You are on page 1of 6

USAHA KESEHATAN MASYARAKAT

Tanggal Kegiatan : 13 Desember 2016


Kode Kegiatan : F4 - Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Uraian Kegiatan : Penyuluhan Anemia pada Remaja dan Pembagian
Tablet Fe

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang

Populasi remaja di Indonesia mencapai 20% dari total populasi penduduk


Indonesia yaitu sekitar 30 juta jiwa.(1) World Health Organization(2) menyebutkan
bahwa banyak masalah gizi pada remaja masih terabaikan disebabkan karena masih
banyaknya faktor-faktor yang belum diketahui, padahal remaja merupakan sumber
daya manusia Indonesia yang harus dilindungi karena potensinya yang sangat besar
dalam upaya pembangunan kualitas bangsa.
Anemia akibat kekurangan zat gizi besi (Fe) merupakan salah satu masalah gizi
utama di Asia termasuk di Indonesia. Pada anak usia sekolah, prevalensi anemia
tertinggi ditemukan di Asia Tenggara dengan perkiraan sekitar 60% anak mengalami
anemia. (3) Laporan berbagai studi di Indonesia memperlihatkan masih tingginya
prevalensi anemia gizi pada remaja putri yang berkisar antara 20-50%. Survei yang
dilakukan oleh Gross et al (4) di Jakarta dan Yogyakarta melaporkan prevalensi
anemia pada remaja sebesar 21,1%. Penelitian Budiman(5) menyebutkan dari
sejumlah 545 orang sampel siswi SLTA di Kabupaten dan Kotamadya Sukabumi,
Cirebon dan Tangerang Propinsi Jawa Barat sebanyak 40,4%-nya menderita anemia.
Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 melaporkan 28,3% anak dan remaja
dalam kelompok umur 5-14 tahun menderita anemia. (6) Penelitian Hamid(7) di
Padang, Sumatera Barat mendapatkan angka prevalensi anemia pada siswi SLTA
sebesar 29,2%. Penelitian Februhartanty et al (8) terhadap 137 siswi SLTP di
Kupang, Nusa Tenggara Timur mendapatkan angka prevalensi anemia sebesar
49,6%.

Berbagai studi menunjukkan dampak negatif dari anemia akibat kekurangan


zat gizi besi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja. (9,10)
Anemia pada anak menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tidak optimal dan
menurunkan prestasi belajar karena rasa cepat lelah, kehilangan gairah dan tidak
dapat berkonsentrasi. (6) Sedangkan pada remaja penderita anemia, sebagai calon ibu
yang akan melahirkan generasi penerus bangsa, anemia akan menyebabkan tingginya
risiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) yang mempunyai kualitas
hidup yang tidak optimal.(9,10)
Melihat dampak anemia yang sangat besar dalam menurunkan kualitas
sumber daya manusia, maka sebaiknya penanggulangan anemia perlu dilakukan

1
sejak dini, sebelum remaja putri menjadi ibu hamil, agar kondisi fisik remaja putri
tersebut telah siap menjadi ibu yang sehat.(11) Remaja putri termasuk kelompok
yang rawan terhadap anemia, hal ini disebabkan karena kebutuhan Fe pada wanita 3
kali lebih besar dari kebutuhan pria. Wanita mengalami menstruasi setiap bulannya
yang berarti kehilangan darah secara rutin dalam jumlah cukup banyak, juga
kebutuhan Fe meningkat karena untuk pertumbuhan fisik, mental dan intelektual, dan
kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani yang merupakan sumber Fe yang
mudahdiserap.(6,12) Kelompok remaja putri mempunyai risiko paling tinggi untuk
menderita anemia karena pada masa itu terjadi peningkatan kebutuhan Fe.
Peningkatan kebutuhan ini terutama disebabkan karena pertumbuhan pesat yang
sedang dialami dan terjadinya kehilangan darah akibat menstruasi.(9) Kelompok ini
juga memiliki kebiasaan makan tidak teratur, mengkonsumsi makanan berisiko
seperti fast food, snack, dan soft drink(13,14) dan tingginya keinginan mereka untuk
berdiet agar tampak langsing(15) yang mempengaruhi asupan zat gizi termasuk
sumber Fe yang adekuat. Strategi untuk mengatasi masalah anemia pada remaja putri
adalah dengan perbaikan kebiasaan makan, fortifikasi makanan dan pemberian
suplementasi Fe. Mengubah pola makan dan fortifikasi makanan merupakan strategi
jangka panjang yang penting namun tidak dapat diharapkan dapat berhasil dengan
cepat.(16) Cara lain adalah dengan memberikan suplementasi Fe melalui pemberian
tablet tambah darah (TTD). Untuk pencegahan dan pengobatan anemia suplementasi
TTD merupakan cara yang efisien karena mudah didapat, efeknya cepat terlihat, dan
harganya relatif murah sehingga terjangkau oleh masyarakat luas. Brabin and
Brabin(17) merekomendasikan program pencegahan anemia dengan suplementasi Fe
lebih banyak ditargetkan kepada remaja putrid dari pada anak-anak, wanita dewasa
atau ibu hamil karena pemberian suplementasi kepada remaja putri akan memberi
dampak yang lebih besar pada kesehatan reproduksi dan keberhasilan proses
reproduksi dibandingkan dengan suplementasi selama masa hamil saja. Remaja putri
merupakan calon ibu yang harus sehat dan tidak anemia, untuk dapat melahirkan
bayi yang sehat.
Berbagai studi intervensi menunjukkan bahwa dosis, frekuensi pemberian dan
lama pemberian TTD berbeda-beda. (18-20) Namun demikian dibandingkan dengan
dosis yang umumnya relatif hampir sama (60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam
folat), frekuensi pemberian per minggu dan lama pemberiannya masih sangat
bervariasi. Departemen Kesehatan RI(15) menyebutkan dosis terapi untuk remaja
putri yang anemia adalah 1 kali per hari selama satu bulan sedangkan WHO/
UNICEF dalam Gross et al.(4) menyebutkan dua kali per hari untuk waktu dua
sampai dengan tiga bulan. Studi evaluasi program suplementasi Fe sirup untuk balita
di Nusa Tenggara Timur menunjukkan pemberian sirup Fe harian lebih efektif
daripada mingguan dalam menurunkan prevalensi anemia balita.(21) Berbagai studi
lain memperlihatkanbahwa suplementasi mingguan cukup efektif dan ekonomis
dalam menurunkan prevalensianemia.(4,18) Salah satu masalah dalam program
suplementasi adalah rendahnya kepatuhan. (22-24) Data Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 pada ibu hamil menunjukkan bahwa
hanya kurang dari sepertiga ibu hamil mengkonsumsi TTD sebanyak 90 tablet,
sepertiga mengkonsumsi <60 tablet, dan 20% tidak mengkonsumsi sama sekali. (1)

2
Masalah kepatuhan merupakan kendala utama suplementasi besi harian, dan
karena itu alternatif suplementasi mingguan diharapkan dapat mengurangi masalah
kepatuhan ini. Tetapi suplementasi mingguan menghadapi masalah dalam hal dosis
Fe yang diperlukan untuk meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah agar setara
dengan suplementasi harian.(24) Sebagai salah satu opsi, dengan demikian,
diperlukan penelitian untuk mengetahui keefektifan suplementasi Fe dengan
frekuensi di antara mingguan dan harian misalnya dua kali per minggu untuk menilai
keefektifan suplementasi terhadap kadar hemoglobin (Hb).
Kegiatan pembagian tablet Fe juga berupaya agar remaja terhindari dari
anemia defisiensi besi. Setiap remaja dilatih agar minum tablet Fe 1 minggu sekali
yakni hari Selasa.

BAB II : RENCANA KEGIATAN


2.1 Tujuan dan Target Kegiatan
Tujuan Kegiatan:
Tujuan dari diadakan penyuluhan Gizi Seimbang pada Remaja adalah
untuk meningkatkan pengetahuan mengenai jenis makanan untuk mencapai
gizi seimbang pada remaja sehingga pertumbuhan dan perkembangan remaja
yang optimal dapat tercapai.
Target kegiatan:
Melalui kegiatan ini peserta penyuluhan dapat melaksanakan pola
hidup sehat bagi remaja

2.1 Bentuk Kegiatan


2.1.1. Narasumber
Narasumber adalah dr. I Putu Gde Febriant peserta Dokter Internsip
Puskesmas Panarukan periode Oktober - Februari 2017
2.1.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu : Selasa, 13 Desember 2016
Tempat :SMA Nurul Huda
2.1.3. Sasaran Penyuluhan
Sasaran penyuluhan adalah sisws-siswi kelas X, XI, XII SMA Nurul
Huda
2.1.4. Media yang Digunakan
Melalui penjelasan secara lisan dengan media presentasi
2.1.5. Metode yang Digunakan
Metode yang digunakan penyuluh adalah metode ceramah dan tanya
jawab.

3
BAB III :LAPORAN KEGIATAN
Penyuluhan tentang pencegahan anemia pada remaja dan pembagian tablet Fe
pada siswa/I SMA Nurul Huda dilakukan pada hari Selasa, 13 Desember 2016.
Penyuluhan dimulai dengan perkenalan diri, setelah itu dilanjutkan dengan
penyuluhan tentang pengertian dari anemia, gejalanya, bagaimana mengatasinya dan
pentingnya tablet Fe pada usia remaja untuk mencegah terjadinya anemia. Setelah
selesai penyampaian kedua materi tersebut, dilaksanakan sesi tanya jawab.
Kemudian dilanjutkan pemberian Fe. 1 Orang peserta disuruh maju dan
mempraktekkan cara minum Fe yang benar didepan kelas. Dalam sesi tanya jawab,
beberapa pertanyaan diajukan oleh para peserta dengan antusias.
Dari hasil penyuluhan tersebut diharapkan peserta dapat menerima dan
mengerti dengan baik mengenai bahaya anemia pada usia remaja dan bagaimana
mengatasinya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Arisman, 2002, Gizi dalam daur kehidupan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
2. Depkes RI., 2008.Perbaikan Gizi Masyarakat .2009.
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan
%20Indonesia%202008.pdf

3. WHO., 2008.Iron Deficiency Anaemia Assessment, Prevention and Control A


guide for programme Managers.

4. Almatsier, S., 2009., Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

4
LAMPIRAN

LAPORAN PENYULUHAN
Nama Peserta: dr. I Putu Gde Febriant Tanda tangan:
Nama Pendamping: dr. Sudharmono Tanda tangan:
Nama Wahana: PKM Panarukan
Tema Penyuluhan: Penyuluhan tentang bahaya anemia pada remaja
Tujuan Penyuluhan: Tujuan dari diadakan penyuluhan tentang bahaya anemia pada
remaja adalah untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi besi
pada remaja yang dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan
remaja yang seharusnya lebih produktif. Selain itu juga memberi
tahu bahwa remaja harus minum Fe minimal 1 minggu 1x yakni
tiap hari Selasa (SaFe)
Hari/Tanggal: Selasa, 13 Desember 2016
Waktu: 10.00 12.00
Tempat: SMA Nurul Huda
Jumlah Peserta: 30 orang

Situbondo, Mei 2017

Peserta Pendamping

(dr. Deva Pattiasina) (dr. Sudharmono)

5
6

You might also like