You are on page 1of 4

A.

Judul : Pemisahan dan Penentuan Kadar Asam Lemak dari Sabun


B. Tujuan : Agar mahasiswa dapat memahami cara
penggunaan dan prinsip kerja ekstraksi
C. Dasar Teori :

Sabun adalah dari senyawa garam asam-asam lemak tinggi, seperti


natrium stereat C17H35COO-Na+. Aksi pencucian dari sabun banyak
dihasilkam dari kekuatan pengemulsian dan kemampuan menurunkan
teganggan permukaaan dari air. Konsep ini dapat dipahami dengan
pengingat kedua sifat dari anion sabun. Suatu gambaran dari stearat terdidi
dari ion karboksil sebagai kepala dengan hidrokarbon yang panjang
sebagai ekor (Rukaesih, 2004).
Sabun merupakan produk pembersih untuk kilit manusia. Seperti
detergen, sabun mempunyai gugus hidrofobik yang berinteraksi dengan
minyak dan ujung anionik yang larut air. Mekanisme sabun mengangkat
minyak/lemak dari benda adalah molekul sabun larut dalam air dan ujung
hidrofobik mengepung molekul minyak sedangkan ujung anion terlarut
dalam air menbentuk misel sehingga minyak terlepas dari benda. Garam
natrium atau kalium yang dihasilkan oleh asam lemak dapat larut dalam air
dikenal sebagai sabun. Sabun kalium disebut sabun lunak dan digunakan
sebagai sabun untuk bayi. Asam lemak yang digunakan untuk sabun
umumnya adalah asam palmitat atau stearat. Dalam industri, sabun tidak
dibuat dari asam lemak tetapi langsung dari minyak yang berasal dari
tumbuhan. Minyak adalah ester asam lemak tidak jenuh dengan gliserol.
Melalui proses hidrogenasi dengan bantuan katalis Pt atau Ni, asam lemak
tidak jenuh diubah menjadi asam lemak jenuh, dan melalui proses
penyabunan dengan basa KOH dan NaOH akan terbentuk sabun dan gliserol
(poejiadi, 2007).
Minyak nabati seperti sawit merupakan bahan utama pembuat sabun.
Minyak hewani seperti lemak sapi dan babi juga sering dimanfaatkan untuk
pembuatan sabun. Molekul sabun terdiri atas rantai hidrokarbon dengan
gugus COO- pada ujungnya. Bagian hidrokarbon bersifat hidrofob artinya
tidak suka pada air atai tidak mudah larut dalm air, sedangkan gugus COO-
bersifat hidrofil, artinya suka akan air, jadi dapat larut dalam air. Oleh karena
adanya dua bagian itu, molekul sabun tidak sepenuhnya larut dalam air,
tetapi membentuk misel yaitu kumpulan rantai hidrokarbon dengan ujung
yang bersifat hidrofil dibgian luar (poejiadi, 2007). Sementara itu SNI (1994)
menjelaskan bahwa sabun mandi merupakan pembersih yang dibuat dengan
mereaksikan secara kimia antara basa natrium atau basa kalium dan asam
lemak yang berasal dari minyak nabati dan atau lemak hewani yang
umumnya ditambahkan zat pewangi atau antiseptik dan digunakan untuk
membersihkan tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan. Sabun
tersebut dapat berwujud padat, lunak atau cair, berbusa dan digunakan
sebagai pembersih(Soebagyo,2005).
Sabun yang telah berkembang sejak zaman Mesir kuno berfungsi sebagai
alat pembersih. Keberadaan sabun yang hanya berfungsi sebagai alat
pembersih dirasa kurang, mengingat pemasaran dan permintaan
masyarakat akan nilai lebih dari sabun mandi (Anonymous, 2009).
Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika dikembangkan lagi sabun
mandi yang mempunyai nilai lebih, seperti pelembut kulit, antioksidan,
mencegah gatal-gatal dan pemutih dengan penampilan (bentuk, aroma,
warna) yang menarik. Perkembangan tersebut disesuaikan dengan
perkembangan zat- zat aditif yang telah ada. Selain itu, perlu ditambahkan
zat pengisi (filter) untuk menekan biaya supaya lebih murah (Anonymous,
2009).
Adanya perbedaan komposisi pada lemak dan minyak menyebabkan
sifat fisik berbeda dan hasil lemak serta sabun berbeda pula. Untuk itu, perlu
upaya mencoba pembuatan sabun dengan penambahan zat aditif berupa
TiO2 dan EDTA dengan bahan dasar minyak kemasan, dibandingkan dengan
campuran minyak kelapa dan minyak goreng gurah tanpa kemasan dengan
prosedur yang berbeda. Minyak dan lemak Pada dasarnya, lemak dan
minyak dihasilkan oleh alam yang bersumber dari hewan dan tanaman.
Sedangkan berdasarkan pada sumbernya, minyak dan lemak dapat
diklasifikasikan atas hewan (minyak hewani) dan tumbuhan (minyak nabati).
Perbedaan mendasar daripada lemak hewani dan lemak nabati adalah:
1). Lemak hewani mengandung kolesterol, sedangkan lemak nabati
mengandung fitosterol,
2). Kadar lemak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil daripada lemak
nabati, dan
3). Lemak hewani mempunyai bilangan Reicher-Meiss lebih besar dan
bilangan
Ada beberapa sifat fisik dari minyak dan lemak yang dapat dilihat dari
minyak dan lemak, antara lain: warna, bau amis, odor dan flavor, kelarutan,
titik cair dan polymerism, titik didih, splitting point, titik lunak, shot melting
point, berat jenis, indeks bias dan kekeruhan. Zat warna dibedakan menjadi
dua, yaitu warna alamiah dan warna akibat oksidasi dan degradasi
komponen kimia yang terdapat dalam minyak. Zat warna alamiah terdapat
secara alamiah dalam bahan yang mengandung minyak dan ikut terekstraksi
bersama minyak bersama dalam proses ekstraksi. Zat warna tersebut antara
lain alfa dan beta karoten, xanthofil dan anthosianin. Zat warna ini
menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan
dan kemerah-merahan(Pradipto, 2009).
Asam lemak bersama-sama dengan gliserol, merupakan penyusun
utama minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua
lipida pada makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak masak
(goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara
alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis)
maupun terikat sebagai gliserida (Cahyono, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2009. Perbedaan Sabun Mandi Herbal Dan Sabun.
http://www.clubsupernova.com.Mandi - Biasa. Diakses tanggal 12 juni
2010

Cahyono, E. 2009. Pemisahan Dan Penentuan Kadar Asam Lemak Dari


Sabun Dengan-

Menggunakan Ektraksi Pelarut.

Poedjiaji, A., Supriyanti, F.M.T. 2007. Dasar-dasar Biokimia Edisi Revisi.


Jakarta: Universitas Indonesia (UI) Press.

Rukaesih, 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta : C.V Andi Offset.

Pradipto, M. 2009. Pemanfaatan Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas


L.) Sebagai Sabun

Mandi. Fakultas pertanian Institut Tekhnologi Pertanian Bogor.

Q Soebagyo . 2005. Kimia Analitik II. Malang : Universitas Negeri Malang.

You might also like