Professional Documents
Culture Documents
FARMASI
PSIKOTROPIKA
DISUSUN
OLEH:
1. Ardina
2. Ardina Pakpahan
3. Beby Harum Sari
4. Bellina Elizabeth Doloksaribu
5. Bustami
DAFTAR ISI
Halaman
BAB II ISI
........................................................................................ 6
2.1
Pengertian Psikotropika................................................. 6
2.2
Jenis-jenis Psikotropika.................................................. 6
2.2.1 Menurut Farmakologi.......................................... 6
2.2.2 Menurut UU nomor 5 tahun 1997........................ 7
2.3 Produksi Psikotropika.................................................... 8
2.4 Pengedaran Psikotropika................................................ 9
2.4.1 Penyaluran............................................................ 9
2.4.2 `Penyerahan........................................................... 9
2.5 Ekspor dan Impor Psikotropika...................................... 10
2.5.1 Impor Psikotropika............................................... 10
2.5.2 Persyaratan dan Tata Cara Memperoleh Izin Importir 11
2.5.3 Persyaratan dan Tata cara Memperoleh SPI......... 11
2.5.4 Ekspor Psikotropika............................................. 11
2.6 Label dan Iklan............................................................... 12
2.7 Kebutuhan Tahunan dan Pelaporan................................ 12
2.8 Penggunaan Psikotropika dan Rehabilitas..................... 12
2.9 Standar Rehabilitasi Sosial Penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya............................. 13
2.10 Pembinaan dan Pengawasan.......................................... 13
2.10.1 Pembinaan.......................................................... 13
2.10.2 Pengawasan........................................................ 14
2.11 Pemusnahan................................................................... 15
2.12 Peran Serta Masyarakat.................................................. 16
2.13 Penyidikan...................................................................... 16
2.14 Ketentuan Pidana........................................................... 18
BAB III PENUTUP.................................................................................... 20
3.1. Kesimpulan.................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................................
...........................................................................
30
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Psikotropika
ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterima kasih pada Ibu Hafizhatul Abadi, S.Farm,M.Si.,Apt selaku Dosen mata
kuliah Perundang-Undangan Farmasi yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Penulis
3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
. Psikotropika adalah merupakan suatu zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Zat atau obat psikotropika ini dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang
susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan
timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan
dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi
para pemakainya.
2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, pokok masalah yang akan dibahas pada makalah ini
yaitu : Bagaimana Pelaksanaan dan Penerapan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya?
3. Tujuan Makalah
Makalah ini dibuat agar dapat memberikan informasi tentang Psikotropika yang terdiri
dari jenis, pengedaran, produksi, penyaluran, penyerahan dan lain sebagainya.
BAB II
i
ISI
reublik Indonesia nomor 10 tahun 2013, yang merupakan dasar hukum tentang psikotropika
menyatakan psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
Psikotropika merupakan zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau
meransang susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan
timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan
dan dapat menyebabkan ketergantungan serta menpunyai efek stimulasi (meransang) bagi
para pemakainya. Psikotropika juga diartikan sebagai zat-zat dalam berbagai bentuk pil dan
obat yang mempengaruhi kesadaran karena sasaran obat tersebut adalah pusat-pusat tertentu
Disebut juga obat antipsikotika, adalah obat-obat yang menekan fungsi psikis tertentu,
tanpa menekan fungsi-fungsi umum seperti berpikir dan berkelakuan normal. obat-obatan ini
dapat meredakan emosi dan agresi yang pada umumnya diderita oleh psikosis, yaitu penderita
menguasai emosi-emosi kita, yakni sistem limbis dan menekan SSP. Bedanya dengan
i
2. Obat-obat yang menstimulir (meransang) fungsi-fungsi tertentu di SSP
Obat golongan anti depressive
prestasi fisik dan mental, rasa letih dapat diminimalisir bahkan dihilangkan. Termasuk dalam
Obat ini justru kebalikan dari golongan neuroptika yang berguna meredakan emosi
serta khayalan, obat ini justru menimbulkan halusinasi, pikiran-pikiran, dan impian-impian
digolongkan menjadi :
1. Psikotropika Golongan I
Adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat, mengakibatkan sindroma
2. Psikotropika Golongan II
Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan ddalam terapi
dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan.
i
Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah :
Dronabinol, Zipeprol
Psikotropika hanya dapat diproduksi oleh pabrik obat yang telah memiliki izin sesuai
produksi. Psikotropika, yang diproduksi untuk diedarkan berupa obat, harus memenuhi
i
(Uu No. 5 Tahun 1997, Permenkes 688 Tahun 1997, Uu No. 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan).
2.4.1. Penyaluran
Penyaluran psikotropika hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat, pedagang besar
Golongan I hanya kepada lembaga penelitian dan atau lembaga pendidikan untuk tujuan ilmu
pengetahuan. Penyaluran Psikotropika Gol II, III, dan IV yang berupa obat dapat disalurkan
kepada PBF, Apotek, rumah sakit, Sarana Penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah, lembaga
penelitian dan atau lembaga pendidikan. Penyaluran dari sarana penyimpanan pemerintah
hanya dapat disalurkan kepada Rumah-Sakit, Puskesmas dan balai pengobatan di lingkungan
pemerintah.
1) Lembaga penelitian, dan atau lembaga pendidikan adalah dokter atau apoteker
2) PBF adalah apoteker
3) Rumah sakit adalah apoteker
4) Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah adalah apoteker.
5) Puskesmas adalah apoteker
2.4.2. Penyerahan
Penyerahan Psikotropika golongan II, III, dan golongan IV yang berupa obat dapat
i
Ekspor dan impor Psikotropika hanya boleh dilakukan oleh pabrik obat atau pedagang
besar farmasi yang telah memiliki izin sebagai eksportir dan importir sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Ekspor dan impor Psikotropika hanya dapat dilakukan
untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(Surat Persetujuan Importir) dari menteri melalui Direktur Jendral. SPI hanya berlaku untuk
farmasi atau lembaga ilmu pengetahuan dan wajib didistribusikan langsung kepada
setempat untuk pengisian kartu kendali realisasi impor dalam setiap pelaksanaan
impornya.
Untuk memperoleh izin sebagai importir Psikotropika, Industri Farmasi atau PBF
harus mengajukan permohonan kepada Direktur Jendral secara online melalui http//e-
Izin IP atau IT Psikotropika berlaku dalam jangka waktu 3 tahun dan dapat
i
2.5.3 Persyaratan dan Tata Cara memperoleh SPI
Analisa Hasil Pengawasan kepada Kepala Badan yang diatur oleh peraturan Kepala Badan.
Untuk memperoleh SPI untuk kepentingan pelayanan kesehatan, PBF milik negara yang
memiliki izin khusus kepada importir khusus sebagai importir Psikotropika mengajukan
Ekspor psikotropika hanya dapat dilakukan oleh Industri Farmasi atau PBF yang
memiliki izin sebagai EP psikotropika atau sebagai ET psikotropika dari Menteri kepada
Direktur Jenderal. Untuk pelaksanaan ekspor hanya dapat dilaksanakan setelah mendapatkan
SPE dari Menteri yang berlaku untuk setiap kali pelaksanaan ekspor.
Dalam rangka pelaksanaan ekspor, eksportir yang memiliki izin khusus sebagai
eksportir psikotropika wajib menyampaikan informasi secara tertulis kepada Direktur Jendral
kapal
c) Rincian pengiriman (nama pelabuhan/bandara negara importir dan transit bila ada); dan
d) Perkiraan tanggal tiba di negara importir
2.6 Label dan Iklan
Label psikotropika adalah setiap keterangan mengenai psikotropika yang dapat berbentuk
tulisan, kombinasi gambar, dan tulisan, atau bentuk lainnya yang disertakan pada
i
kemasan atau dimasukkan dalam kemasan, ditempelkan, atau merupakan bagian dari
kesehatan dan ilmu pengetahuan untuk setiap tahun. Pabrik obat, PBF, Sarana penyimpanan
sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, wajib membuat dan menyimpan
Penggunaan psikotropika pada pasal 36 UU No. 5 tahun 1997, hanya dapat memiliki,
menyimpan, dan atau membawa psikotropika dalam rangka pengobatan dan perawatan yang
diperoleh secara sah. Untuk pengguna psikotropika yang menderita sindroma ketergantungan
berkewajiban untuk ikut serta dalam pengobatan dan perawatan yang dilakukan pada fasilitas
rehabilitas. Menurut pasal 38, rehabilitas bagi pengguna psikotropika yang menderita
Dalam peraturan menteri sosial ini, yang dimaksud rehabilitasi adalah proses
i
b) Memberi perlindungan terhadap korban dari kesalahan praktik
c) Memberikan arahan dan pedoman kinerja bagi penyelenggara rehabilitas sosial
penyalahgunaan NAPZA
d) Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan penyelenggara rehabilitasi sosial
penyalahgunaan NAPZA
Pada pasal 3 Permensos 2012, sasaran rehabilitas sosial meliputi pemerintah dan
diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, yang meliputi rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial.
2.10 Pembinaan dan Pengawasan
2.10.1 Pembinaan
Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala kegiata yang berhubungan dengan
orang atau badan yang telah berjasa dalam membantu pencegahan penyalahgunaan
pengetahuan
b) Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika
c) Melindungi masyarakat dari segala kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan
i
Pemerintah dapat melakukan pengawasan terhadap segala kegiatan yang berhubungan
dengan psikotropika, baik yang dilakukan oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat
dilengkapi dengan surat tugas. Dalam rangka pengawasan, Menteri berwenang mengambil
tindakan administratif terhadap pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan
sediaan farmasi Pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter,
lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan, dan fasilitas rehabilitasi yang melakukan
psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi
standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi
psikotropika, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan
dibuatkan berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam waktu 7 hari setlah
mendapat kepastian.
Berita acara pemusnahan tersebut memuat :
a) Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan
b) Nama pemegang izin khusus atau apoteker pengelola apotek
c) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek tersebut
d) Nama dan jumlah psikotropika yang dimusnahkan
e) Cara pemusnahan
f) Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi (10)
i
Sesuai dasar UU psikotropika pasal 54, masyarakat memiliki kesempatan yang seluas-
mengetahui tentang psikotopika yang disalahgunakan dan/atau dimiliki secara tidak sah.
Peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui upaya mencari, memperoleh dan
memberikan informasi, meyampaikan saran dan pendapat serta memperoleh jawaban atas
gelap psikotropika. Selain hal tersebut diatas, peran serta masyarakat dapat dilakukan dengan
berbagai cara sesuai dengan lingkungan dengan mewujudkan keluarga yang humoris dan
lingkungan sosial yang sadar akan bahaya narkoba. Hal ini dapat juga dilakukan oleh
masyarakat lainnya.
2.13 Penyidikan
Selain yang ditentukan dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor
Melakukan teknik penyidikan penyerahan yang diawasi dan teknik pembelian terselubung
Membuka dan memeriksa setiap barang kiriman melalui pos atau alat-alat perhubungan
yang dilakukan oleh orang yang dicurigai atau diduga keras membicarakan masalah yang
i
Polisi sebagai penyidik dapat melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana
narkotika dan psikotropika dapat melakukan tugas sebagaimana yang diatur dalam Kitab
termasuk benda yang dibawa serta, apabila terdapat dugaan keras dengan alasan yang
cukup bahwa pada tersangka tersebut terdapat benda yang dapat disita.
Pada waktu menangkap tersangka atau dalam hal tersangka sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) di bawah kepada penyidik, penyidik berwenang menggeledah pakaian dan
Dengan adanya ketentuan yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (selanjutnya disebut dengan KUHAP), maka langkah aparat kepolisian baik dalam
penggrebekan maupun dalam penangkapan pelaku tindak pidana narkotika dan psikotropika
sesuai dengan KUHAP. Hal tersebut dilakukan oleh aparat kepolisian juga untuk menjaga diri
agar dalam proses penangkapan tindak pidana narkotika dan psikotropika tidak menyalahi
aturan, sehingga tidak menimbulkan tuntutan hukum bagi aparat kepolisian yang melakukan
penangkapan pelaku tindak pidana untuk kepenntingan penyelidikan tindak pidana narkotika
dan psikotropika.
Pasal 56, UU No.5 tahun 1997 menyatakan, selain penyidik pejabat polisi negara
Republik Indonesia, kepada pejabat pegawai negeri sipil tertentu diberi wewenang khusus
sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini.
Penyidik berwenang :
a) Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang tindak pidana
dibidang psikotropika
b) Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana dibidang
psikotropika
i
c) Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan
psikotropika
g) Membuka atau memeriksa setiap barang kiriman melalui pos atau alat-alat perhubungan
psikotropika
i) Menetapkan saat dimulainya dan dihentikannya penyidikan.
Tindak pidana yang berhubungan dengan narkoba termasuk tindakan pidana khusus,
ketentuan khusus. Disebut dengan tindak pidana khusus, karena tindak pidana narkoba tidak
menggunakan KUHP sebagai dasar pengaturan, akan tetapi menggunakan UU No.22 dan UU
No. 5 tahun 1997 tentang narkotika dan psikotropika. Secara umum hukum acara yang
dipergunakan mengacu pada tatacara yang dipergunakan oleh KUHAP, akan tetapi terdapat
legalitas, sebagaimana dinyatakan dalam pasal 1 ayat (1) KUHP yang menegaskan : Tiada
suatu perbuatan dapat dipidanakan kecuali atas kekuatan aturan pidan dalam perundang-
undangan yang telah ada, sebelum perbuatan. Perkara narkoba termasuk perkara yang
didahulukan dari perkara lain untuk diajukan ke pengadilan guna penyelesaian secepatnya.
i
Demikian juga bagi pelaku delik psikotropika, dalam UU No. 5 Tahun 1997, Bab XIV
tentang Ketentuan Pidana, pasal 59-72, dapat dikenai hukuman pidana penjara sampai 20
tahun dan denda sampai Rp.750 juta. Berat ringannya hukuman tergantung pada tingkat
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika merupakan zat atau obat
yang dapat menurunkan aktivitas otak atau meransang susunan saraf pusat dan menimbulkan
kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara
berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta menpunyai
II,III dan IV. Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
i
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat
yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan ddalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu
Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan.
DAFTAR PUSTAKA
e-pharm.depkes.go.id/front/pdf/UU51997.pdf
www.scribd.com
www.bnn.go.id/portal/_uploads/.../2010-11-23__19-44-55.pdf
binfar.kemkes.go.id