You are on page 1of 15

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN TELINGA DALAM

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis
bernama Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada tahun
1861. Definisi penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga bagian
dalam yang bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini
ditandai dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran
yang berkurang, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan oleh
peningkatan volume dan tekanan dari endolimph pada telinga dalam.
Dari penelitian yang dilakukan didapat data sekitar 200 kasus dari 100.000 orang
di dunia menderita penyakit Meniere. Kebanyakan penderita adalah yang
berumur 40 tahun keatas dan tidak ada perbedaan yang berarti antara antara
jumlah penderita pria dan wanita. Prevalensi penyakit Meniere di beberapa
negara berbeda-beda, di Amerika terdapat 218 penderita dari 100.000
penduduk, di Jepang terdapat 36 penderita dari 100.000 penduduk, dan 8
penderita dari 100.000 penduduk terdapat di Italia.
Kelompok akan berusaha menjelaskan tentang sindrom meniere beserta asuhan
keperawatan yang diharapkan dapat berguna untuk mahasiswa dan masyarakat
pada umumnya.
Meskipun penyebab dari penyakit Meniere tidak diketahui, ia mungkin berakibat
dari kelainan dalam cara cairan telinga dalam diatur. Pada kebanyakan kasus-
kasus hanya satu telinga yang terlibat, namun kedua telinga mungkin
dipengaruhi pada kira-kira 10% sampai 20% dari pasien-pasien. Penyakit
Meniere secara khas mulai antara umur 20 dan 50 tahun (meskipun telah
dilaporkan pada hampir semua kelompok umur). Pria-pria dan wanita-wanita
sama-sama dipengaruhi. Gejala-gejala mungkin hanya gangguan minor, atau
dapat menjadi melumpuhkan, terutama jika serangan-serangan dari vertigo
berat/parah, seringkali, dan terjadi tanpa peringatan.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Bagaimana anatomi dan fisiologi telinga dalam ?
1.2.2 Apakah pengertian dari Gangguan Telinga Dalam ?
1.2.3 Apa etiologi dari Gangguan Telinga Dalam?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi pada pasien Gangguan Telinga Dalam ?
1.2.5 Apa saja Manifestasi klinis pada pasien Gangguan Telinga Dalam ?
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan pada pasien Gangguan Telinga Dalam?
1.2.7 Bagaiaman pemeriksaan penunjang pada pasien Gangguan Telinga
Dalam ?
1.2.8 Apa saja komplikasi pada pasien Gangguan Telinga Dalam ?
1.2.9 Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Gangguan Telinga Dalam ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Menjelaskan tentang apa itu Gangguan Telinga Dalam dan bagaimana asuhan
keperawatan yang harus dilakukannya.
1.3.2 Tujuan kusus
1.3.3 Menjelaskan anatomi dan fisiologi telinga dalam
1.3.4 Menjelaskan tentang gangguan telinga dalam
1.3.5 Menjelaskan etiologi dari gangguan telinga dalam
1.3.6 Menjelaskan patofisiologi dari gangguan telinga dalam
1.3.7 Menjelaskan manifestasi klinis pada pasien gangguan telinga dalam
1.3.8 Menjelaskan penatalaksanaan pada pasien gangguan telinga dalam
1.3.9 Menjelaskan pemeriksaan penunjang pada pasien gangguan telinga
dalam
1.3.10 Menjelaskan komplikasi pada pasien gangguan telinga dalam
1.3.11 Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien gangguan telinga
dalam
1.4 Manfaat
Mengetahui dan menjelaskan apa itu gangguan telinga dalam, cara
menanganinya dan bagaimana asuhan keperawatannya.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomin dan fisiologi
Telinga DalamTelinga dalam terletak di dalam pars petrosus os temporale.
Sangat rumit terdiri dari dua organ organ pendengaran dan organ
keseimbangan.
Telinga dalam => berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal
Terdiri dari :
Labirin
Terdiri dari:
Labirin tulang => ruang berliku berisi perilimfe (cairan yang serupa dengan
cairan serebrospinal).
Terdiri dari 3 bagian:
Vestibular => bagian sentral labirin tulang yang menghubungkan koklea dengan
saluran semisirkular.
Saluran semisirkularis
S. semisirkular anterior(superior) dan posterior mengarah pada bidang vertikal di
setiap sudut kanannya.
S. semisirkular lateral => terletak horizontal
Koklea => membentuk 2,5 putaran di sekitar inti tulang, mengandung reseptor
pendengaran (cabang N VIII = vestibulokoklear, pemb. darah. Frekuensi tertinggi
berada di bagian depan. Sekat membagi koklea menjadi 3 bagian :
duktus koklear (skala medial) => bagian labirin membranosa yang terhubung ke
sakulus, berisi cairan endolimfe
dua bagian labirin tulang yang terletak di atas dan di bawah skala media =>
skala vestibuli dan skala timpani => mengandung cairan perilimfe dan terus
memanjang melalui lubang pada apeks koklea yang disebut helikotrema.
membran reissner (membran vestibuler) => pisahkan skala media dari skala
vestibuli yang berhubungan dengan fenestra vestibuli
membran basilar => pisahkan skala media dengan skala timpani, berhubungan
dengan fenestra koklear
skala organ korti=> terletak pada membran basilar, terdiri dari reseptor yang
disebut sel rambut dan sel penunjang. Sel rambut tidak memiliki akson dan
langsung bersinaps dengan ujung saraf koklear.

Labirin membranosa => serangkaian tuba berongga dan kantong yang terletak
di dalam labirin tulang berisi cairan endolimfe (cairan yang serupa dengan cairan
intraseluler). Merupakan awal 2 kantong (utrikulus dan sakulus) yang
dihubungkan dengan duktus endolimfe. Setiap duktus mengandung reseptor
untuk ekuilibrium statis ( bagaimana kepala berorientasi terhadap ruang
bergantung gaya grafitasi) dan ekuilibrium dinamis (apakah kepala bergerak
atau diam, berapa kecepatan serta arah gerakan). Utrikulus terhubung dengan
duktus semilunaris. Sakulus terhubung dengan duktus koklear di dalam koklea.
Nervus
Nervus vestibular
Nervus koklear
Ekuilibrium dan aparatus vestibular
Aparatus vestibular merupakan istilah yang digunakan untuk utrikulus, sakulus,
dan duktus semisirkularis yang mengandung reseptor untuk ekuilibrium dan
keseimbangan.
Ekuilibrium statis
=> kesadaran akan posisi kepala terhadap gaya gravitasi jika tubuh tidak
bergerak. Ini juga merupakan kesadaran untuk merespon perubahan dalam
percepatan linear seperti kecepatan dan arah pergerakan kepala dan garis tubuh
dalam suatu garis lurus.
Makula adalah reseptor ekuilibrium statis. Satu makula terletak di dinding
utrikulus dan satu lagi terletak pada sakulus
Setiap makula terdapat sel rambut yang mengandung endapan kalsium yang
disebut otolit (otokonia, statokonia).
Aktivitas reseptor ditransmisikan ke ujunga saraf vestibular (CN VIII) yang melilit
di sekeliling dasar sel rambut.
Ekuilibrium Dinamis => kesadaran akan posisi kepala saat respon gerakan
angular atau rotasi
Ampula merupakan reseptor untuk ekuilibrium dinamis. Setiap saluran
semisirkularis mengandung suatu bidang pembesaran, ampula, yang berisi krista
(teridiri dari sel penunjang dan sel rambut menonjol yang membentuk lapisan
gelatin = disebut kupula)
Fisiologi pendengaran
Energi bunyi ditangkap daun telinga dalam bentuk gelombang > getarkan
membran timpani > melewati tulang pendengaran MIS (maleus, inkus, stapes)
> energi diamplifikasi > diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap
jorong sehingga perilimfe pada skala vestibuli bergerak > getaran diteruskan ke
membrana reissner yang mendorong endolimfe > timbulkan gerak relatif antara
membran basalis dan membran tektoria > terjadi defleksi stereosilia sel rambut
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari
badan sel > terjadi depolarisasi rambut > lepaskan neurotransmiter ke dalam
sinaps yang akan timbulkan potensial aksi pada saraf auditorius > lanjut ke
nukleus auditorius > korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

2.2 Mabuk perjalanan


2.2.2 Definisi
Merupakan Gangguan keseimbangan yang disebabkan oleh gerakan konstan
misal : menumpang kapal laut, perahu, komidi putar, berayun dan naik mobil.
2.2.3 Etiologi
1. Disebabkan oleh stimulasi vestibular.

2.2.4 Manifestasi klinis


a. Berkeringat
b. Pucat
c. Mual
d. Muntah

2.2.5 Penatalaksanaan
a. Anti histamin
b. Skopolamin
Efek samping : mulut kering dan ngantuk

2.3 Meniere
2.3.1 Definisi
Penyakit Maniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui
dan mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan pendengaran, tinnitus
dan serangan vertigo (Kapita Selekta Edisi 3).
Penyakit meniere adalah suatu penyakit kronik semilunaris dan labirin telinga
dalam yang disertai gangguan vertigo yang berat ( Konsep Klinis Proses-proses
penyakit : Patofisiologis).
Penyakit meniere merupakan distensi labirin membranous telinga dalam
akibat cairan yang berlebihan, sehingga adanya tekanan yang menyababkan
kegagalan saraf pendengaran dan serangan vertigo berulang yang dapat disertai
dengan muntah. ( Kamus Keperawatan, Edisi 17).
Pengertian vertigo berasal dari bahasaYunani vertere yang
artinya memutar. Pengertian vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari
tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain,terutama dari
jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh.Vertigo mungkin
bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau
sindrom yang terdiri dar igejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat,
peluhdingin, mual, muntah) danpusing.

2.3.2 Etiologi
Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum diketahui secara
pasti, banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda. Sampai saat ini dianggap
penyebab dari penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan dalam fisiologi
sistem endolimfe yang dikenal dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan
dimana jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga mengakibakan
dilatasi dari skala media. Tetapi, penyebab hidrops endolimfe sampai saat ini
belum dapat dipastikan. Ada beberapa anggapan mengenai penyebab terjadinya
hidrops, antara lain :
Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri
Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler
Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler
Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan
endolimfa
Infeksi telinga tengah
Infeksi traktus respiratorius bagian atas
Trauma kepala
Konsumsi kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi
Konsumsi aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan
Infeksi virus golongan herpesviridae
Herediter
Berikut akan dijelaskan mengenai penyebab yang dianggap dapat mencetuskan
penyakit Meniere:
Virus Herpes (HSV)
Herpes virus banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah ada laporan bahwa
12 dari 16 pasien Meniere terdapat DNA virus herpes simpleks pada sakus
endolimfatikusnya. Selain itu pernah dilaporkan juga pada pasien Meniere yang
diberi terapi antivirus terdapat perbaikan. Tetapi anggapan ini belum dapat
dibuktikan seluruhnya karena masih perlu penelitian yang lebih lanjut.
2. Herediter
Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang tua yang
menderita penyakit Meniere juga. Predisposisi herediter dianggap mempunyai
hubungan dengan kelainan anatomis saluran endolimfatikus atau kelainan dalam
sistem imunnya.
3. Alergi
Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya mempunyai alergi
terhadap makanan. Hubungan antara alergi dengan panyakit Meniere adalah
sebagai berikut :
Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari mediator yang
dilepaskan pada saat tubuh mengadakan reaksi terhadap makanan tertentu.
Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari kemampuan filtrasi dari
sakus endolimfatikus
Ada hubungan antara alergi dan infeksi virus yang menyebabkan hidrops dari
sakus endolimfatikus
4. Trauma kepala
Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat menggangu
aliran hidrodinamik dari endolimfatikus. Anggapan ini diperkuat dengan adanya
pasien Meniere yang mempunyai riwayat fraktur tulang temporal.
5. Autoimun
Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops endolimfe bukan
merupakan penyebab dari penyakit Meniere. Ini dikatakan oleh Honrubia pada
tahun 1999 dan Rauch pada tahun 2001 bahwa pada penelitian otopsi
ditemukan hidrops endolimfe pada 6% dari orang yang tidak menderita penyakit
Meniere. Penelitian yang banyak dilakukan sekarang difokuskan pada fungsi
imunologik pada sakus endolimfatikus. Beberapa ahli berpendapat penyakit
Meniere diakibatkan oleh gangguan autoimun. Brenner yang melakukan
penelitian pada tahun 2004 mengatakan bahwa pada sekitar 25 % penderita
penyakit Meniere didapatkan juga penyakit autoimun terhadap tiroid. Selain itu
Ruckenstein pada tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar 40 % pasien
penderita penyakit Meniere didapatkan hasil yang positif pada pemeriksaan
autoimun darah seperti Rheumatoid factor, Antibodi antiphospholipid dan Anti
Sjoegren
2.3.3 Manifestasi klinis
a. Kehilangan pendengaran sensorineural
b. Tinitus
c. Vertigo tak tertahankan disertai mual dan muntah
d. Rasa penuh pada telinga
2.3.4 Patofisiologi
Proses patologik penyakit meniere disebabkan oleh pembekakan pada
kompartemen endolimfatik. Bila proses ini mencapai suatu pinna, terjadi ruptur
membran reissner sehingga endolimfe tercampur dengan perilimfe. Hal ini
mnyebabkan gangguan pendengaran sementara yang kembali pulih setelah
membran kembali menutup dan komposisi kimiawi cairan endolimfe dan
perilimfe kembali normal. Secara klasik , pasien mengalami ketulian sensori
neural nada rendah yang diikuti gejala tinnitus nada rendah. Pasien
mengeluhkan telinga terasa penuh , kemudian menjadi vertigo akut. Serangan
berlangsung antara 15 menit dan beberapa jam. Gambaran klasik ini dapat
bermodifikasi dengan keterlibatan hanya bagian vestibular dari labirin, dimana
gejala hanya berupa perubahan dalam keseimbangan dan rasa penuh dalam
telinga.
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal didapatkan pelebaran dan
perubahan pada morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke
dalam skala vestibuli, terutama di daerah apeks koklea (helikotrema). Sakulus
juga mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya
pelebaran skala media dimulai dari apeks koklea, kemudian dapat meluas
mengenai bagian tengah dan basal koklea.
Secara patologis, penyakit Meniere disebabkan oleh pembengkakan pada
kompartemen endolimfatik, bila proses ini berlanjut dapat terjadi ruptur
membran Reissner sehingga endolimfe bercampur dengan perilimfe. Hal ini
meyebabkan gangguan pendengaran sementara yang kembali pulih setelah
membrana kembali menutup dan cairan endolimfe dan perilimfe kembali normal.
Hal ini yang menyebabkan terjadinya ketulian yang dapat sembuh bila tidak
terjadinya serangan.
Terjadinya Low tone Hearing Loss pada gejala awal yang reversibel disebabkan
oleh distorsi yang besar pada daerah yang luas dari membrana basiler pada saat
duktus koklear membesar ke arah skala vestibuli dan skala timpani.
Mekanisme terjadinya serangan yang tiba-tiba dari vertigo kemungkinan
disebabkan terjadinya penonjolan-penonjolan keluar dari labirin membranasea
pada kanal ampula. Penonjolan kanal ampula secara mekanis akan memberikan
gangguan terhadap krista. Tinitus dan perasaan penuh di dalam telinga pada
saat serangan mungkin disebabkan tingginya tekanan endolimfatikus.
2.3.5 Jenis meniere
a. Penyakit Meniere vestibular
Penyakit Meniere vestibular ditandai denganadanya vertigo episodic sehubungan
dengan tekanan dalam telinga tanpa gejala koklear.
Tandadangejala:
Vertigo hanya bersifat episodic
Penurunan respons vestibuler atau tak ada respons total pada telinga yang
sakit
Tak ada gejala koklear
Tak ada kehilangan pendengaran objektif
Kelak dapat mengalami gejala dan tanda koklear
b. Penyakit Meniere klasik
Tandadangejala:
Mengeluh vertigo
Kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi
Tinnitus
Penyakit Meniere koklea
c. Penyakit Meniere koklea Penyakit Meniere koklea dikenali dengan adanya
kehilangan pendengaran sensori neural progresif sehubungan dengan tinitus dan
tekanan dalam telinga tanpa temuan atau gejala vestibuler.
Tandadangejala:
Kehilangan pendengaran berfluktuasi
Tekanan atau rasa penuh aural
Tinnitus
Kehilangan pendengaran terlihat pada hasil uji
Tak ada vertigo
Uji labirin vestibuler normal
Kelak akan menderita gejala dan tanda vestibuler

2.3.6 Penatalaksaan
a. Strategi diit (rendah garam, kurangi kafein,nikotin karena merupakan
vasoaktif)
b. Terapi :
- Vertigo : antihistamin misal : meklizin
(menekan sistem vestibular)
- Transquilizer, misal : diazepam membantu mengontrol vertigo
- Diuretika mengurangi gejala menurunkan tekanan dalam sistem endolimp
- Prometazin untuk mual muntahnya dan ada efek histamine
c. Terapi Bedah: Bila ada serangan vertigo yang melumpuhkan dan
mengganggu kualitas hidup memasang drain di dalam sakus endolimp di dalam
sakus endolimp melaui insisi post aurikula
d. Farmakologis: Tindakanpengobatanuntuk vertigo terdiriatasantihistamin,
sepertimeklizin (antivert), yang menekansistemvestibuler. Tranquilizer seperti
diazepam (valium) dapatdigunakanpadakasusakutuntukmembantumengontrol
vertigo,namun karena sifat adiktifnya tidak digunakan sebagai pengobatan
jangka panjang. Antiemetik seperti supositoriaprometazin (phenergan) tidak
hanya mengurangi mual dan muntah tapi juga vertigo karena efek
antihistaminnya.Diuretik seperti Dyazide atau hidroklortiazid kadang dapat
membantu mengurangi gejala penyakit. Meniere dengan menurunkan tekanan
dalam system endolimfe. Pasien harus diingatkan untuk makan-makanan yang
mengandung kalium, seperti pisang, tomat, dan jeruk ketika menggunakan
diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium.

2.3.7 Evaluasi diagnostik


a. Elektrokokleografi menunjukkan abnormalitas pada 60% pasien yang
menderita penyakit meniere.
b. Elektronistagmogram bisa normal atau menunjukkan penurunan respons
vestibuler.
c. CT scan atau MRI kepala
d. Elektroensefalografi
e. Stimulasi kalorik

2.4 Labirintitis
2.4.1 Definisi
Labirintitis adalah suatu proses radang yang melibatkan mekanisme
telinga dalam.(Adam george. 2007)
Labirinitis adalah inflamasi telinga dalam dan dapat disebabkan oleh bakteri
maupun virus. Labirinitis bacterial, meskipun cukup jarang sejak dikenalnya
antibiotika, paling sering terjadi sebagai komplikasi meningitis bakterial. Infeksi
berkembang ke telinga dalam melalui kanalis auditorius internus atau aquaduc
koklear.
2.4.2 Etiologi
Infeksi bakteri yang disebabkan otitis media, atau kolesteatoma, dapat
memasuki telinga tengah dengan menembus membrane jendela bulat atau oval.
Labirintitis viral merupakan diagnosis medis yang sering, namun hanya sedikit
yang diketahui mengenai kelainan ini, yang mempengaruhi baik keseimbangan
maupun pendengaran. Virus penyebab yang paling sering teridentifikasi adalah
gondongan, rubella, rubeola, dan influenza.
Secara etiologi labirintis terjadi karena penyebaran infeksi ke ruang perlimfa.
Terdapat 2 bentuk labirinitis. Yaitu labiribnitis serosa dan labirinitis supuratif.
Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis supuratif
kronik difus. Pada labirinitis serosa taksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa
invasi sel radang, sedangkan pada labirin supuratif dengan invasi sel radang ke
labirin. Sehingga terjadi kerusakan yang lereversibel. Seperti fibrosa dan
osifikasi. Pada kedua jenis labirinitis tersebut operasi harus segera dilakukan
untuk menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Kadang kadang diperlukan
juga draifase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis.
Pemberian antibiotika yang adekuat terutama ditujukan pada pengobatan otitis
media kronik. Labirinitis serosa difus sering kali terjadi sekunder dari labirinitis
sirkumskrifta oleh pada terjadi primer pada otitis media akut. Masuknya toksin
oleh bakteri melalui tingkap bulat, tingkap lontong untuk melalui erosi tulang
labirin. Infeksi tersebut mencapai endosteum melalui seluruh darah.
Diperkirakan penyebab labirinitis yang paling sering absorbsi produk bakteri di
telinga dan mastoid ke dalam labirin, dibentuk ringan labirinitis serosa selalu
terjadi pada operasi telinga dalam misalnya pada operasi fenestrasi, terjadi
singkat dan biasanya tidak menyebabkan gangguan pendengaran, kelainan
patologiknya seperti inflamasi non purulen labirin.

2.3.3 Patofisiologi
Kira kira akhir minggu setelah serangan akutt elinga dalam hampir seluruhnya
terisi untuk jaringan gramulasi, beberapa area infeksi tetap ada. Jaringan
gramulasi secara bertahap berubah menjadi jaringan ikat dengan permulaan.
Pembentukan tulang baru dapat mengisi penuh ruangan labirin dalam 6 bulan
sampai beberapa tahun pada 50 % kasus.

2.3.4 Manifestasi klinis


a. Vertigob
b. Mual dan muntah
c. Kehilangan pendengaran
d. Tinitus

2.3.5 Klasifikasi
1. Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum
( general ), dengan gejala fertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis
yang terbatas ( labirinitis sirkumskripta ) menyebabkan terjadinya vertigo saja /
tuli saraf saja.
2. Labirinitis terjadinya oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perlimfa.
Terdapat dua bentuk labirinitis yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif.
Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa
sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif akut
difus dan labirinitis supuratif kronik difus.
3. Labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel
radang, sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin,
sehingga terjadi kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi.

2.3.6 Penalaksanaan
1. Labirinitis bakterial : antibiotik IV, penambahan cairan, pemberian supresan
vestibular, obat antiemetik
2.Labirinitis Viral : pengobatan simtomatik, sesuaikan dengan gejala

2.3.7 Komplikasi
a. otitis media
b. meningitis
c. ISPA
2.5 Ototoksisitas
2.5.1 Definisi
Ototoksisitasadalahkerusakankokleaatau saraf pendengaran dan
organvestibuleryang
berfungsimengirimkaninformasikeseimbangandanpendengarandarilabirinkeotaky
ang disebabkanolehzat-zatkimia atau toxin (obat-obatan).

2.6 Neuroma akustik


2.6.1 Definisi
Tumor telinga dalam yang paling sering menyebabkan ketulian adalah
suatu neuro akustik. Neuro akustik adalah tumor jinak schwann yang
membungkus saraf kedelapan. Schwannoma ini paling terjadi pada tumor dalam
saluran telinga dalam.
(Adam George L) 1997
Neuroma Akustik, juga dikenal sebagai schwannomas
vestibular, adalah tumor ganas non-saraf kranial dari 8. Umumnya mereka
muncul dari sel-sel yang meliputi (Schwann sel) dari saraf vestibular inferior.
(Komatsuzaki dan Tsunoda, 2001; Krais, 2007).
Neuroma akustik adalah tumor jinak tumbuh lambat pada saraf cranial VIII,
biasanya tumbuh dari sel schwan pada bagian ventribuler saraf ini. (Brunner &
Suddart dkk, 2002).

2.6.2 Etilogi
a. Idiopatik
Neuroma Akustik dapat terjadi secara idiopatik (artinya masih belum di ketahui
secara pasti penyebabnya).
b. Neurofibromatosis (NF2)
Sebuah neuroma akustik disebabkan oleh perubahan atau tidak adanya kedua
gen supresor tumor di NF2 sel saraf. Setiap orang memiliki sepasang gen NF2 di
setiap sel tubuh mereka termasuk sel saraf mereka. Satu NF2 gendiwariskan dari
sel teluribu dan NF2 satugendiwariskan dari sel sperma dari ayah. NF2 gen
bertanggung jawab untuk membantu mencegah pembentukan tumor pada sel
saraf. Khususnya gen NF2 membantu mencegah neuromas akustik. Hanya satu
gen berubah dan berfungsi NF2 adalah diperlukan untuk mencegah
pembentukan neuroma akustik. Jika kedua gen NF2 menjadi berubah atau hilang
di salah satu sarung mielin sel saraf vestibular kemudian sebuah Neuroma
akustik biasanya akan berkembang. Kebanyakan sepihak neuromas akustik hasil
ketika NF2 gen menjadi spontan berubah atau hilang. Seseorang neuroma
akustik dengan sepihak bahwa telah mengembangkan secara spontan tidak
pada peningkatan risiko untuk memiliki anak dengan neuroma akustik. Beberapa
akustik neuromas sepihak Hasil dari kondisi NF2 keturunan. Hal ini juga
kemungkinan bahwa beberapa neuromas akustik mungkin sepihak disebabkan
oleh perubahan dalam gen lainnya yang bertanggung jawab untuk mencegah
pembentukan tumor.

2.6.3 Patofisiologi
Sebagian besar neuroma akustik berkembang dari sel schwan yang berada pada
nervus vestibularis hanya 5% yang timbul dari sel schwan yang berasal dari
nervus cochlearis.
Setelah tumor tumbuh cukupj besar untuk mengisi kanalis auditorius interna,
maka tumor akan tumbuh terus biasanya menuju kearah medial yakni rongga
cerebellopatine angine dan bentuk tumor saat ini mencapai rongga ini adalah
speris.
Saat tumor mencapai diameter 2cm dan sudah berada di
cerebellopantine angle, tumor akan menekan permukaan lateral batang otak
yang jika tumor tumbuh lebih besar akan mendorong batang otak ke arah yang
berlawanan.
Saat tumor mencapai diameter 4 cm tumor berkembang kea rah depan
dan menekan saraf trigenimus yang menimbulkan gejala nyeri wajah satu sisi.
Dan apabila tumor berkembang kea rah bawah akan menekan saraf IX, X, XII dan
menyebabkan kesulitan menelan.
Dan jika tumor terus tumbuh melebihi diameter 4 cm, maka tumor akan
menekan otak kecil dan secara tidak langsung akan menyebabkan terjadinya
hidrocepalus obstruktif. Terjadinya hidrocepalus akan menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan intraktanial dengan gejala nyeri kepala, mata kabur, serta
mual dan muntah.

2.6.4 Manifestasi
a. Tinitus unilateral
b. Kehilangan pendengaran dengan atau tanpa vertigo.
c. Gangguan keseimbangan
d. Tuli

2.6.5 Penatalaksanaan
Penghapusan neuromas akustik dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
pendekatan.
a. Surgical
b. Kolaborasi dengan neurologis dan neurosurgeon
c. Stereotactic Terapi radiasi

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN MENIERE
3.1 Meniere
3.1.1 Pengkajian
3.1.1.1 Data Subyektif:
a. mengeluh telinga kanan sering berdenging
b. perasaan penuh di bagian dalam telinga.
c. Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar
(vertigo) selama kira-kira 30 menit dan hilang sendiri
d. saat vertigo sampai mual dan muntah.
3.1.1.2 Data Obyektif:
a. Hasil pemeriksaan Weber suara hanya terdengar pada telinga kiri
b. auditorium menunjukkan adanya sensorineural hearing loss.
3.1.1.3 Analisa Data
No
Data
Etiologi
Masalah
1
Data subjektik:

Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo)
selama kira-kira 30 menit dan hilang sendiri
mengeluh telinga kanan sering berdenging
perasaan penuh di bagian dalam telinga

Data Obyektif:
Hasil pemeriksaan Weber suara hanya terdengar pada telinga kiri
auditorium menunjukkan adanya sensorineural hearing loss.
Gangguan pendengaran
Gangguan pola tidur
2
Data subjektik:

Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karena merasa berputar (vertigo)
selama kira-kira 30 menit dan hilang sendiri
Saat vertigo sampai mual dan muntah
Data Obyektif:

Mual dan muntah


Resiko kekurangan volume cairan

3.1.2 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
2. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo.
3. Ansietas berhubungan dengan tinnitus.
3.1.3 Rencana Intervensi Keperawatan
1. Resiko kekurangan volume cairan b.d mual dan muntah
Tujuan: Kebutuhancairantubuhdapatterjagadalamwaktu 3x24 jam
Kriteriahasil:
o Elektrolittubuhdalambatas normal
o Mualdanmuntahtidakterjadi
o Membranmukosalembab
o Turgor kulit elastic
o Tidaktampaklemas

INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
Kaji atau minta pasien mengkaji masukan dan haluaran (termasuk emesis, tinja
cair, urin dan diaforesis)
Pencatatan yang akuratmerupakandasaruntukpenggantiancairan.
Kajiindikatordehidrasi, termasuktekanandarah (ortostatik), denyutnadi, turgor
kulit, membranmukosa, dantingkatkesadaran.
Pengenalansegeraadanyadehidrasimemungkinkanintervensisegera
Dorongkonsumsicairan oral sesuaitoleransi, hindariminuman yang
mengandungkafein(stimulasi vestibular)
penggantiancairan oral harus di
mulaisesegeramungkinuntukmenggantikehilangan.
Kafeindapatmeningkatkandiare.
Kolaborasi pemberian obat :
Antiemetik, seperti supositoria prometazin (phenergan)
Antidiare
Mengurangimualdanmuntah,
mengurangikehilangancairandanmemperbikimasukan per oral.
Menurunkan motilitas usus dan kehilangan cairan.

2. Resiko cedera berhubungan dengan vertigo


Tujuan: Tetapbebasdaricedera yang
berkaitandenganketidakseimbangandan/jatuhdalamwaktu 3x24 jam.
KriteriaHasil: -Menyatakanpemahaman factor yang
terlibatdalamkemungkinancedera
- Menunjukkanperubahanperilaku, polahidupuntukmenurunkan factor
risikodanuntukmelindungidiridaricedera
- Mengubahlingkungansesuaiindikasiuntukmeningkatkankeamanan.

INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
Kaji vertigo yang meliputi riwayat, amitan, gambaran serangan, durasi,
frekuensi, dan adanya gejala telinga yang terkait kehilangan pendengaran,
tinitus, rasa penuh di telinga.
Perawat memberikan dasar untuk intervensi selanjutnya
Kaji luasnya ketidakmampuan dalam hubungannya dengan aktivitas hidup
sehari-hari.
Luasnya ketidakmampuan menurunkan resiko jatuh.
Berikan atau ajari cara pemberian obat anti vertigo dan atau obat peneang
vestibular serta beri petunjuk pada pasien mengenai efek sampingnya.
Menghilangkan gejala akut vertigo.
Ajarkan atau tekankan terapi vestibular/keseimbangan sesuai ketentuan
Latihan mempercepat kompensasi labirin yang dapat mengurangi vertigo dan
gangguan cara jalan.
Letakkan bantal pada kedua sisi kepal untuk membatasi gerakkan
Gerakkan akan memperberat vertigo

3.1.4 Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. MemperlihatkanadanyapenguranganSresikocedera :
Klienmengerti dan mampumengikutiterapivestibular
Klientahu dan mengerticarameminumobat yang benar dan efeksampingobat
Dan mempertahankantirahbaring bila merasapusing.
2. Memperlihatkanpenurunanansietasatautidakmengalamiansietas:
Melaporkanataumendiskusikanansietas
Mengikutiteknikpenatalaksanan stress
Memperlihatkankenyamanan
Menghindariaktivitas yang menyebabkan stress
3. Memperlihatkanadanyapenguranganresikoterhadap trauma :
Memperlihatkanpeningkatanaktivitastanpamenggunakanalat bantu
Mampumengidentifikasibahayadilingkunganrumah
4. Memperlihatkanperubahanataupeningkatanpersonalhygiene ;
Melakukanaktivitas yang sesuaidenganjenisaktivitaspengalih
Melaporkanpolaaktivitaspengalih
Mampumelanjutkanaktivitaspengalih.

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Mabuk perjalanan adalah gangguan keseimbangan yang disebabkan oleh
gerakan konstan.
PenyakitMeniereadalahsuatusindrom yang terdiri dari serangan vertigo, tinnitus,
dan berkurangnyapendengaransecaraprogresif.
Labirintitis adalah inflamasi telinga dalam dan dapat disebabkan oleh bakteri
maupun virus.
Neuroma akustik adalah tumor jinak tumbuh lambat pada saraf cranial VIII,
biasanya tumbuh dari sel schwan pada bagian ventribuler saraf ini. (Brunner &
Suddart dkk, 2002).

4.2 Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi
fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa
mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada
didalam tubuh menjadi sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya
sistem organ tersebut terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Efiaty, dkk. 2007. Buku Ajar IlmuKesehatantelinga, hidung, tenggorokan,


kepaladanleheredisikeenam. Balaipenerbit FKUI: Jakarta
Adams, George L. 1997. Boies: BukuajarPenyakit THT. Jakarta. EGC
Brunner & suddrath. 2002. Buku Ajar :Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. Jakarta:
EGC
Corwin, Elizabeth J. 2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doenges, Marillyn E. 1999. RencanaAsuhanKeperawatan: Jakarta : EGC
Latief, abduldkk. 2007. Ilmukesehatananak. Jakarta
:bagianilmukesahatananakfakultaskedokteranuniversitas Indonesia
Putz R dan Pabst R. 1997. sobota. Jakarta : EGC
Tutorial,Kuliah. 2009. Askep pada Klien dengan Kelainan.
(http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/askep-pada-klien-dengan-
kelainan.html).Diakses tanggal 20 april 2012 jam 13.20
Selalu mendengar bunyi tanpa rangsangan dari luar

You might also like