Professional Documents
Culture Documents
id
Indah Martati
Abstrak
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji faktor penentu dividend per share (DPS)
diantara variabel current ratio (CR), debt equity ratio (DER), earning per share (EPS), dividend
per share tahun sebelumnya (DPSmin1), total asset turn over (TATO) perusahaan manufaktur
yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Sebanyak 117 sample perusahaan manufaktur yang
diambil secara purposive sampling dari data sekunder yakni Indonesian Capital Market
Directory periode 200-2003. Data dianalisis dengan regresi berganda setelah sebelumnya
melalui uji asumsi regresi berganda yakni uji multikolinieritas, autokorelasi dan
heteroskedastisitas.
Hasil anlisis regresi berganda secara parsial menunjukkan ada dua variabel prediktor
yakni EPS dan DPSmin1 memiliki pengaruh terhadap variabel dependen DPS, sedangkan
variabel lainnya yakni CR, DER, TATO tidak mempengaruhi DPS. Variabel yang dominan
pengaruhnya terhadap DPS adalah EPS dengan nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar
52.7%, berarti masih ada 47.3% dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel yang diteliti.
Key Words: Faktor dominan, dividend per share (DPS), current ratio (CR), debt equity ratio (DER),
earning per share (EPS), dividend per share tahun sebelumnya (DPSmin1), total asset
turn over (TATO)
JURNAL EKSIS Vol.6 No.2, Agustus 2010: 1440 1605 Riset / 1598
kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai pembayaran dividen, sehingga dividen yang
perusahaan, pendapat ini selanjutnya lebih dikenal seharusnya dibagikan dapat digunakan untuk
dengan teori ketidakrelevanan dividen. Sedangkan modal perusahaan. Sedangkan ditinjau dari
argumen lain Gordon dan Litner (1963) kepentingan para pegang saham, maka pendapat
berpendapat bahwa dividen yang tinggi akan kedua yang umumnya disukai, yaitu dividen
meningkatkan nilai perusahaan, pendapat ini sering dibagikan sekarang, hal ini khususnya bagi para
disebut dengan teori dividen yang relevan. investor yang membeli saham untuk kepentingan
Argumen terakhir mengatakan bahwa dividen yang jangka menengah. Sedangkan bagi investor yang
rendah yang akan meningkatkan nilai perusahaan, membeli saham untuk kepentingan jangka panjang
pendapat ini lebih dikenal dengan teori preferensi relatif lebih menginginkan pengembangan modal
pajak. perusahaan, jadi masalah dividen tidak terlalu
menuntut untuk dibagikan.
MM (1961) memberikan argumen yang
paling kompehensif mengenai ketidakrelevanan Untuk menjaga dua kepentingan yakni
dividen. Teori ini menyatakan bahwa kebijakan kepentingan perusahaan emiten dan para
dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh pemegang saham, maka manajer keuangan
terhadap nilai perusahaan maupun biaya perusahaan harus mengambil kebijakan dividen
modalnya. Mereka menyatakan bahwa yang optimal. Kebijakan dividen yang optimal
berdasarkan keputusan investasi perusahaan, rasio adalah rasio pembayaran dividen yang telah
pembayaran dividen hanyalah rincian dan tidak ditetapkan dengan memperhatikan kesempatan
mempengaruhi kesejahteraan pemegang saham. untuk menginvestasikan dana serta sebagai
Setiap rupiah pembayaran dividen akan preferensi yang dimiliki para investor tentang
mengurangi laba ditahan yang digunakan untuk dividen daripada capital gain (Suad Husnan; 1988).
membeli aktiva baru. Laba ditahan yang hilang Kebijakan dividen yang optimal ini juga
harus ditutup dengan menjual saham baru. Pembeli menunjukkan penentuan keseimbangan saat ini
saham baru menghendaki dividen dan pembayaran dengan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga
dividen tersebut akan mengurangi nilai sekarang dapat memaksimalkan harga saham.
dari dividen yang akan diterima pemegang saham
Pembagian dividen sangat penting bagi
lama sejumlah yang sama dengan dividen yang
perusahaan untuk dapat menarik para investornya,
mereka terima saat ini (Sutrisno, 2003).
sehingga sebelum melakukan pembagian dividen
Kontroversi kedua yang menganut teori kas, perusahaan emiten harus mempertimbangkan
dividen dari Myron J. Gordon dan John Lllitner yang berbagai faktor ekternal maupun internal yang
relevan dengan dasar pemikiran bahwa investor mempengaruhi kebijakan dividen itu sendiri. Faktor
umumnya menghindari risiko, dan dividen yang eksternal mencakup peraturan pemerintah, inflasi,
sekarang diterima memiliki risiko lebih kecil dan stabilitas politik. Sedangkan faktor internal
daripada dividen yang diterima dimasa yang akan perusahaan meliputi likuiditas perusahaan,
datang. Pembayaran dividen sekaran mengurangi kebutuhan dana untuk membayar utang, stabilitas
ketidakpastian investor. Sebaliknya jika dividen dividen, tingkat keuntungan yang mampu diraih
tidak dibayarkan maka tingkat ketidakpastian perusahaan, serta perputaran penjualan (Riyanto,
investor meningkat dan mengakibatkan 1995). Penelitian ini memfokuskan pada telaah
peningkatan pengembalian yang diinginkan serta faktor-faktor internal saja.
mengurangi nilai saham.
Variabel yang digunakan dalam penelitian
Argumen ketiga tentang dividen adalah ini adalah current ratio (CR), debt to equity ratio
menganut teori preferensi pajak, variabilitas pajak (DER), dividend per share tahun sebelumnya
dan floation cost mendasari argumen tersebut. Di (DPSmin1), earning per share (EPS), total asset
negara tertentu pajak untuk capital gain lebih turn over (TATO). Sebagian besar variabel-variabel
rendah dibandingkan dengan pajak untuk dividen. tersebut pernah diuji oleh peneliti sebelumnya.
Dengan demikian dividen seharusnya dibayar Karina Cahyati (2006) mengemukakan bahwa hasil
rendah, karena akan menghemat pajak (Hanafi, pengujian secara parsial menunjukkan DPSmin1
2004). Dengan argumen tersebut maka dan EPS berpengaruh signifikan terhadap DPS
perusahaan disarankan untuk memberikan dividen dengan nilai R2 sebesar 57.7% sedangkan variabel
yang rendah kepada para pemegang saham. lain CR, DER, TATO tidak signifikan. Mutamimah
dan Sulistyo (2000) mengemukakan bahwa hasil
Ditinjau kepentingan perusahaan emiten,
pengujian secara parsial menunjukkan bahwa
maka pendapat pertama dan ketiga, yaitu bahwa
hanya variabel DER dan DPSmin1 yang
kebijakan dividen tidak relevan dengan nilai
berpengaruh secara signifikan terhadap DPS
perusahaan dan bahwa dividen yang rendah yang
sedangkan hasil pengujian secara simultan kelima
akan meningkatkan nilai perusahaan yang lebih
variabel bebas yakni CR, DER, DPSmin1 EPS,
disukai. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak perllu
TATO mempengaruhi variabel terikat dengan
mempersiapkan pengeluaran yang tinggi untuk
R2=0.278 atau hanya mampu menjelaskan DPS
Riset / 1599 JURNAL EKSIS Vol.6 No.2, Agustus 2010: 1440 1605
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
JURNAL EKSIS Vol.6 No.2, Agustus 2010: 1440 1605 Riset / 1600
laba relatif stabil, maka perusahaan bisa kepda para pemegang saham menggambarkan
menbagi dividen yang tinggi tanpa khawatir akan prospek perusahaan [Awat;1999]. Dividen
nantinya harus menurunkan dividen, karena yang dibayarkan digunakan sebagai isyarat
tiba-tiba laba merosot cukup besar. mengenai prospek perusahaan dimasa yang
Sebaliknya perusahaan yang labanya berfluktuasi akan datang. Dividend Signaling theory
atau relatif tidak stabil cenderung menahan diperkenalkan oleh Ross (1977) kemudian
sebagaian besar labanya, karena tidak yakin dikembangkan oleh Bhattacharya (1979), Miller dan
apakah laba yang diharapkan di tahun- tahun Rock (1985) serta John dan William (1985).
yang akan datang dapat tercapai. Perusahaan
Ross (1977) berpendapat bahwa manajer
semacam ini akan membayarkan dividen yang
sebagai orang dalam yang mempunyai informasi
rendah untuk memungkinkan membelanjai
yang lengkap tentang arus kas perusahaan,
rencana-rencana investasinya dengan dana intern.
akan memilih untuk menciptakan isyarat yang
Keenam, bagi perusahaan besar yang jelas mengenai masa depan perusahaan apabila
sudah mapan dan mempunyai catatan mereka mempunyai dorongan yang tepat untuk
probitabilitas yang akan baik dan laba yang melakukannya. Ross membuktikan bahwa
stabil, maka mempunyai peluang yang lebih kenaikan pada dividen yang dibayarkan dapat
besar untuk masuk ke pasar modal dan bentuk- menimbulkan isyarat yang jelas kepada pasar
bentuk pembiayaan eksternal lainnya dibandingkan bahwa prospek perusahaan telah mengalami
dengan perusahaan kecil yang baru. Sehingga kemajuan.
perusahaan yang sudah mapan cenderung
Litner dalam sulistyo (2000)
mempunyai tingkat pembayaran dividen yang
mengemukakan bahwa dividen dipengaruhi oleh
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
earning per share yang diperoleh perusahaan dan
kecil baru, karena perusahaan kecil dan baru
umumnya perusahaan tidak mau menurunkan
membiayai investasinya dengan dana intern.
besarnya dividennya, sehingga dividen tahun
Ketujuh, bila perusahaan menerbitkan sekarang dipengaruhi dividen tahun sebelumnya.
saham baru, maka pemilik saham lama akan Keengganan menurunkan besarnya dividen karena
mempunyai proporsi kepemilikan yang semakin penurunan dividen identik dengan kondisi
kecil, akibatnya kendali terhadap perusahaan perusahaan yang sedang mengalami kesulitan
oleh pemilik saham lama akan berkurang. Oleh keuangan. Kerangka Konsepsional dan Hipotesis
karena itu untuk mempertahankan kendali
HIPOTESIS
perusahaan maka pembiayaan terhadap investasi
dilakukan dengan dana intern sehingga dividen
Current ratio (CR) menunjukkan likuiditas
yang dibayarkan kecil.
perusahaan yakni kemampuan perusahaan untuk
Kedelapan, posisi pemilik perusahaan memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
sebagai pembayar pajak sangat mempengaruhi Kondisi likuid merupakan masalah yang sangat
kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan penting karena mewakili kepentingan perusahaan
pada saat tertentu, terjadi konflik kepentingan bagi pihak internal maupun ekternal. semakin tinggi
antara pemegang saham yang terkena tarif pajak current ratio suatu perusahaan maka semakin
tinggi dengan pemegang saham yang terkena tinggi pula dividen yang akan dibayar. Hipotesis
tarif pajak rendah. Kelompok pertama ingin yang diajukan adalah:
pembagian dividen yang rendah dan menahan
H1 = Terdapat pengaruh positif dan signifikan
sebagian besar laba, sedangkan kelompok
kedua menginginkan pembagian dividen yang variabel CR terhadap DPS
tinggi. Oleh karena itu, kebijakan dividen yang
dapat dijalankan perusahaan adalah dengan cara Kebutuhan dana untuk membayar utang
kompromi dari kedua kelompok tersebut, yaitu akan diukur dengan debt to equity ratio (DER) yang
rasio pembayaran menengah. merupakan salah satu alternative pendanaan yang
bersumber dari modal sendiri untuk melunasi
Litzenberger dan Ramaswani dalam
utang. Jadi DER adalah satu rasio yang dapat
Mutamimah dan Sulistyo (2000) mengemukakan
menjamin keseluruhan utangnya dengan bagian
bahwa apabila dividen dikenakan pajak lebih tinggi
dari modal sendiri. Suatu perusahaan akan
dari jumlah pajak atas capital gain, maka pemodal
mengutamakan keuntungan yang diperoleh untuk
menginginkan agar dividen dibayar dalam jumlah
membayar utang sedangkan sisanya akan
kecil dengan tujuan untuk memaksimumkan nilai
dibagikan sebagai dividend per share. Hipotesis
perusahaan.
yang diajukan adalah:
Beberapa studi empiris telah membuktikan
H2= Terdapat pengaruh negatif dan
bahwa berubahnya harga saham sesuai dengan
signifikan variabel DER terhadap DPS
perubahan dengan pengumuman dividen. Artinya
pengumuman jumlah dividen yang akan dibagi
Riset / 1601 JURNAL EKSIS Vol.6 No.2, Agustus 2010: 1440 1605
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
Begitu juga dengan besarnya earning per 2. Memiliki data yang lengkap selama periode
share (EPS) yang dihasilkan perusahaan sangat pengamatan untuk variabel-variabel yang
menentukan besar kecilnya dividen yang akan diteliti yang meliputi: Current Ratio (CR),
dibayar. Karena dividen akan dibayarkan jika Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per
perusahaan memperoleh laba bersih per lembar Share (EPS), Dividend per Share tahun
sahamnya (EPS). Semakin besar EPS diharapkan sebelumnya (DPSmin1), Total Asset Turn
semakin tinggi DPS yang dibagikan. Dengan Over (TATO) periode 2000-2003.
demikian hipotesis yang diajukan adalah:
Jenis data yang digunakan adalah data
H3= Terdapat pengaruh positif dan skunder yakni berupa laporan keuangan
signifikan variabel EPS terhadap DPS perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan diterbitkan oleh Indonesian
Kebijakan dividen yang stabil merupakan
Capital Market Directory (ICMD) tahun 2000-2003.
kebijakan yang menetapkan besarnya dividend per
share yang dibayarkan untuk satu periode tertentu Proses pengumpulan data dilakukan
besarnya relatif sama meskipun pendapatan per secara pooling data perusahaan manufaktur di
share saham pertahunnya berfluktuasi. Untuk Bursa Efek Indonesia periode pengamatan 2000-
mempertahankan kestabilan dividen tersebut perlu 2003. Proses pemilihan data sebagai berikut:
memperhatikan dividend per share tahun
sebelumnya (DPSmin1) yang berfungsi sebagai
cerminan bagi investor tentang dividen yang akan
dibayarkan pada saat ini. Dengan demikian
hipotesis yang diajukan adalah:
H4= Terdapat pengaruh positif dan
signifikan variabel DPSmin1 terhadap DPS
Faktor internal lainnya yang perlu diukur
dalam menetapkan kebijakan dividend per share
adalah tingkat perputaran total aktiva. Perputaran
penjualan yang tinggi mencerminkan kinerja
perusahaan yang tinggi. Tingkat penjualan tinggi
sedang total aktivanya tetap berarti tingkat Variabel penelitian ini terdiri dari dua macam
perputaran assetnya tinggi. Hal ini menunjukkan variabel yakni variabel endogen atau variabel
tingkat keuntungan dari hasil operasi juga tinggi. terikat yang diberi notasi Y dan variabel eksogen
Keuntungan yang tinggi dapat digunakan untuk atau variabel bebas yang selanjutnya diberi notasi
investasi atau dibagikan dalam bentuk dividen. X. Variabel endogen (Y) dari penelitian ini adalah
Semakin tinggi total asset turn over (TATO) dividend per share (DPS). Variabel eksogen atau
perusahaan menunjukkan semakin besar variabel bebas yang dipilih dalam penelitian ini
kemampuan perusahaan dalam membagikan adalah Current Ratio (CR) diberi notasi X1, Debt to
dividend per share. Dengan demikian hipotesis Equity Ratio (DER) diberi notasi X2, Earning Per
yang diajukan adalah: Share (EPS) diberi notasi X3, Dividen per Share
H5= Terdapat pengaruh positif dan tahun sebelumnya (DPSmin1) diberi notasi X4,
signifikan variabel TATO terhadap DPS Total Asset Turn Over (TATO) diberi notasi X5.
Selanjutnya kerangka pikir dari penelitian ini dapat
H6= Dari kelima variabel bebas tersebut, diihat pada bagan berikut:
variabel EPS adalah variabel yang paling
dominan pengaruhnya terhadap DPS. Kerangka Pikir Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
JURNAL EKSIS Vol.6 No.2, Agustus 2010: 1440 1605 Riset / 1602
tidak berkorelasi antara satu variabel independen
dengan variabel independen lainnya. Hal ini
Pengukuran variabel endogen maupun
diperkuat dengan nilai TOL(tolerance=1/VIF)
eksogen berturut-turut sebagai berikut: 1). Variabel
berkisar antara 0 s.d 1 atau mendekati 1.
endogen DPS (Y) yaitu perbandingan total dividen
Uji normalitas data, pada grafik histogram
dengan jumlah saham yang beredar. 2).Variabel
data distribusi nilai residu (error) menunjukkan
eksogen (X) terdiri CR (X1) adalah rasio aktiva
gambar berbentuk bel yang artinya berdistribusi
lancar terhadap hutang lancar; DER (X2)
normal. Begitu pula pada Normal probability Plot,
merupakan rasio total hutang terhadap total modal
terlihat sebaran error (berupa dot) masih berada
sendiri; EPS (X3) merupakan rasio total dividen
disekitar garis lurus. Selanjutnya diagram
terhadap jumlah saham yang beredar yang
scatterplot tidak menunjukkan pola tertentu misal
dibayarkan perusahaan pada tahun sebelumnya;
naik ke kanan atas atau ke kiri bawah atau pola
DPSmin1 (X4) adalah rasio laba bersih dikurangi
tertentu lainnya sehingga dapat dikatakan model
dividen saham prioritas terhadap rata-rata
regresi bebas dari heteroskedastisitas.
tertimbang dari saham yang beredar;TATO (X5)
merupakan rasio penjualan bersih terhadap jumlah
aktiva.
Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan regresi berganda
dengan persamaan regresinya sebagai berikut:
DPS = 0 + 1CR+ 2DER+ 3 EPS + 4 DPSmin1+
5TATO +
Keterangan:
DPS = variabel dependen 0= konstanta
CR = variabel independen 1 1 2 3 4 5
6=koefisien regresi
Riset / 1603 JURNAL EKSIS Vol.6 No.2, Agustus 2010: 1440 1605
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
0.156 rupiah. Pengujian menunjukkan t-hitung= - sehingga secara parsial variabel EPS memiliki
1.027 < t-tabel= (1.687) dengan tingkat signifikansi pengaruh signifikan dengan DPS atau dengan kata
(Sig-hitung) adalah 0.306. Tingkat signifikasi lain secara parsial hipotesis H0 ditolak dan H3
tersebut lebih besar dari taraf signifikansi = 0.05 diterima. Hasil pengujian ini sejalan dengan
sehingga dapat dikatakan bahwa secara parsial penelitian Aharony dan Swary (1980) dan Litner
variabel Current Ratio tidak memiliki pengaruh (1956) yang menunjukkan terdapat penngaruh
signifikan dengan Dividend Per Share atau dengan yang signifikan variabel EPS terhadap variabel
kata lain secara parsial hipotesis H0 diterima dan DPS karena pengumuman dividen mengandung
H1 ditolak. Hasil pengujian ini sesuai dengan informasi, maka perusahaan berusaha untuk tidak
penelitian Mutamimah dan Sulistyo (2000) yang menurunkan dividen. Penurunan dividen
menujukkan tidak terdapat pengaruh signifikan merupakan signal bahwa perusahaan dianggap
variabel CR terhadap variabel DPS. Walaupun megalami kesulitan finansial. Bambang Riyanto
dalam penelitian ditemukan bahwa CR tidak (1995) secara teori mengungkapkan bahwa EPS
berpengaruh positif secara signifikan terhadap merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu
DPS, namun secara teori tidaklah demikian. diraih perusahaan dalam menjalankan operasinya.
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan Keuntungan yang layak dibagikan kepada
dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang pemegang saham adalah keuntungan setelah
harus segera dipenuhi. Sementara itu keuntungan perusahaan memenuhi selluruh kewajiban bunga
yang besar belum tentu menunjukkan jumlah dana dan pajak.
yang benar-benar tersedia dalam kas, apalagi jika Koefisien regresi DPSmin1 menunjukkan
dana tersebut telah diinvestasikan dalam aktiva arah sejalan atau positif sebesar 0.198 terhadap
perusahaan. Dalam hal ini posisi likuiditas DPS atau hubungan antara kedua variabel tersebut
perusahaan rendah karena dividen merupakan adalah positif. T-hitung 5.045 > t-tabel 1.687 dengan
cash outflows maka dividen tergantung tingkat signifikansi 0.000 lebih kecil dari taraf
kemampuan membayar (Current ratio) dari signifikansi =0.05, sehingga secara parsial
perusahaan tersebut. variabel DPSmin1 memiliki pengaruh signifikan
Koefisien regresi DER menunjukkan arah dengan DPS atau dengan kata lain secara parsial
sejalan sebesar 2.142 terhadap DPS atau hipotesis H0 ditolak dan H3 diterima. Hasil
hubungan antara kedua variabel tersebut adalah pengujian ini konsisten dengan hasil penelitian
positif. T-hitung 0.092 < t-tabel 1.687 dengan tingkat Aharony dan Swary (1980) dan Litner (1956) yang
signifikansi 0.927 lebih besar dari taraf signifikansi menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari
=0.05, sehingga secara parsial variabel DER tidak variabel DPSmin1 terhadap variabel DPS. Hasil
memiliki pengaruh signifikan dengan Dividend Per pengujian ini juga sesuai dengan teori bahwa
Share atau dengan kata lain secara parsial dividen yang stabil dapat memberikan kesan
hipotesis H0 diterima dan H2 ditolak. Hasil kepada investor bahwa perusahaan memiliki
pengujian ini sejalan dengan penelitian Aharony prospek yang baik dimasa yang akan datang.
dan Swary (1980) dan Litner (1956) yang Koefisien regresi TATO menunjukkan arah
melakukan penelitian terhadap saham-saham di berlawanan sebesar - 0.034 terhadap DPS atau
New York Stock Exchange ia menemukan bukti hubungan antara kedua variabel tersebut adalah
bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara negatif. T-hitung (-0.473) < t-tabel (1.687) dengan
variabel DER terhadap profitabilitas DPS. Tetapi tingkat signifikansi 0.637 lebih besar dari taraf
hasil pengujian ini berbeda dengan hasil penelitian signifikansi =0.05, sehingga secara parsial
Mutamimah dan Sulistyo (2000) yang menemukan variabel TATO tidak memiliki pengaruh signifikan
variabel DER merupakan variabel dominan yang dengan DPS atau dengan kata lain secara parsial
mempengaruhi DPS untuk perusahaan go publik di hipotesis H0 diterima dan H5 ditolak. Hasil
BEJ dengan 66 sampel. Hasil pengujian DER pengujian ini sejalan dengan hasil penelitian
terhadap DPS ini juga tidak sejalan secara teori Mutamimah dan Sulistyo (2000) yang menunjukkan
bahwa DER mencerminkan kemampuan tidak terdapat pengaruh signifikan variabel TATO
perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang terhadap variabel DPS dengan menggunakan
ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal sendiri sampel perusahaan industri yang go public di BEJ.
ang digunakan untuk membayar hutang. Semakin Total Asset Turn Over secara teori menunjukkan
rendah DER semakin tinggi kemampuan kinerja perusahaan secara finansial. Semakin tinggi
perusahaan dalam membayar kewajibannya. perputaran asset perusahaan semakin tinggi
Koefisien regresi EPS menunjukkan arah kemampuan perusahaan dalam membagikan
sejalan positif sebesar 0.339 terhadap DPS dividend per sharenya. Sebaliknya semakin rendah
sehingga dapat diinterprestasikan setiap EPS naik tingkat perputaran asset perusahaan maka
1 rupiah maka DPS akan meningkat 0.339 rupiah. semakin rendah kemampuan perusahaan dalam
Uji t terhadap variabel EPS menunjukkan t-hitung membagikan dividend per sharenya.
6.966 > t-tabel (1.687) dengan tingkat signifikansi Hipotesis ke 6 dari kelima variabel bebas,
0.000 lebih kecil dari taraf signifikansi =0.05, EPS merupakan variabel yang dominan
JURNAL EKSIS Vol.6 No.2, Agustus 2010: 1440 1605 Riset / 1604
pengaruhnya terhadap DPS. Hal ini ditunjukkan Awat, J. Napa, Manajemen Keuangan, PT
dari nilai koefisien regresi yang terbesar diantara Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999
kelima variabel bebas berada pada variabel EPS
Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan
yakni sebesar 0.339. Urutan selanjutnya adalah
Perusahaan, Edisi ke empat, BPEF UGM,
DPSmin1 dengan nilai koefisien regresi 0.198.
Yogyakarta, 1995
Dengan demikian secara simultan H0 ditolak dan H6
diterima. Hasil uji hipotesis secara parsial masing- Brigham Eugene, F, dan Houston Joel.F,
masing variabel independen terhadap variabel Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan,
dependen DPS dapat dilihat pada tabel berikut. Buku Dua, Erlangga, Jakarta, 2001
James C.Van.Horne dan John M.Wachowicz.Jr,
Manajemen Keuangan, Edisi ke Sembilan,
Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta, 1997
Jones, S., dan R. Sharma. 2001. The Association
Between The Investment Opportunity Set
and Corporate Financing and Dividen
Decision : Some Austalian Evidence,
Managerial Finance. 27. 3; ABI/INFORM
Global.p. 48
Mutamimah dan Sulistyo, Analisis Faktor-Faktor
yang mempengaruhi Dividen Per Share
Perusahaan-Perusahaan yang Go Public di
Bursa Efek Jakarta, Ekobis Vol 1, 2000.
Ni Ketut Surasmi, Beberapa Variabel yang
Pengujian secara simultan menunjukkan Mempengaruhi Dividen Per Share Pada
bahwa variabel independen CR, DER, EPS, Perusahaan-Perusahaan yang Listed di
DPSmin1, dan TATO secara simultan memiliki BEJ, Thesis Program Pasca Sarjana,
pengaruh yang signifikan terhadap variabel UGM, yogyakarta, 1998
dependen DPS. Hal ini dibuktikan dengan nilai F
hitung 24.723 > F tabel 2.49 dengan tingkat Singgih Santoso, Mastering SPSS 18, Elex Media
signifikansi 0.000 lebih kecil dari =0.05. Kelima Komputindo, Jakarta, 2010
variabel bebas tersebut memberikan R square atau Smith Jr, Clifford W, dan Ross L. Watts. 1992. "The
R2 = 0.527 hal ini berarti 52.7% variabel dependen Investment Opportunity Set and Corporate
Dividend Per Share dapat dijelaskan oleh variabel Financing, Dividend, and Compensation
indepeden CR, DER, EPS, DPSmin1, dan TATO Pilicies." Journal of Financial
sedangkan sisanya 47.3% dijelaskan oleh variabel Economics. Vol. 32. pp. 263292.
lain diluar model yang diuji dalam penelitian ini.
Hasil pengujian secara simultan variabel Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan
independen dapat dilihat pada tabel berikut. Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga, AMP
YKPN, Yogyakarta, 1998
Sutrisno, Manajemen Keuangan, EKONISIA,
Yogyakarta, 2000
DAFTAR PUSTAKA
Riset / 1605 JURNAL EKSIS Vol.6 No.2, Agustus 2010: 1440 1605