Professional Documents
Culture Documents
&
KERANGKA BAWAH
Untuk Lingkungan Sendiri
MECHANIC DEVELOPMENT
PT PAMAPERSADA NUSANTARA
2004
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sehingga dapat
tersusun buku UNDERCARRIAGE Buku ini disusun untuk melengkapi
bahan pelatihan di lingkungan PT Pamapersada Nusantara khususnya Plant
Departement.
Buku ini disajikan dalam bentuk yang sederhana, dengan harapan dalam
pemahamannya akan lebih mudah, khususnya bagi Calon Mekanik atau Junior
Mekanik dibidang Alat-alat Berat.
Dengan segala kerendahan hati penyusun menyadari bahwa buku ini masih
jauh dari sempurna, maka dengan keterbatasan yang ada penyusun sangat
mengharap kritik dan saran dari para pembaca untuk meningkatkan
kesempurnaan buku ini sehingga tidak terjadi salah persepsi untuk pemahaman
dari isi dan makna terhadap buku ini.
Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga terselesaikannya buku ini.
Penyusun
Mechanic Development
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
DAFTAR ISI
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DAFTAR ISI
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENDAHULUAN
Gambar di atas menunjukkan biaya perbaikan kerangka bawah tercatat 60% dari
biaya total perbaikan unit bulldozer.
Gambar di atas menunjukkan biaya perbaikan kerangka bawah tercatat lebih besar
45% dari biaya total perbaikan unit Excavator.
Jadi dengan mengurangi biaya perbaikan untuk kerangka bawah banyak hal
kemungkinan, yang jelas biaya perbaikan kerangka bawah akan menjadi turun
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE BAB I
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE I-1-9
Susunan roda gigi penggerak akhir adalah pegurang kecepatan yang biasanya
diperlengkapi dengan satu atau dua set roda gigi lurus dan pinion boss roda gigi
penggerak akhir.
Prinsip yang dipergunakanpada transmisi dimana kecepatan rotasi dikurangi dan
momen puntir ( torque ) ditambah oleh sejumlah roda gigi yang dipergunakan pada
penggerak akhir.
Masing-masing bak penggerak akhir ( final drive case ) dipasang melebar keluar
dari bak roda gigi tirus ( bevel gear case ) pada masing-masing sisi. Dengan
memilih perbandingan kecepatan yang tepat momen puntir ( Torque ) sebelum ke
penggerak akhir ( final drive ) dapat diperkecil. Dengan demikian, transmisi yang
sama, poros roda tirus ( bevel gear shaft ) dan lain-lain dapat dipergunakan yang
sama pada berbagai jenis model mesin.
Roda gigi penggerak akhir ( final Drive gears ) dapat dihadapkan pada tekanan
permukaan yang besar disebabkan oleh beban goncangandan benturan ( shock and
impact loads ), yang mana memerlukan perhatian ekstra untuk seleksi oli pelumas
dan mencegah masuknya benda asing ke dalam bak penggerak akhir ( final drive
cases ).
Perbandingan reduksi normal berada diantara 1/9 sampai 1/12 untuk perbandingan
reduksi yang lebih kecil dipergunakan sistem reduksi tunggal ( single reduction
system ). Untuk perbandingan reduksi yang besar dipergunakan sistem reduksi
ganda atau sistem roda gigi planet. ( Double reduction system or planetary gear
system ).
1. Single reduction final drive shaft ikut berputar ( D31A - 17, D319Q - 17 ).
2. Single reduction fixed final drive shaft ( D20S - 1,2,3 s/n 7 - 478 ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE I-2-9
Penggerak akhir (final drive) tipe reduksi tunggal (single reduction) dengan roda
gigi lurus (spur gear) tenaga penggeraknya dari kopling stir (steering clutch),
disalurkan ke pinion (13) melalut tromol rem (brake drum) dan flange (15).
Tenaga gerak kemudian disalurkan ke sprocket (1) melalui pinion (13), roda gigi
pemutar (drive gear) (19), poros penggerak akhir (final drive shaft) (20}, dan. hub
(6) demikianlah urutannya. Hub (6) dipress duduk poros penggerak akhir (final
drive shaft) (20).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE I-3-9
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE I-4-9
Model D150, 155 A menggunakan metode reduksi dua langkah dengan memakai
roda gigi lurus ( spur gears ) dan pelumasan bilas dengan memanfaatkan rotasi
dari roda gigi. Tenaga dari poros steering system disalurkan melalui clutch outer
drum ( brake drum ) ke final drive flange ( 1 ), memutar primary pinion ( 3 ). Pada
flange primary berhubungan dengan primary gear ( 35 ), memutar secondary
pinion ( 34 ) pada gear shaft tenaga disalurkan lebih lanjut dari secondary pinion.
Dengan mempengaruhi kecepatan reduksi pada saat yang sama.
Final drive case ( 38 ) berfungsi sebagai tanki oli pelumas untuk masing-masing
gear. Bagian - bagian yang berputar meluncur dari sprocket diperlengkapi dengan
floating seals ( 19 ) dan ( 22 ) untuk mencegah kemasukan debu atau lumpur dan
oli bocor.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE I-5-9
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE I-6-9
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE I-7-9
Penjelasan Umum.
Sistem reduksi satu tingkat yang mempergunakan roda gigi lurus ( spur gears )
dan yang lain mempergunakan roda gigi planet ( planetary gears ). Sistem
pelumasannya mempergunakan roda gigi untuk membilaskan oli di dalam bak
penggerak akhir untuk melumasi seluruh bagian dalam dari bak penggerak akhir.
Bagian-bagian yang berotasi dan meluncur dari sprocket memiliki floating seals
( penyekat ngambang ) ( 19 ) untuk mencegah kotoran masuk ke dalam dari
sebelah luar dan mencegah oli bocor.
Diantara inner body ( tubuh dalam ) ( 15 ) dan outer body ( tubuh luar ) ( 13 ) dari
sprocket dan sprocket boss ( 12 ), di sana terdapat rubber bushing ( 2 ) dipasang
dengan jarak yang sama sekeliling lingkaran pada 10 tempat dimasing-masing
sisi. Rubber bushing ini berbentuk silinder dengan konstruksi terdiri dari dua lapis
yang dibuat dari logam dan karet. Rubber bushing berubah bentuk ketika
mendapat gaya dari luar misalnya gaya impact atau tarikan drawbar ketika
sedang beroperasi. Hal ini mengurangi beban pada komponen penggerak akhir
( final drive ). Sebagai tambahan, seal ( penyekat ) ( 14 ) dipasang untuk
memisahkan rubber bushing ( 20 ) sepenuhnya dari sisi luar untuk mencegah
masuknya kotoran atau air dari sebelah luar.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE I-8-9
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE I-9-9
Gaya gerak dari bever gear shaft dan steering clutch disalurkan ke pinion No.1
( 3 ). Kemudian disalurkan melalui gear ( roda gigi ) No.1 ( 5 ) dan gear hub No.1
( 4 ) untuk memutar sun gear ( 10 ).
Rotasi dari sun gear ( 10 ) disalurkan ke planet gear ( 8 ). Sedangkan ring gear
( 7 ) yang berhubungan dengan planet gear ( 8 ) berputar pada axis dan bergerak
sepanjang ring gear mengorbit sekeliling sun gear ( 10 ). Rotasi dan sun gear
( 10 ) disalurkan ke carrier ( 18 ) dan kemudian dipindahkan melalui hub ( 17 )
untuk memutar inner body ( 15 ). Inner body berputar dengan arah yang sama
seperti sun gear ( 10 ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE BAB II
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 1 - 33
Unit type rantai ( Crawler type ) digunakan untuk berbagai macam kerja mendorong
( Bulldozer ), membawa beban ( Dozer Shovel ) dan banyak pekerjaan yang lain
dengan jenis perlengkapan yang berbeda.
1. Rigid Type.
Type kerangka bawah ini front idler tidak dilengkapi rubber pad, final drive tidak
memakai rubber bushing dan equalizing beam hanya duduk di atas frame
utama ( main frame ).
Contoh : D80/85 A, D155 A, D455 A.
Gbr II - 1. Undercarriage.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 2 - 33
3. Bogey Type.
Type kerangka bawah ini terdapat dua idler, track roller dapat bergerak
flexible ( Bogey ) dan sprockets kedudukannya lebih tinggi dari rear idler.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 3 - 33
Bagian bawah dari crawler tractors yang berfungsi untuk bergerak maju,
mundur, belok kiri dan kanan.
Bagian bawah yang menahan dan meneruskan berat dari tractors ke landasan.
Bagian bawah dari crawler tractors yang berfungsi sebagai pembawa dan
pendukung unit.
1. Track frame.
2. Roller.
3. Idler.
4. Recoil spring.
5. Sprocket.
6. Track link.
7. Track shoe.
8. Equalizing.
9. Guard.
1. Track Frame.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 4 - 33
Pada setiap unit terdapat 2 buah track frame yang dipasang pada sisi kiri dan
kanan dari crawler tractors. Bentuk dari track frame seperti pada gambar II - 4,
dipasang ke frame crawler tractors bagian belakang melalui diagonal brace
( 5 ).
Tipe lain dari track frame terlihat seperti gambar di bawah ini.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 5 - 33
Yang dimaksud toe ini adalah suatu keadaan perubahan kelurusan track frame
kiri dan kanan ketika permukaan idler menuju ke dalam mendekati Center line
of tractors .
Yang dimaksud toe out adalah suatu keadaan perubahan kelurusan track
frame kiri dan kanan ketika permukaan idler menuju ke luar menjauhi Center
line of tractors .
Catatan : Perubahan kelurusan pada kondisi idler dilihat dari sprocket.
Unit yang sudah beroperasi dalam waktu lama sehingga dengan variasi
beban dapat menyebabkan perubahan kelurusan track frame.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 6 - 33
2. Roller.
a. Track roller .
Track roller berfungsi sebagai pembagi berat dozer ke track.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 7 - 33
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 8 - 33
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 9 - 33
Jumlah track roller yang dipasang pada dozer tergantung daro panjang track
pada permukaan tanah ( jarak antara idler dengan sprocket ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 10 - 33
Pada posisi ke satu dan terakhir, pada umumnya dipasang track roller single
flanged type, tujuannya agar keausan dapat dikurangi. Baik keausan pada
track link maupun track roller itu sendiri.
Sebagai contoh, unit D85ESS - 2 punya susunan track roller S S D S S D S S.
Sedangkan untuk unit D 375 A - 3 punya susunan track roller dari beberapa
model unit.
Rollers Position
Model Rollers Idler Sprocket
Per side
1 2 3 4 5 6 7 8
D 10 A, S - I 3 S S
D 20 A, P, S, Q - 3 5 S S S S S
D 21 A, P, S, Q - 3 5 S S S S S
D 30 A, S, Q - 15 5 S S S S S
D 30 P - 15 6 S S S S S S
D 31 A, Q, S - 15, 16 5 S S S S S
D 31 P -15, -16 6 S S S S S S
D 40 A-1 5 S D S D S
D 40 P-1 6 S D S S D S
D 45 A, S - 1 5 S D S D S
D 45 P-1 6 S D S S D S
D 50 A, S - 15 5 S D S D S
D 50 P - 15 7 S D S D S D S
D 53 A, S - 15 5 S D S D S
D 55 S-3 5 S D S D S
D 57 S-1 6 S D S S D S
D 60 A, S - 6 6 S D S S D S
D 60 E, P - 6 7 S D S D S D S
D 65 A, S - 6 6 S D S S D S
D 65 E, P - 6 7 S D S D S D S
D 75 S - 2, - 3 7 S D S D S D S
D 80 A -12 6 S D S S D S
D 80 E - 12 7 S D S D S D S
D 85 A - 12 6 S D S S D S
D 85 E - 12 7 S D S D S D S
D 95 S - 1 7 S D S D S D S
D 150 A - 1 7 D D D S D D S
D 155 A - 1 7 D D D S D D S
D 155 S, C - 1 8 D S D S D S D S
D 355 A - 3 7 D D D S D D S
D 355 C - 3 8 D S D S D S D S
D 455 A - 1 7 D D S D S D S
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 11 - 33
Unit Komatsu baru ada yang menggunakan track roller dengan tipe BOGIE,
unit - unit terseburt diantaranya D 155 AX dan D15 - 3, D375 - 3, D475 - 3.
Untuk selanjutnya, track roller yang terikat secara tetap di track framenya
disebut dengan tipe RIGID.
Dengan tipe BOGIE, track rollernya dapat berisolasi menyesuaikan
permukaan tanah, sehingga daya cengkeram tetap baik walaupun bekerja
dipermukaan tanbah yang tidak rata.
Tiap track roller dipasang pada masing-masing inner bogie (3) dan outer bogie
(4) untuk menjamin track roller dan track link selalu bersentuhan. Rubber
mount 1) digunakan untuk menyerap getaran yang disebabkan oleh
permukaan tanah.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 12 - 33
Carrier Roller.
Carrier roller berfungsi untuk :
8Menahan berat gulungan atas dari track shoe assy agar tidak melentur.
8Menjaga gerakan track shoe antara sprocket ke idler atau sebaliknya tetap
lurus.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 13 - 33
Flanged type.
Drum type.
Jumlah carrier roller yang dipasang pada unit tergantung dari panjang track,
pada umumnya antara 1 buah dan 2 buah tiap sisinya.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 14 - 33
3. Front Idler.
Gbr III - 18. Hubungan antara front idler dan recoil spring.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 15 - 33
1. Idler 4. Cover
2. Bushing 5. Floating seal
3. Shaft 6. Support
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 16 - 33
Komponen-komponen Idler.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 17 - 33
4. Recoil Spring.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 18 - 33
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 19 - 33
Adapun bentuk atau konstruksi lain dari recoil spring adalah sebagai berikut
( Diambil dari D 85 ESS - 2 ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 20 - 33
Standard 20 ~ 30 ~
20 ~ 30 mm 30 ~ 40 mm 40mm
clearance 40mm
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 21 - 33
5. Sprocket.
Type Sprocket.
Segment type
Solid type
Segment Type.
Pada segment type, pergantian segment tidak perlu melepas track link.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 22 - 33
Solid Type.
Pada solid type sprocket, apabila teethnya sudah aus maka pada waktu
penggantiannya, harus banyak yang dilepas dan solid type sprocket harus
dipotong, kemudian diganti dengan sprocket rim yang baru dan di las.
6. Track Link.
1. Link
2. Nut
3. Bolt
4. Master pin
5. Dust seal
6. Shoe
7. Regular pin
Gbr II - 28. Track Link.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 23 - 33
P i n.
Gbr II - 29. P i n.
Pin berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan link satu dengan link
berikutnya disamping juga sebagai tempat kedudukan bushing, seal assy,
plug dan spacer.
Struktur pada pin di bagian permukaannya diproses panas ( Heat treatment )
yang tujuannya agar didapatkan bahan dengan kekerasan tertentu sehingga
proses keausan karena gesekan terjadi lebih lama gesekan terjadi lebih
lama.
Regular pin.
Master pin.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 24 - 33
Center Bore
L i n k.
Gbr II - 31. L i n k.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 25 - 33
Bushing.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 26 - 33
Lubricated.
Digunakan pada bushing yang memerlukan lubrikasi. Fungsinya untuk
mencegah terjadinya kebocoran oli, serta masuknya debu.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 27 - 33
Seal Assembly.
Seal assembly berfungsi untuk mencegah terjadinya kebocoran oil dan juga
mencegah masuknya debu dari luar ke dalam clearance antara bushing dan
pin.
Dust Seal.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 28 - 33
7. Track Shoe.
Track shoe adalah bagian dari undercarriage yang berfungsi disamping tempat
persinggungan dengan tanah juga merupakan alas gerak crawler tractors.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 29 - 33
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 30 - 33
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 31 - 33
8. Equalizing Beam.
Equalizing beam berfungsi untuk menahan bagian depan unit ( bulldozer, dozer
shovel ) yang diteruskan ke track frame tersebut dengan ditahan oleh bracket.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 32 - 33
9. Guard.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 33 - 33
Wear Guard.
Wear guard berfungsi untuk melindungi final drive case dari terjadinya
keausan akibat gesekan dengan benda-benda luar.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT BAB III
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 1 - 15
Items
Outer diameter of
Outer diameter of
Outer diameter of
Gap on link face
Loose shoe bolt
Part No.
Grouser height
Flange width
Flange width
Tread depth
Treat depth
Link height
Tool width
Link pitch
bushing
Instrument
roller
roller
1. 790 - 502 - 1011 Multi - Scale O O O O O O O O O
2. 790 - 502 - 1021 Adapter O
3. 790 - 502 - 1030 Adapter O
4. 790 - 301 - 1410 Convex rule (2 ml) O
5. 790 - 502 - 1061 Outside caliper (300 mm) O
6. 790 - 502 - 1071 Thickness gauge O
7. 790 - 502 - 1080 Scale (300 mm) O O
8. 790 - 502 - 1090 Scale (150 mm) O O
9. 790 - 502 - 1210 Test Hammer O
10. 790 - 502 - 1220 Pin O O
11. 790 - 502 - 1230 Wire brush For removing mad
12. 790 - 502 - 1011 Pinch bar (400 mm) For removing mud
14. 790 - 502 - 1011 Steel case For carrying measuring instruments
Other tools :
To remove mud, the following auxiliary tools are also required :
a. 1 m Pinch bar b. Scoop.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 2 - 15
1. Multi Scale.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 3 - 15
8 Baca skala pada reguler scale yang ditunjuk oleh angka 0 pada 1st vernier.
Pada contoh di atas angka 0 pada 1st vernier terletak antara angka 41 dan
42 pada reguler scale.
8 Selanjutnya perhatikan garis-garis skala pada reguler scale dan 1st vernier
yang saling berhubungan, kemudian baca angka skala pada 1st vernier
lurus berhubungan dengan garis skala pada reguler scale.
41 + 0.5 = 41.5 mm
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 4 - 15
8 Geser 2nd vernier, sampai groove pada 2nd vernier tepat pada pointer
adaptor.
8 Baca scale antara 1st vernier dengan 2nd vernier yang saling berhubungan
( menjadi satu garis ).
8 Baca skala pada 1st vernier yang ditunjuk oleh angka 0 pada 2nd vernier
menunjukkan angka antara 254 - 256 mm.
8 Selanjutnya perhatikan garis skala pada 1st vernier dengan 2nd vernier
yang saling berhubungan ( menjadi satu garis ), kemudian baca angka
skala pada 1st vernier.
Pada pengukuran track roller outside diameter ( Diameter luar track roller ).
8 Posisikan unit ( machine ) pada tempat yang rata sehingga antara link
dan track roller terjadi contek ( rapat tidak ada celah ).
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 5 - 15
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 6 - 15
Ketika menggunakan wear gauge, posisi bawah harus tepat satu garis dengan
standar line pada harus wear gauge.
Wear gauge di pasang diantara dua gigi sprocket, maka akan didapatkan
lokasi yang mengalami keausan yaitu di sisi kiri, kanan dan ditengah-tengah
antara dua gigi sprocket tersebut.
Dimana untuk sprocket yang bertipe solid, menentukan standar line tidak jelas.
Untuk itu jumlah keausan gigi sprocket dapat diperkirakan dari segi pandang
kesetimbangan untuk segala bentuk.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 7 - 15
B. METODE PENGUKURAN.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 8 - 15
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 9 - 15
C. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan ialah meneliti bagiam bagian yang telah aus dari komponen
undercarriage, sehingga dapat diketahui sudah berapa ( % ) keausan itu terjadi
dan masih berapa lama dapat dipakai. Di samping itu, dapat menentukan apaah
komponen undercarriage tersebut harus diremajakan ( rebuilding ) atau diganti
( replacement ).
Tetapi kalau tidak dilakukan pemeriksaan maka komponen tersebut akan rusak
secara total sehingga tidak dapat diperbaiki, dengan kata lain dapat merugikan
kita. Jadi kalau pada waktu pemeriksaan diketahui keausan sudah mencapai
service limit, maka cepat cepatlah diganti sebelum fatal.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 10 - 15
Apabila diperoleh dari hasil pengukuran bushing O.D diameter 39.1 mm, maka
tingkat keausan untuk unit yang beroperasi di daerah sering mendapat beban
kejut adalah sudah mencapai 70% sedang apabila unit dipakai pada operasi
medan biasa, tingkat keausannya ( worn ) baru mencapai 42 %.
Apabila hasil pengukuran tidak tercantum dalam percent worn chart maka
keausan dapat dihitung dengan memakai persamaan sebagai berikut :
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 11 - 15
Contoh :
Track roller D20 - 6 s/n 6001 - up. Hasil pengukuran 131.4mm.
Penyelesaian :
Dilihat dari percent worn chart, maka tingkat keausannya tidak terlihat.
Masukkan ke persamaan seperti di atas.
135 - 134.4
Worn = X 100 %
135 - 127
3.6
= X 100 %
8
= 45 %.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 12 - 15
Dari percent worn chart atau dari perhitungan selanjutnya dipakai unutk
menentukan sampai berapa lama lagi komponen kerangka bawah /
undercarriage masih dapat dipakai.
Hour left chart dipakai untuk mengestimasikan sampai berapa lagi komponen-
komponen kerang bawah / undercarriage masih dapat dipakai ( sampai
mencapai repair dan rebuild limit ).
Penggunaan hour left chart ini harus disesuaikan dengan komponen kerangka
bawah dan type unit.
Garis mendatar pada hour left chart menunjukkan waktu operasi ( operating
hours ), garis vertikal menunjukkan tingkat keausan komponrn ( wear rate ).
Contoh :
Pengukuran Front Idler D85 - 18
8 Service meter menunjukkan 1600 jam.
8 Hasil pengukuran pada idler tread step 27.3 mm.
Penyelesaian :
Langkah 1 : Dari percent worn chart tingkat keausan pada idler tread step
adalah 70 %.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 13 - 15
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 14 - 15
y = a.xk
Mengambil contoh diatas dari point B, dimana dari percent worn chart diperoleh
keausan 70 % pada sercvice meter 1600 jam, sehingga :
y1 = a1 . x1k
Dimana : y1 = 70 %
x1 = 1600 jam
k = ( untuk idler tread step )
70 = a.16001.8
70
a1 =
16001.8
70
a1 =
1600
a1 = 0,000119586
Apabila keausannya 100 % , maka x2 = operating hoursnya adalah sebagai
berikut :
y2 = a2 . x2k
Dimana : a1 = a2
x2 = 1950,6377.
x dibulatkan menjadi 1950 jam maka idler tread step masih dapat dipakai lagi
selama 1950 - 1600 = 350 jam, dari waktu pada saat pengukuran.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 15 - 15
Kedua istilah tersebut dia atas berdasarkan ketebalan Hardened Surface dari
komponen. Di shop manual ( Maintenance Standard ) kondisi repair limit adalah
untuk replace ( 120 % ), sedangkan kondisi rebuild-nya bisa ditentukan.
Namun demikian, ada juga shop manual yang mengatalan behwa repair limit di
maintenance standard dapat diperlakukan Rebuild atau Replace. Dengan
demikian untuk lebih amanya dalam menentukan rebuild atau replace adalah
dengan berpedoman pada shop manual unit masing masing.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS BAB IV
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV - 1 - 5
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV - 2 - 5
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV - 3 - 5
C. GROUSER HEIGHT.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV - 4 - 5
D. IDLER.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV - 5 - 5
E. TRACK ROLLER.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE BAB V
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V-1-5
A. D 85 ESS 2.
Serial No. 3001 up.
203.45 0 65 0 210 0
203.751 10 61 10 206.4 10
204.052 20 57 20 202.8 20
204.353 30 53 30 199.2 30
204.955 50 45 50 192 50
205.256 60 41 60 188.4 60
205.858 70 37 70 184.8 70
205.557 80 33 80 181.2 80
206.159 90 29 90 177.6 90
20 0 168 0 73 0
21 10 165.8 10 72.45 10
22 20 163.6 20 71.9 20
23 30 161.4 30 71.35 30
24 40 159.2 40 10.8 40
25 50 157 50 10.25 50
26 60 154.8 60 69.7 60
27 70 152.6 70 69.15 70
28 80 150.4 80 68.6 80
29 90 148.2 90 68.05 90
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V-2-5
73 0 125 0 0 0
B. D 85 ESS 1.
Serial No. 1001 up.
216.45 0 72 0 222 0
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V-3-5
22 0 185 0 74.3 0
25 40 177.4 40 72.3 40
28 80 169.8 80 70.3 80
74.3 0 129 0 0 0
74 10 127.8 10 0.2913 10
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V-4-5
C. PC200LC 2.
Serial No. 80001 up.
190.15 0 26 0 156 0
190.65 10 25 10 154.8 10
191.05 20 24 20 153.6 20
191.45 30 23 30 152.4 30
191.85 40 22 40 151.2 40
192.25 50 21 50 150 50
192.65 60 20 60 148.8 60
193.05 70 19 70 147.6 70
193.45 80 18 80 146.4 80
193.85 90 17 90 145.2 90
20 0 140 0 59.3 0
23 50 135 50 26.8 50
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V-5-5
Height of link
mm Worn (%)
129 0
127.8 10
126.6 20
125.4 30
124.2 40
123 50
121.8 60
120.6 70
119.4 80
118.2 90
117 100
Tabel keausan diatas adalah contoh beberapa komponen dari jenis unit yang sesuai
dengan serial numbernya. Untuk lebih praktisnya pergunakanlah rumus keausan
( Worn ), yaitu :
Catatan : Pada kondisi Rebuild, tetapi juga shop manual yang menyebutkan bahwa
angka yang tertera dalam kolom repair limit adalah untuk kondisi Rebuild
dan Replace.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS BAB VI
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 1 - 10
A. MEMBUKA SPROCKET.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 2 - 10
Cara penggunaannya :
Cara kerja :
Bila sprocket sudah ketarik keluar maka masukkan kembali rod hydraulic
cylindernya sampai habis dan lepaskan tools yang masih berhubungan satu
sama lainnya.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 3 - 10
B. MEMASANG SPROCKET.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 4 - 10
Cara penggunaannya :
Pasang SPACER ( 7 ) pada sprocket hub ikat dan kencangkan dengan baut.
Cara kerja :
Masukkan Rod Hydraulic Cylinder, maka rod akan menarik sleeve yang diikat
pada sprocket hub maka pusher akan mendorong sprocket secara perlahan -
lahan dan bacalah tekanan pada pressure gauge berapa ton tekanan yang
diizinkan..
Bila sprocket sudah terpasang dengan baik, maka Rod Hydrauliuc Cylinder
keluarkan kembali untuk melepaskan special tools yang berhubungan dan bila
sudah terlepas semua maka Rod Hydraulic Cylinder masukkan kembali.
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 5 - 10
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 6 - 10
Cara penggunaannya :
Cara kerja :
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 7 - 10
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 8 - 10
Cara penggunaannya :
Cara kerja :
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 9 - 10
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 10 - 10
Cara penggunaannya :
Catatan :
Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara