Professional Documents
Culture Documents
Kesalah pahaman tentang manusia melingkupi manusia sejak manusia menempati bumi ini.
Bisa jadi, kesalah pahaman itu cenderung pada hal-hal yang berlebihan, misalnya manusia
menganggap dirinya sebagai wujud terhebat di alam semesta ini. Di satu sisi manusia
menyerukan pandangan seperti itu, di sisi lain manusia memperbudak dirinya dengan
egoisme, kecongkakan, dan ketakaburan. Al-Maududi mengatakan ada juga manusia yang
mengangkat dirinya sebagai penanggung jawab manusia lewat upaya agar dipertuhan dengan
tujuan kekuasaan, kegagahan, kehebatan, kedhaliman, keburukan, dan ketiranian.
Sikap berlebihan lainnya adalah kecenderungan manusia pada penempatan diri pada kehinaan
dan kerendahan. Lalu manusia menundukkan kepala di depan setiap pohon, batu, sungai,
gunung, atau binatang. Mereka tidak melihat adanya keselamatan kecuali dengan bersujud
kepada matahari, bulan, bintang, api, atau benda lainnya yang dianggap mengandung
kekuatan atau kemampuan untuk memberikan manfaat kepada mereka.
Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan
Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia
menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.
Untuk orang-orang yang memilih jalan kedurhakaan, Allah meratakan mereka sekaligus
kotanya dengan tanah.
Sarana pendidikan lain yang dimiliki manusia adalah bahasa, kemampuan untuk
mengeluarkan gagasan, dan kemampuan untuk menulis. Melalui berfikir dan belajar,
diharapkan manusia mampu mempelajari dan memahami syariat-syariat Allah. Lebih jelasnya
lagi, Allah berfirman:
Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al
Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (al-Baqarah: 129)
Lewat inipun manusia diajak untuk mentafakuri penciptaan langit, bumi, dan dirinya sendiri
sebagaimana firman Allah:
Dan [juga] pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan? (adz-Dzaariyaat:
21)
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan? (al-Ghaasyiyah:
17)
Katakanlah: Apakah sama orang buta dengan orang yang melihat? maka apakah kamu
tidak memikirkan[nya]? (al-Anam: 50)
Sejalan dengan kebebasan, kehendak, dan kemampuan untuk membedakan kebaikan dan
keburukan, Allah telah menentukan balasan atau balasan yang setimpal dengan alternatif
yang dipilih manusia.
Atas pendengaran, penglihatan, hati dan seluruh anggota tubuh yang diberikan Allah,
manusia bertanggung jawab untuk memanfaatkan semuanya dalam jalan kebaikan.
Rasa tanggung jawab itu akan terpelihara di dalam diri manusia yang sadar, selalu ingat, adil,
jauh dari penyelewengan, tidak tunduk pada hawa nafsu, jauh dari kedhaliman dan kesesatan
serta istiqamah dalam segala perilaku.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
(adz-Dzaariyaat: 56)
Dan sesungguhnya, masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu
menyembah sesuatupun di dalamnya disamping [menyembah] Allah. (al-Jinn: 18)