Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita penjatkan kehadirat Allah swt. karena dengan berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Syalawat dan salam tak lupa
pula kami hatur kan kepada junjungan nabi besar kita Nabi Muhammad saw.
sebagai suri tauladan bagi kita semua, yang telah membawa umat manusia dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang menderang seperti yang kita
rasakan saat ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini, baik itu
berupa bantuan materi mau pun bantuan yang lainnya.
Makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami
masih sangat membutuhkan kritik dan saran dari teman teman mahasiswa yang
lain demi kelacaran dalam penyusunan makalah kami selanjutnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................3
1.4 Metode Penulisan...........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1 Akhlak Terpuji................................................................................................4
A. Sabar..........................................................................................................5
B. Bersifat benar.............................................................................................6
C. Kasih sayang..............................................................................................6
D. Memelihara amanah...................................................................................8
E. Adil.............................................................................................................9
F. Malu..........................................................................................................10
G. Memelihara kesucian diri.........................................................................13
H. Menepati janji..........................................................................................15
I. Berani........................................................................................................15
BAB III PENUTUP...............................................................................................17
3.1 Kesimpulan...................................................................................................17
3.2 Saran.............................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Akhlak Terpuji
A. Sabar
Benar adalah suatu sifat yang mulia menghiasi akhlak seseorang yang
beriman kepada Allah dan perkara-perkara yang ghaib.
Benar itu mempunyai 5 martabat yaitu:
1. Benar pada kata-kata dan ucapan
2. Benar pada niat dan kehendak (menurut syarak)
3. Bener pada melaksanakan cita-cita
4. Benar pada amalan
6
Kasih sayang dan cinta (dalam bahasa Arab disebut Mahabbah) di segi
bahasa adalah berasal daripada bening dan bersih, atau luapan hati dan
gejolaknya, atau tenang dan teguh, atau gundah dan tiada tetap, atau inti sesuatu,
atau usungan bejana/ bekas, atau buah hati. Batasan maknanya juga berbeza
pendapat di kalangan ahli bahasa. Ada yang menyatakan sebagai kecenderungan
secara terus menerus dengan disertai hati yang meluap-luap. Ada pula yang
menyebut sebagai kecenderungan secara total kepada orang yang dicintai,
kemudian engkau rela mengorbankan diri, nyawa dan hartamu demi dirinya,
kemudian engkau mengikutinya secara sembunyi atau terang-terangan. Istilah
yang sinonim dengan kasih sayang dan cinta ini amat banyak sehingga
menjangkau 50 istilah.
Kasih sayang sesama manusia meliputi segala-galanya dalam urusan hidup
selain melibatkan unsur agama dan aqidah yang menjadi rukun agama yang
dianuti oleh manusia tersebut. Justeru itu, kasih sayang ini membuka ruang untuk
berintraksi dengan manusia yang tidak seagama secara terbuka dalam semua
bidang selain yang melibatkan unsur agama manusia itu. Kemanusiaan ini amat
menyeluruh, terutama bagi pihak kerajaan Islam dalam menangani semua pihak
yang berada di bawah naungannya sehingga hak beragama penganut agama bukan
Islam juga boleh dilayani selagi tidak berunsur menyebar dan menyuburkan
agama tersebut. Kasih sayang ini meliputi bantuan keperluan hidup ; makanan,
pakaian, tempat tinggal, pendidikan, kesihatan, dan keperluan asas yang lain,
pergaulan (kecuali dalam hal-hal tertentu seperti perkahwinan), harta, tanah dan
sebagainya.
Bagian-bagian kasih saying
1. Kasih sayang fitrah
Kasih sayang fitrah atau semula jadi atau sunnatullah yang dibekalkan
oleh Allah ini seperti kasih sayang yang timbul apabila melihat anak kecil yang
diseksa atau sakit. Semakin lemah seseorang manusia di sudut fizikal semakin
7
dalam perasaan kasih sayang yang timbul dalam hati sanubari mereka yang berada
sekitarnya. Justeru itu, kasih ibu dan ayah kepada anaknya tidak diperintahkan
oleh Allah lantaran tabiat semula jadi yang wujud itu. Berbeza kasih sayang anak
kepada dua ibu bapanya mestilah dipupuk dan dibajai, dan ianya diperintahkan
oleh Allah, lantaran bimbang sewaktu tua ibu bapa (sewaktu lemah) tidak
dipedulikan oleh anak-anak.
Termasuk kasih sayang fitrah ini ialah segala bentuk haiwan yang sentiasa
menaungi anak-anaknya dan pasangannya. Bahkan adakalanya kasih sayang
haiwan lebih hebat daripada kasih sayang sebahagian manusia yang tidak terdidik.
2. Kasih sayang Allah kepada hambaNya
a. Kasih sayang Allah kepada makhlukNya
Segala makhluk di alam maya ini berada di bawah kasih sayang
Allah mengikut jenis dan klasifikasinya, walaupun makhluk itu (hanya jin
dan manusia) kufur kepada Allah, lalu mereka boleh hidup dengan udara,
air, tanah dan api yang disediakan oleh Allah. Dalam hal ini, mereka yang
berikhtiar dan berusaha lebih akan mendapat habuan rezeki dan kekayaan
mengikut kadar kerja yang disumbangkan. Bukankah ganjaran itu
mengikut kadar kerja yang diusahakan.
b. Kasih sayang Allah kepada hambaNya yang beriman
Kasih sayang Allah kepada makhlukNya yang beriman ada
kelainannya, terutama di akhirat nanti. Semasa di dunia kasih sayang Allah
ini berupa pertambahan taqarrub si hamba yang beriman kepada Allah.
Persoalan rezeki dan kesenangan hidup bukan ukuran kasih sayang Allah
kepada seorang mukmin.
c. Kasih sayang hamba kepada Tuhannya
Kasih sayang hamba kepada Tuhannya bergantung di atas
kesedaran diri hamba/ manusia terhadap segala bentuk nikmat yang
diperolehinya samada nikmat kewujudannya di dunia, atau nikmat panjang
umur dan kesihatan dan nikmat kesenangan berupa harta, wang, kekayaan,
pangkat dan sebagainya.
d. Kasih sayang hamba sesama hamba
1) Kasih sayang atas dasar kemanusiaan (satu hak sahaja).
2) Kasih sayang atas dasar kemanusiaan dan kejiranan (dua hak sahaja).
3) Kasih sayang atas dasar kemanusiaan, kejiranan dan kekeluargaan.
4) Kasih sayang atas dasar kemanusiaan, kejiranan, kekerabatan dan
keagamaan/ aqidah.
8
5) Kasih sayang sejati. Kasih sayang yang sebenar adalah kasih sayang
berdasarkan aqidah. Manakala kasih sayang yang lain menyusul
selepas kasih sayang aqidah ini mengikut kadar yang dibolehkan oleh
aqidah samada dalam kekerabatan, atau kejiranan atau kemanusiaan.
D. Memelihara amanah
Amanah berarti jujur dan dapat dipercaya. Dari kata amanah ini lahir
pemahaman bahwa kejujuran akan memberi rasa aman bagi semua pihak sehingga
lahir rasa saling percaya. Saat seseorang memelihara amanah sama halnya dengan
menjaga harga dirinya.
Seseorang akan berhasil dalam meniti hidup ketika dia mampu menjaga
harkat dan martabat dirinya. Dan itu artinya ia cerdas mengelola amanah. Ia jujur
dengan kata hatinya. Apa yang ada di hati ia ucapkan. Dan apa yang diucapkan,
sudah ia pikirkan dan istiqamah untuk diamalkan.Di tengah kehidupan saat ini,
amanah itu sudah banyak dilupakan, hanya sebatas tulisan diatas kertas, ataupun
sebatas pengantar tidur ditengah-tengah pengajian. Banyak orang yang tidak
lagi mempedulikan amanah, menganggapnya sebagai barang usang. Perilaku
menyimpang terjadi dimana-mana. Kasus korupsi kolusi & nepotisme sudah
sangat jamak di masyarakat. Mulai dari kalangan elit tingkat tinggi hingga
masyarakat termiskin sekalipun sudah begitu enjoy, tak mau kalah
melakukannya. Korupsi tidak hanya berupa uang, yang tak kasat matapun juga
ikut disikat, termasuk didalamnya adalah korupsi waktu.
Menjaga amanah berlaku bagi semua orang. Terlebih bagi pegawai negeri
yang banyak menjadi sorotan masyarakat, memikul beban yang tak kalah
beratnya. Amanah yang diberikan negara kepadanya harus
dipertanggungjawabkan dengan kerja keras dan disiplin. Kerja keras
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
E. Adil
Adil berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah-tengah, jujur,
lurus, dan tulus. Secara terminologis adil bermakna suatu sikap yang bebas dari
diskriminasi, ketidakjujuran. Dengan demikian orang yang adil adalah orang yang
9
sesuai dengan standar hukum baik hukum agama, hukum positif (hukum negara),
maupun hukum sosial (hukum adat) yang berlaku.
Dengan demikian, orang yang adil selalu bersikap imparsial, suatu sikap
yang tidak memihak kecuali kepada kebenaran. Bukan berpihak karena
pertemanan, persamaan suku, bangsa maupun agama. Keberpihakan karena
faktor-faktor terakhir bukan berdasarkan pada kebenaran sebagai keberpihakan
yang mengikuti hawa nafsu dan itu dilarang keras. Kebencian terhadap suatu
golongan, atau individu, janganlah menjadi pendorong untuk bertindak tidak adil.
Mengapa sikap adil itu penting? Salah satu tujuannya adalah membentuk
masyarakat yang menyelamatkan; yang membawah rahmat pada seluruh alam.
Ayat ini memiliki sejumlah konsekuensi bagi seorang muslim:
1. Seseorang harus bersikap adil dan jujur pada diri sendiri, kerabat dekat , kaya
dan miskin yang terkait dengan masalah hokum. Penilaian, kesaksian dan
keputusan hukum hendaknya berdasar pada kebenaran walaupun kepada diri
sendiri, saat di mana berperilaku adil terasa berat dan sulit.
2. Keadilan adalah milik seluruh umat manusia tanpa memandang suku, agama,
status jabatan ataupun strata sosial. Oleh karena itu, seseorang wajib
menegakkan keadilan hukum dalam posisi apapun dia berada; baik sebagai
hakim, jaksa, polisi maupun saksi.
3. Di bidang yang selain persoalan hukum, keadilan bermakna bahwa
seseorangharus dapat membuat penilaian obyektif dan kritis kepada siapapun.
Mengakui adanya kebenaran, kebaikan dan hal-hal positif yang dimiliki
kalangan lain yang berbeda agama, suku dan bangsa dan dengan lapang dada
membuka diri untuk belajar serta dengan bijaksana memandang kelemahan
dan sisi-sisi negatif mereka. Pada saat yang sama, seseorang dengan tanpa
ragu mengkritisi tradisi atau perilaku negatif yang dilakukan umat Islam.
Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa seorang individu yang
berperilaku adil akan memiliki citra dan reputasi yang baik serta integritas yang
tinggi di hadapan manusia dan Tuhan-nya. Karena, sifat dan perilaku adil
merupakan salah satu perintah dan secara explisit mendapat pujian.
10
F. Malu
SWT melainkan karena dorongan rasa malu terhadap orang lain, tapi insya
Allah orang tersebut mendapat ganjaran dari Allah SWT dari sisi yang
lain. Tapi perlu dicatat, orang yang merasa malu karena dorongan adanya
orang lain yang memperhatikan, sementara ketika sendiri dia tidak malu,
maka sama artinya orang itu merendahkan dan tidak menghargai dirinya.
Rasa malu dengan sesama akan mencegah seseorang dari
melakukan perbuatan yang buruk dan akhlak yang hina. Orang yang
memiliki rasa malu dengan sesama tentu akan menjauhi segala sifat yang
tercela dan berbagai tindak tanduk yang buruk. Karenanya orang tersebut
tidak akan suka mencela, mengadu domba, menggunjing, berkata-kata
jorok dan tidak akan terang-terangan melakukan tindakan maksiat dan
keburukan.
c. Malu kepada Allah
Rasa malu kepada Allah adalah termasuk tanda iman yang tertinggi
bahkan merupakan derajat ihsan yang paling puncak. Nabi bersabda,
Ihsan adalah beribadah kepada Allah seakan-akan memandang Allah. Jika
tidak bisa seakan memandang-Nya maka dengan meyakini bahwa Allah
melihatnya.(HR Bukhari).
Malu seperti ini akan menimbulkan kesan yang baik. Orang yang
memiliki rasa malu terhadap Allah SWT akan tampak dalam sikap dan
tingkah lakunya, karena ia yakin bahwa Allah SWT senantiasa melihatnya.
Bila kita kembali kepada hadits Rasulullah di atas yang mengatakan rasa
malu adalah manifestasi dari iman, maka hanya orang-orang yang imannya
menancap kuat dan tumbuh yang memiliki tingkat sensitivitas rasa malu
yang sangat tinggi. Rasa malu kepada Allah adalah di antara bentuk
penghambaan dan rasa takut kepada Allah. Rasa malu ini merupakan buah
dari mengenal betul Allah, keagungan Allah. Serta menyadari bahwa Allah
itu dekat dengan hamba-hambaNya, mengawasi perilaku mereka dan
sangat paham dengan adanya mata-mata yang khianat serta isi hati nurani.
2. Menumbuhkan Rasa Malu
Menumbuhkan rasa malu dalam kehidupan itu ada banyak cara
diantaranya yaitu dengan mulai dari yang kecil dari diri kita sendiri yaitu dengan
12
membiasakan berkata jujur dan berperilaku yang benar, pada saat kita bertingkah
laku sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan maka jika kita memang dari
awalnya sudah biasa melakukan kebaikan maka sikap dan perilaku kita akan baik
tetapi jika kita terbiasa berbuat salah maka perilaku kita juga akan selalu salah.
Karena dalam kehidupan manusia yang selalu berbuat salah jika mereka
berbuat benar malah mereka merasa malu karena mereka sudah terbiasa berbuat
salah dan jika manusia itu terbiasa berbuat benar maka jika mereka salah mereka
juga akan malu berbuat salah karena mereka terbiasa berbuat benar maka dari itu
mulai dari sekarang kita harus membiasakan berkata dan berperilaku yang benar
karena itu adalah awal supaya kita sebagai mahkluk yang berbudaya dapat
menumbuhkan lagi rasa malu dalam diri kita.
Dan cara lainnya menumbuhkan rasa malu yaitu dengan mempertegas
hukuman bagi pelanggar kejahatan karena tanpa adanya tindakan yang tegas bagi
mereka yang melanggar maka rasa malu pada masyarakat akan semakin kecil
bahkan semakin tidak ada,sebaliknya jika hukuman bagi palanggar hokum di
pertegas maka maka rasa malupun akan tumbuh.dan cara lainnya yaitu dengan
mempertebal penanaman moralitas agama karena moralitas agama adalah jalur
cukup kuat dalam menanamkan rasa malu seseorang.
3. Keutamaan Malu
a. Malu pada hakikatnya tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan. Malu
mengajak pemiliknya agar menghias diri dengan yang mulia dan
menjauhkan diri dari sifat-sifat yang hina.
b. Malu adalah cabang keimanan.
c. Malu adalah akhlak para Malaikat
d. Malu adalah akhlak Islam.
e. Malu sebagai pencegah pemiliknya dari melakukan maksiat.
f. Malu senantiasa seiring dengan iman, bila salah satunya tercabut hilanglah
yang lainnya.
g. Malu akan mengantarkan seseorang ke Surga.
G. Memelihara kesucian diri
Dari sifat memelihara kesucian diri inilah akan lahir sifat-sifat mulia seperti:
sabar, qana'ah, jujur, santun, dan akhlak terpuji lainnya.
Ketika sifat memelihara kesucian diri ini sudah hilang dari dalam diri
seseorang, maka akan membawa pengaruh negative dalam diri seseorang tersebut,
dikhawatirkan akal sehatnya akan tertutup oleh nafsu syahwatnya, ia sudah tidak
mampu lagi membedakan mana yang benar dan salah, mana baik dan buruk, yang
halal dan haram.
Dengan memiliki sifat memelihara kesucian diri seorang yang sudah
dewasa akan mampu menahan dirinya daridorongan syahwat, mengambil hak
orang lain dan sebagainya. Namun ketika sifat itu sudah tidak dimiliki lagi maka
secara otomatis pula tidak ada lagi daya tahan dalam dirinya. Sehingga pada saat
sekarang ini sifat memelihara kesucian diri itu semakin mulai memudar dan
menghilang dari masyarakat, kita sering mendapati perilaku mengumbar syahwat
dan perzinahan semakin sulit untuk untuk dibendung.
Oleh sebab itulah, memelihara kesucian diri pada diri manusia merupakan
sifat potensial yang harus dididik, ditanamkan serta dilatih secara sungguh-
sungguh dalam diri manusia, sehingga bisa menjadi benteng dalam menjaga
kemuliaan eksistensi dirinya.
Pentingnya sifat memelihara kesucian diri ini ditanamkan dalam diri
seorang muslim karena ia merupakan perintah agama yang banyak memberikan
kebaikan serta keutamaan bagi seseorang yang memilikinya, diantara beberapa
keutamaan itu adalah:
1. Meraih pahala yang besar di akhirat
2. Mendapatkan ketenangan hati dan kenikmatan besar di dunia
3. Memberi jalan keluar dari kesukaran dan kesulitan
Cara menanamkan dan mendididik sifat memelihara kesucian diri dalam
diri seorang muslim sehingga mampu membentengi dirinya dan kuat terhadap
godaan yang dihadapi? Diantara caranya adalah:
1. Membekali diri dengan ketaqwaan kepada Allah
Seorang yang membekali dirinya dengan taqwa, akan berhati-hati dalam
setiap langkahnya, sehingga dia aman dan terhindar dari duri syahwat dan
ranjau-ranjau maksiat.
2. Membentengi diri dengan rasa malu
14
Malu adalah adalah sifat yang mulia dan terpuji. Bahkan malu itu bagian
dari iman yang merupakan pedoman muslim dan penegak hidupnya. Dengan
rasa malu, seseorang akan terhindar dari berbagai perbuatan yang keji, tidak
pantas, mengandung dosa dan kemaksiatan. Sifat malu yang menghiasi diri
seorang muslim akan membuatnya menjadi bertambah indah dan menawan.
3. Menundukkan pandangan atau ghadhul basher
Dalam hadits disebutkan bahwa pandangan merupakan panah-panah Iblis.
Apabila seseorang tidak mewaspadainya, ia akan membawa dan menyeretnya
ke dalam kubangan syahwat. Ia akan menyusup ke dalam hati lalu membuat
gelap, kemudian akan melahirkan berbagai angan-angan dan khayalan, hingga
hati menjadi keruh dan kotor, lalu bangkitlah keinginan untuk
mewujudkannya, pada akhirnya jasad mengikuti keinginan hatinya untuk
bermaksiat.
4. Menjauhi tempat-tempat yang menimbulkan fitnah
Salah satu manifestasi dari kesucian dan kebersihan diri adalah dengan
menghindari tempat-tempat yang akan mendatangkan fitnah dan kerusakan
baginya.
5. Memperbanyak membaca doa
H. Menepati janji
Sifat berani adalah salah satu sifat yang dikaruniakan oleh Allah SWT
kepada setiap manusia yang dijadikanNya. Berani merupakan satu kekuatan
15
tersembunyi yang wujud di dalam diri setiap manusia untuk menghadapi cobaan
dan masalah hidup urut bahasa indonesia mempunyai hati yang mantap dan rasa
percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, tidak takut (gentar)
mempertahankan kebenaran. Salah satu sifat yang dikaruniakan oleh Allah SWT
kepada setiap manusia yang dijadikanNya. Berani merupakan satu kekuatan
tersembunyi yang wujud di dalam diri setiap manusia untuk menghadapi cobaan
dan masalah hidup. Kemampuan tersebut ditonjolkan melalui pemikiran dan
tindakan seseorang. Berani diibaratkan sebagai senjata ampuh bagi manusia untuk
menangkis segala rintangan dan halangan yang akan merintangi apa yang
diingnkan oleh seseorang itu ataupun cita cita dari orang tersebut. Sifat berani
dianggap sangat mulia dalam agama islam. Dan sebaliknya sifat penakut adalah
yang paling hina. Keberanian yang di tuntut di sini ialah keberanian pemikiran
dan keberanian moral.
Inilah jenis keberanian yang diamalkan oleh setiap manusia yang berjaya
di dunia ini. Jika orang lain mampu berjaya dengan keberanian tersebut tidak ada
alasan yang menghalangi kita untuk melakukan amalan yang sama.
Sifat berani ada yang baik dan juga ada yang tercela. Berani tercela ialah
apabila seseorang itu berani melakukan kemungkaran dan meninggalkan suruhan
kerana sifat sombong yang meraja hati. Sifat berani yang positif adalah sifat-sifat
jika di amalkan akan mendatangkan kebaikan kepada diri sendiri dan kepada
sesama insan dan digalakkan oleh agama kita.
1. Syarat Berani, yaitu:
a. Berani karena Allah SWT.
b. Berani karena Benar.
c. Berani karena Bisa dipertanggung jawabkan.
d. Berani karena Mempertahankan diri dari serangan musuh.
e. Jelas dan Tidak Ragu-ragu.
2. Ciri-ciri Pemberani :
a. Semangat dan Pantang menyerah.
b. Berpikir untuk menciptakan kemajuan.
c. Nekad, Bertekad kuat serta Siap menanggung resiko.
d. Konsisten/Istiqomah.
e. Optimisme, berpikir secara matang dan terukur sebelum bertindak.
f. Mampu memotivasi tindakan orang lain.
g. Selalu tahu diri, rendah hati, dan mengisi jiwa serta pikiran dengan
pengetahuan baru menuju ke arah yang benar.
h. Bertindak nyata dan Elegan
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akhlak itu sendiri terbagi menjadi dua yaitu akhlak terpuji dan akhlak
tercela. Akhlak terpuji disebut juga akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah,
artinya segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan
sehari-hari, sedangkan akhlak tercela disebut juga akhlakul qabihah atau
mazmumah adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela yang tidak
disenangi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun macam-macam akhlak terpuji ialah bersifat sabar, bersifat benar,
memelihara amanah, bersifat adil, bersifat kasih sayang,bersifat berani, bersifat
malu, memelihara kesucian diri, dan menepati janji.
3.2 Saran