hendaklah
dilengkapi monitor kontaminasi atau surveimeter. Perhatian khusus harus diberikan pada
pencegahan kontaminasi silang, ketertinggalan cemaran radionuklida, dan pembuangan
limbah radioaktif. Radiofarmaka mempunyai komponen bahan obat dan bahan radioaktif.
Oleh karena itu ada dua Otorita Pengawasan yang bertanggung jawab untuk pengawasan
radiofarmaka yaitu Badan POM dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
ANEKS 10
PENGGUNAAN RADIASI PENGION DALAM PEMBUATAN OBAT
Radiasi pengion dapat digunakan pada tahap proses pembuatan untuk berbagai tujuan
termasuk menurunkan bioburden dan sterilisasi bahan awal, bahan pengemas atau produk,
dan penanganan bahan pengemas untuk produk darah. Ada dua jenis proses iradiasi: iradiasi
gamma dari sumber radioaktif dan iradiasi elektron berenergi tinggi (sinar beta) dari suatu
akselerator.
Commissioning adalah kegiatan untuk mendapatkan dan mendokumentasikan bukti bahwa
fasilitas iradiasi dapat berkinerja secara konsisten dalam limit yang telah ditetapkan
sebelumnya bila dioperasikan sesuai dengan spesifikasi proses.
Commissioning hendaklah mencakup hal-hal di bawah ini:
Desain;
Pemetaan dosis;
Dokumentasi; dan
Persyaratan commissioning ulang.

ANEKS 11
SAMPEL PEMBANDING DAN SAMPEL PERTINGGAL
Sampel disimpan untuk dua tujuan; pertama menyediakan sampel untuk pengujian dan kedua
meyediakan spesimen produk jadi. Karena itu sampel dibagi menjadi dua kategori:
a. Sampel pembanding: sampel suatu bets dari bahan awal, bahan pengemas atau produk
jadi yang disimpan untuk tujuan pengujian apabila ada kebutuhan, selama masa edar dari
bets terkait.
b. Sampel pertinggal: sampel produk jadi dalam kemasan lengkap dari suatu bets disimpan
untuk tujuan identifikasi sebagai contoh, tampilan, kemasan, label, brosur, nomor bets,
tanggal daluwarsa, apabila dibutuhkan selama masa edar bets terkait.

ANEKS 12
CARA PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN OBAT YANG BAIK
Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam kegiatan dan manajemen
rantai pemasokan produk yang terintegrasi. Dokumen ini menetapkan langkah-langkah yang
tepat untuk membantu pemenuhan tanggung jawab bagi semua yang terlibat dalam kegiatan
pengiriman dan penyimpanan produk. Dokumen ini memberikan pedoman bagi penyimpanan
dan pengiriman produk jadi dari pabrik ke distributor. Aneks ini harus mengacu kepada Bab
Bab terkait di dalam Pedoman CPOB.

ANEKS 13
PELULUSAN PARAMETRIS
Definisi pelulusan parametris adalah sistem pelulusan yang dapat memberikan kepastian
bahwa mutu produk sudah sesuai dengan yang diinginkan berdasarkan informasi yang
terkumpul selama proses pembuatan dan pemenuhan persyaratan CPOB yang khusus terkait
dengan pelulusan parametris.

ANEKS 14
MANAJEMEN RISIKO MUTU
PENDAHULUAN DAN RUANG LINGKUP APLIKASI
Aneks ini mengacu pada pedoman Manajemen Risiko Mutu dan memberi pedoman mengenai
pendekatan sistematis terhadap Manajemen Risiko Mutu dan kemudahan bagi pemenuhan
CPOB dan persyaratan mutu lain. Ini mencakup prinsip yang digunakan dan beberapa pilihan
proses, metode dan perangkat yang dapat digunakan pada saat menerapkan pendekatan
Manajemen Risiko Mutu secara formal.

PRINSIP MANAJEMEN RISIKO MUTU


Dua prinsip utama dalam Manajemen Risiko Mutu adalah:
Evaluasi risiko terhadap mutu hendaklah berdasarkan pengetahuan ilmiah dan dikaitkan
dengan perlindungan pasien sebagai tujuan akhir; dan
Tingkat usaha, formalitas, dan dokumentasi pengkajian risiko mutu hendaklah setara
dengan tingkat risiko yang ditimbulkan.

You might also like