Professional Documents
Culture Documents
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan
(deskuamasi) dari endometrium. Panjang siklus menstruasi yang normal dan dianggap
sebagai siklus menstruasi klasik selama 28 hari (Prawirohardjo, 2005).
Menstruasi merupakan suatu siklus discarge fisiologik darah dan jaringan mukosa
melalui vagina dari uterus yang tidak hamil, dibawah kendali hormonal dan berulang secara
normal, biasanya interval sekitar empat minggu, tanpa adanya kehamilan selama periode
reproduktif (pubertas sampai menopouse) pada wanita (Dorland, 2005).
2.2 Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling
mempengaruhi dan terjadi secara simultan di endometrium, kelenjar hipotalamus dan
hipofisis, serta ovarium. Siklus menstruasi mempersiapkan uterus untuk kehamilan. Bila
tidak terjadi kehamilan, maka terjadi menstruasi. Usia wanita, status fisik dan emosi wanita,
serta lingkungan mempengaruhi pengaturan siklus menstruasi (Bobak,2005).
Siklus menstruasi merupakan periode menstruasi dihitung berdasarkan jumlah hari
tanggal mulainya menstruasi yang lalu sampai mulainya menstruasi berikutnya.
Siklus menstruasi yaitu merupakan salah satu siklus menstruasi yang berlangsung
selama 28 hari. Siklus normal berlangsung dalam rentang waktu 21-35 hari. Panjang daur
dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, bahkan dari
bulan kebulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi
wanita tersebut. Selama siklus menstruasi, ovarium menghasilkan hormon estrogen dan
progesteron (Saryono, 2009).
Gambar Siklus menstruasi
2.3 Mekanisme Siklus Menstruasi
Perubahan hormonal siklik mengawali dan mengatur fungsi ovarium dan perubahan
endometrium. Pusat penngendalian hormone reproduksi adalah hipotalamus. Hormon pada
hipotalamus gonadot- ropik realising hormone (GnRH) yaitu follicle-stimulating hormone-
realising hormone (FSHRH) dan luteinizing hormone-stimulating hormone (LHRH). Kedua
hormon ini akan merangsang hipofisis anterior untuk mensekresi follicle-stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua hormon ini akan menyebabkan
produksi estrogen dan progesteron dari ovarium (Price, 2005).
2.4 Fisiologi Menstruasi
Siklus menstruasi dikendalikan oleh kelompok hormon, terutama estrogen dan
progesteron. Mereka dilepaskan siklis dari indung telur selama masa reproduksi di bawah
kendali dari dua hipofisis anterior hormon gonadotropin, Follicle-stimulating hormone (FSH)
dan Lutenizing hormon (LH). Di bawah pengaruh hormon ini, perubahan terjadi pada
endometrium dinding rahim di seluruh siklus menstruasi (Jenkins et al, 2007). Menstruasi
dianggap mulai pada hari 1 dari siklus berikut yang selama periode sekitar 5 hari, superfisial
lapisan dinding rahim, endometrium, secara bertahap meninggalkan gudang basal lapisan
bawah. Dari hari ke 5 sampai hari ke-14 yang khas 28-hari siklus (dikenal sebagai proliferasi
fase), di bawah pengaruh estrogen yang meningkat, folikel berkembang, sel- sel dalam
lapisan basal mulai bertambah banyak untuk penebalan progresif dan meningkatkan
vaskularisasi dari lapisan endometrium yang baru.
Dalam proses terjadinya ovulasi harus ada kerjasama antara korteks serebri,
hipotalamus, hipofisis, ovarium, glandula tiroidea, glandula supra renalis dan kelenjar
kelenjar endokrin lainnya. Yang memegang peranan penting dalam proses tersebut adalah
hubungan antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium (hyopothalamic-pituitary-ovarian axis).
Ovulasi biasanya terjadi pada titik tengah dari suatu 28-hari siklus, atau 14 hari sebelum
onset menstruasi terlepas dari panjang siklus. Fase berikutnya ini dikenal sebagai fase sekresi
estrogen dimana terus mempromosikan pengembangan endometrium. Progesteron juga
dilepaskan untuk membantu mempersiapkan endometrium untuk menerima sel telur yang
akan dibuahi. Jika tidak terjadi kehamilan, korpus luteum berdegenerasi dan pengurangan
pasokan estrogen secara tiba-tiba ini mendorong mulainya menstruasi (Jenkins et al, 2007).
Meskipun memiliki fisiologis yang hampir sama, namun variasi yang sangat besar dapat
terjadi antara naik dan turunnya siklus menstruasi. Siklus haid (siklus ovarium) normal di
bagi menjadi : fase follikuler dan fase luteal.
1) Siklus Ovarium
a) Fase Folikuler
Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya endometrium. FSH
merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium. Satu folikel
berkembang menjadi folikel de Graf. Folikel terdiri dari sebuah ovum dengan dua lapisan sel
yang mengelilinginya. Lapisan dalam yaitu sel granulosa mensintesis progesteron selama
paruh pertama siklus menstruasi, dan bekerja sebagai prekusor pada sintesis esktrogen oleh
lapisan sel teka interna yang mengelilinginya. Kadar esktrogen yang meningkat
menyebabkan pelepasan LHRH dari hipotalamus (Price, 2005). Pada awalnya estrogen
meninggi secara berangsur angsur, kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Ini
memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik dan dengan mendadak terjadi puncak
pelepasan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus yang mengakibatkan terjadinya ovulasi.
LH yang meninggi itu menetap kira kira 24 jam dan menurun pada fase luteal. Dalam
beberapa jam setelah LH meningkat, esktrogen menurun dan mungkin inilah yang
menyebabkan LH menurun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan perubahan
morfologik pada follikel atau mungkin juga akibat umpan balik negatif yang pendek dari LH
terhadap hipotalamus. LH-surge yang cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi; follikel
hendaknya pada tingkat yang matang agar dapat dirangsang untuk berovulasi. Pecahnya
folikel terjadi antara 16 24 jam setelah LH-surge.
b) Fase Luteal
Kadar estrogen yang tinggi akan menghambat produksi FSH. Kemudian kadar estrogen
mulai menurun. Setelah oosit terlepas dari folikel de Graf, lapisan granulosa menjadi banyak
mengandung pembuluh darah dan berubah menjadi korpus luteum yang berwarna kuning
pada ovarium. Vaskularisasi dalam lapisan granulose juga bertambah dan mencapi puncaknya
pada hari 8 9 setelah ovulasi. Korpus luteum terus mensekresi sejumlah kecil estrogen dan
progesteron yang makin lama semakin meningkat (Price, 2005). Mulai 10 12 hari setelah
ovulasi korpus luteum mengalami regresi berangsur angsur disertai dengan berkurangnya
kapiler kapiler dan diikuti oleh menurunnya sekresi progesterone dan esktrogen. Masa hidup
korpus luteum pada manusia tidak bergantung pada hormone gonadotropin. Pada kehamilan
hidupnya korpus luteum diperpanjang oleh adanya rangsangan dari Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) yang dibuat oleh sinsiotrofoblast. Rangsangan ini dimulai pada puncak
perkembangan korpus luteum (8 hari pasca ovulasi), waktu yang tepat untuk mencegah
terjadinya regresi luteal. HCG memelihara steroidogenesis pada korpus luteum hingga 9 10
minggu kehamilan. Kemudian fungsi ini diambil alih oleh plasenta.
2) Siklus Endometrium
Siklus menstruasi endometrium terdiri dari :
a) Fase Menstruasi atau Deskuamasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan. Hanya
stratum basale yang tinggal utuh. Darah menstruasi mengandung darah vena dan arteri
dengan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang
mengalami disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar
vulva. Pada waktu ini tebal endometrium 0,5 mm. Fase ini berlangsung 3-4 hari.
b) Fase Proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak hari ke-
lima hingga ovulasi, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-14 siklus 28 hari, atau hari
ke-18 sikus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap akan kembali normal dalam
empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi
setebal 3,5 mm. Sejak saat ini, terjadi penebalan 8 sampai 10 kali lipat, yang berakhir saat
ovulasi. Fase proliferasi bergantung dari stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium
(Bobak, 2005).
Fase proliferasi dapat dibagi yaitu :
a. Fase proliferasi dini
Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke 4 sampai hari ke 9. Fase ini dikenal dari
epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar.
Kelenjar kebanyakan lurus, pendek dan sempit. Bentuk kelenjar ini merupakan ciri khas fase
proliferasi; sel sel kelenjar mengalami mitosis. Sebagian sediaan masih menunjukkan suasana
fase menstruasi dimana terlihat perubahan perubahan involusi dari epitel kelenjar yang
berbentuk kuboid. Stroma padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel selnya
berbentuk bintang dan lonjong dengan tonjolan tonjolan anastomosis. Nukleus sel stroma
relatif besar karena sitoplasma relative sedikit.
b. Fase proliferasi akhir
Fase ini berlangsung pada hari ke 11 sampai hari 14. Fase ini dapat dikenal dari
permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar
membentuk pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan padat.
SIKLUS MENSTRUASI
SELAYANG PANDANG
Fase folikuler
Ovulasi
Bila siklus menjadi panjang, fase folikuler yang akan menjadi panjang dan fase luteal akan
tetap konstan berlangsung selama 14 hari.
Pengendalian maturasi folikel dan proses ovulasi dilakukan oleh poros hipotalamus-hipofisis-
ovarium. Hipotalamus mengendalikan siklus haid, namun organ ini sendiri dapat pula
dipengaruhi oleh pusat otak yang lebih tinggi, sehingga faktor kecemasan ataupun gangguan
kejiwaan lain dapat mengganggu pola haid yang normal.
Hipotalamus mempengaruhi hipofisis melalui pengeluaran GnRH-Gonadotropin Releasing
Hormon. GnRH melalui sistem sirkulasi portal menuju hipofisis anterior dan menyebabkan
gonadotrof hipofisis melakukan sintesa dan pelepasan FSH-foliclle stimulating hormone dan
LH-Luteinizing hormone.
FSH akan menyebabkan proses maturasi folikel selama fase folikuler dan LH berperan dalam
proses ovulasi serta produksi progesteron oleh corpus luteum.
Aktivitas siklis dalam ovarium berlangsung melalui mekanisme umpan balik diantara
ovarium hipotalamus dan hipofisis.
SIKLUS OVARIUM
FASE FOLIKULER
HARI KE 1 - 10
Pada awal siklus, kadar FSH dan LH relatif tinggi dan hormon ini akan merangsang
pertumbuhan 10 20 folikel namun hanya 1 folikel yang dominan yang menjadi matang
dan sisanya akan mengalami atresia. Kadar FSH dan LH yang relatif tinggi dipicu oleh
penurunan kadar estrogen dan progesteron pada akhir fase sebelumnya.
Selama dan segera setelah haid, kadar estrogen relatif rendah namun dengan pertumbuhan
folikel kadarnya akan segera meningkat.
Hari KE 10 - 14
Dengan bertambahnya ukuran folikel, terjadi akumulasi cairan diantara sel granulosa dan
menyebabkan terbentuknya anthrum, sehingga folikel primer berubah bentuk menjadi folikel
dgraaf, disini oosit menempati posisi excenteric dan dikelilingi oleh 2 3 lapisan sel
granulosa dan disebut sebagai cumulus oophorus
Dengan semakin matangnya folikel, kadar estrogen menjadi semakin bertambah (terutama
dari jenis estradiol) dan mencapai puncaknya 18 jam sebelum ovulasi. Dengan semakin
meningkatnya kadar estrogen, produksi FSH dan LH menurun ( umpan balik negatif ) untuk
mencegah hiperstimulasi ovarium dan maturasi folikel lainnya.
OVULASI
HARI KE 14
Ovulasi terjadi dengan pembesaran folikel yang cepat dan diikuti protrusi permukaan kortek
ovarium dan pecahnya folikel menyebabkan keluarnya oosit dan cumulus oophorus yang
melekat dengannya.
Pada sejumlah wanita Kadang-kadang proses ovulasi ini menimbulkan rasa sakit sekitar fossa
iliaka yang dikenal dengan nama mittelschmerz .
Peningkatan kadar estradiol pada akhir mid-cycle diperkirakan akibat LH surge dan
penurunan kadar FSH akan menyebabkan peristiwa umpan balik positif. Sesaat sebelum
ovulasi terjadi penurunan kadar estradiol secara tiba-tiba dan peningkatan produksi
progesteron.
FASE LUTEAL
HARI 15 - 28
Sisa folikel yang telah ruptur berada didalam ovarium. Sel granulosa mengalami luteinisasi
dan membentuk corpus luteum. Corpus luteum merupakan sumber utama dari hormon steroid
seksual, estrogen dan progesteron yang dikeluarkan oleh ovarium pada fase pasca ovulasi
(fase luteal)
Terbentuknya corpus luteum akan menyebabkan sekresi progesteron terus meningkat dan
terjadi pula kenaikan kadar estradiol berikutnya.
Selama fase luteal, kadar gonadotropin tetap rendah sampai terjadi regresi corpus luteum
pada hari ke 26 28. Bila terjadi konsepsi dan implantasi, corpus luteum tidak akan
mengalami regresi oleh karena keberadaanya dipertahankan oleh gonadotropin yang
diproduksi oleh trofoblas. Namun, bila tidak terjadi konsepsi dan implantasi, corpus luteum
akan mengalami regresi dan siklus haid akan mulai berlangsung kembali.
Akibat penurunan kadar hormon steroid, terjadi peningkatan kadar gonadotropin dan siklus
haid akan berlangsung kembali.
SIKLUS ENDOMETRIUM
Endometrium memberikan respon secara khas terhadap progestin, androgen dan estrogen.
Inilah sebabnya mengapa endometrium dapat mengalami proses haid dan memungkinkan
terjadinya proses implantasi hasil konsepsi saat terjadi proses kehamilan
Secara fungsional, endometrium dibagi menjadi 2 zona :
2. Bagian dalam ( stratum basalis ) yang secara relatif tidak mengalami perubahan dan
berperan penting dalam proses penggantian sel endometrium yang terkelupas saat
haid. Arteri basalis berada dalam stratum basalis dan arteri spiralis khususnya
terbentuk dalam stratum fungsionalis.
FASE SEKRESI
Pasca ovulasi, produksi progesteron memicu terjadi perubahan sekresi pada kelenjar
endometrium. Terlihat adanya vakuola yang berisi cairan sekresi pada epitel kelenjar.
Kelenjar endometrium menjadi semakin berliku-liku.
FASE MENSTRUASI
Secara normal fase luteal berlangsung selama 14 hari.
Pada saat-saat akhir corpus luteum, terjadi penurunan produksi estrogen dan progesteron.
Penurunan ini diikuti dengan kontraksi spasmodik dari arteri spiralis sehingga terjadi
ischemik dan nekrosis lapisan superfisial endometrium sehingga terjadi perdarahan.
Vasospasme nampaknya merupakan akibat adanya produksi prostaglandin lokal.
Prostaglandin juga menyebabkan kontraksi uterus saat haid. Darah haid tidak mengalami
pembekuan oleh karena adanya aktivitas fibrinolitik dalam pembuluh darah endometrium
yang mencapai puncaknya saat menstruasi.
LENDIR SERVIK
Pada wanita terdapat hubungan langsung antara traktus genitalis bagian bawah dengan cavum
peritoneal. Hubungan langsung ini memungkinkan spermatosoa mencapai ovum, meskipun
ferttilisasi umumnya terjadi di dalam tuba falopii. Hubungan langsung ini pula yang
memudahkan wanita mengalami infeksi genitalia interna. Namun keberadaan lendir servik
dapat mencegah hal itu terjadi.
Pada fase folikuler dini, konsistensi lendir servik kental dan impermeable ( seperti
putih telur )
Pada fase folikuler lanjut, meningkatnya kadar estrogen menyebabkan lendir yang
menjadi lebih encer dan relatif semipermeabel dan relatif mudah ditembus oleh
spermatozoa. Perubahan lendiri servik yang menjadi lebih encer ini disebut sebagai
spinnbarkheit
Pasca ovulasi, progesteron yang dihasilkan corpus luteum menetralisir efek estrogen
sehingga lendir servik menjadi kental kembali dan impermeabel.
Perubahan psikologi
Beberapa wanita mengalami perubahan mood terkait dengan siklus haid. Terjadi instabilitas
emosional pada fase luteal. Perubahan ini disebabkan oleh penurunan progesteron.
Tidak dapat dipastikan apakah perubahan mood tersebut disebabkan oleh siklus haid atau
merupakan sindroma premenstrual.
PADA WANITA
Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata. Sedang pada mamalia lain terjadi siklus
estrus. Bedanya, pada siklus menstruasi, jika tidak terjadi pembuahan maka lapisan
endometrium pada uterus akan luruh keluar tubuh, sedangkan pada siklus estrus, jika tidak
terjadi pembuahan, endomentrium akan direabsorbsi oleh tubuh.
Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (ada pula setiap 21 hari dan
30 hari) yaitu sebagai berikut :
Pada hari 1 sampai hari ke-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang
dirangsang oleh hormon FSH. Pada seat tersebut sel oosit primer akan membelah dan
menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel Graaf yang
masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari
hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus yaitu
endometrium yang habis terkelupas waktu menstruasi, selain itu estrogen menghambat
pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi
merangsang folikel Graaf yang masak untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-
14, waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus.
Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah menjadi badan kuning
(Corpus Luteum). Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi
mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan
datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal, selain itu progesteron juga berfungsi
menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang,
pembentukan progesteron berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada endometriam terhenti,
endometrium menjadi mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah perdarahan
(menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh
karena tidak ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilan proses oogenesis
kembali.
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan
dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang terjadi terus
menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. menstruasi biasanya terjadi pada
usia 11 tahun dan berlangsung hingga anda menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45 55
tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3 7 hari.
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki siklus 25 35
hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa wanita
memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah
kesuburan.
Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi hari dimana
pendarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan hari
terakhir yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai.
Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon yang
disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga
membuat sel-sel telur tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa
sel telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi
dominant hingga kemudian mulai memproduksi hormon yang disebut estrogen yang
dilepaskan kedalam aliran darah. Hormone estrogen bekerjasama dengan hormone
FSH membantu sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan kemudian memberi
signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk menerima sel telur tersebut.
Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir yang lebih banyak
Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak yang
disebut dengan Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam jumlah
banyak dan memicu terjadinya pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam
ovarium menuju tuba falopi. Jika pada saat ini, sperma yang sehat masuk kedalam
tuba falopi tersebut, maka sel telur tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk
dibuahi.
Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan menuju tuba
falopi, mencapai rahim dan pada akhirnya menanamkan diri didalam rahim.
Kemudian, sel telur tersebut akan membelah diri dan memproduksi hormon Human
Chorionic Gonadotrophin (HCG) yang dapat dideteksi dengan GEATEL .
Hormone tersebut membantu pertumbuhan embrio didalam rahim.
Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium akan
meluruh dan terjadinya proses menstruasi berikutnya.
Sikuls menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium (indung telur)
dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus
folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi
(pertumbuhan) dan masa sekresi.
Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim terdiri
dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot rehim,
terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim). Endometrium adalah
lapisan yangn berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut desidua
fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai desidua
basalis.
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1
folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel
tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan
produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi
hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan
hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen
terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan
menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen
mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf
menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum
yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic
hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka
korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron.
Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari
endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam
masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium
(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium
berada dalam kadar paling rendah
1. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi
berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua
fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini
endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan
sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
1. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon
progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk
membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Siklus ovarium :
1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang
berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses
ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada
manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus
menstruasi keseluruhan
1. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka
waktu rata-rata 14 hari
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus
menstruasi normal:
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada
pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus
sebelumnya
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari
korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini
merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH
yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah
hormon progesteron
6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase
pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah
terjadi ovulasi
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum
dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya
Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel dengan
pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses
kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan,
abortus berulang, atau keganasan. Gangguan dari sikluas menstruasi merupakan salah satu
alasan seorang wanita berobat ke dokter.
Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya
darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus
mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi
yang ekstrim (setelah menarche <pertama kali terjadinya menstruasi> dan menopause) lebih
banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur.
Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.