You are on page 1of 22

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan

Penyakit Tifoid

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di Asia,
Afrika,Amerika latin, Karibia, dan Oceania, termasuk Indonesia penyakit yang
masih tergolongendemik di negara-negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia. Penyakit infeksiyang ditularkan melalui makanan dan minuman ini,
disebabkan oleh kuman S. typhi.Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut
data pada tahun 2002 sekitar 16 juta pertahun, 600.000 di antaranya
menyebabkan kematian.Di Indonesia kasus demam tifoid telah tercantum dalam
Undang-undang nomor 6Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit
menular ini merupakan penyakit yangmudah menular dan dapat menyerang
banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah.Di Indonesia insidens
penyakit tersebut tergolong masih tinggi. Penyakit tersebut didugaerat
hubungannya dengan hygiene perorangan yang kurang baik, sanitasi
lingkunganyang jelek (misalnya penyediaan air bersih yang kurang memadai,
pembuangan sampahdan kotoran manusia yang kurang memenuhi syarat
kesehatan, pengawasan makanan danminuman yang belum sempurna), serta
fasilitas kesehatan yang tidak terjangkau olehsebagian
besar masyarakat.Di Indonesia, prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada
umur 3-19 tahun.Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi proses
tumbuh kembang,produktivitaskerja, prestasi kerja atau belajar, karena bila
penderita terkena npenyakit ini setidaknyaakan mengurangi jam kerja antara 4-
6 minggu, terlebih bila disertai dengan komplikasiintestinal (perdarahan
intestinal, perforasi usus) atau komplikasi ekstra intestinal(komplikasi
hematologik, hepatitis tifosa, pankreatitis tifosa, miokarditis, tifoid toksik).Tata
laksana pada demam tifoid yang masih sering digunakan adalah istirahat,
perawatan,diet, terapi penunjang, serta pemberian antibiotik
Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai
dapat mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang
dikonsumsi kurang bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam typhoid bila
terdapat demam terus menerus lebih dari 1 minggu yang tidak dapat turun
dengan obat demam dan diperkuat dengan kesan anak baring pasif, nampak
pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari (Latif Bahtiar,
2008).
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Sebagai media pembelajaran melalui makalah yang bertujuan untuk menambah
ilmu pengetahuan tentang penyakit Demam typhoid pada anak sehingga
mahasiswa dapat mengerti dan bisa mengamalkannya ketika praktek di rumah
sakit
b. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian Demam typhoid
b. Untuk mengetahui penyebab Demam typhoid
c. Untuk mengetahui patofisiologi Demam typhoid
d. Untuk mengetahui pathogenesis Demam typhoid
e. Untuk mengetahui tanda dan gejala Demam typhoid
f. Untuk mengetahui pemeriksaan Demam typhoid
g. Untuk mengetahui saja komplikasi Demam typhoid
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan Demam typhoid
i. Untuk mengetahui diagnosa banding Demam typhoid
j. Untuk mengetaui pencegahan Demam typhoid
k. Untuk mengetahui asuhan keperawatan penyakit Demam typhoid
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan
infeksisalmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman
yangsudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi
kumansalmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kumansalmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit
iniadalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut
jugaparatyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus
abdominalis(.Seoparman, 1996).4.
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang
ditandaidengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang
bersifatdifus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum.
(Soegeng Soegijanto, 2002)5.
Typhoid merupakan penyakit infeksi yang di jumpai secara luas di daerah
tropisterutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai
denganstandar hygiene dan sanitasi yang rendah, angka kejadian pada
penderita yangmengalami penyakit typhoid cukup tinggi. Hal ini ditunjang oleh
kelembabandaerah tropis yang cukup tinggi serta masyarakat yang heterogen
dalam haltingkat sosial ekonomi maupun pengetahuan tentang kesehatan diri
danlingkungan yang masih relatif rendah. Penyakit tropis umumnya
merupakanpenyakit infeksi yang mudah menular melalui feses dan urin (Rohim,
2002).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-
gejalasistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type
A.B.C.Penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman
yangterkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut,
Typhoidadalah suatu penyakit
infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A.B dan C yang dapat
menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yangterkontaminasi.

2.2 Etiologi
Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai olehdemam,
toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang dapat terjadiantara lain:
perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian. (Ranuh, Hariyono,dan dkk.
2001)Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi, S.paratyphi
A,S.paratyphi b dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997). Ada dua
sumberpenularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan
pasien dengancarier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan
masih terusmengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih
dari 1 tahun.

2.3 Manifestasi klinis


Masa tunas typhoid 10 14 hari
a. Minggu I
pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.
Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual,
batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
b. Minggu II
pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang
khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus,
penurunan kesadaran.

2.4 Tanda dan gejala


Gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasidibandingkan
dengan orang dewasa. Walaupun gejala demam tifoid pada anak lebih
bervariasi, tetapi secara garis besar terdiri dari demam satu
minggu/lebih,terdapat gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.
Dalam minggupertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut
pada umumnyaseperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare,
konstipasi, serta suhubadan yang meningkat.Pada minggu kedua maka
gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupademam remiten, lidah tifoid,
pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisadisertai gangguan kesadaran
dari ringan sampai berat. Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput
kecoklatan yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebihkemerahan. (Ranuh,
Hariyono, dan dkk. 2001).Sejalan dengan perkembangan penyakit, suhu tubuh
meningkat dengan gambaran anak tangga. Menjelang akhir minggu pertama,
pasien menjadi bertambah toksik. (Vanda Joss & Stephen Rose, 1997)
Gambaran klinik tifus abdominalisa.
Keluhan:
Nyeri kepala (frontal) .
Kurang enak di perut.
Nyeri tulang, persendian, dan Otot
Berak-berak
Muntah
Gejala:
Demam
Nyeri tekan perut
Bronkitis
Toksik
Letargik
Lidah tifus (kotor)
(Sjamsuhidayat,1998)
Tanda dan gejala Typhoid menurut Rampengan (2007) adalah sebagai berikut:
a.Nyeri kepala, lemah, lesu.
b.Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu,minggu
pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhutubuh meningkat
pada malam hari dan turun pada pagi hari. Pada minggukedua suhu tubuh terus
meningkat, dan pada minggu ketiga suhu tubuhberangsur-angsur turun dan
kembali normal.
c.Gangguan pada saluran cerna; halitosis, bibir kering dan pecah-pecah,lidah
ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), meteorismus, mual,tidak nafsu
makan, hepatomegali, splenomegali, yang disertai nyeri padaperabaan.
d.Gangguan kesadaran; penurunan kesadaran (apatis, somnolent).
e.Bintik bintik kemerahan pada kulit (rosaela) akibat emboli basil dalamkapiler
kulit
f.Epistaksis

2.5 patofisiologi
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasiurin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa
kuman/karier.Masa inkubasidemam tifoid berlangsung selama 7-14 hari
(bervariasi antara 3-60 hari)bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan.
Selama masa inkubasi penderitatetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng
soegijanto, 2002)Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan
kuman kemakanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa
dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat
dinegara-negara yangsedang berkembang dengan kesulitan pengadaan
pembuangan kotoran (sanitasi)yang andal. (Samsuridjal D dan heru S,
2003)Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,
yangdikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku),
Fomitus(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonellathypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat,dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh
orang yang sehat.Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan
dirinya seperti mencucitangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella
thypi masuk ke tubuh orangyang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk
ke dalam lambung, sebagiankuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usushalus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid inikuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran
darah dan mencapai sel-selretikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini
kemudian melepaskan kuman kedalam sirkulasi darah dan menimbulkan
bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung
empedu.Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan
olehendotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan
bahwaendotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada
typhoid.Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu
prosesinflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella
thypi danendotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang.
Proses Perjalanan Penyakit
Proses Histologi Typhoid menurut Suriadi & Yulianni (2006) dijelaskan, pada
awalnya kuman Salmonella masuk ketubuh manusia melaluimulut dengan
makanan dan minuman yang terkontaminasi. Sebagian kumanakan
dimusnahkan didalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus,kejaringan Limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus
kemudian kuman masuk keperedaran darah (bakterimia primer), dan mencapai
sel-selretikulo endoteleal, hati, limpa dan organ organ yang lainya.Proses ini
terjadi dalam masa tunas dan berakhir saat sel-sel retikulomelepaskan kuman
kedalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimiauntuk kedua kalinya.
Selanjutnya kuman masuk kebeberapa organ tubuh,terutama limpa, usus
dan kandung empedu.Pada minggu pertama kali, terjadi hiperplasia player. Ini
terjadi pada kelenjartyphoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada
minggu ketigaterjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu ke empat terjadi
penyembuhan ulkusyang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan,bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar,
kelenjar kelenjar mesentrial danlimpa membesar. Gejala demam di sebabkan
oleh endotosil, sedangkan gejalapada saluran pencernaan di sebabkan oleh
kelainan pada usus halus.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan Penunjang Pada Thypoid.
Pemeriksaan Laboratorium :Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid
adalah pemeriksaanlaboratorium, yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit.Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam
typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid,
jumlah leukosit padasediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan
kadang-kadangterdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder. Olehkarena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk
diagnosa demamtyphoid.
b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT.SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali
meningkat tetapi dapatkembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah.Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid,
tetapi bilabiakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi
demam typhoid.Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa
faktor :
a.Teknik pemeriksaan Laboratorium.
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratoriumyang lain, hal
ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakanyang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah padasaat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
b.Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit .
Biarkan darah terhadap salmonella thypi terutama positif padaminggu pertama
dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.Pada waktu kambuh biakan
darah dapat positif kembali.
c.Vaksinasi di masa lampau.
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapatmenimbulkan antibodi
dalam darah klien, antibodi ini dapat menekanbakteremia sehingga biakan
darah negatif.
d.Pengobatan Dengan Obat Anti Mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat antimikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat danhasil biakan mungkin
negatif.
d.Uji Widal.
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin).Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum kliendengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigenyang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudahdimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderitatyphoid.Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat
antibodi atau agglutinin yaitu :
1.Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal daritubuh
kuman).
2.Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dariflagel
kuman).
3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal darisimpai
kuman)Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukantiternya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien
menderitatyphoid.Faktor faktor yang mempengaruhi uji widal :
a.Faktor yang berhubungan dengan klien :
1.Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukanantibodi.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin barudijumpai dalam
darah setelah klien sakit 1 minggu danmencapai puncaknya pada minggu ke-5
atau ke-6.
3.Penyakit penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapatmenyertai
demam typhoid yang tidak dapat menimbulkanantibodi seperti
agamaglobulinemia, leukemia dan karsinomalanjut.
4. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini denganobat anti
mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
5.Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obattersebut dapat
menghambat terjadinya pembentukan antibodikarena supresi sistem
retikuloendotelial.
6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasidengan kotipa
atau tipa, titer aglutinin O dan H dapatmeningkat. Aglutinin O biasanya
menghilang setelah 6 bulansampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H
menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin
Hpada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilaidiagnostik.
7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonellasebelumnya : keadaan ini
dapat mendukung hasil uji widalyang positif, walaupun dengan hasil titer yang
rendah.
8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titeraglutinin
terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksidengan demam yang bukan
typhoid pada seseorang yangpernah tertular salmonella di masa lalu.
b.Faktor-faktor Teknis.
1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapatmengandung antigen O
dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat
menimbulkan reaksiaglutinasi pada spesies yang lain.
2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akanmempengaruhi hasil uji
widal.Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : adapenelitian
yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensiantigen dari strain salmonella
setempat lebih baik dari suspensidari strain lain.
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada
sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang
terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh
karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam
typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan
darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini
dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain,
hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.
Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada
saat bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama
dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan
darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan
antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga
biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien
dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen
yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita
typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
Faktor faktor yang mempengaruhi uji widal :
a. Faktor yang berhubungan dengan klien :
1. Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam
darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5
atau ke-6.
3. Penyakit penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai
demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti
agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
4. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti
mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
5. Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat
menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem
retikuloendotelial.
6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa
atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya
menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H
menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H
pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini
dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang
rendah.
8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin
terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan
typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.
b. Faktor-faktor Teknis
1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O
dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat
menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji
widal.
3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian
yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain
salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.
9. Tumbuh kembang pada anak usia 6 12 tahun
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik
berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi
tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 4 Kg / tahun dan pada anak wanita
sudah mulai mengembangkan cirri sex sekundernya.
Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi
termasuk perubahan sosial dan emosi.
a. Motorik kasar
1) Loncat tali
2) Badminton
3) Memukul
4) motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap
meningkatkan irama dan keleluasaan.
b. Motorik halus
1) Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
2) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain
alat musik.
c. Kognitif
1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah
3) Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak
awal
4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
d. Bahasa
1) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan,
kata penghubung dan kata depan
3) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
4) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan
10. Dampak hospitalisasi
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan
menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung
pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.
Penyebab anak stress meliputi ;
a. Psikososial
Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran
b. Fisiologis
Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri
c. Lingkungan asing
Kebiasaan sehari-hari berubah
d. Pemberian obat kimia
Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)
a. Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya
b. Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa
nyeri
c. Selalu ingin tahu alasan tindakan
d. Berusaha independen dan produktif
Reaksi orang tua
a. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur,
pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan anak
b. Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta
tidak familiernya peraturan Rumah sakit
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Faktor Presipitasi dan Predisposisi
Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang
tercemar oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang
ditularkan melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah
diperberat bila klien makan tidak teratur. Faktor predisposisinya adalah minum
air mentah, makan makanan yang tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, dari wc dan menyiapkan makanan.
2.7 Penatalaksanaan
. 1.Perawatan
Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari
untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnyatranfusi bila
ada komplikasi perdarahan.
2. Diet
Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demamselama 7
hari.
3.Pengobatan.
1. Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari,
dapatdiberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas.
2. Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
3. Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400
mgsulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim).
4. Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2minggu.
5. Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100
cc,diberikan selama jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari.
6. Golongan Fluorokuinolon
Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari7.
Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentuseperti:
Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karenatelah terbukti sering
ditemukan dua macam organisme dalam kulturdarah selain kuman Salmonella
typhi. (Widiastuti S, 2001).

2.8 Pencegahan / perawatan dirumah


PENCEGAHAN
A.Usaha Terhadap Lingkungan hidup.
1.Penyediaan air bersih terpenuhi
2.Pembuangan kotoran manusia baik BAK maupun BAB yang hygiene.
3.Pemberantasan lalat
4.Pengawasan terhadap rumah rumah penjual makanan
B.Usaha Terhadap Manusia
1.Dengan menjaga kebersihan makanan/minuman dan mencuci tangansebelum
makan
2. Tidak makan dan jajan di sembarang tempat. Pilihlah rumah makan
dantempat jajan yang menjaga dan mengutamakan kebersihan
karenapenyebaran demam typhoid melalui makanan dan tangan yang
tercemaroleh bakteri ini.
3. Vaksinasi demam Thypoid.
4. Pendidikan kesehatan pada masyarakat berupa personal hygiene.
DAMPAK HOSPITALISASI.
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan
menimbulkanstress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung
pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan
pengobatan.Penyebab anak stress meliputi ;
a.PsikososialBerpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan
perubahan peran
b. FisiologisKurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri.
c. Lingkungan asing.Kebiasaan sehari-hari berubah.
d. Pemberian obat kimia.
e. Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun).
1.Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya.
2.Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa
nyeri.
3.Selalu ingin tahu alasan tindakan
4.Berusaha independen dan produktif.
f.Reaksi orang tua.
Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur,pengobatan
dan dampaknya terhadap masa depan anak.
2.9 Komplikasi
Perdarahan usus, peritonitis, meningitis, kolesistitis,
ensefalopati,bronkopneumonia, hepatitis. (Arif mansjoer & Suprohaitan
2000).Perforasi ususterjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada 1-10%
penderita demam tifoid.Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2
penyakit dan umumnyadidahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan darah
serta kenaikan denyut jantung. Pneumonia sering ditemukan selama stadium
ke-2 penyakit, tetapi seringkalisebagai akibat superinfeksi oleh organisme lain
selain Salmonella. Pielonefritis,endokarditis, meningitis, osteomielitis dan
arthritis septik jarang terjadi pada hospesnormal. Arthritis septik dan
osteomielitis lebih sering terjadi pada penderitahemoglobinopati. (Behrman
Richard, 1992)Komplikasi Thypoid antara lain terdiri dari :
A.Komplikasi intestinal.
1.Perdarahan usus
2.Perporasi usus.
3.Ilius paralitik.

B.Komplikasi extra intestinal


1. Komplikasi kardiovaskulerKegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,
trombosis,tromboplebitis.
2. Komplikasi darah.Anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia
hemolitik.
3. Komplikasi paru .Pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu.Hepatitis, kolesistitis.
5. Komplikasi ginjal.Glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6. Komplikasi pada tulang.Osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
7. Komplikasi neuropsikiatrik.Delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis
perifer, sindromaGuillain bare dan sidroma katatonia.
BAB III

ASKEP TEORITIS
3.1.Pengkajian.
a. Riwayat Kesehatan Sekarang.Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa
keluahan utama pasien,sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah
keperawatan yang dapatmuncul.
b. Riwayat Kesehatan Sebelumnya.Apakah sudah pernah sakit dan dirawat
dengan penyakit yang sama.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga.Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit
seperti pasien.
d. Riwayat Psikososial.Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas /
sedih).Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
e. Pola Fungsi kesehatan.
1.Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan padausus
halus.2.
Pola istirahat dan tidur.
Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasienmerasakan
sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang diare.f.
Pemeriksaan Fisik.
Kesadaran dan keadaan umum pasien.Kesadaran pasien perlu di kaji dari
sadar tidak sadar (composmentis- coma) untuk mengetahui berat ringannya
prognosis penyakit pasien.
Tanda tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala kaki.TD, Nadi, Respirasi,
Temperatur yang merupakan tolak ukur darikeadaan umum pasien / kondisi
pasien dan termasuk pemeriksaan darikepala sampai kaki dengan
menggunakan prinsip-prinsip inspeksi,auskultasi, palpasi, perkusi), disamping
itu juga penimbangan BBuntuk mengetahui adanya penurunan BB karena
peningakatangangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung
kebutuhannutrisi yang dibutuhkan.

Masalah Keperawatan yang Muncul.


1.Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi.
2. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan
kuranginformasi

3.3 Intervensi
Intervensi.1.

Diagnosa 1. :
Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi.Tujuan : Suhu tubuh
normalKriteria Hasil : derajat suhu tubuh menurun.Intervensi :
Observasi suhu tubuh klien.
Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh.
Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila,lipat paha,
temporal bila terjadi panas.
Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.
Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapatmenyerap keringat
seperti katun.
Rasional : menjaga kebersihan badan
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.
Rasional : menurunkan panas dengan obat.

Diagnosa 2. :
Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.Tujuan : Nutrisi kebutuhan tubuh
terpenuhi.Kriteria Hasil : Intake Nutrisi Meningkat.Intervensi :
Kaji pola nutrisi klien.Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan
makan,keteraturan waktu makan.
Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai.Rasional : meningkatkan status
makanan yang disukai danmenghindari pemberian makan yang tidak disukai.
Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut.Rasional :
penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.
Timbang berat badan tiap hari.Rasional : mengetahui adanya penurunan atau
kenaikan beratbadan.
Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.Rasional : mengurangi kerja usus,
menghindari kebosananmakan.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet.

Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan danmakanan yang


tidak boleh dikonsumsi.

Diagnosa 3. :Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan


dengankurang informasi.Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat.Kriteria
Hasil : Keluarga mendapatkan informasi yang akurat daripetugas
kesehatan.Intervensi :
Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentangpenyakitnya.Rasional :
mengetahui apa yang diketahui pasien tentangpenyakitnya.
Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatanpasien.Rasional :
supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatandan pencegahan penyakit
typhoid.
Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bilaada yang
belum dimengerti.Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien
dankeluarga pasien setelah di beri penjelasan tantang penyakitnya.
Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat.Rasional :
memberikan rasa percaya diri pasien dalamkesembuhan sakitnya.
3.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuaidengan
rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatandapat bersifat
mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatanperlu diawasi dan
dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI,1989;162 ).
3.5 Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan
untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-tanda
vital stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak
terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara
mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang penyakitnya.

You might also like