Professional Documents
Culture Documents
Amran
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
INTRA NATAL
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya serta nikmat yang tidak terhingga seperti nikmat iman dan islam, nikmat sehat
walafiat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul asuhan keperawatan pada
klien intranatal
1
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih. ( Agus Tossy , ardaya,suwanto 2001).
CKR ( Cidera Kepala Ringan )
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma kepala atau cedera kepala merupakan kasus yang sangat sering terjadi dalam
kehidupan kita sehari-hari.
OCT
25
BAB I
PENDAHULUAN
Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di dalam
rumah sakit maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga
medis maupun non medis termasuk masyarakat awam. Pada pertolongan pertama
yang cepat dan tepat akan menyebabkan pasien/korban dapat tetap bertahan hidup
untuk mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut.
Adapun yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita yang
memerlukan pertolongan segera karena berada dalam keadaan yang mengancam
nyawa,sehingga memerlukan suatu pertolongan yang cepat, tepat, cermat untuk
mencegah kematian maupun kecacatan. Untuk memudahkan dalam pemberian
pertolongan korban harus diklasifikasikan termasuk dalam kasus gawat darurat,
darurat tidak gawat, tidak gawat tidak darurat dan meninggal.
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana pasien
berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan hemodinamik adalah
trauma abdomen di mana secara anatomi organ-organ yang berada di rongga
abdomen adalah organ-organ pencernaan. Selain trauma abdomen kasus-kasus
kegawatdaruratan pada system pencernaan salah satunya perdarahan saluran
cerna baik saluran cerna bagian atas ataupun saluran cerna bagian bawah bila hal
ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa
menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami penanganan
kegawatdaruratan pada system pencernaan secara cepat,cermat dan tepat
sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindari.
BABII
PEMBAHASAN
Perforasi
Gejala perangsangan peritonium yang terjadi dapat disebabkan oleh zat kimia atau
mikroorganisme. Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya lambung, maka terjadi
perangsangan oleh zat kimia segera sesudah trauma dan timbul gejala peritonitis
hebat.
Bila perforasi terjadi di bagian bawah seperti kolon, mula-mula timbul gejala karena
mikroorganisme membutuhkan waktu untuk berkembang biak. Baru setelah 24 jam
timbul gejala-gejala akut abdomen karena perangsangan peritoneum.
Mengingat kolon tempat bakteri dan hasil akhirnya adalah faeses, maka jika kolon
terluka dan mengalami perforasi perlu segera dilakukan pembedahan. Jika tidak
segera dilakukan pembedahan, peritonium akan terkontaminasi oleh bakteri dan
faeses. Hal ini dapat menimbulkan peritonitis yang berakibat lebih berat.
Perdarahan
Setiap trauma abdomen (trauma tumpul, trauma tajam, dan tembak) dapat
menimbulkan perdarahan. Yang paling banyak terkena robekan pada trauma adalah
alat-alat parenkim, mesenterium, dan ligamenta; sedangkan alat-alat traktus
digestivus pada trauma tumpul biasanya terhindar. Diagnostik perdarahan pada
trauma tumpul lebih sulit dibandingkan dengan trauma tajam, lebih-lebih pada taraf
permulaan. Penting sekali untuk menentukan secepatnya, apakah ada perdarahan
dan tindakan segera harus dilakukan untuk menghentikan perdarahan tersebut.
Sebagai contoh adalah trauma tumpul yang menimbulkan perdarahan dari limpa.
Dalam taraf pertama darah akan berkumpul dalam sakus lienalis, sehingga tanda-
tanda umum perangsangan peritoneal belum ada sama sekali.
Dalam hal ini sebagai pedoman untuk menentukan limpa robek(ruptur lienalis)
adalah:
Adanya bekas (jejas) trauma di daerah limpa
Gerakkan pernapasan di daerah epigastrium kiri berkurang
Nyeri tekan yang hebat di ruang interkostalis 9 - 10 garis aksiler depan kiri.
Trauma
(kecelakaan)
Penetrasi & Non-Penetrasi
Terjadi perforasi lapisan abdomen
(kontusio, laserasi, jejas, hematom)
Menekan saraf peritonitis
Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen Nyeri
Motilitas usus
Disfungsi usus Resiko infeksi
Refluks usus output cairan berlebih
Kelemahan fisik
Gangguan mobilitas fisik
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Saluran pencernaan
Gambaran kliniknya berbeda-beda tergantung pada :
Letak sumber perdarahan dan kecepatan gerak usus
Kecepatan dan jumlah perdarahan
Keadaan penderita sebelum perdarahan
Hematemesis ialah dimuntahkannya darah dari mulut, darah dapat berasal dari
saluran cerna bagian atas atau darah dari luar yang tertelan (epistaksis, hemoptisis,
ekstraksi gigi, tonsilektomi). Tergantung pada lamanya kontak dengan asam
lambung, darah dapat berwarna merah, coklat atau hitam. Biasanya tercampur sisa
makanan dan bereaksi asam.
Melena ialah feces berwarna hitam seperti ter karena tercampur darah ;umumnya
terjadi akibat perdarahan saluran cerna bagian atas yang lebih dari 50-100ml dan
biasanya disertai hematemesis. Melana tanpa hematemesis terjadi pada perdarahan
jejunum atau ileum asalkan perjalanannya dalam usus lambat. Biasanya melena
berlangsung 1-3 hari, lalu berangsur normal meskipun darah samar mungkin
menetap sampai 3-8 hari (perdarahan <50 ml, diketahui dengan tes benzidin).
Hematokezia ialah keluarnya darah segar dari anus umumya terjadi akibat
perdarahan saluran cerna bagian bawah. Dapat juga disebabkan perdarahan
saluran cerna bagian atas yang besar dan cepat disalurkan melalui usus.
2. Trauma tumpul
Gambaran kliniknya antara lain :
Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di
bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh
iritasi.
Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat
pasien dalam posisi rekumben.
Mual dan muntah
Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi
E. PROSEDUR DIAGNOSTIK
1. Perdarahan saluran pencernaan bagian atas
Anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium
Dilakukan anmnesis yang teliti dan bila keadaan umum penderita lamah atau
kesadaran menurun maka dapat diambil aloanamnesis. Perlu ditanyakan riwayat
penyakit dahulu, misalnya hepatitis, penyakit hati menahun, alkoholisme, penyakit
lambung, pemakaian obat-obat ulserogenik dan penyakit darah seperti: leukemia
dan lain-lain. Biasanya pada perdarahan saluran makan bagian atas yang
disebabkan pecahnya varises esofagus tidak dijumpai adanya keluhan rasa nyeri
atau pedih di daerah epigastrium dan gejala hematemesis timbul secara mendadak.
Dari hasil anamnesis sudah dapat diperkirakan jumlah perdarahan yang keluar
dengan memakai takara yang praktis seperti berapa gelas, berapa kaleng dan lain-
lain. Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian atas yang perlu
diperhatikan adalah keadaan umum, kesadaran, nadi, tekanan darah, tanda-tanda
anemia dan gejala-gejala hipovolemik agar dengan segera diketahui keadaan yang
lebih serius seperti adanya rejatan atau kegagalan fungsi hati. Disamping itu dicari
tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hepatis, seperti spider naevi, ginekomasti,
eritema palmaris, caput medusae, adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan
edema tungkai. Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit,
leukosit, sediaan darah hapus, golongan darah dan uji fungsi hati segera dilakukan
secara berkala untuk dapat mengikuti perkembangan penderita.
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk daerah
esofagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada lambung dan
duodenum. emeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada
daerah 1/3 distal esofagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari ada/tidaknya
varises. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, dianjurkan pemeriksaan
radiologik ini sedini mungkin, dan sebaiknya segera setelah hematemesis berhenti.
Pemeriksaan endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka pemeriksaan secara
endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat asal
dan sumber perdarahan. Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik adalah
dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan, dan biopsi
untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan saluran makan bagian atas yang
sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan secara darurat atau
sedini mungkin setelah hematemesis berhenti.
2. Trauma tumpul
Riwayat
Dapatkan keterangan mengenai perlukaannya, bila mungkin dari penderitanya
sendiri, orang sekitar korban, pembawa ambulans, polisi, atau saksi-saksi lainnya,
sesegera mungkin, bersamaan dengan usaha resusitasi.
Penemuan
Trauma tumpul pada abdomen secara tipikal menimbulkan rasa nyeri tekan, dan
rigiditas otot, pada daerah terjadinya rembesan darah atau isi perut. Tanda-tanda ini
dapat belum timbul hingga 12 jam atau lebih pasca trauma, sehingga kadanga-
kadang diperlukan pengamatan yang terus-menerus yang lebih lama. Nyeri yang
berasal dari otot dan tulang, mungkin malah tak terdapat tanda-tanda objektif yang
dapat menunjukan perlukaan viseral yang luas. Fraktur pada iga bagian bawah
sering kali menyertai perlukaan pada hati dan limpa. Pemeriksaan rektum secaga
digital, dapat menimbulkan adanya darah pada feses
Test Laboratorium
Secara rutin, diperiksa hematokrit, hitung jenis leukosit, dan urinalisis, sedangkan
test lainnya dilakukan bila diperlukan. Nilai-nilai amilase urine, dan serum dapat
membantu untuk menentukan adanya perlukaan pankreas atau perforasi usus.
Foto Sinar X
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pemeriksaan Fisik
Segera nilai tanda vital, terutama ada tidaknya renjatan atau hipotensi postural (Tilt test). Jangan
lupa colok dubur untuk menilai sifat darah yang keluar dan ada tidaknya kelainan pada anus
(hemoroid interna, tumor rektum). Pemeriksaan fisis abdomen untuk menilai ada tidaknya rasa
nyeri tekan (iskemia mesenterial), rangsang peritoneal (divertikulitis), massa intraabdomen
(tumor kolon, amuboma, penyakit Crohn). Pemeriksaan sistemik lainnya: adanya artritis
(inflammatory bowel disease), demam (kolitis infeksi), gizi buruk (kanker), penyakit jantung
koroner (kolitis iskemia).
Laboratorium
Segera harus dinilai adalah kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan kalau sarana lengkap
waktu protrombin. Laboratorium lain sesuai indikasi. Penilaian hasil laboratorium harus
disesuaikan dengan keadaan klinis yang ada. Penilaian kadar hemoglobin dan hematokrit,
misalnya pada perdarahan akut dan masif, akan berdampak pada kebijakan pilihan jenis darah
yang akan diberikan pada proses resusitasi.
Anoskopi/Rektoskopi
Pada umumnya dapat segera mengetahui sumber perdarahan tersebut bila berasal dari
perdarahan hemoroid interna atau adanya tumor rektum. Dapat dikerjakan tanpa persiapan yang
optimal.
Sigmoidoskopi
Perdarahan dari sigmoid (misalnya tumor sigmoid) masih mungkin dapat diidentifikasi dengan
pemeriksaan ini dengan hanya persiapan laksan enema (YAL) atau klisma, mengingat darah
dalam lumen usus itu sendiri sudah bersifat laksan.
Kolonoskopi
Pada keadaan yang bersifat elektif dengan persiapan yang optimal, pemeriksaan ini dapat
dengan relatif mudah mengidentifikasi sumber perdarahan di seluruh bagian kolon sampai ileum
terminal. Tetapi pada keadaan perdarahan aktif, lumen usus penuh darah (terutama bekuan
darah), maka lapang pandang kolonoskop akan terhambat. Diperlukan usaha yang berat untuk
membersihkan lumen kolon secara kolonoskopi. Sering sekali lumen skop tersumbat total
sehingga pemeriksaan harus dihentikan. Tidak jarang hanya dapat menyumbangkan informasi
adanya demarkasi atau batas antara lumen kolon yang bersih dari darah dan diambil kesimpulan
bahwa letak sumber perdarahan di distal demarkasi tersebut
Push Enteroskopi
Pemeriksaan ini dilakukan melalui SCBA dan melewati ligamentum Treitz serta dapat
mengidentifikasi perdarahan pada usus kecil. Sarana ini masih sangat jarang di Indonesia.
Barium Enema (colon in loop)
Pada keadaan perdarahan akut dan emergensi, pemeriksaan ini tidak mempunyai peran.
Bahkan kontras yang ada akan memperlambat rencana pemeriksaan kolonoskopi (kontras
barium potensial dapat menyumbat saluran pada skop) atau skintigrafi (kontras barium akan
mengacaukan interpretasi) bila diperlukan. Serta tidak ada tambahan manfaat terapeutik. Tetapi
pada keadaan yang elektif, pemeriksaan ini mampu mengidentifikasi berbagai lesi yang dapat
diprakirakan sebagai sumber perdarahan (tidak dapat menentukan sumber perdarahan).
Angiografi/Arteriografi
Injeksi zat kontras lewat kanul yang dimasukkan melalui arteri femoralis dan arteri mesenterika
superior atau inferior, memungkinkan visualisasi lokasi sumber perdarahan. Dengan teknik ini
biasanya perdarahan arterial dapat terdeteksi bila lebih dari 0,5 ml per menit. Arteriografi dapat
dilanjutkan dengan embolisasi terapeutik pada pembuluh darah yang menjadi sumber
perdarahan.
0
Tambahkan komentar
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan sistem endokrin merupakan suatu gangguan sistem tubuh yang melibatkan banyak
aspek. Hal ini disebabkan sistem endokrin dipertimbangkan sebagai salah satu sistem tubuh
yang kompleks.
Memuat
Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.