You are on page 1of 3

Khalifah Islamic Montessori Daycare and Pre school memiliki kelemahan

karena belum adanya branding, yang diketahui bersama bahwa branding untuk di
Indonesia khususnya untuk bisnis bidang pendidikan sangat penting,
konsumen yaitu dalam hal ini orang tua anak didik, sangat
mengutamakan branding, dan dimana target pasar kita adalah menengah ke atas
pasti lah orang tua anak didik akan lebih memilih branding karena mereka pasti
gengsi menyekolahkan anaknya di sekolah yang belum ada nya branding. Salah
satu faktor ketertarikan masyarakat luas menyekolahkan anak-anaknya di tempat
pendidikan yang kita dikelola adalah faktor keindahan, kebersihan, kenyamanan,
dan keamanan. Saat ini persainggan sekolah di Indonesia, terutama di kota besar
sudah cukup berani. Semua berlomba-lomba untuk mendesain sekolahnya dengan
sebaik mungkin guna menaikkan nilai brandingnya. Dalam mendesain gedung
sekolah, hal terpenting adalah bagaimana kita mampu memanfaatkan keberadaan
gedung sekolah sebagai media pembelajaran dan bisa menjadi daya tarik bagi
masyarakat luas untuk menyekolahkan anak-anaknya di tempat yang kita kelola.
Selain branding pasti lah orang tua didik melihat harga dan kualitas
dimana yang kita tau daycare dan pre school yang akan kita dirikan berada di
lingkungan elit, orang tua didik pasti akan membandingkan tempat kita dengan
tempat yang lainnya melihat berapa uang yang mereka keluarkan setiap bulannya
karena bagi mereka suatu kegengsian mereka jika anaknya di titipkan atau di
sekolahkan di tempat yang murah. Oleh karena itu masalah biaya harus di
bicarakan benar-benar ingin melebihi pesaing yang ada atau dibawah pesaing
kita. Sebagai pedatang baru dalam bisnis ini, Daycare dan Khalifah Islamic
Montessori masih kurang dalam pengalaman bisnis di bidang daycare and
preschool. Bisnis ini bisa dibilang bisnis kepercayaan dimana orang tua
mempercayakan anaknya di titipkan dan di didik di tempat kami. Oleh karena itu,
harus benar-benar memperhatikan kualitas karyawan. Tidak dapat dipungkiri
untuk membuka usaha dalam bidang jasa yang digunakan secara berulang,
kepuasan pelanggan adalah tingkatan dasar yang harus diperhatikan. Terlebih bila
hal itu menyangkut penjagaan dan pengelolaan. Selaku pendatang baru, harus
benar-benar memperhatikan pengelolaannya. Kendala yang sering dihadapi para
pelaku bisnis pendidikan adalah, sulitnya mendapatkan pengajar yang berkualitas.
Sebab belum tentu semua orang yang ahli dibidang tertentu memiliki kemampuan
untuk mengajar. Sehingga para peserta didik kesulitan untuk menerima pelajaran
yang disampaikan tutornya, hal yang harus kita lakukan memastikan karyawan
harus memiliki keterampilan yang mumpuni dan passion yang tinggi terhadap
dunia anak-anak. Tidak perlu harus berpendidkan terlalu tinggi, tapi pastikan
bahwa karyawan tersebut cukup terampil mengolah masalah di lapangan yang
berkaitan dengan dunia anak. Karyawan harus mengikuti serangkaian tes mulai
dari tes kesehatan, tes psikologi, tes akademik hingga tes kesehatan jiwa.
Jumlahnya pun harus disesuaikan dengan banyaknya anak agar tidak terlalu
kerepotan. Day care yang menerima anak dari usia 3 bulan, harus meyediakan
tempat tidur khusus untuk bayi dan karyawan yang lebih banyak, karena pada usia
tersebut kemandirian anak masih belum ada sehingga rasio karyawan yg
dibutuhkan dengan bayi yang dititipkan tidak boleh terpaut jauh. Berbicara saran
dan prasarana, karena kita baru akan memulainya, di pastikan sarana dan
prasarana sudah dan cukup memadai karena seperti yang kita ketahui daycare dan
pre school ini akan didirikan di kawasan atau lingkungan elit pastinya orangtua
anak didik mengandalkan sarana dan prasarana yang ada untuk mengetahui
anaknya berada di lingkungan yang aman, lingkungan yang baik dan berkualitas
menurut mereka yaitu orang tua anak didik.
Persaingan di segmen pendidikan anak usia dini dan jasa penitipan anak
atau selevelnya bersaing cukup ketat dan kompetitif, beberapa daycare pun
banyak yang mengembangkan konsep pendidikan anak dengan metode
montessori, ini merupakan salah satu kelemahan mendirikan bisnis ini, banyaknya
pesaing di sekeliling kita, berkaca pada bisnis daycare dan preschool yang ada di
Jakarta terutama pendidikan yang menggabungkan pendekatan montessori.
Bisnis mereka bisa di bilang maju, sistem pengajaran, akreditasi, sarana dan
prasarana seperti gedung, ruangan, tempat bermain, suasana mengajar, dan masih
banyak lainnya yang kita harus banyak belajar dari mereka.
Dari persaingan antar daycare dan preschool pada lembaga pendidikan di
Jakarta kita harus lebih mempunyai konsep dalam mengedepankan metode
pembelajaran Montessori yang berbasis islami sehingga kita mempunyai nilai jual
yang lebih tinggi. Sudah terlihat yang terjadi saat ini sangatlah ketat dalam setiap
lembaga pendidikan memiliki kelebihan masing-masing yang dapat di unggulkan.
Untuk mendapatkan peluang dari keseluruhan dapat mengedepankan
pembelajaran yang keseluruhan di dalam suatu lembaga pendidikan, sehingga
kepercayan orangtua untuk menitipkan anaknya akan tinggi, sehingga oarangtua
tidak khawatir di dalam suatu lembaga pendidikan anak sudah mendapatkan
keseluruhan metode pembelajaran, dalam hal Montessori itu sendiri,
kepemimpinan dan berbasis internasional, dan juga dapat menekan pada aqidah
dan syariat islam.
Saat ini bisnis ini belum terakreditasi, tetapi sesuai dengan aturan
pemerintah, dapat melakukan akreditasi jika sudah memiliki lulusan. Kendala
lainnya biasanya besarnya persaingan bisnis, saat ini lembaga pendidikan dan
ketrampilan sudah tersebar di berbagai daerah. Bahkan dalam satu kota, ada
puluhan lembaga pendidikan yang menawarkan jasa yang sama. Oleh karena itu,
strategi pemasaran dan penentuan target pasar menjadi fokus utama para pelaku
bisnis pendidikan. Mengelola bisnis pendidikan memanglah bukan perkara yang
mudah. Pengelola harus mampu memberdayakan semua aspek yang ada, seperti :
kurikulum, pendidik, gedung sekolah, sarana prasarana, maupun sumber dana
sekolah dengan sebaik mungkin. Dengan pengelolaan yang baik bisnis yang kita
kelola akan mendapatkan akreditasi yang tinggi, sehingga akan mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat luas untuk menyekolahkan anak-anaknya di tempat
kami yang kami kelola. Logikanya, semakin banyak masyarakat yang
mempercayakan pendidikan anak-anaknya di tempat kami yang kami kelola,
maka semakin besar sumber dana sekolah yang didapat.

You might also like