You are on page 1of 88

PENGGERAK AKHIR

&
KERANGKA BAWAH
Untuk Lingkungan Sendiri

MECHANIC DEVELOPMENT
PT PAMAPERSADA NUSANTARA
2004
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sehingga dapat
tersusun buku UNDERCARRIAGE Buku ini disusun untuk melengkapi
bahan pelatihan di lingkungan PT Pamapersada Nusantara khususnya Plant
Departement.

Buku ini disajikan dalam bentuk yang sederhana, dengan harapan dalam
pemahamannya akan lebih mudah, khususnya bagi Calon Mekanik atau Junior
Mekanik dibidang Alat-alat Berat.

Dengan segala kerendahan hati penyusun menyadari bahwa buku ini masih
jauh dari sempurna, maka dengan keterbatasan yang ada penyusun sangat
mengharap kritik dan saran dari para pembaca untuk meningkatkan
kesempurnaan buku ini sehingga tidak terjadi salah persepsi untuk pemahaman
dari isi dan makna terhadap buku ini.

Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga terselesaikannya buku ini.

Jakarta, Januari 2004

Penyusun
Mechanic Development

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
DAFTAR ISI

BAB I. FINAL DRIVE


A. SINGLE REDUCTION ROTATED DRIVE SHAFT. I - 2 - 9
B. SINGLE REDUCTION FIXED DRIVE SHAFT I - 3 - 9
C. DOUBLE REDUCTION..... I - 4 - 9
D. PLANETARY GEAR TYPE RIGID I - 6 - 9
E. PLANETARY GEAR TYPE SEMI RIGID. I - 7 - 9

BAB II. UNDERCARRIAGE


A. KLASIFIKASI KERANGKA BAWAH.. II - 1 - 33
B. KOMPONEN UTAMA UNDERCARRIAGE. II - 3 - 33
1. Track Frame. II - 3 - 33
2. Roller II - 6 - 33
3. Front Idler.II - 14 - 33
4. Recoil Spring.... II - 17 - 33
5. SprocketII - 21 - 33
6. Track Link II - 22 - 33
7. Track Shoe... II - 28 - 33
8. Equalizing Beam.. II - 31 - 33
9. Guard II - 32 - 33

BAB III. MEASUREMENT


A. ALAT - ALAT UKUR KOMPONEN
UNDERCARRIAGE.III- 1 - 15
1. Multi Scale... III- 2 - 15
2. Out Side Caliper... III- 5 - 15
3. Sprocket Wear Gauge... III- 5 - 15
B. METODE PENGUKURAN. III- 7 - 15
C. PEMERIKSAAN.. III- 9 - 15
1. Percent Worn Chart.. III- 9 - 15
2. Hour Left Chart III- 12 - 15
3. Perhitungan Tanpa Hour Left Chart.III- 14 - 15
D. REBUILD DAN REPLACE ....III- 15 - 15

BAB IV. GRAFIK WEAR RATE DAN OPERATING HOURS


A. LINK PITCH DAN CARRIER ROLLER... III- 1 - 5
B. BUSHING OUTSIDE DIAMETER DAN LINK HEIGHT. III- 2 - 5
C. GROUSER HEIGHT.... III- 3 - 5
D. IDLER...III- 4 - 5
E. TRACK ROLLER.... III- 5 - 5
TABEL KEAUSAN
SPECIAL TOOLS
TROBLE SHOOTING

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DAFTAR ISI

BAB V. PERCENT WORN TABLE


A. D 85 ESS 2 V - 1 - 5
B. D 85 ESS 1 V - 2 - 5
C. PC 200 LC 2 ..V - 4 - 5

BAB VI. SPECIAL TOOLS


A. MEMBUKA SPROCKET... VI- 1 - 10
B. MEMASANG SPROCKET. VI- 3 - 10
C. MEMBUKA SPROCKET HUB... VI- 5 - 10
D. MEMASANG SPROCKET HUB.VI- 7 - 10
E. MEMBUKA DAN MEMASANG TRACK.VI- 9 - 10

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PENDAHULUAN

Normalnya, komponen-komponen pada bulldozer yang mengalami keausan yang


besar adalah perlengkapan kerja dan kerangka bawah.
Keausan pada bagian kerangka bawah dapat digolongkan dalam komponen besar
pada bulldozer yang mendapat perhatian besar terhadap biaya perawatan. Hal
terpenting bagaimana mengurangi biaya yang dipergunakan akibat keausan bagian
kerangka bawah dan melakukan perawatan ataupun perbaikan, karena keausan
pada kerangka bawah tercatat besar bagiannya pada bulldozer dan biaya
perawatannya.

Gambar di atas menunjukkan biaya perbaikan kerangka bawah tercatat 60% dari
biaya total perbaikan unit bulldozer.

Gambar di atas menunjukkan biaya perbaikan kerangka bawah tercatat lebih besar
45% dari biaya total perbaikan unit Excavator.
Jadi dengan mengurangi biaya perbaikan untuk kerangka bawah banyak hal
kemungkinan, yang jelas biaya perbaikan kerangka bawah akan menjadi turun

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE BAB I

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE I-1-9

Susunan roda gigi penggerak akhir adalah pegurang kecepatan yang biasanya
diperlengkapi dengan satu atau dua set roda gigi lurus dan pinion boss roda gigi
penggerak akhir.
Prinsip yang dipergunakanpada transmisi dimana kecepatan rotasi dikurangi dan
momen puntir ( torque ) ditambah oleh sejumlah roda gigi yang dipergunakan pada
penggerak akhir.

Masing-masing bak penggerak akhir ( final drive case ) dipasang melebar keluar
dari bak roda gigi tirus ( bevel gear case ) pada masing-masing sisi. Dengan
memilih perbandingan kecepatan yang tepat momen puntir ( Torque ) sebelum ke
penggerak akhir ( final drive ) dapat diperkecil. Dengan demikian, transmisi yang
sama, poros roda tirus ( bevel gear shaft ) dan lain-lain dapat dipergunakan yang
sama pada berbagai jenis model mesin.

Roda gigi penggerak akhir ( final Drive gears ) dapat dihadapkan pada tekanan
permukaan yang besar disebabkan oleh beban goncangandan benturan ( shock and
impact loads ), yang mana memerlukan perhatian ekstra untuk seleksi oli pelumas
dan mencegah masuknya benda asing ke dalam bak penggerak akhir ( final drive
cases ).

Perbandingan reduksi normal berada diantara 1/9 sampai 1/12 untuk perbandingan
reduksi yang lebih kecil dipergunakan sistem reduksi tunggal ( single reduction
system ). Untuk perbandingan reduksi yang besar dipergunakan sistem reduksi
ganda atau sistem roda gigi planet. ( Double reduction system or planetary gear
system ).

Jenis-jenis penggerak akhir :

1. Single reduction final drive shaft ikut berputar ( D31A - 17, D319Q - 17 ).

2. Single reduction fixed final drive shaft ( D20S - 1,2,3 s/n 7 - 478 ).

3. Double reduction ( D50/53A - 17, D75S - 5, D80/85A - 21, D150/155A - 2 ).

4. Planetary gear type rigid ( D355A - 3, D455A - 1 ).

5. Planetary gear type semi rigid (D2675A - 2, D375A - 2, D475A - 2 ).

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE I-2-9

A. SINGLE REDUCTION ROTATED DRIVE SHAFT ( D31S - 17 ).

Gbr I - 1. Single Reduction Rotated Final Drive Shaft ( D31S - 17 ).

1. Sprocket 12.Plane bearing


2. Steering case 13.Pinion
3. Final drive case 14.Retainer
4. Cover 15.Flange
6. Hub 16.Nut
7. Nut 17.Oil seal
8. Dowel pin 18.Nut
9. Nut 19.Driven gear
10.Floating seal 20.Final drive shaft
11.Cover

Penggerak akhir (final drive) tipe reduksi tunggal (single reduction) dengan roda
gigi lurus (spur gear) tenaga penggeraknya dari kopling stir (steering clutch),
disalurkan ke pinion (13) melalut tromol rem (brake drum) dan flange (15).
Tenaga gerak kemudian disalurkan ke sprocket (1) melalui pinion (13), roda gigi
pemutar (drive gear) (19), poros penggerak akhir (final drive shaft) (20}, dan. hub
(6) demikianlah urutannya. Hub (6) dipress duduk poros penggerak akhir (final
drive shaft) (20).

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE I-3-9

B. SINGLE REDUCTION FIXED DRIVE SHAFT ( D20S - 1,2,3 s/n 7 - 478 ).

1. Collar 2. Bearing Cage


3. Bearing 4. Collar
5. Washer 6. Nut
7. Cover 8. Bushing
9. Bearing 10. ring
11. Nut 12. Hub

Gbr I - 2. Single Reduction Fixed


Final Drive Shaft ( D20S - 1,2,3 s/n 7 - 478 ).

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE I-4-9

C. DOUBLE REDUCTION ( D50/D53, D60/D65, D7ES - 5, D80/D85, D150/D155 ).

Gbr I - 3. Double Reduction


( D50/D53, D60/D65, D7ES - 5, D80/D85, D150/D155 ).

Model D150, 155 A menggunakan metode reduksi dua langkah dengan memakai
roda gigi lurus ( spur gears ) dan pelumasan bilas dengan memanfaatkan rotasi
dari roda gigi. Tenaga dari poros steering system disalurkan melalui clutch outer
drum ( brake drum ) ke final drive flange ( 1 ), memutar primary pinion ( 3 ). Pada
flange primary berhubungan dengan primary gear ( 35 ), memutar secondary
pinion ( 34 ) pada gear shaft tenaga disalurkan lebih lanjut dari secondary pinion.
Dengan mempengaruhi kecepatan reduksi pada saat yang sama.

Berhubung karena konstruksinya, dimana secondary gear dibautkan pada final


drive hub ( 27 ) ke dalam sprocket boss ( 11 ) dipresskan dalam bentuk taper
spline ( alur tirus ), rotasi dari secondary gear berputar menjadi putaran sprocket
boss.

Final drive case ( 38 ) berfungsi sebagai tanki oli pelumas untuk masing-masing
gear. Bagian - bagian yang berputar meluncur dari sprocket diperlengkapi dengan
floating seals ( 19 ) dan ( 22 ) untuk mencegah kemasukan debu atau lumpur dan
oli bocor.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE I-5-9

Gbr I - 4. Double Reduction.

1. Final drive flange 11.Sprocket nut 21. Bearing


2. Bearing 12.Stopper 22. Floating seal
3. Primary pinion 13.Sprocket boss 23. Guard
( 12 teeth ) 14.Sprocket support 24. Color
4. Bearing 15.Cover 25. Secondary gear
5. Cover 16.Nut ( 55 teeth )
6. Bearing 17.Washer 26. Bolt
7. Cover 18.Bushing 27. Sprocket hub
8. Cover 19.Floating seal 28. Bearing
9. Segment teeth 20.Retainer
10.Nut

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE I-6-9

D. PLANETARY GEAR TYPE ( D355A - 3, D455A - 1 ).

1. Cover 11. Final drive pinion 21. Floating seal


2. Support 12. Bearing cage 22. Drum
3. Snap ring 13. Pinion hub 23. Sprocket
4. Carrier 14. Sprocket shaft 24. Sun gear
5. Bearing 15. Steering case 25. Bearing cage
6. Ring gear 16. Hub 26. Floating seal
7. Planetary gear shaft 17. Final drive gear 27. Bush
8. Flange 18. Guard 28. Collar
9. Case cover 19. Shaft 29. Nut
10. Anchor 20. Guard

Gbr I - 5. Planetary Gear type Rigid


( D355A - 3, D455A - 1 ).

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE I-7-9

E. PLANETARY GEAR TYPE SEMI RIGID ( D175A - 1, D275A - 2, D375A - 2,


D475A - 2 ).

Gbr I - 6. Planetary Gear Type Semi Rigid.


( D175A - 1, D275A - 2, D375A - 2, D475A - 2 ).

Penjelasan Umum.

Sistem reduksi satu tingkat yang mempergunakan roda gigi lurus ( spur gears )
dan yang lain mempergunakan roda gigi planet ( planetary gears ). Sistem
pelumasannya mempergunakan roda gigi untuk membilaskan oli di dalam bak
penggerak akhir untuk melumasi seluruh bagian dalam dari bak penggerak akhir.

Bagian-bagian yang berotasi dan meluncur dari sprocket memiliki floating seals
( penyekat ngambang ) ( 19 ) untuk mencegah kotoran masuk ke dalam dari
sebelah luar dan mencegah oli bocor.

Diantara inner body ( tubuh dalam ) ( 15 ) dan outer body ( tubuh luar ) ( 13 ) dari
sprocket dan sprocket boss ( 12 ), di sana terdapat rubber bushing ( 2 ) dipasang
dengan jarak yang sama sekeliling lingkaran pada 10 tempat dimasing-masing
sisi. Rubber bushing ini berbentuk silinder dengan konstruksi terdiri dari dua lapis
yang dibuat dari logam dan karet. Rubber bushing berubah bentuk ketika
mendapat gaya dari luar misalnya gaya impact atau tarikan drawbar ketika
sedang beroperasi. Hal ini mengurangi beban pada komponen penggerak akhir
( final drive ). Sebagai tambahan, seal ( penyekat ) ( 14 ) dipasang untuk
memisahkan rubber bushing ( 20 ) sepenuhnya dari sisi luar untuk mencegah
masuknya kotoran atau air dari sebelah luar.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE I-8-9

Gbr I - 7. Planetary Gear Type Semi Rigid.

1. Bearing cage 13.Outer body


2. Final drive case 14.Seal
3. No.1 pinion ( 17 teeth ) 15.Inner body
4. No.1 gear hub 16.Cover
5. No.1 gear ( 80 teeth ) 17.Hub
6. Cover 18.Carrier
7. Ring gear ( 69 teeth ) 19.Floating seal
8. Planet gear ( 25 teeth ) 20.Rubber bushing
9. Cover 21.Wear guard
10.Sun gear ( 19 teeth ) 22.Shaft
11.Teeth 23.Boss
12.Sprocket boss 24.Pivot shaft

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
FINAL DRIVE I-9-9

Gbr I - 8. Cara Kerja Planetary System.

Pemindahan dari Gaya Gerak.

Gaya gerak dari bever gear shaft dan steering clutch disalurkan ke pinion No.1
( 3 ). Kemudian disalurkan melalui gear ( roda gigi ) No.1 ( 5 ) dan gear hub No.1
( 4 ) untuk memutar sun gear ( 10 ).

Rotasi dari sun gear ( 10 ) disalurkan ke planet gear ( 8 ). Sedangkan ring gear
( 7 ) yang berhubungan dengan planet gear ( 8 ) berputar pada axis dan bergerak
sepanjang ring gear mengorbit sekeliling sun gear ( 10 ). Rotasi dan sun gear
( 10 ) disalurkan ke carrier ( 18 ) dan kemudian dipindahkan melalui hub ( 17 )
untuk memutar inner body ( 15 ). Inner body berputar dengan arah yang sama
seperti sun gear ( 10 ).

Rubber bushing ( 20 ) dipasang antara inner body ( 15 ) dan outer body ( 13 )


serta sprocket boss ( 12 ), dengan demikian putaran dari inner body ( 15 )
disalurkan melalui rubber bushing ( 20 ) ke outer body ( 13 ), sprocket boss ( 12 )
dan sprocket teeth ( 11 ).

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE BAB II

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 1 - 33

Unit type rantai ( Crawler type ) digunakan untuk berbagai macam kerja mendorong
( Bulldozer ), membawa beban ( Dozer Shovel ) dan banyak pekerjaan yang lain
dengan jenis perlengkapan yang berbeda.

A. KLASIFIKASI KERANGKA BAWAH.

1. Rigid Type.

Type kerangka bawah ini front idler tidak dilengkapi rubber pad, final drive tidak
memakai rubber bushing dan equalizing beam hanya duduk di atas frame
utama ( main frame ).
Contoh : D80/85 A, D155 A, D455 A.

Gbr II - 1. Undercarriage.

1. Sprocket cover 6. Idler


2. Sprocket 7. Track frame
3. Recoil spring cover 8. Track roller
4. Carrier roller 9. Guiding guard
5. Track shoe

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 2 - 33

2. Semi Rigid Type

Type kerangka bawah ini pada komponen sprocket diperlengkapi dengan


rubber bushing dan front idler dilengkapi rubber pad dan equalizing beam
dilock dengan pin pada frame utama ( main frame ).

Contoh : D65E - 12, D275A -1, D375A - 1, D475A - 1.

Gbr II - 2. Semi Rigid Type.

3. Bogey Type.

Type kerangka bawah ini terdapat dua idler, track roller dapat bergerak
flexible ( Bogey ) dan sprockets kedudukannya lebih tinggi dari rear idler.

Gbr II - 3. Bogey Type.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 3 - 33

KERANGKA BAWAH ( UNDERCARRIAGE ).

Kerangka bawah adalah :

Bagian bawah dari crawler tractors yang berfungsi untuk bergerak maju,
mundur, belok kiri dan kanan.
Bagian bawah yang menahan dan meneruskan berat dari tractors ke landasan.
Bagian bawah dari crawler tractors yang berfungsi sebagai pembawa dan
pendukung unit.

B. KOMPONEN - KOMPONEN UTAMA UNDERCARRIAGE.

1. Track frame.
2. Roller.
3. Idler.
4. Recoil spring.
5. Sprocket.
6. Track link.
7. Track shoe.
8. Equalizing.
9. Guard.

1. Track Frame.

Struktur track frame :

Gbr II - 4. Track Frame dengan Diagonal Brace.

1. Carrier roller bracket 6. Track frame


2. Carrier Roller 7. Guiding guard
3. Recoil spring cover
4. Sprocket cover
5. Diagonal brace

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 4 - 33

Track frame merupakan tulang punggung dari pada Undercarriage, sebagai


tempat kedudukan komponen-komponen undercarriage.

Track frame ( 6 ) merupakan gabungan baja yang dibentuk menyerupai


konstruksi box yang saling menyilang dan dirakit dengan plat baja yang dilas.
Track frame khusus di design mampu melawan beban kejut selama operasi
berat atau ringan dari kondisi kerja unit .

Pada setiap unit terdapat 2 buah track frame yang dipasang pada sisi kiri dan
kanan dari crawler tractors. Bentuk dari track frame seperti pada gambar II - 4,
dipasang ke frame crawler tractors bagian belakang melalui diagonal brace
( 5 ).

Tipe lain dari track frame terlihat seperti gambar di bawah ini.

Gbr II - 5. Track Frame tanpa Diagonal Brace.

Frame crawler tractors harus diperhatikan kondisi kelurusannya, apabila


crawler tractors sudah dipakai operasi maka kemungkinan posisi kelurusan
dari frame berubah yang menyebabkan toe out menjadi berubah pula.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 5 - 33

Yang dimaksud toe ini adalah suatu keadaan perubahan kelurusan track frame
kiri dan kanan ketika permukaan idler menuju ke dalam mendekati Center line
of tractors .

Yang dimaksud toe out adalah suatu keadaan perubahan kelurusan track
frame kiri dan kanan ketika permukaan idler menuju ke luar menjauhi Center
line of tractors .
Catatan : Perubahan kelurusan pada kondisi idler dilihat dari sprocket.

Track frame mengalami toe in atau toe out disebabkan karena :

Posisi ( pitch ) track roller yang dalam pemasangannya tidak memperhatikan


ketentuan - ketentuan skala gambar.

Terjadinya benturan antara batu dengan permukaan bawah diagonal brace


yang dapat merusak fisik diagonal brace.

Unit yang sudah beroperasi dalam waktu lama sehingga dengan variasi
beban dapat menyebabkan perubahan kelurusan track frame.

Gbr. II - 6. Pengukuran Toe in dan Toe out.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 6 - 33

2. Roller.

Pada kerangka bawah ada 2 jenis roller yaitu :


Track roller .
Carrier roller.

a. Track roller .
Track roller berfungsi sebagai pembagi berat dozer ke track.

Gbr II - 7. Track Roller.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 7 - 33

Track roller dibagi menjadi 2 macam tipe yaitu :

Single flange roller.


Double flange roller.

Single flange roller.

Gbr II - 8. Single Flange Roller.

Double flange roller.

Gbr II - 9. Double Flange Roller.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 8 - 33

Track Roller dipasang pada Track Frame.

Gbr II - 10. Track Roller.

1. Track roller 4. Floating


2. Bushing 5. Shaft
3. Collar

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 9 - 33

Gbr II - 11. Track Roller.

1. Snap ring 7. Spring washer 11-2. O-ring


2. Thrust key 8-1. Seal ring 11-3. Shaft
3-1. Seal ring 8-2. O-ring 11-4. Seal ring
3-2. O-ring 8-3. Bushing 11-5. O-ring
3-3. Bracket 8-4. Dowel pin 11-6. Bushing
4. Snap ring 8-5. O-ring 11-7. Dowel pin
5-1. Seal ring 8-6. Bearing 11-8. O-ring
5-2. O-ring 9. Bolt 11-9. Bearing
5-3. Bracket 10. Spring washer 12. Roller
6. Bolt 11-1. O-ring

Jumlah track roller yang dipasang pada dozer tergantung daro panjang track
pada permukaan tanah ( jarak antara idler dengan sprocket ).

Gbr II - 12. Lokasi Track Roller.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 10 - 33

Pada posisi ke satu dan terakhir, pada umumnya dipasang track roller single
flanged type, tujuannya agar keausan dapat dikurangi. Baik keausan pada
track link maupun track roller itu sendiri.
Sebagai contoh, unit D85ESS - 2 punya susunan track roller S S D S S D S S.
Sedangkan untuk unit D 375 A - 3 punya susunan track roller dari beberapa
model unit.

S: Single flanged roller


D: Double flanged

Rollers Position
Model Rollers Idler Sprocket
Per side
1 2 3 4 5 6 7 8
D 10 A, S - I 3 S S
D 20 A, P, S, Q - 3 5 S S S S S
D 21 A, P, S, Q - 3 5 S S S S S
D 30 A, S, Q - 15 5 S S S S S
D 30 P - 15 6 S S S S S S
D 31 A, Q, S - 15, 16 5 S S S S S
D 31 P -15, -16 6 S S S S S S
D 40 A-1 5 S D S D S
D 40 P-1 6 S D S S D S
D 45 A, S - 1 5 S D S D S
D 45 P-1 6 S D S S D S
D 50 A, S - 15 5 S D S D S
D 50 P - 15 7 S D S D S D S
D 53 A, S - 15 5 S D S D S
D 55 S-3 5 S D S D S
D 57 S-1 6 S D S S D S
D 60 A, S - 6 6 S D S S D S
D 60 E, P - 6 7 S D S D S D S
D 65 A, S - 6 6 S D S S D S
D 65 E, P - 6 7 S D S D S D S
D 75 S - 2, - 3 7 S D S D S D S
D 80 A -12 6 S D S S D S
D 80 E - 12 7 S D S D S D S
D 85 A - 12 6 S D S S D S
D 85 E - 12 7 S D S D S D S

D 95 S - 1 7 S D S D S D S
D 150 A - 1 7 D D D S D D S
D 155 A - 1 7 D D D S D D S
D 155 S, C - 1 8 D S D S D S D S
D 355 A - 3 7 D D D S D D S
D 355 C - 3 8 D S D S D S D S
D 455 A - 1 7 D D S D S D S

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 11 - 33

Unit Komatsu baru ada yang menggunakan track roller dengan tipe BOGIE,
unit - unit terseburt diantaranya D 155 AX dan D15 - 3, D375 - 3, D475 - 3.
Untuk selanjutnya, track roller yang terikat secara tetap di track framenya
disebut dengan tipe RIGID.
Dengan tipe BOGIE, track rollernya dapat berisolasi menyesuaikan
permukaan tanah, sehingga daya cengkeram tetap baik walaupun bekerja
dipermukaan tanbah yang tidak rata.

1. Rubber mount. 6. Floating seal.


2. Track roller. 7. Bushing.
3. Inner bogie. 8. Plug.
4. Outer bogie. 9. Bogie mount cap.
5. Cartridge pin.
Gbr. II - 13. Track Roller Tipe Bogie.

Tiap track roller dipasang pada masing-masing inner bogie (3) dan outer bogie
(4) untuk menjamin track roller dan track link selalu bersentuhan. Rubber
mount 1) digunakan untuk menyerap getaran yang disebabkan oleh
permukaan tanah.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 12 - 33

Carrier Roller.
Carrier roller berfungsi untuk :
8Menahan berat gulungan atas dari track shoe assy agar tidak melentur.
8Menjaga gerakan track shoe antara sprocket ke idler atau sebaliknya tetap
lurus.

Gbr II - 14. Carrier Roller

1. Bolt 6-2. O-ring 7-6. O-ring


2. Spring washer 6-3. Shaft 7-7. Seal
3-1.Cover 7-1. Seat 7-8. Dowel pin
3-2.O-ring 7-2. O-ring 7-9. Bearing
4. Snap ring 7-3. O-ring 8-1. Bearing
5. Nut 7-4. Seal ring 8-2. Bearing
6-1.Snap ring 7-5. Seal ring 8-3. Carrier roller

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 13 - 33

Carrier roller diklasifikasikan menajdi 2 macam tipe yaitu :

Flanged type.
Drum type.

Gbr II - 15. Flanged Type. Gbr II - 16. Drum Type.

Jumlah carrier roller yang dipasang pada unit tergantung dari panjang track,
pada umumnya antara 1 buah dan 2 buah tiap sisinya.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 14 - 33

3. Front Idler.

Front idler berfungsi untuk membantu menegangkan atau mengendorkan track


dan juga meredam kejutan.

Gbr III - 17. Front Idler.

8 Kejutan yang diterima oleh front idler diteruskan ke recoil spring.

Gbr III - 18. Hubungan antara front idler dan recoil spring.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 15 - 33

Gbr II - 19. Front Idler.

1. Idler 4. Cover
2. Bushing 5. Floating seal
3. Shaft 6. Support

Fungsi komponen-komponen antara lain :

Cover ( 4 ) bersama dengan ketebalan shim ( B ) mengatur kelurusan idler


antara guide plate dan track frame . Jika clearance besar untuk mengatur
sesuai standard clearance ( 0.5 mm ~ 1.0 mm ) dengan cara mengurangi
ketebalan shim. Begitu sebaliknya jika clearance kecil untuk mengaturnya
dengan cara menambah shim sesuai dengan ketebalan tertentu.

Support ( 6 ) bersama dengan ketebalan shim ( A ) mengatur kerataan sisi


idler kiri dengan sisi idler kanan.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 16 - 33

Komponen-komponen Idler.

Gbr II - 20. Komponen-komponen Front Idler.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 17 - 33

1. Bolt 14-4. Shim 22-4. Dowel pin


2. Spring washer 14-5. Bracket ( R.H ) 22-5. O-ring
3. Scraper ( L.H ) 15. Seal ring 22-6. Bearing
4. Bolt 16. O-ring 23. Bolt
5. Spring washer 17-1. Bolt 24. Lock washer
6. Scraper ( R.H ) 17-2. Spring washer 25-1. Shaft
7. Bolt 17-3. Guide plate 25-2. O-ring
8. Spring washer 17-4. Shim 25-3. O-ring
9. Yoke 17-5. Bracket ( L.H ) 25-4. Seal ring
10. Nut 18. Seal ring 25-5. O-ring
11. Spring washer 19. O-ring 25-6. Bearing
12. Washer 20. Bolt 25-7. Dowel pin
13. Bolt 21. Lock washer 25-8. O-ring
14-1. Bolt 22-1. Seal ring 25-9. Bearing
14-2. Spring washer 22-2. O-ring 26. Idler
14-3. Guide plate 22-3. Bearing

4. Recoil Spring.

Gbr II - 21. Recoil Spring.

1. Yoke 7. Recoil Spring 13. Oil seal


2. Rod 8. Rear pilot 14. Wear ring
3. Cylinder 9. Nut 15. Packing
4. Piston 10. Cover 16. Grease fitting
5. Cover 11. Collar 17. Plug
6. Front pilot 12. Bushing

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 18 - 33

Recoil Spring berfungsi untuk meredam kejutan-kejutan dari front idler.

Track adjuster berfungsi untuk mengatur kekencangan track. Untuk


mengencangkan track dengan cara grease dipompakan masuk ke ruangan
dalam cylinder ( 3 ) melalui grease fitting ( 16 ). Sehingga cylinder ( 3 ) akan
bergerak keluar ( ), sedangkan untuk mengendorkan track dengan cara
grease harus dikeluarkaan dari ruangan pada cylinder ( 3 ) melalui plug ( 17 ).

Komponen-komponen Recoil Spring.

Gbr II - 22. Recoil Spring.

1. Bolt 8-5. Seal 10-1. Bolt


2. Spring washer 8-6. Seal 10-2. Spring washer
3. Cover 8-7. Piston 10-3. Lock
4. Gasket 9-1. Gasket 10-4. Nut
5. Bolt 9-2. Bolt 10-5. Rod
6. Spring washer 9-3. Spring washer 10-6. Stopper
7. Cylinder 9-4. Snap ring 10-7. Pilot
8-1. Ring 9-5. Bushing 10-8. Seat
8-2. Ring 9-6. O-ring 10-9. Spring
8-3. Gasket 9-7. Cover
8-4. Back up ring 9-8. Cover

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 19 - 33

Bagian-bagian recoil spring dan fungsinya :

8 Rod : Sebagai penerus tekanan ke yoke.


8 Cylinder : Sebagai buangan tempat grease yang berfungsi sebagai
penekan rod.
8 Piston : Sebagai penerus tekanan rod ke arah spring ( ).
8 Cover depan : Sebagai penahan spring dan tempat mengeluarkan
spring.
8 Pilot dan seat : Tempat kedudukan spring dan oil pelumas.
8 Housing : Tempat susunan recoil spring dan menerima gaya.
8 Spring : Sebagai peredam kejut.
8 Bolt / Rod : Menerangkan tekanan spring dan meluruskan gaya.
8 Cover belakang : Tempat checking kondisi recoil spring.

Adapun bentuk atau konstruksi lain dari recoil spring adalah sebagai berikut
( Diambil dari D 85 ESS - 2 ).

Gbr II - 23. Recoil Spring D 85 ESS - 2.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 20 - 33

Bagian-bagian recoil spring dan fungsinya :

8 Rod : Sebagai penerus tekanan ke yoke.


8 Cylinder : Sebagai buangan tempat grease yang berfungsi sebagai
penekan rod.
8 Piston : Sebagai penerus tekanan rod ke arah spring ( ).
8 Cover depan : Sebagai penahan spring dan tempat mengeluarkan
spring.
8 Pilot dan seat : Tempat kedudukan spring dan oil pelumas.
8 Housing : Tempat susunan recoil spring dan menerima gaya.
8 Spring : Sebagai peredam kejut.
8 Bolt / Rod : Menerangkan tekanan spring dan meluruskan gaya.
8 Cover belakang : Tempat checking kondisi recoil spring.

Penyetelan Kekencangan Track :

Ketika track kendor, check ketegangan track dengan menempatkan unit di


tempat yang rata, letakkan mistar lurus di atas track shoe diantara front idler
dan front carrier. ( Lihat gambar dan tabel di bawah ini ).

Model D20. D30. D40. D60. D80. D120. D150.


D50 D53 D55 D57 D75. D95 D355 D455
21 31 45 65 85 125 155

Standard 20 ~ 30 ~
20 ~ 30 mm 30 ~ 40 mm 40mm
clearance 40mm

Gbr II - 24. Penyetelan kekencangan track.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 21 - 33

5. Sprocket.

Sprocket berfungsi : 8 Meneruskan tenaga gerak ke track, melalui bushing.


8 Merubah putaran menjadi gulungan pada track agar
unit dapat bergerak.

Gbr II - 25. Sprocket.

Type Sprocket.

Segment type
Solid type

Segment Type.

Gbr II - 26. Segment Type.

Pada segment type, pergantian segment tidak perlu melepas track link.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 22 - 33

Solid Type.

Gbr II - 27. Solid Type.

Pada solid type sprocket, apabila teethnya sudah aus maka pada waktu
penggantiannya, harus banyak yang dilepas dan solid type sprocket harus
dipotong, kemudian diganti dengan sprocket rim yang baru dan di las.

6. Track Link.

1. Link
2. Nut
3. Bolt

4. Master pin
5. Dust seal
6. Shoe
7. Regular pin
Gbr II - 28. Track Link.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 23 - 33

Track link berfungsi untuk :


8 Merubah gerakan putaran menjadi gerakan gulungan.
8 Tempat tumpuan ( rel ) dari track roller sehingga memungkinkan crawler
tractors dapat berjalan.

Komponen-komponen track link adalah :

Pin Seal assy


Bushing Plugs
Spacer Link

P i n.

Surface hardened laver

Gbr II - 29. P i n.

Pin berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan link satu dengan link
berikutnya disamping juga sebagai tempat kedudukan bushing, seal assy,
plug dan spacer.
Struktur pada pin di bagian permukaannya diproses panas ( Heat treatment )
yang tujuannya agar didapatkan bahan dengan kekerasan tertentu sehingga
proses keausan karena gesekan terjadi lebih lama gesekan terjadi lebih
lama.

Tipe-tipe pin dibedakan atas 2 tipe yaitu :

Regular pin.
Master pin.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 24 - 33

Regular pin. Master pin

Center Bore

Gjbr. II - 30. Macam - macam


Tipe Pin

L i n k.

Gbr II - 31. L i n k.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 25 - 33

Link berfungsi untuk :


8 Penumpu berat unit ke landasan.
8 Tempat kedudukan pin, bushing dan track shoe.
8 Tempat persinggungan dengan roller saat crawler tractors diam maupun
bergerak.
8 Menghubungkan dan memutuskan crawler ( hanya pada master link ).

Tipe-tipe master link adalah :

Gbr II - 32. Macam-Macam Tipe Master Link.

Bushing.

Gbr II - 33. Bushing.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 26 - 33

Bushing berfungsi untuk :


8 Tempat persinggungan antara diameter luar bushing dengan permukaan
gigi sprocket.
8 Flexible daripada track saat bergerak menggulung.

Struktur pada bushing di bagian I D dan 0 D juga diproses panas ( Heat


treatment ) yang tujuannya agar didapatkan bahan dengan kekerasan
tertentu sehingga proses keausan karena gesekan terjadi lebih lama.

Tipe-tipe bushing yang berfungsi sebagai flexible dari track adalah :

Gbr II - 34. Macam-Macam Tipe Bushing.

Seal yang terpasang di bushing ada beberaoa macam sesuai dengan


fungsinya

Lubricated.
Digunakan pada bushing yang memerlukan lubrikasi. Fungsinya untuk
mencegah terjadinya kebocoran oli, serta masuknya debu.

Gbr II - 35. Lubricated.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 27 - 33

Seal Assembly.

Gbr II - 36. Seal Assembly.

Seal assembly berfungsi untuk mencegah terjadinya kebocoran oil dan juga
mencegah masuknya debu dari luar ke dalam clearance antara bushing dan
pin.

Dust Seal.

Berfungsi untuk mencegah masuknya debu dari luar ke dalam clearance


antara bushing dan pin.

Dust seal tipe E Dust seal tipe W

E type dust seal. W type dust seal.

Dust seal tipe X


Item
X type dust seal. Dust Application Material
Seal

E Type Medium andlarge


bulldezers Polyurethane rubber

W Type Teflon - filled urethane


Small buldozer
rubber

X Type Large bulldozer Steed plate spring

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 28 - 33

7. Track Shoe.

Gbr II - 37. Track Shoe.

1. Shoe bolt 4. Bushing


2. Dust seal 5. Shoe
3. Link 6. Pin

Track shoe adalah bagian dari undercarriage yang berfungsi disamping tempat
persinggungan dengan tanah juga merupakan alas gerak crawler tractors.

Track shoe merupakan pembagi berat unit ke prmukaan tanah ( ground ).

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 29 - 33

Tipe - Tipe Track Shoe.

Dipasang pada bulldozer untuk keperluan operasi di


daerah tanah biasa.

Pada Semi Double Grouser, ketinggian satu grouser


berbeda dengan ketinggian dari grouser berikutnya.
Di pasang pada Dozer Shovel untuk keperluan
operasi di daerah tanah biasa.

Dipasang pada Dozer Shovel untuk keperluan


operasi di medan operasi permukaan yang keras
juga tipe ini dipasang pada hydraulic excavator.

Dipasang pada bulldozer untuk keperluan operasi di


daerah yang berbatu, sedangkan apabila dioperasikan
di daerah yang berpasir tingkat keausannya
cenderung lebih besar. Pada rock shoe, dilengkapi
dengan rib ( 5 ) tujuannya untuk mengurangi geseran
ke samping dan dilengkapi dengan bolt guard ( 6 )
bertujuan untuk megurangi kerusakan kepala bolt.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 30 - 33

Dipasang pada bulldozer untuk keperluan operasi di


daerah pasir bercampur batu yang sangat abrasif
bentuk shoe ini sama dengan single grouser shoe
akan tetapi ketebalannya dan kekuatan bahannya
berbeda.

Dipasang pada unit untuk keperluan operasi di


daerah yang ber-rawa ( berlumpur ). Bentuk segitiga
pada Swamp shoe adalah grouser.

Dipasang pada unit untuk keperluan beroperasi di


daerah bersalju. Agar pada saat bergerak, unit tidak
slip ke samping, maka pada snow shoe di pasang
step ( 19 ) dan rib ( 20 ).

Dipasang pada unit untuk keperluan transportasi


agar tidak merusak jalan.

Rubber pad dipasang pada shoe yang terpasang


pada unit apabila unit tersebut hendak dijalankan
pada jalan beraspal, agar permukaan jalan tidak
rusak.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 31 - 33

8. Equalizing Beam.

Equalizing beam berfungsi untuk menahan bagian depan unit ( bulldozer, dozer
shovel ) yang diteruskan ke track frame tersebut dengan ditahan oleh bracket.

Gbr II - 38. Equalizing Beam.

1. Sheet 6. Grease fitting


2. Pad 7. Bushing
3. Support 8. Dust seal
4. Equalizer bar 9. Bushing
5. Pad 10.Center pin

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 32 - 33

9. Guard.

Track Roller Guard


Track roller guard berfungsi untuk :
8 Melindungi kerusakan track roller yang diakibatkan oleh benda-benda
dari luar ( batu, kayu ).
8 Mencegah lepasnya track link.

Type track roller guard :


8Solid type.
8Segment type.

Gbr II - 39. Equalizing Beam untuk track frame tipe pivot.

Gbr II - 40. Wear Guard.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
UNDERCARRIAGE I - 33 - 33

Wear Guard.
Wear guard berfungsi untuk melindungi final drive case dari terjadinya
keausan akibat gesekan dengan benda-benda luar.

Gbr II - 40. Wear Guard.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT BAB III

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 1 - 15

A. ALAT-ALAT UKUR KOMPONEN UNDERCARRIAGE.

Undercarriage Measuring Tool Kit


( No. 791 - 502 - 1001 ).
(1) Track Measuring Tool Kit ( Tool No. 791-502 - 1001 ).

Shoe Link Carrier Track Front Spro-


Inspection
roller Roller Idler cket
Measuring
Index No.

Items

Outer diameter of

Outer diameter of

Outer diameter of
Gap on link face
Loose shoe bolt
Part No.

Grouser height

Flange width

Flange width

Tread depth

Treat depth
Link height

Tool width
Link pitch

bushing
Instrument

roller

roller
1. 790 - 502 - 1011 Multi - Scale O O O O O O O O O
2. 790 - 502 - 1021 Adapter O
3. 790 - 502 - 1030 Adapter O
4. 790 - 301 - 1410 Convex rule (2 ml) O
5. 790 - 502 - 1061 Outside caliper (300 mm) O
6. 790 - 502 - 1071 Thickness gauge O
7. 790 - 502 - 1080 Scale (300 mm) O O
8. 790 - 502 - 1090 Scale (150 mm) O O
9. 790 - 502 - 1210 Test Hammer O
10. 790 - 502 - 1220 Pin O O
11. 790 - 502 - 1230 Wire brush For removing mad

12. 790 - 502 - 1011 Pinch bar (400 mm) For removing mud

13. 790 - 502 - 1011 Binder For filling check sheets

14. 790 - 502 - 1011 Steel case For carrying measuring instruments

Other tools :
To remove mud, the following auxiliary tools are also required :
a. 1 m Pinch bar b. Scoop.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 2 - 15

1. Multi Scale.

Gbr III - 1. Multi Scale dilengkapi dengan Adaptor.

Kegunaan multi scale yaitu dipakai untuk melaksanakan pengukuran :


8 Ketinggian komponen
8 Panjang, lebar, tebal suatu komponen.
8 Diameter komponen

Cara pembacaan multi scale :


8 Pembacaan antara regular dengan 1st vernier. Apabila menggunakan skala
pada regular scale dengan 1st vernier, maka tingkat ketelitian pembacaan
sampai 1/20 mm.

Gbr III - 2. Cara pembacaan Multi Scale.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 3 - 15

8 Baca skala pada reguler scale yang ditunjuk oleh angka 0 pada 1st vernier.
Pada contoh di atas angka 0 pada 1st vernier terletak antara angka 41 dan
42 pada reguler scale.

8 Selanjutnya perhatikan garis-garis skala pada reguler scale dan 1st vernier
yang saling berhubungan, kemudian baca angka skala pada 1st vernier
lurus berhubungan dengan garis skala pada reguler scale.

8 Berarti pembacaan adalah :

41 + 0.5 = 41.5 mm

Pembacaan tersebut di atas dipakai pada saat pengukuran ketebalan,


diameter luar, kedalaman atau ketinggian.

Pembacaan antara 1st vernier dengan 2nd vernier. Dipakai untuk


pengukuran O.D ( outside diameter ) dari track roller.

Langkah-langkahnya sebagai berikut :


8 Ukur ketinggian link tread seperti gambar di bawah ini.

8 Kemudian kunci dengan memutar stopper, sehingga antara 1st vernier


dengan reguler scale tidak berubah / bergeser.
8 Pasang adaptor pada bolt yang dipakai untuk plug lubrication pada track
roller.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 4 - 15

8 Geser 2nd vernier, sampai groove pada 2nd vernier tepat pada pointer
adaptor.

8 Baca scale antara 1st vernier dengan 2nd vernier yang saling berhubungan
( menjadi satu garis ).

8 Hasil pembacaan ini menunjukkan diameter luar dari track roller.

8 Cara pembacaan 1st vernier dengan 2nd vernier. Tingkat ketelitian


pembacaan ini adalah 1/5 mm.

8 Baca skala pada 1st vernier yang ditunjuk oleh angka 0 pada 2nd vernier
menunjukkan angka antara 254 - 256 mm.

8 Selanjutnya perhatikan garis skala pada 1st vernier dengan 2nd vernier
yang saling berhubungan ( menjadi satu garis ), kemudian baca angka
skala pada 1st vernier.

8 Berarti pembacaannya adalah :

254 + 1.6 = 255.6 mm

Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat penggunaan multi scale :

Pada pengukuran link height ( ketinggian ).

8 Pengukuran ketebalan link dilaksanakan pada bagian tengah link.

8 Jangan melaksnakan pengukuran pada shoe yang bengkok.

Pada pengukuran track roller outside diameter ( Diameter luar track roller ).

8 Posisikan titik tengah track roller pada bagian tengah link.

8 Jangan melaksanakan pengukuran pada shoe yang bengkok.

8 Posisikan unit ( machine ) pada tempat yang rata sehingga antara link
dan track roller terjadi contek ( rapat tidak ada celah ).

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 5 - 15

2. Out Side Caliper.

Gbr III - 3. Out side caliper.

3. Sprocket Wear Gauge.

Gbr III - 4. Sprocket wear gauge..

Kegunaan sprocket wear gauge adalah untuk mengukur keausan gigi


sprocket, baik yang solid maupun segment type.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 6 - 15

Cara penggunaan sprocket wear gauge :

Gbr III - 5. Cara penggunaan Sprocket Wear Gauge.

Ketika menggunakan wear gauge, posisi bawah harus tepat satu garis dengan
standar line pada harus wear gauge.

Wear gauge di pasang diantara dua gigi sprocket, maka akan didapatkan
lokasi yang mengalami keausan yaitu di sisi kiri, kanan dan ditengah-tengah
antara dua gigi sprocket tersebut.

Dimana untuk sprocket yang bertipe solid, menentukan standar line tidak jelas.
Untuk itu jumlah keausan gigi sprocket dapat diperkirakan dari segi pandang
kesetimbangan untuk segala bentuk.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 7 - 15

B. METODE PENGUKURAN.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 8 - 15

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 9 - 15

C. PEMERIKSAAN

Pemeriksaan ialah meneliti bagiam bagian yang telah aus dari komponen
undercarriage, sehingga dapat diketahui sudah berapa ( % ) keausan itu terjadi
dan masih berapa lama dapat dipakai. Di samping itu, dapat menentukan apaah
komponen undercarriage tersebut harus diremajakan ( rebuilding ) atau diganti
( replacement ).
Tetapi kalau tidak dilakukan pemeriksaan maka komponen tersebut akan rusak
secara total sehingga tidak dapat diperbaiki, dengan kata lain dapat merugikan
kita. Jadi kalau pada waktu pemeriksaan diketahui keausan sudah mencapai
service limit, maka cepat cepatlah diganti sebelum fatal.

Arti pemeriksaan terhadap komponen undercarriage antara lain :


Menjaga komponen atau bagian dari undercarriage agar dalam keadaan bersih
dan baik, sehingga tidak mengganggu saat operasi.
Memperhatikan pelumasan pelumasan apa saja yang diperlukan, serta
bagian bagian mana yang memerlukan nya, dan pemeriksaannya secara
teratur agar selalu diketahui kondisinya.
Memeriksa bagian bagian yang telah aus dan sudah berapa prosen
keausannya serta sudah waktunya atau belum.
Melakukan penyetelan / adjustment terhadap bagian - bagian yang
memerlukannya.
Mengadakan perawatan sebelum dan sesudah dipakai.

Tujuan diadakannya pemeriksaan terhadap komponen undercarriage antara


lain
Akan memperpanjang umur komponen undercarriage.
Mencegah keausan yang berlebihan, yang sebenarnya komponen tersebut
masih dapat diperbaiki kembali. Tapi karena kurang diperhatikan maka
komponen hancur sama sekali sehingga tidak dapat diperbaiki lagi.
Mencegah terjadinya keausan sebelum waktunya.

Kerugian bila tidak memperhatikan perawatan : ' -


Akan memperpendek umur dari komponen undercarriage. --
Pemborosan spare part.
Menurunkan efisiensi kerja unit tersebut.

1. Percent Worn Chart.


Pengukuran keausan kerangka bawah/undercarriage sangat penting, agar
dapat menentukan sampai berapa lama lagi komponen undercarriage ini
dapat dipakai.
Hasil pengukuran komponen kerangka bawah selanjutnya dimasukkan atau
dibandingkan ke Percent Worn Chart untuk masing-masing komponen, tipe
unit dan serial number yang sama, sehingga diperoleh tingkat keausan
(worn) dalam satuan persent (%). Dalam Percent Worn Chart tingkat
keausan dibagi menjadi : Normal & Impact

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 10 - 15

Tingkat keausan normal berarti unit ( machine ) dioperasikan pada kondisi


medan biasa.

Tingkat keausan impact berarti unit ( machine ) dioperasikan pada kondisi


medan yang sering mendapat beban kejut.

Tingkat keausan normal atau impact ditujukan terhadap pengukuran bushing


out side diameter ( Diameter luar bushing ), dan link pitch sedang untuk
komponen kerangka bawah lainnya tidak dibedakan tingkat keausan normal
ataupun impact ( hanya tercantum satu tingkat keausan ).
Contoh Bushing O.D untuk D20 - 6.

Apabila diperoleh dari hasil pengukuran bushing O.D diameter 39.1 mm, maka
tingkat keausan untuk unit yang beroperasi di daerah sering mendapat beban
kejut adalah sudah mencapai 70% sedang apabila unit dipakai pada operasi
medan biasa, tingkat keausannya ( worn ) baru mencapai 42 %.

Apabila hasil pengukuran tidak tercantum dalam percent worn chart maka
keausan dapat dihitung dengan memakai persamaan sebagai berikut :

Standart Value - Measured wear rate


Worn ( Wear Rate ) = X 100 %
Standart Value - Repair limit

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 11 - 15

Contoh :
Track roller D20 - 6 s/n 6001 - up. Hasil pengukuran 131.4mm.

Penyelesaian :
Dilihat dari percent worn chart, maka tingkat keausannya tidak terlihat.
Masukkan ke persamaan seperti di atas.

Standard value 13, repair limit 127 mm, maka :

135 - 134.4
Worn = X 100 %
135 - 127

3.6
= X 100 %
8

= 45 %.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 12 - 15

Dari percent worn chart atau dari perhitungan selanjutnya dipakai unutk
menentukan sampai berapa lama lagi komponen kerangka bawah /
undercarriage masih dapat dipakai.

2. Hour Left Chart.

Hour left chart dipakai untuk mengestimasikan sampai berapa lagi komponen-
komponen kerang bawah / undercarriage masih dapat dipakai ( sampai
mencapai repair dan rebuild limit ).

Penggunaan hour left chart ini harus disesuaikan dengan komponen kerangka
bawah dan type unit.

Garis mendatar pada hour left chart menunjukkan waktu operasi ( operating
hours ), garis vertikal menunjukkan tingkat keausan komponrn ( wear rate ).

Contoh :
Pengukuran Front Idler D85 - 18
8 Service meter menunjukkan 1600 jam.
8 Hasil pengukuran pada idler tread step 27.3 mm.

Penyelesaian :
Langkah 1 : Dari percent worn chart tingkat keausan pada idler tread step
adalah 70 %.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 13 - 15

Catatan : 1. Selalu pergunakan percent worn chart yang sesuai dengan


komponen untuk model dan serial number yang cocok.
2. Wear rate diperoleh dari hasil pengukuran yang selanjutnya
dimasukkan ke percent worn chart, maka angka wear rate
( % worn ) akan diperoleh dari percent worn chart tersebut.

Langkah langkah dalam membaca hour left chart.


8 Tarik garis ke arah atas dari angka 1600 operating hours ( service
meter ).
8 Buat titik A pada pertemuan dari garis 1600 jam dan 70 %.
8 Tarik garis sejajar dengan yang paling dekat terhadap titik A,
sampai garis tersebut memotong garis wear rate 100 % ( atau titik
B ).
8 Selanjutnya dari titik B tarik garis ke bawah sehinga memotong
garis operation hour ( titik C ) diperoleh operating hoursnya
adalah 2000 jam.
8 Titik C atau 2000 jam merupakan service limit dari idler tread
step.
8 Maka idler tread step masih dapat dipakai lagi selama
2000 - 1600 = 400 jam, dari waktu saat pengukuran.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 14 - 15

3. Perhitungan Tanpa Hour Left Chart.

Service limit dapat dihitung dengan memakai perhitungan, tingkat ketelitian


dengan memakai perhitungan lebih akurat jika dibandingkan dengan memakai
hour left chart. Persamaan yang dipakai sebagai berikut :

y = a.xk

Dimana :y = Wear rate ( % )


x = Operation Hour ( jam )
k = Faktor ( untuk masing-masing komponen tidak sama )
a = Konstanta, yang harus dicari terlebih dahulu.

Mengambil contoh diatas dari point B, dimana dari percent worn chart diperoleh
keausan 70 % pada sercvice meter 1600 jam, sehingga :

y1 = a1 . x1k

Dimana : y1 = 70 %
x1 = 1600 jam
k = ( untuk idler tread step )

70 = a.16001.8

70
a1 =
16001.8

70
a1 =
1600

a1 = 0,000119586
Apabila keausannya 100 % , maka x2 = operating hoursnya adalah sebagai
berikut :
y2 = a2 . x2k

Dimana : a1 = a2

100 = 0,000119586 . X21,8


1.8
x2 = 836.214,96

x2 = 1950,6377.
x dibulatkan menjadi 1950 jam maka idler tread step masih dapat dipakai lagi
selama 1950 - 1600 = 350 jam, dari waktu pada saat pengukuran.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MEASUREMENT III - 15 - 15

D. REBUILD DAN REPLACE.

Rebuild di undercarriage adalah suatu perlakuan terhadap komponen


undercarriage, dimana kondisi keausannya sudah mencapai 100%. Perlakuan
yang dilakukan terhadap komponen tersebut adalah dengan cara menambal
( menambah daging ) pada bagian yang aus, penambalan yang dimaksud
adalah dengan pengelasan. Contoh-contoh komponen undercarriage yang
direbuild adalah sebagai berikut :

Sedangkan Replace adalah penggantian komponen undercarriage dengan yang


baru, dikarenakan kompenn tersebutr sudah aus sampai 120 %.

Kedua istilah tersebut dia atas berdasarkan ketebalan Hardened Surface dari
komponen. Di shop manual ( Maintenance Standard ) kondisi repair limit adalah
untuk replace ( 120 % ), sedangkan kondisi rebuild-nya bisa ditentukan.
Namun demikian, ada juga shop manual yang mengatalan behwa repair limit di
maintenance standard dapat diperlakukan Rebuild atau Replace. Dengan
demikian untuk lebih amanya dalam menentukan rebuild atau replace adalah
dengan berpedoman pada shop manual unit masing masing.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS BAB IV

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV - 1 - 5

A. LINK PITCH DAN CARRIER ROLLER.

GRAFIK WEAR RATE & OPERATING HOURS

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV - 2 - 5

B. BUSHING OUTSIDE DIAMETER DAN LINK HEIGHT.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV - 3 - 5

C. GROUSER HEIGHT.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV - 4 - 5

D. IDLER.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
WEAR RATE & OPERATING HOURS IV - 5 - 5

E. TRACK ROLLER.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE BAB V

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V-1-5

A. D 85 ESS 2.
Serial No. 3001 up.

Link pitch Grouser height Track roller

mm Worn (%) mm Worn (%) mm Worn (%)

203.45 0 65 0 210 0

203.751 10 61 10 206.4 10

204.052 20 57 20 202.8 20

204.353 30 53 30 199.2 30

204.654 40 479 40 195.6 40

204.955 50 45 50 192 50

205.256 60 41 60 188.4 60

205.858 70 37 70 184.8 70

205.557 80 33 80 181.2 80

206.159 90 29 90 177.6 90

206.46 100 25 100 174 100

Idler Carrier roller O.D Bushing ( light duty )

mm Worn (%) mm Worn (%) mm Worn (%)

20 0 168 0 73 0

21 10 165.8 10 72.45 10

22 20 163.6 20 71.9 20

23 30 161.4 30 71.35 30

24 40 159.2 40 10.8 40

25 50 157 50 10.25 50

26 60 154.8 60 69.7 60

27 70 152.6 70 69.15 70

28 80 150.4 80 68.6 80

29 90 148.2 90 68.05 90

30 100 146 100 67.5 100

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V-2-5

O.D. Bushing ( heavy duty ) Height of link Sprocket

mm Worn (%) mm Worn (%) mm Worn (%)

73 0 125 0 0 0

72.65 10 124 10 0.585 10

72.3 20 123 20 1.17 20

71.95 30 122 30 1.755 30

71.6 40 121 40 2.34 40

71.25 50 120 50 2.925 50

70.9 60 119 60 3.51 60

70.55 70 118 70 4.095 70

70.2 80 117 80 4.68 80

69.85 90 116 90 5.265 90

69.5 100 115 100 5.85 100

B. D 85 ESS 1.
Serial No. 1001 up.

Link Pitch Grouser height Track roller

mm Worn (%) mm Worn (%) mm Worn (%)

216.45 0 72 0 222 0

216.93 10 67.3 10 219.6 10

217.41 20 62.6 20 217.2 20

217.89 30 57.9 30 214.8 30

218.37 40 53.2 40 212.4 40

218.85 50 48.5 50 210 50

219.33 60 43.8 60 207.6 60

219.81 70 39.1 70 205.2 70

220.29 80 34.4 80 202.8 80

220.77 90 29.7 90 200.4 90

221.25 100 25 100 198 100

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V-3-5

Idler Carrier roller O.D. Bushing ( light duty )

mm Worn (%) mm Worn (%) mm Worn (%)

22 0 185 0 74.3 0

22.75 10 183.1 10 73.8 10

23.5 20 181.2 20 73.3 20

24.25 30 179.3 30 72.8 30

25 40 177.4 40 72.3 40

25.75 50 175.5 50 71.8 50

26.5 60 173.6 60 71.3 60

27.25 70 171.7 70 70.8 70

28 80 169.8 80 70.3 80

28.75 90 167.9 90 69.8 90

29.5 100 166 100 69.3 100

O.D. Bushing ( heavy duty ) Height of link Sprocket

mm Worn (%) mm Worn (%) mm Worn (%)

74.3 0 129 0 0 0

74 10 127.8 10 0.2913 10

73.7 20 126.6 20 0.5823 20

73.4 30 125.4 30 0.8739 30

73.1 40 124.2 40 1.1652 40

72.8 50 123 50 1.4565 50

72.5 60 121.8 60 1.7478 60

72.2 70 120.6 70 2.03914 70

71.9 80 119.4 80 2.3304 80

71.6 90 118.2 90 2.6217 90

71.3 100 117 100 2.913 100

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V-4-5

C. PC200LC 2.
Serial No. 80001 up.

Link pitch Grouser height Track roller

mm Worn (%) mm Worn (%) mm Worn (%)

190.15 0 26 0 156 0

190.65 10 25 10 154.8 10

191.05 20 24 20 153.6 20

191.45 30 23 30 152.4 30

191.85 40 22 40 151.2 40

192.25 50 21 50 150 50

192.65 60 20 60 148.8 60

193.05 70 19 70 147.6 70

193.45 80 18 80 146.4 80

193.85 90 17 90 145.2 90

194.25 100 16 100 144 100

Idler Carrier roller O.D Bushing

mm Worn (%) mm Worn (%) mm Worn (%)

20 0 140 0 59.3 0

20.6 10 139 10 58.8 10

21.2 20 138 20 58.3 20

21.8 30 137 30 57.8 30

22.4 40 136 40 57.3 40

23 50 135 50 26.8 50

23.6 60 134 60 26.3 60

24.2 70 133 70 55.8 70

24.8 80 132 80 55.3 80

25.4 90 131 90 54.8 90

26 100 130 100 54.3 100

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
PERCENT WORN TABLE V-5-5

Height of link

mm Worn (%)

129 0

127.8 10

126.6 20

125.4 30

124.2 40

123 50

121.8 60

120.6 70

119.4 80

118.2 90

117 100

Tabel keausan diatas adalah contoh beberapa komponen dari jenis unit yang sesuai
dengan serial numbernya. Untuk lebih praktisnya pergunakanlah rumus keausan
( Worn ), yaitu :

Standard value Measured Wear Rate


Worn ( wear rate ) = x 100 %
Standard value Repair limit

Catatan : Wear rate =Angka keausan ( % ) yang kita cari.


Standard value =Ukuran komponen ketika dalam kondisi baru ( dari
Shop Manual Maintenance Standard )
Measurement =Hasil pengukuran dari komponen.
Wear Rate
Repair Limit =Ukuran komponen setelah ia mengalami keausan
100 % ( dari Shop Manual di kolom repair limit
Maintenance Standard ).

Catatan : Pada kondisi Rebuild, tetapi juga shop manual yang menyebutkan bahwa
angka yang tertera dalam kolom repair limit adalah untuk kondisi Rebuild
dan Replace.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS BAB VI

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 1 - 10

Beberapa Special tools untuk Assembly and Disassembly pada komponen


Penggerak Akhir Kerangka Bawah antara lain :

A. MEMBUKA SPROCKET.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 2 - 10

Cara penggunaannya :

Pasang GUIDE ( 12 ) pada sprocket shaft.

Pasang SLEEVE ( 5 ) pada sprocket hub dan ikat dengan baut.

Pasang T TYPE ADAPTER ( 2 ) pada sprocket.

Pasang YOKE ( 11 ) pada T TYPE ADAPTER ( 2 ).

Pasang ARM ( 1 ) pada YOKE ( 11 ) dan masukkan PIN ( 3 ).

Pasang HYDRAULIC CYLINDER 70 ton dan hubungkan dengan ARM ( 1 )


kemudian pasang PIN ( 3 ).

Pasang EXTENSION ( 10 ) pada HYDRAULIC CYLINDER.

Pasang PLUG ( 4 ) pada SLEEVE ( 5 ).

Pasang EXTENSION ( 10 ) pada HYDRAULIC CYLINDER.

Pasang HYDRAULIC PUMP pada HYDRAULIC CYLINDER.

Cara kerja :

Keluarkan Rod Hydraulic Cylinder untuk mendorong PLUG ( 4 ) kemudian


diteruskan mendorongh SLEEVE ( 5 ) dan selanjutnya mendorong Sprocket
Hub, maka Sprocket akan ketarik keluar secara perlahan lahan dan
perhatikan kelurusan antara Hydraulic Cylinder dan Sleevenya.

Bila sprocket sudah ketarik keluar maka masukkan kembali rod hydraulic
cylindernya sampai habis dan lepaskan tools yang masih berhubungan satu
sama lainnya.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 3 - 10

B. MEMASANG SPROCKET.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 4 - 10

Cara penggunaannya :

Pasang GUIDE ( 9 ) pada sprocket shaft.

Pasang SPACER ( 7 ) pada sprocket hub ikat dan kencangkan dengan baut.

Pasang COUPLING ( 2 ) pada HYDRAULIC CYLINDER.

Pasang PUSHER ( 1 ) dan hubungkan dengan WASHER ( 5 ) untuk


mendorong Sprocket Hub.

Pasang HEAD ( 4 ) pada HYDRAULIC CYLINDER dan pasang PIN.

Keluarkan ROD HYDRAULIC CYLINDER dan hubungkan PADA SLEEVE ( 7 )


dan pasanglah PIN ( 3 ) untuk mengikatnya.

Pasang HYDRAULIC PUMP dan HYDRAULIC CYLINDER.

Cara kerja :

Masukkan Rod Hydraulic Cylinder, maka rod akan menarik sleeve yang diikat
pada sprocket hub maka pusher akan mendorong sprocket secara perlahan -
lahan dan bacalah tekanan pada pressure gauge berapa ton tekanan yang
diizinkan..

Bila sprocket sudah terpasang dengan baik, maka Rod Hydrauliuc Cylinder
keluarkan kembali untuk melepaskan special tools yang berhubungan dan bila
sudah terlepas semua maka Rod Hydraulic Cylinder masukkan kembali.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 5 - 10

C. MEMBUKA SPROCKET HUB.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 6 - 10

Cara penggunaannya :

Pasang PULLER ( 2 ) pada sprocket hub dan ikat dengan bolt.

Pasang ARM ( 9 ) pada PULLER ( 2 ) dan hubungkan dengan HYDRAULIC


CYLINDER dan pasang pin ( 5 ).

Pasang HYDRAULIC PUMP pada HYDRAULIC CYLINDER.

Pasang EXTENSION ( 4 ) antara rod hydraulic cylinder dengan sprocket


shaft.

Cara kerja :

Keluarkan Rod Hydraulic Cylinder dan perhatikan kelurusan dari pada


extensionnya, maka rod hydaraulic cylinder akan mendorong Extension yang
ditahan oleh sprocket shaft, maka puller yang diikat pada sprocket hub akan
ketarik keluar.

Dalam menggunakan tools ini harus diperhatikan betul dalam keselamatan


kerja.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 7 - 10

D. MEMASANG SPROCKET HUB.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 8 - 10

Cara penggunaannya :

Pasang PLATE ( 1 ) untuk meluruskan bearing.

Pasang GUIDE ( 2 ) pada sprocket shaft.

Pasang COUPLING ( 3 ) pada sprocket shaft.

Pasang SCREW ( 4 ) pada COULPLING ( 3 ).

Pasang SLEEVE ( 7 ) pada sprocket hub.

Pasang PLUG ( 6 ) pada SLEEVE ( 7 ).

Pasang PULLER 30 ton dengan posisi rod menghadap ke PLUG ( 6 ).

Pasang NUT ( 5 ) dan kencangkan.

Pasang HYDRAULIC PUMP pada PULLER.

Cara kerja :

Keluarkan Rod dari PULLER untuk mendorong PLUG ( 6 ) dan diteruskan ke


SLEEVE ( 7 ) kemudian mendorong sprocket hub, karena PULLER ditahan
oleh sprocket shaft yang dihubungkanmelalui COUPLING ( 3 ) dan SCREW
( 4 ) kemudian diikat NUT ( 5 ).

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 9 - 10

E. MEMBUKA DAN MEMASANG TRACK.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
SPECIAL TOOLS VI - 10 - 10

~ Membuka Master PIN.

Cara penggunaannya :

Pasang SCREW ( 8 ) pada HYDRAULIC CYLINDER dan kencangkan.

Pasang HYDRAULIC CYLINDER yang sudah dipasang SCREW ( 8 ) dan


pasang pada FRAME ( 1 ) dan kencangkan NUT ( 7 ).

Pasang pada Track Link.

Pasang HOOK ( 5 ) untuk menahan dan meluruskan jalannya PIN, kemudian


pasang SUPPORT ( 2 ) dan pasang SCREW ( 4 ) dan NUT-nya ( 3 ).

Pasang ADAPTER ( 11 ) untuk meluruskan / menahan .

Pasang PIN PUSHER ( 15 ) untuk mendorong Master PIN.

Pasang HYDARULIC CYLINDER-nya

Perhatikan jalanya PIN PUSHER ( 7 ) harus lurus ( pas ).

Catatan :

Untuk membuka dan memasang prinsip kerjanya sama.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara

You might also like