You are on page 1of 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

INFEKSI SALURAN KEMIH


Dosen Pengampu : Ns. Tri Wahyuni, S. Kep

Disusun Oleh :
1. Dedi Anwar
2. Reski Andari
3. Yunik

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER KELAS 3C SEMESTER VI

STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2015

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


INFEKSI SALURAN KEMIH

Topik : Infeksi Saluran Kemih


Sub Pembahasan : Pengertian, penyebab, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan
diagnostic, komplikasi, penatalaksanaan medis dan tindakan
pencegahan.
Sasaran : Pasien dan keluarga
Tempat : STIK Muhammadiyah Pontianak
Hari/Tanggal : Senin, 1 juni 2015
Waktu : 1 x 30 menit ( jam 09.30 -10.00 WIB)
Penyuluh : Dedi Anwar, Reski Andari, Yunik

I. Analisa Data
A. Latar belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih (ISK)
merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemukan di praktik umum. Infeksi
saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis
kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi saluran kemih dari pria (Sukandar,
2006). Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia.
Pada usia 40 60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama
atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi
saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik anak-
anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata
wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum kurang lebih 5-15%.
Lebih kurang 35% kaum wanita selama hidupnya pernah menderita infeksi
saluran kemih akut dan umur tersering adalah di kelompok umur antara 20 sampai 50
tahun. Angka kejadian bakteriuri pada wanita meningkat sesuai dengan bertambahnya usia
dan aktifitas seksual. Prevalensi selama periode sekolah (school girls) 1% meningkat
menjadi 5% selama periode aktif seksual. Ini dibuktikan dengan banyaknya temuan yang
menunjukkan kelompok wanita yang tidak menikah angka kejadian ISK lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok yang sudah menikah (Sukandar, 2006). Menurut Journal
of Oxford prevalensi infeksi saluran kemih meningkat dari 0,47% pada tahun 2005
menjadi 1,7% pada tahun 2008 (Calbo, 2009). Tetapi data menunjukkan bahwa kebanyakan
kasus-kasus infeksi saluran kemih pada wanita yang belum menikah baik yang berstatus
pelajar maupun mahasiswi biasanya disebabkan karena faktor-faktor yang sebenarnya
dapat dicegah. Yang diakibatkan kurangnya pengetahuan dan kelalaian dalam mencegah
terjadinya infeksi saluran kemih.
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya Infeksi Saluran Kemih, sehingga
usaha pencegahan harus bentuk multifaktorial juga. Pencegahan harus diusahakan sedapat
mungkin dengan cara pengendalian gaya hidup. Infeksi saluran kemih merupakan salah
satu masalah kesehatan serius yang terjadi pada jutaan orang setiap hari. Infeksi pada
saluran kemih merupakan infeksi kedua tersering yang terjadi pada tubuh manusia.

B. Kebutuhan Peserta Didik


Pasien dan keluarga pasien membutuhkan penyuluhan tentang Infeksi Saluran Kemih,
dikarenakan tidak mengenali dan tidak memahami tentang Infeksi Saluran Kemih..

II. Tujuan Instruksional Umum


Pada akhir proses penyuluhan, pasien dan keluarga pasien dapat mengetahui dan memahami
tentang penyakit infeksi saluran kemih, meliputi pengertian, penyebab, patofisiologi, tanda dan
gejala, pemeriksaan diagnostic, komplikasi, penatalaksanaan medis dan tindakan pencegahan.

III. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga:
1. Menjelaskan pengertian dari Infeksi Saluran Kemih.
2. Menjelaskan penyebab dari Infeksi Saluran Kemih.
3. Menjelaskan patofisiologis dari Infeksi Saluran Kemih.
4. Menyebutkan tanda dan gejala dari Infeksi Saluran Kemih.
5. Menyebutkan pemeriksaan diagnostik dari Infeksi Saluran Kemih.
6. Menyebutkan komplikasi dari Infeksi Saluran Kemih.
7. Menjelaskan penatalaksanaan medis dari Infeksi Saluran Kemih.
8. Menyebutkan tindakan pencegahan dari Infeksi Saluran Kemih.
IV. Materi (terlampir)
1. PengertianInfeksi Saluran Kemih.
2. PenyebabInfeksi Saluran Kemih.
3. PatofisiologisInfeksi Saluran Kemih.
4. Tanda dan gejalaInfeksi Saluran Kemih.
5. Pemeriksaan diagnostik Infeksi Saluran Kemih.
6. Komplikasi Infeksi Saluran Kemih.
7. Penatalaksanaan medis Infeksi Saluran Kemih.
8. Tindakan pencegahanInfeksi Saluran Kemih.

V. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab / Diskusi

VI. Media
1. Leaflet
2. Flip chart

VII. Kegiatan Penyuluhan


KEGIATAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH METODE
PESERTA
1 3 menit Pembukaan:
1. Menjawab salam
1. Membuka kegiatan dengan Ceramah
2. Mendengarkan
mengucapkan salam. 3. Memperhatikan
2. Pembukaan.
3. Menjelaskan tujuandari
penyuluhan.
4. Menyebutkan materi yang akan
diberikan.
2 15 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan tentang pengertian 1. Memperhatikan Ceramah dengan
2. Mendengarkan
infeksi saluran kamih. menggunakan
2. Menjelaskan penyebab dari banner
Infeksi Saluran Kemih.
3. Menjelaskan patofisiologis dari
Infeksi Saluran Kemih.
4. Menyebutkan tanda dan gejala
dari Infeksi Saluran Kemih.
5. Menyebutkan pemeriksaan
diagnostik dari Infeksi Saluran
Kemih.
6. Menyebutkan komplikasi dari
Infeksi Saluran Kemih.
7. Menjelaskan penatalaksanaan
medis dari Infeksi Saluran
Kemih.
8. Menyebutkan tindakan
pencegahan dari Infeksi Saluran
Kemih.
9. Memberi kesempatan pada
peserta untuk bertanya
3 10 menit Evaluasi :
Menanyakan kepada peserta tentang Menjawab Tanya jawab dan
materi yang telah diberikan, dan pertanyaan diskusi
reinforcement kepada para peserta
yang dapat menjawab pertanyaan
4 2 menit Terminasi :
1. Menyampaikan kesimpulan 1. Mendengarkan Ceramah dan
2. Mengucapkan salam penutup 2. Menjawab salam
membagikan
leaflet

VIII. Evaluasi
Mengkaji pemahaman peserta tantang apa yang disampaikan dengan memberikan beberapa
pertanyaan secara lisan :
1. Jelaskan pengertian dari Infeksi Saluran Kemih.
2. Jelaskan penyebab dari Infeksi Saluran Kemih.
3. Jelaskan patofisiologis dari Infeksi Saluran Kemih.
4. Sebutkan tanda dan gejala dari Infeksi Saluran Kemih.
5. Sebutkan pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan.
6. Sebutkan komplikasi dari Infeksi Saluran Kemih.
7. Jelaskan penatalaksanaan medis dari Infeksi Saluran Kemih.
8. Bagaimana tindakan pencegahan dari Infeksi Saluran Kemih.

MATERI PENYULUHAN

I. Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah dimana kuman tumbuh dan berkembang di dalam saluran
kemih dalam jumlah yang bermakna (Marwazi, 2014)
Infeksi saluran kemih adalah infeksi-didapat (infeksi nosokomial) yang paling terjadi di
rumah sakit (Potter & Perry, 2005).
Infeksi saluran kemih adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme
patogenik dalam traktis urinarius, dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala (Brunner &
Suddarth, 2002).
II. Penyebab
Organisme penyebab infeksi pada saluran kemih yang tersering adalah Escherichia Coli,
yang menjadi penyebab pada lebih dari 80% kasus. E.Coli merupakan penghuni normal pada
kolon. Organisme juga dapat menimbulkan infeksi adalah golongan Proteus, Klebsiella,
Enterobacter, dan Pseudomonas. Faktor predisposisi dalam perkembangan infeksi saluran kemih
adalah (Price & Wilson, 2005).
1. Obstruksi aliran urin
Obstruksi aliran urin terletak di sebelah proksimal dari vesika urinaria dapat
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter. Hal ini
saja sudah cukup untuk mengakibatkan atrofi hebat pada parenkim ginjal. Disamping itu,
obstruksi yang terjadi dibawah vesika urinaria sering disertai refluks vesikoureter dan
infeksi pada ginjal. Penyebab umum obstruksi adalah jaringan parut ginjal atau uretra,
batu, neoplasma hipertrofi prostat (sering ditemukan pada laki-laki dewasa di atas usia 60
tahun), kelainan congenital pada leher vesika urinaria dan uretra serta penyempitan
uretra.
2. Jenis kelamin perempuan
Perempuan mempunyai insidensi ISK yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki
karena bentuk uretranya yang lebih pendek dan letaknya yang berdekatan dengan anus
sehingga mudah terkontaminasi oleh feses.
3. Umur yang lebih tua
Infeksi saluran kemih juga dapat terjadi pada laki-laki, meskipun jarang terjadi.pada pria
dengan usia yang sudah lanjut, penyebab paling sering adalah hyperplasia prostat jinak
(BPH). Prostat adalah sebuah kelenjar kecil yang terletak tepat dibawah lubang kandung
kemih. BPH dapat menyebabkan obstruksi aliran yang merupakan predisposisi timbulnya
infeksi pada saluran kemih (Corwin, 2009).
4. Kehamilan
Telah diketahui sebelumnya bahwa hidroureter dan hidronefrosis biasanya paling jelas
pada ginjal kanan, selalu terjadi selama masa kehamilan dan menetap selama beberapa
waktu sesudahnya. Pelebaran ini disebabkan oleh relaksasi otot akibat kadar progesteron
yang tinggi dan akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar. Wanita yang
mengalami infeksi saluran kemih atas selama masa kehamilan meningkatkan angka
insidensi bayi premature dan mortalitas.
5. Refluks vesikoureter
Aliran urin biasanya hanya berlangsung satu arah yaitu dari pelvis ginjal menuju vesika
urinaria, dan aliran balik (refluks) dicegah oleh adanya katup ureterovesikular.Katup ini
mencegah terjadinya aliran balik saat berkemih ketika tekanan dalam vesika urinaria
meningkat. Refluks vesikoureter (VUR). VUR dikaitkan dengan malformasi kongenital
dari bagian bawah vesika urinaria. VUR dapat ditemukan pada pasien anak yang
menderita infeksi saluran kemih rekuren dan merupakan cara masuknya mikroorganisme
ke dalam ginjal.
6. Peralatan kedokteran
Kateterisasi uretra dan ureter serta sistoskopi sering menyebabkan terjadinya infeksi pada
vesika urinaria atau ginjal. Sekitar 2% dari tindakan kateterisasi vesika urinaria
mengakibatkan infeksi. Terdapat 98% insidensi infeksi dalam jangka waktu 48 jam pada
pemasangan kateter menetap. Bahkan dengan system drainase tertutup yang baikpun urin
hanya steril selama 5 sampai 7 hari.
7. Penyakit metabolic
Pengidap diabetes juga beresiko mengalami infeksi saluran kemih berulang karena
tingginya kadar glukosa dalam urin, fungsi imun yang menurun dan peningkatan
frekuensi kandung kemih neurogenik (Corwin, 2009).

III. Patofisiologi
Organisme gram positif kurang berperan dalam infeksi saluran kemih kecuali
Staphylococcus saprophyticus, yang menyebabkan 10% hinga 15% infeksi ini terjadi pada
perempuan muda. Organisme tersebut dapat mencapai vesika urinaria melalui uretra. Infeksi
dimulai dari sistitis, dapat terbatas di vesika urinaria saja atau dapat pula merambat ke atas
melalui ureter sampai ke ginjal. Mekanisme pertahanan lainnya adalah kerja antibakteri yang
dimiliki oleh mukosa uretra, sifat bakterisidal dari cairan prostat pada laki-laki dan sifat fagositik
epitel vesika urinaria (Price, 2005) serta pembentukan selaput mucus dependen estrogen yang
membungkus kandung kemih yang memiliki fungsi antimikroba pada wanita. Pada kedua jenis
kelamin, proteksi terhadap infeksi saluran kemih terbentuk oleh sifat alami urin yang bersifat
asam dan berfungsi sebagai bahan antibakteria (Corwin, 2009). Tindakan perawatan yang
dilakukan dimaksudkan untuk mencegah kateter terkontaminasi dan juga untuk mencegah
adanya rute masuk bakteri kedalam saluran kemih. Pada umunya, kandung kemih terbebas dari
invasi bakteri selama 2 hari. Selain itu, beberapa faktor predisposisi seperti usia, penurunan daya
tahan serta penyakit metabolic ikut memperkuat invasi bakteri dalam perlekatan di kandung
kemih sehingga dapat berkoloni di selang kateter yang terpasang lama dengan tindakan
perawatan yang minim.

Infeksi mikroorganisme (Escherichia Coli), Usia,Obstruksi aliran urin, Kurang


Jenis kelamin, Kehamilan, Refluks vesikoureter, Peralatan kedokteran, Pengetahuan
Penyakit metabolik

Resiko
Makanan terkontaminasi Infeksi
Jaringan parut
mikroorganisme masuk lewat renal tersumbat
mulut

Tekanan VU
HCL (lambung)

Penebalan dinding VU
Kuman masuk ke usus dan
mengeluarkan endotoksin Kontraksi otot VU

Kesulitan
berkemih

HCL Hipotalamus Tekanan uretra


Bakteremia Sistitis, uretritis,
prostatitis, pielonefritis
Iritasi ureter
Oliguria
Invasi bakteri ke
ginjal
Gangguan Eliminasi
Mual & Menekan Urin
Muntah termoregulator Urin tertahan di
Frekuensi
VU
berkemih
Kekurangan Hiperterm
Volume Cairan i

Disuria
(Nyeri)

IV. Tanda dan Gejala


Adapun tanda-tanda infeksi saluran kemih menurut Corwin, 2009 adalah :
1. Biasanya memperlihatkan disuria (nyeri waktu berkemih), peningkatan frekuensi
berkemih, dan rasa desakan ingin berkemih.
2. Dapat terjadi nyeri punggung bawah atau suprarubis, khususnya pada pielonefritis.
3. Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah.
4. Gejala infeksi pada bayi atau anak kecil dapat nonspesifik dan termasuk iritabilitas,
demam, kurang nafsu makan, muntah, dan bau popok yang menyengat.
5. Gejala infeksi pada lansia dapat berupa gejala samar seperti mual atau muntah, demam,
agitasi atau konfusi.

V. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung koloni.
Pemeriksaan laboraturium yang menjadi indikator bakteriuria adalah hitung koloni. Urin
yang telah diinkubasi selama 24 jam dalam suhu 37 C. Hasil dikatakan positif jika
jumlah pertumbuhan bakteri lebih dari 100.000 coloning forming units (cfu/ml) pada
biakan urin (Price & Wilson, 2006).
2. Kultur urin.
Untuk mengidentifikasi organism spesifik dilakukan kultur urin. Indikasi kultur urin pada
bakteriuria dengan komplikasi atau bakteriuria pada pasien yang terpasang kateter,
bakteri persisten, infeksi saluran kemih yang berulang lebih dari 3 kali per tahun. Urin
kultur mengakomodasi tes sensitive untuk membedakan kerentanan bakteri terhadap
jenis-jenis antibiotik.(Lewis, et.al.,2007 dalam Sepalanita, 2012).
3. Hematuria mikroskopik
Hematuria mikroskopik ditemukan pada 50% pasien yang memiliki infeksi akut. Sel
darah putih terdeteksi pada infeksi urinarius dan sejumlah besar sel ini berhubungan
dengan infeksi saluran kemih atas dibandingkan dengan infeksi saluran kemih bawah
(Smeltzer & Bare, 2008 dalam Sepalanita, 2012).
4. Urogram intravena (IVU) atau pielografi (IVP), sistografi dan ultrasonografi
Dilakukan untuk menentukan infeksi diakibatkan dari abnormalitas saluran kemih,
adanya batu, abses renal, hidronefrosis atau hyperplasia prostat. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengidentifikasi kembalinya infeksi yg resisten terhadap pengobatan
(Smeltzer & Bare, 2008 dalam Sepalanita, 2012).

VI. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat infeksi saluran kemih adalah:
1. Pielonefritis
Pielonefritis adalah infeksi yang terjadi pada ginjal dan dapat bersifat akut ataupun
kronis. Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi saluran kemih asendens.
Sedangkan pielonefritis kronis dapat terjadi akibat infeksi yang berulang dan biasanya
dijumpai pada individu yang sering mengidap batu, obstruksi dan refluks vesikoureter
2. Abses dan gagal ginjal
Akibat infeksi yang telah naik ke ginjal, terjadi respon imun dan peradangan yang
menyebabkan edema interstisium dan menyebabkan pembentukan jaringat parut. Area
yang sering terkena adalah tubulus dan dapat mengalami atrofi. Kemampuan ginjal untuk
memekatkan urin menurun karena rusaknya tubulus yang dapat menyebabkan gagal
ginjal.

VII. Penatalaksanaan Medis


1. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg
trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis. Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin. Co-
amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten terhadap cotrimoxazole.
2. Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak digunakan pada anak-anak
yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK.
3. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka diperlukan
penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
4. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan
ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri feces.

VIII. Tindakan Pencegahan


1. Perbanyak minum air putih (8/10gelas /hari).
2. Mengkonsumsi vitamin C secara teratur karena dapat mengurangi jumlah bakteri dalam
urine.
3. Hindari konsumsi minuman beralkoho, makanan yang berempah, dan kopi, karena semua
makanan ini dapat mengiritasi kandung kemih.
4. Berikan kompres hangat dengan bantal elektrik khusus atau botol berisi air panas pada
bagian abdomen untuk mengurangi rasa tegang pada kandung kemih.
5. Segera buang air kecil jika keinginan itu timbul.
6. Cucilahh alat kelamin sebelum dan sesudah hubungan kelamin.
7. Jalani hidup bersih dengan mencuci bagian anus dan genetalia sekurang-kurangnya sekali
sehari.
8. Untuk wanita :
a. Basuh bagian kemaluan dari arah depan kebelakang (anus) agar bakteri tidak
bermigrasi dari anus ke vagina atau uretra.
b. Ganti pembalut atau tampon.
c. Hindari pemakaian terlalu ketat.
d. Hindari penggunaan parfume, deodorant, atau produk kebersihan wanita lainnya
pada bagian kelamin karena dapat berpotensi mengiritasi uretra.
DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC.2013


Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan : Buku Pertama.PT.Refika Aditama : Jakarta.
Corwin, E.J. Alih bahasa Nike Budhi Subekti. (2009). Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.EGC :
Jakarta.
Hartawan, M. Taza, H. dan Sukriyadi. (2012). Hubungan Antara Pemasangan Kateter Tetap
Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Rawat Inap di RSUD Lapatarai
Kabupaten Barru,1,1-2.
Nicolle, Lindsay E. (2014). Catheter Associated Urinary Tract Infections,3,1.
Potter, Patricia A & Perry, A.G. Alih bahasa Renata Komalasari, Dian Evriyani, Enie Novieastari,
Alfrina Hany, & Sari Kurnianingsih. (2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 Volume 2. EGC : Jakarta.
Price, Sylvia A. & Wilson, L.M. Alih bahasa Brahm U. Pendit, Huriawati Hartanto, Pita
Wulansari, Dewi Asih Mahanani.(2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. EGC : Jakarta.
Sepalanita, Widya. (2012). Pengaruh Perawatan Kateter Urine Indwelling Model American
Association of Critical Care Nurses (AACN) Terhadap Bakteriuria di RSU Raden Mattaher
Jambi, Tesis, Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
Triwahyuni. (2015). Buku Panduan Teori dan Parktikum Sistem Perkemihan. Pontianak.
Smeltzer, S. & Bare, G., (2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 vol 2..EGC :
Jakarta.

You might also like