You are on page 1of 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan dari
pembekuan darah pada orang normal jumlah trombosit didalam sirkulasi berkisar antara
150.00-450.00/ul, rata rata berumur 7-10 hari kira kira 1/3 dari jumlah trombosit didalam
sirkulasi darah mengalami penghancuran didalam limpa oleh karena itu untuk
mempertahankan jumlah trombosit supaya tetap normal di produksi150.000-450000 sel
trombosit perhari. Jika jumlah trombosit kurang dari30.000/mL, bisa terjadi perdarahan
abnormal meskipun biasanyagangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai
kurang dari10.000/mL. (Sudoyo, dkk ,2006). Trombositopenia dapat bersifat kongenital atau
di dapat, danterjadi akibat penurunan reproduksi trombosit, seperti pada anemiaaplastik,
mielofibrosis, terapi radiasi atau leukimia, peningkatanpenghancuran trombosit, seperti
pada infeksi tertentu ; toksisitas obat, ataukoagulasi intravaskuler, diseminasi (DIC);
distribusi abnormal atausekuestrasi pada limpa ; atau trombositopenia dilusional setelah
hemoragiatau tranfusi sel darah merah. (Sandara, 2003).
Trombosit dapat juga dihancurkan oleh produksi anti bodi yangdiinduksi oleh obat
seperti yang ditemukan pada quidinin dan emas. Atauoleh autoantibodi(anti bodi yang
bekerja melawan jaringannya sendiri).Antibodi-antibodi ini ditemukan pada penyakit seperti
lupus eritematosus,leukimia limfositik kronis, limfoma tertentu, dan purpura
trombositopenik idiopatik (ITP). ITP terutama ditemukan pada perempuan muda,
bermanifestasisebagai trombositopenia yang mengancam jiwa dengan jumlah trombosityang
sering kurang dari 10.000/mm3. antibodi Ig G yang ditemukan padamembran trombosit dan
meningkatnya pembuangan dan penghancurantrombosit oleh sistem makrofag. (Sylvia &
Wilson, 2006).
Trombositopenia berat dapat mengakibatkan kmatian akibatkehilangan darah atau
perdarahan dalam organ-organ vital. Insiden untuk ITP adalah 50-100 juta kasus baru setiap
tahun. Dengan anak melingkupiseparuh daripada bilangan tersebut. Kejadian atau insiden
immuneTrombositopenia Purpura diperkirakan 5 kasus per 100.000 anak-ana dan2 kasus per
100.000 orang dewasa. Tetapi data tersebut dari populasi atauperkumpulan berbasis
pendidikan yang sangat luas. Kebanyakan kesusutan immune trombositopenia purpura (ITP)
yang pada umumnya terjadi pada anakanak kurang perhatian medis.
Immunetrombositopenia purpura (ITP) dilaporkan 9,5 per 100.000 orang di mirland.
(Emedicine, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan ITP?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui cara memberikan dan membuat asuhan keperawatan pada pasien ITP dengan
baik dan benar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Definisi Dari ITP.
2. Mengetahui Anatomi Fisiologi Darah
3. Mengetahui Etiologi Dari ITP.
4. Mengetahui Jenis Dari ITP.
5. Mengetahui Epidemiologi Dari ITP.
6. Mengetahui Patofisiologi Dari ITP.
7. Mengetahui Manifestasi Klinis Dari ITP.
8. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang ITP.
9. Mengetahui Penatalaksanaan Medis ITP.
10. Mengetahui Komplikasi Dari ITP.
11. Mengetahui Prognosis Dari ITP.
12. Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan ITP.

1.4 Manfaat
1.4.1. Manfaat teoritis
1. Bagi penulis, makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendalami
pemahaman tentang konsep penyakit yang disebabkan karena ITP.
2. Bagi pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti tentang konsep penyakit
yang disebabkan karena ITP yang sesuai dengan standart kesehatan demi meningkatkan
tingkat kesejahteraan masyarakat dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian yang
lebih lanjut.
1.4.2. Manfaat praktis
Mahasiswa keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien ITP dengan baik.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
ITP merupakan singkatan dari Idiopatik Trombositopenia Purpura. Idiopatik artinya
penyebabnya tidak diketahui. Trombositopenia artinya berkurangnya jumlah trombosit dalam
darah atau darah tidak mempunyai platelet yang cukup. Purpura artinya perdarahan kecil
yang ada di dalam kulit, membrane mukosa atau permukaan serosa (Dorland, 1998).
ITP adalah suatu penyakit perdarahan yang didapat sebagai akibat dari penghancuran
trombosit yang berlebihan (Suraatmaja, 2000).
ITP adalah suatu keadaan perdarahan yang disifatkan oleh timbulnya petekia atau
ekimosis di kulit ataupun pada selaput lendir dan adakalanya terjadi pada berbagai jaringan
dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui (FK UI, 1985).
Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari
pembekuan darah. ITP adalah jenis trombositopenia berat yang dapat mengancam kehidupan
dengan jumlah trombosit < 10.000 mm3 yang ditandai dengan mudahnya timbul memar
serta perdarahan subkutaneus yang multiple. Biasanya penderita menampakkan bercak-
bercak kecil berwarnan ungu. Karena jumlah trombosit sangat rendah, maka pembentukan
bekuan tidak memadai dan konstriksi pembuluh yang terlukan tidak adekuat.
ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie/ekimosis di kulit maupun selaput
lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak
diketahui. Purpura Trombositopenia Idiopatika adalah suatu kelainan yang didapat, yang
ditandai oleh trombositopenia, purpura, dan etiologi yang tidak jelas. ITP adalah singkatan
dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic berarti tidak diketahui penyebabnya.
Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki keping darah (trombosit).
Purpura berarti seseorang memiliki lukamemar yang banyak (berlebihan). Istilah ITP ini juga
merupakan singkatan dari Immune Thrombocytopenic Purpura. (Family Doctor, 2006).
ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat ppenurunan jumlah trombosit yang
bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa
petekie atau ekimosis di kulit / selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah
trombosit karena sebab yang tidak diketahui. (ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 8
tahun), lebih sering terjadi pada wanita. (Kapita selekta kedokteran jilid 2). ITP adalah salah
satu gangguan perdarahan didapat yang paling umum terjadi.(Perawatan Pediatri Edisi
3). ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang
bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal.
Idiopatik trombositopenia purpura (ITP) merupakan suatu kelainan yang berupa
gangguan autoimun yang mengakibatkan trombositopenia oleh karena adanya penghancuran
trombosit secara dini dalam sistem retikuloendotel akibat adanya autoantibody terhadap
trombosit yang biasanya berasal dari Immunoglobulin G. Adanya trombositopenia pada ITP
ini akan megakibatkan gangguan pada sistem hemostasis karena trombosit bersama dengan
sistem vaskular faktor koagulasi darah terlibat secara bersamaan dalam mempertahankan
hemostasis normal.

2.2 Anatomi Fisiologi


2.2.1 Sel darah merah (eritrosit).
Merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2 sel lainnya, dalam keadaan
normal mencapai hampir separuh dari volume darah.
Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah
membawa oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh.
Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa
karbon dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-
paru.
2.2.2 Sel darah putih (leukosit).
Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah putih untuk setiap
660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel darah putih yang bekerja sama untuk
membangun mekanisme utama tubuh dalam melawan infeksi, termasuk menghasilkan
antibody.
Neutrofil, juga disebut granulosit karena berisi enzim yang mengandung granul-granul,

jumlahnya paling banyak. Neutrofil membantu melindungi tubuh melawan infeksi bakteri
dan jamur dan mencerna benda asing sisa-sisa peradangan. Ada 2 jenis neutrofil, yaitu
neutrofil berbentuk pita (imatur, belum matang) dan neutrofil bersegmen (matur, matang).
Limfosit memiliki 2 jenis utama, yaitu limfosit T (memberikan perlindungan terhadap

infeksi virus dan bisa menemukan dan merusak beberapa sel kanker) dan limfosit B
(membentuk sel-sel yang menghasilkan antibodi atau sel plasma).
Monosit mencerna sel-sel yang mati atau yang rusak dan memberikan perlawanan

imunologis terhadap berbagai organisme penyebab infeksi.


Eosinofil membunuh parasit, merusak sel-sel kanker dan berperan dalam respon alergi.

Basofil juga berperan dalam respon alergi.

2.2.3 Platelet (trombosit).


Merupakan paritikel yang menyerupai sel, dengan ukuran lebih kecil daripada sel
darah merah atau sel darah putih. Sebagai bagian dari mekanisme perlindungan darah untuk
menghentikan perdarahan, trombosit berkumpul dapa daerah yang mengalami perdarahan dan
mengalami pengaktivan. Setelah mengalami pengaktivan, trombosit akan melekat satu sama
lain dan menggumpal untuk membentuk sumbatan yang membantu menutup pembuluh darah
dan menghentikan perdarahan.
Pada saat yang sama, trombosit melepaskan bahan yang membantu mempermudah
pembekuan. Sel darah merah cenderung untuk mengalir dengan lancar dalam pembuluh
darah, tetapi tidak demikian halnya dengan sel darah putih. Banyak sel darah putih yang
menempel pada dinding pembuluh darah atau bahkan menembus dinding untuk masuk ke
jaringan yang lain.
Jika sel darah putih sampai ke daerah yang mengalami infeksi atau masalah lainnya,
mereka melepaskan bahan-bahan yang akan lebih banyak menarik sel darah putih. Fungsi sel
darah putih adalah seperti tentara, menyebar di seluruh tubuh, tetapi siap untuk dikumpulkan
dan melawan berbagai organisme yang masuk ke dalam tubuh.
Di dalam sumsum tulang, semua sel darah berasal dari satu jenis sel yang disebut sel
stem. Jika sebuah sel stem membelah, yang pertama kali terbentuk adalah sel darah merah
yang belum matang (imatur), sel darah putih atau sel yang membentuk trombosit
(megakariosit). Kemudian jika sel imatur membelah, akan menjadi matang dan pada akhirnya
menjadi sel darah merah, sel darah putih atau trombosit. Fungsinya adalah mencegah ke
bocoran darah spontan pada pembuluh darah kecil,membant proses pembekuan darah
2.3 Etiologi
Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi melalui
pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati.(Imran,
2008). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan antibodi
yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi adalah respons tubuh
yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk kedalam tubuh. Tetapi untuk penderita
ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping darah tubuhnya sendiri. (Family Doctor,
2006). Meskipun pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat, persediaan trombosit
yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada sebagian besar kasus, diduga
bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh.
Secara normal sistem imun membuat antibodi untuk melawan benda asing yang
masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan platelet dalam tubuh sendiri. Alasan
sistem imun menyerang platelet dalam tubuh masih belum diketahui. (ana information
center,2008). ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus,
intoksikasi makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan
factor pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata (KID),
autoimun. Berdasarkan etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan sekunder.
Berdasarkan penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama dengan 6 bulan
(umumnya terjadi pada anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan (umunnya terjadi pada
orang dewasa). (ana information center, 2008) Selain itu, ITP juga terjadi pada pengidap
HIV. Sedangkan obat-obatan seperti heparin, minuman keras, quinidine, sulfonamides juga
boleh menyebabkan Rombositopenia. Biasanya tanda-tanda penyakit dan faktor-faktor yang
berkatan dengan penyakit ini adalah seperti yang berikut : purpura, pendarahan haid darah
yang banyak dan tempo lama, pendarahan dalam lubang hidung, pendarahan rahang gigi,
immunisasi virus yang terkini, penyakit virus yang terkini dan calar atau lebam.
ITP penyebab pasti belum diketahui (idiopatik) tetapi kemungkinan akibat dari:
Hipersplenisme,

Infeksi virus,

Intoksikasi makanan/obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon,

diamokkina, sedormid).
Bahan kimia,

Pengaruh fisi (radiasi, panas),


Kekurangan factor pematangan (malnutrisi),

Koagulasi intra vascular diseminata CKID,

Autoimnue.

2.4 Jenis ITP


2.4.1 Akut.
Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak.
Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosis (remisi spontan).
Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
2.4.2 Kronik
v Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis.
v Awitan tersembunyi dan berbahaya.
v Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.
v Bentuk ini terutama pada orang dewasa.
2.4.3 Kambuhan
Mula-mula terjadi trombositopenia.
Relaps berulang.
Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh.

2.5 Epidemologi
Ada dua tipe ITP berdasarkan kalangan penderita. Tipe pertama umumnya menyerang
kalangan anak-anak, sedangkan tipe lainnya menyerang orang dewasa. Anak-anak berusia 2
hingga 4 tahun yang umumnya menderita penyakit ini. Sedangkan ITP untuk orang dewasa,
sebagian besar dialami oleh wanita muda, tapi dapat pula terjadi pada siapa saja. ITP
bukanlah penyakit keturunan. (Family Doctor, 2006).
ITP juga dapat dibagi menjadi dua, yakni akut ITP dan kronik ITP. Batasan yang
dipakai adalah waktu jika dibawah 6 bulan disebut akut ITP dan diatas 6 bulan disebut kronik
ITP. Akut ITP sering terjadi pada anak-anak sedangkan kronik ITP sering terjadi pada
dewasa. (Imran, 2008)

Tabel Perbedaan ITP akut dengan ITP kronik


(Bakta, 2006; Mehta, et. al, 2006)

ITP akut ITP kronik


Awal penyakit 2-6 tahun 20-40 tahun
Rasio L:P 1:1 1:2-3
Trombosit <20.000/mL 30.000-100.000/mL
Lama penyakit 2-6 minggu Beberapa tahun
Perdarahan Berulang Beberapa hari/minggu

2.6 Patologi dan Patofisiologi


2.6.1 Patologi
1. ITP akut :
Proses alergi terhadap trombosit, megakariosit dan terhadap pembuluh darah.
Didapat antiplatelet aglutinin da atau lysin, akan tetapi sukar memperlihatkan
aglutininl/lysin tersebut.
2. ITP menahun
Pengaruh hormonal memegang peranan pada tahap ini terutama terhadap terjadinya purpura
dan trombositopenia sebelum menstruasi
2.6.2 Patofisiologi
Diatas telah di singgung bahwa trombosit dapat dihancurkan oleh pembentukan
antibodi yang diakibatkan oleh obat (seperti yang ditemukan pada kinidin dan senyawa emas)
atau oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja melawan jaringnnya sendiri). Antibodi tersebut
menyerang trombosit sehingga lama hidup trombosit diperpendek. Seperti kita ketahui bahwa
gangguan gangguan autoimun yang bergantung pada antibodi manusia, palling sering
menyerang unsur-unsur darah, terutama trombosit dan sel darah merah. Hal ini terkait dengan
penyakit ITP, yang memiliki molekul-molekul IgG reaktif dalam sirkulasi dengan trombosit
hospes.
Meskipun terikat pada permuakaan trombosit, antibodi ini tidak menyebabkan
lokalisasi protein komplemen atau lisis trombosit dalam sirkulasi bebas. Namun, trombosit
yang mengandung molekul-molekul IgG lebih mudah dihilangkan dan dihancurkan oleh
makrofag yang membawa reseptor membran untuk IgG dalam limpa dan hati. Manifestasi
utama dari ITP dengan trombosit kurang dari 30.000/mm3 adalah tumbuhnya petechiae.
Petechiae ini dapat muncul karena adanya antibodi IgG yang ditemukan pada membran
trombosit yang akan mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatkan
pembuangan serta penghancuran trombosit oleh sistem makrofag. Agregaasi trombosit yang
terganggu ini akan menyebabkan penyumbatan kapiler-kapiler darah yang kecil. Pada proses
ini dinding kapiler dirusak sehingga timbul perdarahan dalam jaringan.
Bukti yang mendukung mekanisme trombositopenia ini disimpulkan berdasarkan
pemeriksaan pada penderita ITP dan orang-orang percobaan yang menunjukkan kekurangan
trombosit berat tetapi singkat, setelah menerima serum ITP. Trombositopenia sementara, yang
ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan ITP, juga sesuai dengan kerusakan
yang disebabkan oleh IgG, karena masuknya antibodi melalui plasenta. ITP dapat juga timbul
setelah infeksi, khususnya pada masa kanak-kanak, tetapi sering timbul tanpa peristiwa
pendahuluan dan biasanya mereda setelah beberapa hari atau beberapa minggu.

2.7 Manifestasi Klinik

1. ITP akut :

Hanya 16% yang betul-betul idiopatik.


Perdarahan dapat didahului oleh infeksi, pemberian obat-obatan atau menarche.
Pada permulaan perdarahan sangat hebat selain terjadi trombositopenia rusaknya
megakariosit, juga terjadi perubahan pembuluh darah.
Sering terjadi perdarahan GIT, tuba falopi dan peritoneum.
Kelenjar lymphe, lien dan hepar jarang membesar

2. ITP menahun :

Biasanya pada dewasa, terjadi beberapabulan sampai beberapa tahun, kadang menetap.
Permulaan tidak dapat ditentukan, ada riwayat perdarahan menahun, menstruasi yang lama.
Perdarahan relatif lebih ringan.
Jumlah trombosit 30.000-80.000/mm3.
Biasanya tanpa anemi, lekopeni dan splenomegali.
Penghancuran trombosit lebih dari normal.
Sering terjadi relaps dan remisi yang berulang-ulang

3. ITP recurrent

Diantaranya episode perdarahan, trombosit normal dan tak ada purpura/petechiae dan masa
hidup trombosit norma.
Hasil pengobatan dengn kortikosteroid baik.
Kadang tanpa pengobatan, dapat sembuh sendiri.
Remisi berkisar bebrapa minggu sam pai 6 bulan

4. ITP siklik

Menstruasi hebat pada wanita. Secara umum, gambaran klinis ITP adalah :
o Adanya petechiae, echymose atau perdarahan .
o Trombositopenia.
o Megakariosit dalam sumsum tulang normal / bertambah dengan morfologi abnormal.
o Splenomegali atau tidak

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah :
1. Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa:
Hb sedikit berkurang, eritrosit normositer, bila anemi berat hypochrome mycrosyter.
Lekosit meninggi pada fase perdarahan dengan dominasi PMN.
Pada fase perdarahan, jumlah trombosit rendah dan bentuknya abnormal.
Lymphositosis dan eosinofilia terutama pada anak
2. Pemeriksaan darah tepi.
Hematokrit normal atau sedikit berkurang
3. Aspirasi sumsum tulang
Jumlah megakaryosit normal atau bertambah, kadang mudah sekali morfologi
megakaryosit abnormal (ukuran sangat besar, inti nonboluted, sitoplasma berfakuola dan
sedikit atau tanpa granula).
Hitung (perkiraan jumlah) trombosit dan evaluasi hapusan darah tepi merupakan
pemeriksaan laboratorium pertama yang terpentong. Karena dengan cara ini dapat ditentukan
dengan cepat adanya trombositopenia dan kadang-kadang dapat ditentukan penyebabnya.

2.9 Penatalaksaan Klinis


a. ITP Akut
Ringan: observasi tanpa pengobatan sembuh spontan.
Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan
kortikosteroid.
Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
b. ITP Menahun
Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Misal: prednisone 2 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid
berikan immunoglobulin (IV).
Imunosupressan: 6 merkaptopurin 2,5 5 mg/kgBB/hari peroral.
o Azatioprin 2 4 mg/kgBB/hari per oral.
o Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.
Splenektomi.
o Indikasi:
Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 3 bulan.
Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja dengan
gambaran klinis sedang sampai berat.
Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu dosis tinggi untuk
mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan.
o Kontra indikasi:
Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat diambil alih oleh alat
tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan thymus)

2.10 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi, antara lain :
Hemorrhages
Penurunan kesadaran
Splenomegali

2.11 Prognosis
Pada umumnya baik. Pada anak kadang terjadi remisi lengkap tanpa pengobatan.
90% penderita ITP mengalami remisi setelah mendapat pengobatan selama 3 minggu-3
bulan dan tidak timbul lagi gejala.
10% jadi ITP menahun dan < 1% meninggal.
Pada dewasa sering relaps dalam waktu 4-15 tahun.
Prognosa lebih buruk pada wanita hamil dan bila ada komplikasi, terutama perdarahan
otak yang dapat menyebabkan kematian.
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan
keperawatan yang mempunyai empat tahapan yaitu pengkajian, perencanaan, palaksanaan
dan evaluasi.
Proses keperawatan ini merupakan suatu proses pemecahan masalah yang sistimatik
dalam memberikan pelayanan keperawatan serta dapat menghasilkan rencana keperawatan
yang menerangkan kebutuhan setiap klien seperti yang tersebut diatas yaitu melalui empat
tahapan keperawatan. (Proses keperawatan : 9 & 12)
1) Pengkajian
a. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
b. Tanda-tanda perdarahan.
a) Petekie terjadi spontan.
b) Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.
c) Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.
d) Menoragie.
e) Hematuria.
f) Perdarahan gastrointestinal.
c. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
d. Aktivitas / istirahat.
a) Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum. Toleransi terhadap latihan rendah.
b) Tanda : Takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat. Kelemahan otot dan
penurunan kekuatan.
e. Sirkulasi.
a) Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi
berat. Palpitasi (takikardia kompensasi).
b) Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
f. Integritas ego.
a) Gejala : Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan
transfuse darah.
b) Tanda : Depresi.
g. Eliminasi.
a) Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
b) Tanda : Distensi abdomen.
h. Makanan / cairan.
a) Gejala : Penurunan masukan diet. Mual dan muntah.
b) Tanda : Turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
i. Neurosensori.
a) Gejala : Sakit kepala, pusing. Kelemahan, penurunan penglihatan.
b) Tanda : Epistaksis.
c) Mental: Tak mampu berespons (lambat dan dangkal).
j. Nyeri / kenyamanan.
a) Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala.
b) Tanda : Takipnea, dispnea.
k. Pernafasan.
a) Gejala : Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
b) Tanda : Takipnea, dispnea.
l. Keamanan
a) Gejala : Penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.
b) Tanda : Petekie, ekimosis.
Analisa data

Data yang sudah terkumpul dikelompokkan dan dianalisis untuk menentukan masalah
klien. Untuk mengelompokkan data ini dilihat dari jenis data yang meliputi data subyek dan
dan data obyek. Data subyek adalah data yang diambil dari ungkapan klien atau keluarga
klien sedangkan data obyek adalah data yang didapat dari suatu pengamatan atau pendapat
yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan. Data tersebut juga bisa diperoleh
dari keadaan klien yang tidak sesuai dengan standart kriteria yang sudah ada. Untuk perawat
harus jeli dan memahami tentang standart keperawatan sebagai bahan perbandingan apakah
keadaan kesehatan klien sesuai tidak dengan standart yang sudah ada. (Lismidar, 1990).
Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah


kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan
ditetapkan berdasarkan analisa dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian
data. Demam menggambarkan tentang masalah kesehatan yang nyata atau potensial dan
pemecahannya membutuhkan tindakan keperawatan sebagai masalah klien yang dapat
ditanggulangi. (Lismidar, 1990).
Dari analisa data yang diperoleh maka diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus
demam tifoid dengan masalah peningkatan suhu tubuh adalah sebagai berikut:
1. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

2) Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini meliputi penentuan prioritas diagnosa keperawatan,
menetapkan tujuan dan kriteria hasil, merumuskan rencana tindakan dan mengemukakan
rasional dari rencana tindakan. Setelah itu dilakukan pendokumentasian diagnosa aktual atau
potensial, kriteria hasil dan rencana tindakan. (Lismidar, 1990 : 34&44).
Rencana keperawatan yang digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan klien
pada dasarnya sesuai dengan masalah yang ditemukan pada klien dengan demam tifoid dan
hal ini sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ada. Perencanaan berisi suatu tujuan
pelayanan keperawatan dan rencana tindakan yang akan digunakan itu untuk mencapai
tujuan, kriteria hasil dan rasionalisai berdasarkan susunan diagnosa keperawatan diatas, maka
perencanaan yang dibuat sebagai berikut :
Diagnosa Kriteria
No Tujuan Intervensi/rasional
Keperawatan Hasil
1 Kekurangan volume Tujuan: Menghentikan Kriteria hasil: Berikan nutrisi
cairan elektrolit b.d perdarahan Perdarahan yang adekuat secara
perdarahan Memenuhi kebutuhan dapat teratasi kualitas maupun
Cairan Cairan pasien kuantitas.
dapat diatasi Rasional :
mencukupi
kebutuhan kalori
setiap hari.
Berikan makanan
dalam porsi kecil
tapi sering.
Rasional : porsi
lebih kecil dapat
meningkatkan
masukan yang
sesuai dengan
kalori.
Pantau pemasukan
makanan dan
timbang berat
badan setiap hari.
Rasional :
anoreksia dan
kelemahan dapat
mengakibatkan
penurunan berat
badan dan
malnutrisi yang
serius.
Lakukan konsultasi
dengan ahli diet.
Rasional : sangat
bermanfaat dalam
perhitungan dan
penyesuaian diet
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
pasien.
Libatkan keluarga
pasien dalam
perencanaan makan
sesuai dengan
indikasi.
Rasional :
meningkatkan rasa
keterlibatannya,
memberikan
informasi pada
keluarga untuk
memahami
kebutuhan nutrisi
pasien.
2 Perubahan perfusi Tekanan darah Menunjukkan Awasi TTV, kaji
jaringan normal. perbaikan pengisian kapiler.
berhubungan dengan Pangisian kapiler perfusi yang Rasional :
penurunan kosentrasi baik. dibuktikan memberikan
Hb dan darah;suplai dengan TTV informasi tentang
oksigen berkurang. stabil. derajat/
keadekuatan perfusi
jaringan dan
membantu
menentukan
kebutuhan
intervensi.
Tinggikan kepala
tempat tidur sesuai
toleransi.
Rasional :
meningkatkan
ekspansi paru dan
memaksimalkan
oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
Kaji untuk respon
verbal melambat,
mudah terangasang.
Rasional : dapat
mengindikasikan
gangguan fungsi
serebral karena
hipoksia.
Awasi upaya
parnafasan,
auskultasi bunyi
nafas.
Rasional : dispne
karena regangan
jantung lama /
peningkatan
kompensasi curah
jantung.
3 Intoleransi aktivitas Meningkatkan Menunjukkan Kaji kemampuan
berhubungan dengan partisipasi dalam peningkatan pasien untuk
kelemahan. aktivitas. toleransi melakukan aktivitas
aktivitas. normal, catat
laporan kelemahan,
keletihan.
Rasional :
mempengaruhi
pilihan intervensi.
Awasi TD, nadi,
pernafasan.
Rasional :
manifestasi
kardiopulmonal
dari upaya jantung
dan paru untuk
emmbawa jumlah
oksigen ke
jaringan.
Berikan lingkungan
tenang.
Rasional :
meningkatkan
istirahat untuk
menurunkan
kebutuhan oksigen
tubuh.
Ubah posisi pasien
dengan perlahan
dan pantau terhadap
pusing.
Rasional : hipotensi
postural / hipoksin
serebral
menyebabkan
pusing, berdenyut
dan peningkatan
resiko cedera.

3) Pelaksanaan
Pelaksanaan sesuai dengan ITP dengan intervensi yang sudah ditetapkan (sesuai
dengan literature). Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun tujuan
dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
meliputi peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dari fasilitas
yang dimiliki.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika klien
mempunyai keinginan untuk berpartisiasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama
perawatan atau pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih
tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. dan
meprioritaskannya. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah
ditetapkan institusi.
3. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperewatan untuk melengkapi proses
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai, melalui evaluasi
memungkinkan perawatan untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian,
analisa perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Penilaian sesuai dengan criteria standart yang
telah ditetapkan dengan perencanaan.
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan , tetapi evaluasi
merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Diagnosa juga perlu
dievaluasi untuk menentukan apakah realistik dapat dicapai dan efektif.

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Trombositopenia menggambarkan individu yag mengalami ataupada resiko tinggi
untuk mengalami insufisiensi trombosit sirkulasi. Penurunan ini dapat disebabkan oleh
produksi trombosit yang menurun,distribusi trombosit yang berubah, pengrusakan trombosit,
atau dilusivaskuler. Gejala dan tanda pada pasien yang menderita penyakit ITP adalah Hidung
mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi Ada darahpada urin dan feses Beberapa
macam pendarahan yang sukar dihentikandapat menjadi tanda ITP. Termasuk menstruasi
yang berkepanjangan padawanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan gejala pendarahan
padaotak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Jumlah platelet yangrendah akan
menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi,atau gejala yang lain. Tindakan
keperawatan yang utama adalah dengan mencegah atau mengatasi perdarahan yang terjadi.
ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic berarti
tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki
keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki lukamemar yang banyak
(berlebihan). Istilah ITP ini juga merupakan singkatan dari Immune Thrombocytopenic
Purpura. (Family Doctor, 2006). Idiophatic (Autoimmune) Trobocytopenic Purpura
(ITP/ATP) merupakan kelainan autoimun dimana autoanti body Ig G dibentuk untuk
mengikat trombosit.Tidak jelas apakah antigen pada permukaan trombosit dibentuk. ITP
adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput lendir dan
berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak
diketahui.kemungkinan akibat dari:Hipersplenisme, Infeksi virus dan Intoksikasi makanan /
obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon, diamokkina, sedormid).

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan
Untuk tenaga kesehatan terutama perawat diharapkan bisa mengerti dan memahami
tentang pengertian, penyebab, pencegahan dan pegobatan dari ITP agar saat menerapkan
pada pasien tidak terjadi suatu kesalahan yang menyebabkan pasien tambah parah atau
bahkan bisa mengalami kematian karena kesalahan dalam melakukan asuhan keperawatan.
4.2.2 Bagi Pasien dan Keluarga
Bagi pasien diharapkan mengerti tentang penyebab, pengobatan dan pencegahan dari
ITP, agar pada saat terjadi ITP dapat melakukan pencegah dini sebelum dilakukan asuhan
keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. FKUI: Jakarta

. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. FKUI: Media Aesculapius.

D o r l a n d , W.A N e w m a . 2 0 0 6 . Kamus Kedokteran Dorland, E d i s i 2 9 . Jakarta: EGC.

Guyton. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. EGC: Jakarta

Behrman. 2006. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. EGC: Jakarta

You might also like