You are on page 1of 6

A.

Konsep Menurut Kozier


Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )
1. Mengembangkan data dasar.
Untuk melakukan ini perawat memerlukan pengumpulan informasi
sebanyak mungkin meliputi :
a. Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana
keterlibatannya.
b. Apa tindakan yang diusulkan.
c. Apa maksud dari tindakan yang diusulkan.
d. Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan
yang diusulkan.
2. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut.
3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut.
4. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa
pengambil keputusan yang tepat.
5. Mengidentifikasi kewajiban perawat.
6. Membuat keputusan.

B. Prinsip Moral

1. Autonomy (Otonomi )

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu


mampu berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri,
memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai.
Prinsip otonomi ini adalah bentuk respek terhadap seseorang, juga
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional.Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesioanal
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak hak pasien
dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

2. Beneficience (Berbuat Baik)


Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik.
Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau
kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan
kebaikan oleh diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi
pelayanan kesehatan kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.

3. Justice (Keadilan)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil


terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan . Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional
ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan .

4. Non Maleficience (tidak merugiakan)

Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak
menimbulkan bahaya / cedera secara fisik dan psikologik.

5. Veracity (kejujuran)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini


diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien
sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk mengatakan kebenaran.

6. Fidelity (loyalty/ketaatan)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan


komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya
dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan,
kesetiaan adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan
komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan
perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab
dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

7. Confidentiality (kerahasiaan)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi


tentang klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh
informasi tersebut kecuali jika diijin kan oleh klien dengan bukti
persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,
menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang klien dengan
tenaga kesehatan lain harus dicegah.

8. Akuntabilitas (accountability)

Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa


tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk
menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan standar pasti yang mana
tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak
jelas atau tanpa terkecuali.

C. Contoh studi kasus


Kembar siam lahir di Manchester 8 november 2000. Nama yang
sebenarnya tidak di umumkan, tetapi oleh pengadilan inggris untuk
mudahnya di beri nama Mary dan Jodie. Dari segi medis, kondisi mereka
sangat berat. Tulang pinggulnya mereka menempel dan tulang punggung
beserta seluruh bagian bawah tubuh menyambung. Kaki-kaki ada pada
tempatnya dalam posisi silang menyilang. Keadaan itu tampak pada
gambar yang di keluarkan oleh RS St. Marys. jantung dan paru-paru mary
tidak berfungsi, lagi pula otaknya tidak berkembang penuh. Jodie tampak
dalam keadaan fisik normal, tetapi jantung dan paru-paru nya mendapat
beban berat. Karena harus menyediakan darah beroksigen juga untuk
saudaranya. Menurut para dokter keadaan ini hanya bisa berlangsung tiga
sampai enam bulan. Kalau keadaan ini dibiarkan lebih lama, dua-duanya
akan meninggal dunia.
Dengan demikian kasus kembar siam ini menimbulkan saatu
dilema yang amat memilukan. Orang tua, staf medis, dan semua pihak
yang terlibat dalam kasus ini menghadapi suatu pilihan yang sulit. Jika
mary dan Jodie tidak di pisahkan, mereka dua-duanya meninggal. Jika
mereka di pisahkan melalui oprasi, mary pasti akan mati karena ia tidak
bisa bernapas sendiri, sedangkan jodie mempunyai peluang baik untuk
hidup dengan agak normal, walaupun dalam keadaan cacat dan harus
banyak menjalani banyak oprasi lagi untuk sedikit demi sedikit
membetulkan konsidi fisiknya
Orang tua kedua bayi perempuan ini adalah pemeluk agama yang
shaleh. Mereka berpendapat, mary dan Jodie sebaiknya tidak di pisahklan,
karena cinta mereka untuk kedua anak ini sama besarnya. Mereka tidak
bisa menerima jika yang paling lkemah harus di korbankan kepada yang
kuat. Kaerana itu mereka memilih menyerahkan seluruh masalah ini
kepada kehendak tuhan. Staf medis di rumah sakit marys tidak setuju.
Sesuai dengan naluri kedokteran yang umum. Mereka beranggapan bahwa
kehidupan yang mungkin tertolong, harus di tolong juga.

D. Pembahasan Kasus
Menurut kelompok kami penyelesaian dilemma etik untuk kasus diatas
yaitu dengan konsep Kozier
Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )
1. Mengembangkan data dasar.
Untuk melakukan ini perawat memerlukan pengumpulan informasi
sebanyak mungkin meliputi :
a. Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana
keterlibatannya :
a. Klien
b. Orang tua klien
c. Staf medis RS St. Marys
d. Pengadilan Inggris
b. Apa tindakan yang diusulkan :
Dalam kasus diatas para Staf medis RS St. Marys mengusulkan
kepada orang tua klien agar bayi kembar siam Mary dan Jodie
harus dipisahkan melalui operasi.
c. Apa maksud dari tindakan yang diusulkan :
Maksud dari tinakan yang diusulkan (pemisahan melalui jalan
operasi) karena salah satu dari bayi kembar tersebut (Jodie)
mempunyai peluang baik untuk hidup agak normal walaupun
dalam keadaan cacat dan harus banyak dilakukan operasi untuk
sedikit demi sedikit membetulkan kondisi fisiknya.
d. Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan
yang diusulkan :
Konsekuensinya kondisi bayi yang lemah harus dikorbankan, yaitu
salah satu dari bayi kembar siam tersebut (Mary) akan meninggal.
Dan walaupun Jodie mempunyai peluang baik untuk hidup, tetapi
Jodie akan hidup dalam keadaan cacat.
2. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut.
Konflik yang terjadi dari kasus diatas :
a. Orang tua klien tidak bisa menerima jika bayi yang lemah harus
dikorbankan kepada yang kuat (Mery untuk Jodie), karena cinta
kedua orangtua klien terhadapnya kedua bayi ini sama besarnya.
b. Staff medis di Rs St. Marys tidak setuju dengan orangtua klien
karena sesuai dengan naluri kedokteran yang umum, mereka
beranggapan bahwa kehidupan yang mungkin tertolong harus
ditolong juga.
3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut.
Karena orang tua klien sudah memilih menyerahkan seluruh masalah
ini kepada Tuhan maka staff medis Rs St. Marys pun menyerahkan
keputusan kepada orangtua klien, dengan hasil akhir kemungkinan
bayi kembar siam Mary dan Jodie hanya bisa bertahan hidup selama 3-
6 bulan saja.
4. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa
pengambil keputusan yang tepat.
Yang terlibat dalam masalah :
a. Klien
b. Orangtua klien
c. Staf medis Rs St. Marys
Pengambil keputusan yang tepat adalah orang tua klien.
5. Mengidentifikasi kewajiban perawat.
a. Perawat wajib menghormati hak-hak pasien.
Hak pasien dan keluarga pasien untuk memilih keputusan.
b. Perawat wajib memberikan informasi kepada pasien / keluarga
yang sesuai batas kewenangan perawat

Dari kasus di atas perawat telah memberikan informasi dengan


secara detail kepada orang tua klien tentang konsekuensi atas
tindakan yang di lakukan dan tidak di lakukan.

6. Membuat keputusan.
Dalam membuat keputusan dari kasus di atas staf medis (perawat)
telah menggunakan prinsip moral autonomi yaitu menyerahkan
keputusan kepada klien dan keluarga klien.

You might also like