You are on page 1of 14

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Variabel Terkendali

1. Jenis Perawatan Fraktur


Maksila
2. Umur pasien 18-45
Variabel Bebas Variabel terikat
tahun
3. Batasan waktu pada
Pasien Pasca Perawatan 1. Asimetri wajah
sampel penelitian 2. Keterbatasan membuka
Fraktur Maksila dengan
Variabel Tak Terkendali mult
Metode Reduksi Tertutup
1. Jenis kelamin
2. Bentuk wajah sebelum terjadi
fraktur
3. Developmental deformities
4. Kelainan kongenital pada wajah
Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Hipotesis
Terdapat pengaruh asimetri wajah, dan keterbatasan membuka mulut

pada pasien pasca perawatan fraktur maksila dengan menggunakan metode

reduksi tertutup.

C. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian


1) Lokasi Penelitian

Variabel Tak Terkendali Variabel Terikat

Jumlah pembuluh darah


Respon Imun Pada Tikus
35
pada proses
angiogenesis
36

Lokasi penelitian dilakukan pada dua lokasi, yaitu:


a. Pada bagian rekam medis pasien fraktur maksila Rumah Sakit Umum

Siaga Medika Banyumas.


b. Rumah pasien yang mempunyai riwayat fraktur maksila yang

dilakukan perawatan reduksi tertutup sesuai dengan alamat pasien

pada rekam medis.


2) Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2017

E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pasien pascaperawatan

fraktur maksila dengan metode reduksi tertutup.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah asimetri wajah dan

keterbatasan membuka mulut.

3. Variabel Terkendali

Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah jenis perawatan fraktur

maksila, umur pasien 18-45 tahun, batasan waktu pada sampel penelitian.

4. Variabel Tak Terkendali


Varabel tak terkendali pada penelitian ini adalah jenis kelamin, bentuk

wajah sebelum terjadi fraktur, developmental deformities, dan kelainan

kongenital pada wajah.


37

F. Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan untuk penelitian ini terjadi dalam

Tabel 3.1 tersebut.

Tabel 3.1 Definisi Operasional


N Variabel Definisi Alat Ukur Keterangan Skala Data
o
1 Asimetri Wajah ketidakseimbangan Adobe Mengukur Rasio
ukuran, bentuk serta Photoshop titik-titik
susunan pada Cs6 kefalometris
bidang, titik ataupun pada sisi kiri
garis antara satu sisi dan kanan
dengan sisi yang wajah,
lain,dapat dilakukan apabila
pengukuran pada perbedaanny
jaringan lunak a >2 mm
dengan konsep maka pasien
antropometri dikatakan
menggunakan titik memiliki
kefalometris. wajah yang
asimetris
2 Keterbatasan Keterbatasan dalam Sliding Pengukurak Rasio
membuka membuka mulut caliper pada jarak
mulut atau trismus adalah interinsisal
suatu kondisi gigi anterior,
dimana pasien apabila
membuka mulut pembukaan
maksimal 20 mm mulut pasien
yang dapat 20 mm
diakibatkan oleh maka dapat
trauma, pembedahan dikatakan
dan radiasi. memiliki
keterbatasan
dalam
membuka
mulut
3 Perawatan Pengembalian - - Nominal
fraktur reduksi fragmen yang
tertutup fraktur tanpa
melalui suatu
tindakan
38

pembedahan.

G. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi dan Sampel
Menurut Arikunto (2006), populasi adalah seluruh subjek atau objek

dengan karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Populasi penelitian

adalah pasien pascaperawatan fraktur maksila dengan menggunakan

metode reduksi tertutup pada periode tahun 2015- 2016, namun jumlah

populasi belum diketahui, maka besar sampel dihitung dengan rumus

Lemeshow sebagai berikut:


n = Z2.p.q
d2
= (1,96)2.0,5.0,5
(0,2)
= 24,01 25 sampel

Keterangan:

n= jumlah sampel minimal yang diperlukan tiap kelompok


p= Dugaan proporsi atau insidensi kasus dalam populasi. Jika belum

diketahui dianggap 0,5


q= proporsi sampel yang tanpa kasus (1-p) = 0,5
d= limit dari eror atau presisi absolut = 0,2
z= nilai Z pada tingkat kesalahan tertentu Z= 1,96.
Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah sampel minimal yang

digunakan adalah 25 orang untuk kelompok perlakuan.

2. Kriteria Sampel
39

Kriteria sampel terdiri dari dua, yaitu:

a. Kriteria Inklusi
1) Pasien usia 18-45 tahun.
2) Pasien pascaperawatan fraktur maksila yaitu Le Fort I, Le Fort II,

dan Le Fort III atau fraktur Le Fort Kombinasi.


3) Pasien pascaperawatan fraktur maksila yaitu fraktur vertikal/

sagital dan fraktur parasagital.


4) Pasien pascaperawatan fraktur maksila yang merupakan

kombinasi fraktur Le Fort dengan fraktur vertikal/sagital dan

fraktur parasagital.
5) Perawatan reduksi tertutup.
6) Fiksasi dan imobilisasi dengan IMF atau MMF.
7) Pasien selesai perawatan minimal 3 bulan yang lalu.
b. Kriteria Eksklusi
1) Pasien pascaperawatan fraktur zigomatikum kompleks (ZMC).
2) Pasien pascaperawatan fraktur nasal tunggal.
3) Pasien fraktur mandibula yaitu simfisis, angulus, dan corpus serta

fraktur condilus.
4) Pasien yang masih menjalani perawatan fraktur maksila.
5) Pasien dengan pemakaian screw dan plat pada fraktur.
6) Pasien yang pernah dilakukan operasi wajah seperti operasi

plastik atau pembedahan pada wajah.


7) Pasien openbite.

H. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan

data sekunder.
1. Data primer
Data primer dikumpulkan dari hasil pemeriksaan dan wawancara langsung

dengan responden.
2. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari data rekam medis pasien.

I. Instrumen Penelitian
40

1. Alat : Sliding caliper, kamera digital atau SLR, tripod, foto pasien,

alat diagnostik, form pengukuran yang berisi identitas responden

dan kolom-kolom variabel yang hendak diukur.

2. Bahan : Sarung tangan, masker.

J. Cara Pengumpulan Data


Cara pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Peneliti mengurus surat izin berupa ethical clearance dari komisi etik

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.


2. Meminta izin kepada direktur Rumah Sakit Umum (RSU) Siaga Medika

Banyumas.
3. Data dikumpulkan dengan metode survei menggunakan data sekunder

yang diambil dari rekam medis pasien.


4. Pengambilan sampel didasarkan pada kriteria inklusi.
5. Penyalinan data rekam medis ke lembar review.
6. Melakukan informed consent kepada pasien untuk mendapatkan

persetujuan akan dilakukannya evaluasi pemeriksaan klinis.


7. Melakukan evaluasi berupa evaluasi asimetri wajah, dan keterbatasan

membuka mulut.
8. Evaluasi Asimetri Wajah
Antropometri menjadi metode yang sederhana dan hemat biaya

untuk mengukur jeringan lunak wajah pada subjek yang belum pernah

menjalani operasi wajah sebelumnya atau pada wajah yang memiliki

riwayat trauma kraniofasial atau kelainan kongenital (Baral dkk., 2010).

Pengukuran dilakukan pada foto dengan menggunakan kamera yang

sama dan standarisasi yang sama dengan zoom fixed 6.0 dan jarak 1,5 m

antara kamera dan wajah pasien, foto dilakukan dari arah frontal

(Calvalho dkk., 2012). Pasien tidak boleh senyum, tatapan pasien fokus
41

pada kamera, tidak dianjurkan penggunaan kacamata, dan mulut pasien

ditutup dengan posisi oklusi normal pasien, kemudian foto dianalisis

menggunakan Adobe Photoshop CS6 (Ercan dkk., 2008).


Penilaian pada asimetri wajah terdiri dari riwayat pasien,

pemeriksaan fisik dan gambar medis. Perbedaan pada sisi kanan dan kiri

wajah tersebut terbukti pada pengukuran, tetapi tidak terlihat secara

visual. Faktor yang diperhatikan dalam konsep antropometri adalah

penentuan garis tengah wajah (Cheong dkk., 2011).

Tahapan penentuan asimetri wajah adalah sebagai berikut.

a. Teknik pengukuran yang digunakan adalah dengan cara

memperhatikan titik-titik kefalometris pada facial landmark.

Terdapat 38 facial landmark yaitu 10 landmark midline dan 14

bilateral landmark (kiri dan kanan). Landmark ditentukan

berdasarkan prominensia anatomi.


b. Penentuan titik midsagital landmark dengan menilai wajah dari

arah frontal.

Penentuan garis midsagital landmark dilakukan dengan

menghubungkan midsagital landmark yang teridiri dari trichion

(tr), supraglabella (sg), nasion (n), pronasale (pr), subnasale (sn),

labiale superius (ls), stomion (sto), labiale inferius (li), sublabiale

(sl), dan gnathion (gn).

c. Penentuan titik Bilateral landmark yang terdiri dari :


1) Dahi yaitu frontotemporale, frontozygomatikus, frontal

eminence.
42

2) Mata yaitu exocanthion, endocanthion, palpebrale superior,

palpebrale inferior.
3) Fasial lateral yaitu zygion dan gonion.
4) Hidung yaitu maxillofrontale, alare, subalare.
5) Bibir dan mulut yaitu crista philtri, cheilion.

Fasial Anatomical Landmark berupa landmark pada bagian

midline dan landmark pada bagian bilateral dapat dilihat pada gambar

3.2 sebagai berikut.

Gambar 3.2 Facial Anatomical Landmark


Sumber : Ercan dkk., 2008
Keterangan:

1. Midline Landmark

Tabel 3.2 Facial Anatomical Landmark pada Bagian Midline


N No Landmark Keterangan Penjelasan Landmark
o
1 17 Trichion Titik tengah dari garis
rambut
2 18 Supraglabella Titik paling anterior pada
bagian tengah
3 19 Nasion Titik tengah pada sutura
nasofrontal
4 20 Pronasale Titik paling menonjol pada
ujung hidung
5 21 Subnasale Persimpangan antara batas
bagian bawah septum nsalis,
yang membagi lubang
43

hidung, dan bagian kulit


bibir atas di garis tengah.
6 22 Labiale Titik tengah pada vermilion
superius border bibir bagian atas
7 23 Stomion Titik tengah fisura labial
ketika bibir berada dalam
keadaan menutup.
8 24 Labiale inferius Titik tengah vermillion
border bibir bagian bawah
9 25 Sublabiale Titik tengah sulkus
labiomental
10 26 Gnathion Titik paling bawah pada
rahang bawah terletak pada
bagian tengah garis dagu.

2. Bilateral Landmark

Tabel 3.3 Facial Anatomical Landmark Pada Bagian Bilateral


N No Landmark Keterangan Penjelasan landmark
o
1. 1,27 Frontal eminence Berpusat pada pupil mata,
titik paling anterior pada
dahi
2. 2,28 Frontotemporale Titik paling tengah pada
puncak temporal tulang
frontal
3. 3, 29 Maxillofrontale Titik anterior pada puncak
lacrimal tulang maksila pada
sutura frontomaksilari
4. 4,30 Endocanthion Sudut dalam fisura mata
dimana kelopak mata
bertemu
5. 5,31 Palpabrae Titik tertinggi pada batas
superius atas bagian tengah kelopak
mata
6. 6,32 Palpabrae inferius Titik terendah pada batas
bawah bagian tengah
kelopak mata
7. 7,33 Exocanthion Sudut luar pada celah mata
dimana kelopak mata
bertemu
8. 8,34 Frontozigomatiku Titik paling lateral pada
s sutura frontozigomatikus
9. 10,36 Zygion Titik paling lateral pada
arkus zigomatikus
10. 12, 38 Alare Titik paling lateral pada ala
nasal
11. 13,39 Subalare Titik paling rendah dari ala
nasal
12. 14,40 Crista philtre Titik pada puncak filtrum,
44

alur vertical pada bagian


tengah bibir atas, tepat diatas
perbatasan vermilion
13. 15,41 Cheilion Sudut luar mulut dimana tepi
luar vermilion atas dan
bawah bertemu
14. 16,42 Gonion Titik paling lateral pada
angulus mandibular

d. Kemudian dihitung jarak antar landmark dengan menghitung antara


kiri dan kanan.

Tabel 3.4 Jarak Antar Landmark


N Jarak Antar Keterangan
o Landmark
1 27-20 frontal eminence pronasale
2 27-21 frontal eminence - subnasale
3 27-22 frontal eminence - labiale superius
4 27-23 frontal eminence - stomion
5 2927 maxillofrontale - frontal eminence
6 3027 endocanthion - frontal eminence
7 31-30 palpabrae superius - endocanthion
8 32-28 palpabrae inferius - frontotemporale
9 32-29 palpabrae inferius maxillofrontale
10 32-30 palpabrae inferius endocanthion
11 3319 exocanthion nasion
12 3332 exocanthion palpabrae inferius
13 3331 exocanthion palpabrae superius
14 3330 exocanthion endocanthion
15 3317 exocanthion trichion
16 33-20 exocanthion pronasale
17 3329 exocanthion maxillofrontale
18 34-19 frontozigomatikus nasion
19 34-20 frontozygomatikus pronasale
20 34-21 frontozigomatikus subnasale
21 34-22 frontozigomatikus labiale superius
22 34-23 frontozigomatikus stomion
23 34-24 frontozygomatikus labiale inferius
24 34-25 frontozigomatikus sublabiale
25 34-29 frontozigomatikus maxillofrontale
26 34-30 frontozigomatikus endocanthion
27 3431 frontozygomatikus palpabrae superius
28 3620 zygion pronasale
29 3621 zygion subnasale
30 3624 zygion labiale inferius
31 36-28 zygion - frontotemporale
45

32 3630 zygion - endocanthion


33 3629 zygion - maxillofrontale
34 3631 zygion palpebrale superius
35 3623 zygion stomion
36 3622 zygion labiale superius
37 3633 zygion exocanthion
38 3626 zygion gnathion
39 3625 zygion sublabiale
40 3619 zygion nasion
41 36-32 zygion palpebrale inferius
42 3836 alare zygion
43 3834 alare frontozygomatikus
44 38-27 alare frontal eminence
45 38-33 alare - exocanthion
46 39-21 subalare subnasale
47 39-22 subalare labiale superius
48 3936 subalare zygion
49 3938 subalare alare
50 3934 subalare frontozygomatikus
51 39-33 subalare exocanthion
52 4021 crista philtre subnasale
53 40-22 crista philtre labiale superius
54 4023 crista philtre stomion
55 4036 crista philtre zygion
56 4027 crista philtre frontal eminence
57 4038 crista philtre alare
58 40-39 crista philtre subalare
59 41-40 cheilion crista philtre
60 4134 cheilion frontozygomatikus
61 4136 cheilion zygion
62 41-25 cheilion sublabiale
63 4124 cheilion labiale inferius
64 4123 cheilion stomion
65 4241 gonion - cheilion
66 4223 gonion stomion
67 42-33 gonion exocanthion

e. Hitung perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri pasien, apabila 2

mm maka pasien memiliki asimetri wajah (Dwinursanty, 2006:93).


9. Evaluasi keterbatasan membuka mulut
Cara evaluasi keterbatasan membuka mulut pada pasien adalah

sebagai berikut.
46

a. Pasien duduk dengan nyaman pada kursi, kepala pasien dalam

posisi tegak, setiap subjek penelitian diminta untuk membuka

mulut selebar mungkin (Tuhafi, 2005: 182).


b. Evaluasi keterbatasan membuka mulut menggunakan sliding

caliper.
c. Apabila pasien memiliki gigi utuh pada kedua rahang maka

pengukuran yaitu slliding caliper diposisikan di insisal edge

insisivus sentral rahang atas dan insisal edge iinsisivus central

rahang bawah (Kumar dkk., 2012: 83).


d. Apabila gigi hanya terdapat pada satu rahang maka pengukuran

dilakukan yang dilakukan adalah sebagai berikut.


1) Memakai garis imajiner lengkung gigi dengan menggunakan

bruss wire atau kawat kuningan. Garis ditarik dari molar

pertama kanan ke kiri. Garis lengkung gigi rahang atas ditarik

melalui fossa sentral gigi molar, singulum kaninus, tapi tepi

insisal dari gigi insisivus, sedangkan garis lengkug gigi

rahang bawah ditarik melalui tonjol bukal molar dan tepi

insisivus (Thalib, 2013: 15).


2) Menyesuaikan garis median atau garis tengah lengkung

rahang.
3) slliding caliper diposisikan di insisal edge insisivus sentral

rahang atas dan insisal edge iinsisivus central rahang bawah.


e. Apabila pasien edentulous rahang atas dan rahang bawah

pengukuran diantara alveolar ridge (Der Geer dkk., 2016: 1319).


f. . Perhitungan sliding caliper saat pergerakan mandibula, apabila

35 mm maka terdapat suatu gangguan (Der Geer dkk., 2016:

1319).
10. Tabulasi dan penyajian data.
47

11. Perhitungan data secara statistik.


12. Pembahasan data secara deskriptif.

K. Alur Penelitian

Pengumpulan rekam medis pasien yang telah


dilakukan perawatan fraktur maksila

Pengumpulan rekan medis pasien yang dirawat


dengan metode reduksi tertutup, Fiksasi dan
imobilisasi menggunakan MMF atau IMF
Evaluasi Pasien
Evaluasi Asimetri Wajah Evaluasi keterbatasan
pasien pasca perawatan pembukaan mulut pasien
fraktur maksila dengan pasca perawatan fraktur
reduksi tertutup maksila dengan reduksi
tertutup
Tabulasi data

Analisis data terhadap adanya perubahan asimetri


wajah dan keterbatasan membuka mulut pada pasien
dengan uji z dan perbandingan rasio untuk melihat
asimetri dengan melihat bagian sisi wajah yang
paling dominan lebih besar dibandingkan dengan sisi
Gambar 3.3 Alur
yangPenelitian
lain

L. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan software Statistical

Package for the Social Sciences (SPSS) Versi 17.00. Pertama lakukan uji

statistik untuk mencari mean (rerata). Uji distribusi normal dengan

menggunakan saphiro wilk karena sampel yang digunakan jumlahnya 50,

kemudian dilakukan uji varian atau homogenitas data dengan levene test.
48

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik parametrik uji Z

untuk menilai asimetri wajah dan keterbatasan membuka mulut dengan

membandingkan nilai rerata dengan standar deviasi yang sudah ada, dan

perbandingan rasio untuk mengetahui bagian sisi yang dominan pada asimetri

wajah.

M. Jadwal Penelitian

Penelitiian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei tahun 2017, dengan

perkiraan lamanya penelitian tercantum pada Tabel 3.4 sebagai berikut.

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian


Waktu yang Dibutuhkan (minggu)
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
Persiapan
a. Perizinan penelitian
1.
b. Kelengkapan
Instrumen Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
2.
(Evaluasi pasien)
Pengolahan dan Analisis
data
a. Pengolahan data
b. Analisis data
3.
c. Interpretasi
hasil
d. Kesimpulan
penelitian
4. Pembuatan laporan akhir

You might also like