You are on page 1of 5

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :
NIA NUR AZIZAH (010114A082)
PSIK REGULER KELAS B
SEMESTER 6

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN
TAHUN 2017
ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN

TINDAKAN OPEN SUCTION SYSTEM PADA PASIEN DENGAN VENTILATOR


MEKANIK DI ICU

Ventilator merupakan alat bantu pernafasan yang digunakan untuk pasien yang
mengalami gagal nafas atau tidak mampu bernafas secara mandiri. Ventilator akan membantu
memberikan oksigen segar dengan tekanan tertentu ke dalam paru-paru pasien untuk
memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien yang terganggu. Pasien yang dilakukan pemasangan
ventilator mekanik mengalami penurunan fungsi tubuh yang menyebabkan melemahnya
sistem pertahanan tubuh. Sistem pertahanan tubuh yang lemah akan memudahkan pasien
dengan ventilator mekanik mengalami infeksi dari patogen. Salah satu contoh infeksi yang
paling sering dialami oleh pasien dengan ventilator mekanik adalah infeksi bakteri yang
menyebabkan pneumonia nosokomial. Pasien dengan ventilator mekanik lebih berisiko
mengalami pneumonia nosokomial lebih besar yaitu 3-10 kali daripada pasien tidak
menggunakan ventilator mekanik .

Pneumonia nosokomial yang dialami pasien dengan ventilator mekanik disebut


sebagai Ventilator Associated Pneumonia (VAP). Pasien yang dilakukan intubasi endotrakeal
lebih dari 72 jam lebih berisiko mengalami pneumonia nosokomial akibat aspirasi dari
saluran nafas bagian atas melalui kebocoran kecil di sekeliling selang endotrakea . VAP lebih
banyak disebabkan oleh aspirasi dari saluran pernafasan atas melalui selang endotrakeal.
Organisme patogen yang menyebabkan infeksi paru sebagian besar berasal dari flora
orofaringeal.

Pembersihan sekret di saluran nafas atau higienitas saluran nafas merupakan proses
fisiologis normal yang diperlukan untuk menjaga kepatenan jalan nafas dan mencegah infeksi
saluran nafas. Pada pasien dengan ventilator mekanik, silia tidak mampu lagi mengeluarkan
sekret dari dalam tubuh secara otomatis. Akumulasi sekret di jalan nafas akan menyebabkan
pertumbuhan bakteri. Intubasi endotrakeal dapat menjadi media transisi utama bakteri untuk
dapat masuk ke saluran pernafasan bagian bawah. Sekresi saluran pernafasan atas dan rongga
mulut dapat menumpuk di atas manset pipa endotrakeal dan membentuk biofilm. Setelah 12
jam pasca intubasi, biofilm yang mengandung banyak bakteri dapat menyebar luas ke
jaringan paru melalui pernafasan bantuan ventilator . Oleh karena itu, diperlukan suatu
tindakan medis khusus untuk membantu mengeluarkan sekret dari saluran pernafasan.

Suction merupakan salah satu tindakan untuk membersihkan jalan nafas pasien,
mengurangi akumulasi sekret, merangsang batuk dan mengurangi resiko infeksi khususnya
pasien yang menggunakan alat bantu nafas yaitu ventilator mekanik. Penghisapan lendir
adalah suatu cara untuk mengeluarkan sekret dari saluran nafas dengan menggunakan suatu
catheter suction yang dimasukkan melalui hidung atau rongga mulut ke dalam pharing atau
sampai trachea. Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan
jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan
cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri (Timby,
2009).

Suction dapat dilakukan dengan dua cara yaitu closed suction dan open suction. Open
Suction merupakan kanul konvensional, dalam penggunaannya harus membuka konektor
sirkuit antara ventilator dengan ETT/ pasien. Metode OST membutuhkan terputusnya pasien
dengan ventilator sehingga kelembaban, Positive End Expiratory Pressure(PEEP) dan
oksigenasi tidak dapat diterima pasien selama suction. Penggunaan metode OST juga
memiliki beberapa kelebihan yaitu lebih efektif dalam menghilangkan sekresi trakeobronkial
dari pada metode Closed Suction System(CSS), mampu meminimalkan kepadatam kolonisasi
organisme patogen, biaya operasional yang lebih murah, dan menyebabkan peningkatan
SaO2 setelah dilakukan suction.

Adapun efek samping dari tindakan suction ini yaitu meningkatkan resiko infeksi jika alat
yang digunakan tidak steril atau tidak sesuai SOP, trauma jaringan, hipoksia/hipoksemia, dan
bronkospasme.
TINDAKAN PEMBERIAN TERAPI EMLA UNTUK MENURUNKAN NYERI PADA
PEMASANGAN INFUS

Terapi cairan pada pasien yang dirawat dirumah sakit merupakan salah satu kebutuhan
yang harus dipenuhi untuk keseimbangan cairan. Pemberian terapi cairan dirumah sakit salah
satunya adalah dengan cara pemasangan infus untuk memasukkan cairan yang dibutuhkan.
Pemasangan infus dapat berdampak nyeri akibat penusukan infus pada jaringan kulit pasien.
Sehingga akan menimbulkan trauma khususnya pada anak-anak yang dapat menyebabkan
anak memberontak terhadap tindakan tersebut. Infus cairan intravena (intravenous fluids
infusion) sendiri adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke
dalam pembuluh vena untuk menggantikan cairan yang hilang atau zat-zat makanan dari
tubuh. Salah satu tindakan untuk mengurangi nyeri secara farmakologi adalah dengan
pemberian EMAL (Eutectic Mixture of Local Anesthetics). EMLA adalah bahan anestesi
lokal yang merupakan campuran cairan yang mencair pada temperature yang lebih rendah
dari komponennya sehingga memungkinkan konsentrasi anestesi yang lebih tinggi. Anestesi
lokal ini terdiri dari 25 mg per ml lidokain dan 25 mg per ml prikolain yang diemulsikan dan
penambahan air suling hingga mencapai pH 9,4. Kecepatan anestesi lokal (EMLA) di
absorpsi ke peredaran darah sistemik dan mencapai level puncak bervariasi tergantung cara
pemberian obatnya.

Nyeri sendiri adalah penurunan sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang adekuat atau potensial. Kecepatan anestesi lokal dapat di
absorbsi ke peredaran darah sistemik dan mencapai level puncak bervariasi tergantung cara
pemberian obatnya. Rata-rata pemberian EMLA cream dalam pengurangan nyeri berkisar 5-
10 menit setelah pengolesan cream tersebut. Mekanisme kerja EMLA yaitu menghambat
hantaran saraf secara reversible, bila digunakan secara lokal pada jaringan saraf dengan
konsentrasi cukup. Konduksi impuls syaraf diblokir dengan cara penurunan permeabilitas
membran sel syaraf terhadap ion sodium kemungkinan bersaing dengan ikatan kalsium yang
mengendalikan permeabilitas sodium.

Efektifitas anestesi EMLA cream untuk menurunkan nyeri. EMLA merupakan obat
vasodilatasi paling efektif digunakan secara klinis ketika aliran darah perifer tergangggu
karena injeksi intraarterial tidak sengaja. Efek klinis vasodilatasi adalah meningkatkan
kecepatan absorpsi ke dalam darah yang kemudian dapat meningkatkan potensi toksisitas
apabila berlebihan. Kecepatan anestesi lokal diabsorpsi ke peredaran darah sistemik dan
mencapai level puncak bervariasi tergantung cara pemberian obatnya. Jadi pemberian EMLA
efektif untuk digunakan menurunkan nyeri dibanding tidak menggunakan EMLA.

Keefektifan pemberian EMLA untuk menurunkan tingkat nyeri pada anak usia pra
sekolah dalam pemasangan infus dapat dilihat dengan observasi secara langsung. Banyaknya
nyeri berat yang dialami responden dapat dilihat dengan tingkah laku anak, ekspresi wajah,
dan verbal. Ekspresi wajah dan tingkah laku anak dapat menunjukkan apakah anak
mengalami nyeri ringan, sedang ataupun nyeri berat. Tingkah laku terhadap nyeri meliputi
pernyataan verbal (menangis, berteriak, sesak nafas), ekspresi wajah (meringis, menggigit
bibir), gerakan tubuh dan kontak dengan orang lain.

You might also like