You are on page 1of 23

PANDUAN

PENGELOLAAN KEUANGAN
PUSKESMAS BANGSONGAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Panduan Pengelolaan
Keuangan UPTD Puskesmas Bangsongan Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri.
Buku ini disusun sebagai acuan bagi pengelola Keuangan di UPTD Puskesmas Bangsongan
Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri dalam memanfaatkan dana pendapatan BLUD
(DAU, DAK, Jasa Layanan, Hibah, Hasil Kerja Sama Dengan Pihak Lain, APBN dan lain-lain
pendapatan BLUD yang sah) tahun anggaran.
Pendapatan BLUD sebagai sumber pembiayaan operasional Puskesmas diharapkan mampu
berkontribusi dalam pencapaian indikator pembangunan kesehatan secara nasional melalui
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas. Demikian pula terkait dengan pencapaian
tujuan SDGs, pendapatan BLUD dapat berkontribusi secara maksimal sehingga pada
penilaian akhir akan menunjukkan hasil yang maksimal.
Pengelolaan pendapatan BLUD pada dasarnya tidak mengalami banyak perubahan.
Panduan ini telah disusun melalui serangkaian proses yang melibatkan berbagai komponen
yang terkait.
Kami berterima kasih atas dukungan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dan
penerbitan Panduan ini. Untuk penyempurnaan dan perbaikan ke depan masukan dari semua
pihak tetap kami harapkan.

Penyusun,

|
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kediri Nomor 188.45/298/418.32/2015 tanggal 16 Juni
2015 tentang Penetapan Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah pada 37 puskesmas. Pemerintahan Kabupaten Kediri sebagai Badan Layanan Umum
Daerah secara penuh puskesmas telah ditetapkan sebagai Unit Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) yang menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan
umum daerah (BLUD) di lingkungan pemerintah Kabupaten Kediri. Dengan demikian
puskesmas mendapat keleluasaan dapat menggunakan langsung pendapatan puskesmas
untuk biaya operasionalnya.
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, pimpinan BLUD (Kepala Puskesmas)
harus menyelenggarakan penatausahaan keuangan BLUD yang dikelolanya, maka muncul
Peraturan Bupati Kediri Nomor 46 tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Badan
Layanan Umum Daerah UPTD Puskesmas Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kediri.
Oleh karena itu diperlukan suatu pedoman dalam penatausahaan dimaksud, yang meliputi
penatausahaan penerimaan kas, pengeluaran kas dan transaksi keuangan nonkas.
Panduan pengelolaan keuangan ini digunakan untuk penatausahaan seluruh penerimaan dan
pengeluaran yang sumber dananya berasal dari jasa layanan, hibah tidak terikat, hasil kerja
sama dengan pihak lain dan lain-lain pendapatan BLUD yang sah. Sedangkan
penatausahaan untuk penerimaan dan pengeluaran yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah,mengacu pada Peraturan Bupati Kediri tentang Sistem dan
Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mewujudkan tertib administrasi dan tertib pelaksanaan sesuai dengan prinsip pengendalian
intern yang baik atas transaksi-transaksi keuangan puskesmas, memudahkan
pendokumentasian dan monitoring serta evaluasi penggunaan anggaran keuangan dalam
mendukung peningkatan upaya kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif
dalam mencapai target program kesehatan prioritas nasional.

2. Tujuan Khusus

|
a. Panduan keuangan PPK BLUD bagi petugas Bendahara Penerimaan Pembantu,
Bendahara Pengeluaran Pembantu dan Pengelola Keuangan Operasional
Puskesmas.
b. Panduan keuangan Dana JKN bagi petugas pengelola keuangan JKN.
c. Panduan keuangan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) bagi petugas
pengelola keuangan BOK.
d. Panduan keuangan Dana Jampersal bagi petugas pengelola keuangan
Jampersal.

C. RUANG LINGKUP
1. Bendahara Penerimaan Pembatu
2. Bendahara Pengeluaran Pembantu
3. Pengelola Keuangan Operasional
4. Pengelola Keuangan JKN
5. Pengelola Keuangan BOK
6. Pengelola Keuangan Jampersal

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah Sejumlah dana yang dialokasikan kepada setiap
Daerah Otonom (Provinsi/Kabupaten/Kota) di Indonesia setiap tahunnya sebagai
dana pembangunan. DAU merupakan salah satu komponen belanja pada APBN, dan
menjadi salah satu komponen pendapatan pada APBD.
2. DAK Bidang Kesehatan adalah dana yang dialokasikan dalam APBN kepada daerah
dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan yang merupakan urusan daerah
sesuai dengan prioritas nasional.
3. Dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) adalah dana yang dialokasikan untuk
meningkatkan kinerja puskesmas dalam upaya kesehatan promotif dan preventif
dalam mendukung pelayanan kesehatan di luar gedung dengan didukung manajemen
puskesmas yang baik.
4. Jaminan Persalinan (Jampersal) adalah dana yang digunakan untuk mendekatkan
akses bagi ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas terhadap fasilitas kesehatan.
5. Jaminan Kesehatan Nasional yang selanjutnya disingkat JKN adalah jaminan
berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar
oleh pemerintah.
6. Dana Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka
kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan
jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.

|
BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN

A. DANA ALOKASI KHUSUS KESEHATAN


1. BOK (BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN)
a. Pengalokasian BOK
Dana BOK yang merupakan bagian dari Dana Alokasi Khusus Non fisik dialokasikan kepada
setiap kabupaten dengan peruntukan bagi puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai
fasilitas rujukan UKM sekunder termasuk Balai Kesehatan Masyarakat sebagai unit

|
pelaksana teknis bila ada, dan instalasi farmasi Kabupaten. Distribusi dana BOK yang
dialokasikan setiap kabupaten dengan rincian untuk masing-masing kegiatan terdapat pada
lampiran.
1) Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai fasilitas rujukan UKM sekunder
menerima alokasi dengan besaran sesuai yang ditetapkan dalam lampiran.
2) Setiap puskesmas yang menjadi sasaran Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) diberikan tambahan alokasi sebesar Rp7.500.000.-
(tujuh juta lima ratus ribu rupiah) per desa STBM per tahun yang bersumber
dari alokasi kegiatan BOK untuk puskesmas.
3) Sisa alokasi dana kegiatan BOK untuk puskesmas disetiap kabupaten
setelah dikurangi untuk kebutuhan Desa STBM diatas didistribusikan kepada
semua puskesmas secara proporsional dengan mempertimbangkan
beberapa hal yang terkait dengan beban kerja, antara lain: luas wilayah kerja
puskesmas; jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab puskesmas;
jumlah UKBM, jumlah sekolah; dana kapitasi JKN yang diterima; jumlah
tenaga pelaksana UKM.

b. Penggunaan Dana BOK


Dana BOK yang diterima dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan promotif dan preventif
serta kegiatan dukungan manajemen yang meliputi :
1) Upaya kesehatan masyarakat esensial dan pengembangan termasuk
pemenuhan kebutuhan pendukung kegiatan, pemberdayaan masyarakat,
dan kerjasama lintas sektoral serta manajemen puskesmas. Untuk
mewujudkan keluarga sehat maka berbagai kegiatan di puskesmas
dilaksanakan melalui strategi pendekatan keluarga dengan kegiatan keluar
gedung (kunjungan rumah) pada keluarga
2) Upaya kesehatan masyarakat yang dilaksanakan meliputi pelayanan
kesehatan keluar gedung khususnya untuk menjangkau daerah
sulit/terpencil, pemberdayaan masyarakat, dan inovasi pelayanan
kesehatan.
3) Kegiatan STBM dan UKBM di wilayah kerjanya dan mengatasi berbagai
masalah kesehatan yang dihadapi di keluarga. Kegiatan untuk mewujudkan
desa STBM di desa oleh sanitarian/tenaga kesehatan lingkungan
puskesmas meliputi: pemicuan, Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi
(IMAS) perilaku kesehatan, monitoring paska pemicuan, pembuatan dan
update peta sanitasi dan buku kader, kampanye cuci tangan pakai sabun,
kampanye higiene sanitasi sekolah, dan surveilans kualitas air (pra dan
paska konstruksi) serta verifikasi stop buang air besar sembarangan (SBS).
Daftar desa STBM (PAMSIMAS) sebagaimana terlampir.
Pengangkatan tenaga kontrak promosi kesehatan di puskesmas yang dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten.

|
c. Pemanfaatan Dana BOK
Dana BOK yang tersedia disetiap jenjang dapat dimanfaatkan untuk membiayai setiap
kegiatan yang tercakup dalam menu kegiatan disetiap fasilitas pelayanan kesehatan yang
menerima alokasi dana BOK, meliputi :
1) Transport lokal dalam wilayah desa, kecamatan, kabupaten bagi petugas
kesehatan, lintas sektor termasuk kader;
2) Perjalanan dinas atau transport PNS dan non PNS;
3) Pembelian barang pakai habis;
4) Belanja bahan/material untuk mendukung pelayanan promotif dan preventif
antara lain penggandaan media, reagen, rapid tes/tes cepat, bahan PMT
penyuluhan dan pemulihan berbahan lokal;
5) Belanja cetak dan penggandaan;
6) Belanja makanan dan minuman;
7) Penyelenggaraan rapat-rapat, sosialisasi,pertemuan;
8) Honorarium PNS dan non PNS;
Dana BOK tidak dapat dimanfaatkan untuk keperluan belanja tidak langsung (gaji, tunjangan
dll) belanja modal, upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif, pembelian obat, vaksin,
pemeliharaan gedung, kendaraan, biaya transportasi rujukan.
Dalam upaya untuk peningkatan kegiatan promosi kesehatan dan mewujudkan program
STBM, dana BOK dapat dimanfaatkan untuk pembayaran honor pegawai yang dikontrak
untuk kegiatan tersebut dengan ketentuan :
a) Pembayaran honor 1 (satu) orang tenaga promotor kesehatan yang
ditempatkan di setiap puskesmas. Tenaga tersebut dikontrak oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten. Biaya honor berasal dari dana BOK untuk
Puskesmas. Ketentuan khusus terkait dengan tenaga kontrak promotor
kesehatan adalah:
1) Berpendidikan minimal D3 Kesehatan jurusan/peminatan Kesehatan
Masyarakat utamanya jurusan/peminatan Promosi Kesehatan/Ilmu
Perilaku, diutamakan yang memiliki pengalaman kerja minimal 1 tahun
dibidangnya.

2) Diberikan honor minimal sesuai upah minimum di kabupaten yang


berlaku, dengan target kinerja bulanan yang ditetapkan secara tertulis
oleh Kepala Puskesmas (output based performance).

3) Diberikan hak/fasilitas yang setara dengan staf puskesmas lainnya

4) Diberikan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk yang


bersangkutan saja.

5) Lama kontrak maksimal 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai


ketersediaan anggaran dan capaian target kinerjanya

2. JAMPERSAL (Jaminan Persalinan)


a. Pengalokasian Dana Jampersal

|
Dana Jampersal dialokasikan untuk Dinas Kesehatan Kabupaten dihitung berdasarkan
formula dengan memperhatikan jumlah ibu hamil/ibu bersalin resiko tinggi yang mempunyai
hambatan akses menuju fasilitas pelayanan kesehatan untuk pertolongan persalinan, tidak
mempunyai biaya untuk membayar jasa persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan, dan
kebutuhan sewa rumah tunggu kelahiran beserta operasionalnya sebagai tempat transit
sementara mendekati hari kelahiran. Alokasi dana Jampersal per kabupaten merupakan pagu
maksimal sehingga dalam pemanfaatannya harus diperhitungkan secara cermat dengan
memilih kegiatan berdasarkan skala prioritas. Dana jampersal di Kabupaten dipergunakan
untuk kegiatan meliputi :
1. Rujukan (pergi dan pulang) ibu hamil/bersalin ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang mempunyai kompetensi pertolongan persalinan meliputi :
1) Rujukan ibu hamil/bersalin risiko tinggi :
a) Rujukan dari rumah ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan
rujukan sekunder/tersier atau dari fasilitas pelayanan kesehatan
primer ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan sekunder/tersier
baik melalui rumah tunggu kelahiran dan atau langsung ke fasilitas
pelayanan kesehatan rujukan sekunder/tersier.
b) Rujukan untuk pelayanan perawatan kehamilan ke fasilitas
pelayanan kesehatan rujukan sekunder/tertier atas indikasi medis.
2. Sewa dan Operasional Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) termasuk
makan dan minum bagi pasien, keluarga pendamping dan petugas
kesehatan/kader.

Pertolongan persalinan, perawatan kehamilan risiko tinggi atas indikasi (bila diperlukan) di
fasilitas pelayanan kesehatan yang kompeten dengan fasilitas sama dengan peserta JKN/KIS
penerima bantuan iuran (PBI) kelas III berupa biaya jasa pertolongan persalinan, perawatan
kehamilan risiko tinggi, pelayanan KB paska persalinan dengan kontrasepsi disediakan
BKKBN termasuk perawatan bayi baru lahir dan skrining hipotiroid kongenital Bayi Baru Lahir
(BBL). Pembiayaan untuk pelayanan antenatal (ANC) dan pelayanan nifas (PNC) tidak
termasuk dalam paket Jampersal kecuali ibu hamil risiko tinggi yang atas indikasi medis perlu
pelayanan/perawatan di fasilitas rujukan sekunder/tersier. Penerima bantuan Jampersal tidak
diperbolehkan naik kelas dengan biaya sendiri dan harus sesuai dengan ketentuan yang
berlaku pada Penerima Bantuan Iuran (PBI). Besaran biaya pertolongan persalinan dan
perawatan sesuai dengan yang berlaku pada penyelenggaran Jaminan Kesehatan Nasional
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
b. Pemanfaatan Dana Jampersal
Dana Jampersal dapat dimanfaatkan untuk :
1. Transport lokal atau perjalanan dinas petugas kesehatan termasuk kader;
2. Sewa mobilitas/sarana transportasi rujukan;
3. Operasional Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) mencakup: 1) Sewa rumah, 2)
Makan dan minum bagi ibu hamil dan pendamping yang ada di RTK, 3)
Langganan air, listrik, kebersihan;
4. Jasa pemeriksaan, perawatan dan pertolongan persalinan;
5. Honor PNS dan non PNS;

|
6. Penyelenggaraan rapat, pertemuan
7. Penyediaan barang habis pakai;
8. Belanja pencetakan dan penggandaan;
9. Belanja jasa pengiriman spesimen.

B. Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional


Dana Kapitasi yang diterima oleh FKTP dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan dimanfaatkan seluruhnya untuk :
a. pembayaran jasa pelayanan kesehatan; dan
b. dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan.
Alokasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud untuk tiap
FKTP ditetapkan sekurang-kurangnya 60% dari penerimaan Dana Kapitasi.
Alokasi untuk pembayaran dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud ditetapkan sebesar selisih dari besar Dana Kapitasi dikurangi
dengan besar alokasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan.
Besaran alokasi sebagaimana dimaksud ditetapkan setiap tahun dengan Keputusan
Kepala Daerah atas usulan Kepala SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten dengan
mempertimbangkan :
a. kebutuhan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai;
b. kegiatan operasional pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai target
kinerja di bidang upaya kesehatan perorangan; dan
c. besar tunjangan yang telah diterima dari Pemerintah Daerah.
Alokasi Dana Kapitasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud dimanfaatkan untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan bagi tenaga
kesehatan dan tenaga non kesehatan yang melakukan pelayanan pada FKTP. Pembagian
jasa pelayanan kesehatan kepada tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan
sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan mempertimbangkan variabel :
a. jenis ketenagaan dan/atau jabatan; dan
b. kehadiran.
Alokasi Dana Kapitasi untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam dimanfaatkan untuk :
a. obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dapat dilakukan melalui
SKPD Dinas Kesehatan, dengan mempertimbangkan ketersediaan obat, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang dialokasikan oleh pemerintah dan
pemerintah daerah; dan
b. kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya, meliputi :
1) upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif lainnya;
2) kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan perorangan;
3) operasional untuk puskesmas keliling;
4) bahan cetak atau alat tulis kantor; dan/atau
5) administrasi keuangan dan sistem informasi.

|
Penggunaan Dana Kapitasi untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

BAB III
PROSEDUR PENERIMAAN KAS

A. DEFINISI

Penerimaan kas adalah transaksi atau kejadian yang mengakibatkan terjadinya penerimaan
kas, yaitu penerimaan kas dari pendapatan jasa layanan kesehatan, alokasi dana APBD,
pinjaman, tagihan piutang, dan/ atau pendapatan investasi lainnya.
Prosedur Penerimaan Kas adalah serangkaian proses mulai penerimaan kas di kasir,
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pertanggungjawaban penerimaan kas atas
pendapatan. Prosedur penerimaan kas ditetapkan dengan tujuan untuk memastikan bahwa
semua penerimaan kas telah dicatat dengan benar dan lengkap sesuai dengan
peraturan/tarif yang berlaku, diklasifikasikan secara tepat serta untuk memperoleh keyakinan
yang memadai atas keamanan fisik uang kas itu sendiri.
Prosedur penerimaan kas dirancang dengan semaksimal mungkin menerapkan prinsip-
prinsip pengendalian intern yang baik dan handal dengan melibatkan semua fungsi yang
terkait dan menggunakan dokumen/bukti transaksi sebagai berikut :

1. Fungsi yang terkait


Fungsi yang terkait pada prosedur penatausahaan penerimaan kas, antara lain :
a. Pengguna Anggaran
b. Kuasa Pengguna Anggaran
c. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD
d. Bendahara Penerimaan

|
e. Pejabat Keuangan BLUD
f. Bendahara Penerimaan Pembantu
g. Bendahara Pengeluaran Pembantu
h. Kasir

2. Bukti transaksi yang digunakan


Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur penerimaan kas mencakup :
a. Surat tanda bukti pembayaran (nota pembayaran) / karcis
b. STS dan atau slip setoran,
c. Bukti transfer
d. SP2D/bukti penerimaan (untuk penerimaan dari alokasi dana APBD)

3. Buku-Buku Yang Digunakan


Buku yang digunakan dalam penatausahaan penerimaan kas :
a. BKU;
b. Buku Pembantu Rincian Obyek Penerimaan (untuk pendapatan non APBD);
c. Rekapitulasi Penerimaan Harian (untuk pendapatan non APBD).
d. Buku kasir

B. Penerimaan kas dari jasa pelayanan kesehatan

Penerimaan kas dari pendapatan jasa pelayanan kesehatan merupakan penerimaan yang
diperoleh dari penerimaan pembayaran/tarif atas pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada masyarakat umum dan peserta JKN yang berupa rawat jalan, rawat inap, obat-
obatan/farmasi, laboratorium, pemanfaatan ambulance, sebagai berikut:

1. Penerimaan Rawat Jalan / Unit Tindakan.

Penerimaan dari Rawat Jalan / Ruang Tindakan adalah penerimaan jasa pelayanan rawat
jalan kepada pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, dan pelayanan kesehatan
lainnya yang dinyatakan dalam bentuk karcis harian sesuai layanan yang dituju.
Prosedur :

a. Pelanggan rawat jalan datang mendaftar .


b. Untuk pelanggan baru, petugas pendaftaran mendata identitas pasien
serta unit layanan yang dituju dengan mencatat dalam buku Register Pelanggan
serta membuat nota pembayaran, kartu berobat dan memberikan nomor antrian
sesuai dengan layanan yang dituju, sedangkan untuk pelanggan lama,
pelanggan mendaftar dengan menunjukkan kartu berobat.
c. Pasien menuju layanan yang dimaksud untuk mendapatkan
pemeriksaan/pelayanan kesehatan. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan
pasien tidak memerlukan tindakan lebih lanjut, maka pasien diberi resep dan

|
diarahkan untuk mendapatkan obat di unit obat Puskesmas dan apabila pasien
mendapat tindakan medik di layanan yang bersangkutan, maka pasien dikenakan
biaya tambahan sesuai rincian tindakan, ditulis di nota pembayaran dan dibayar
di Kasir.
d. Apabila menurut keterangan dokter masih diperlukan pelayanan
penunjang (pemeriksaan laboratorium) maka pasien diberi surat pengantar ke
laboratorium (beserta nota pembayaran).
e. Setelah dilaksanakan pelayanan laboratorium, petugas tempat
pelayanan menulis rincian biaya tersebut di nota pembayaran dan petugas
laboratorium mempersilahkan pelanggan kembali ke unit perujuk.
f. Apabila menurut dokter yang memeriksanya pelanggan masih perlu
dikonsultasikan kepada dokter lain yang tidak dapat dilakukan di puskesmas,
maka kepada pasien diberi surat pengantar ke dokter pada fasilitas kesehatan
lanjutan dengan dibuatkan surat rujukan.
g. Pasien membayar administrasi karcis dan tindakan jika ada sesuai
dengan tarif layanan yang dituju di kasir.

h. Atas pembayaran g, Kasir menyobek karcis sesuai dengan tarif


layanan dan diberikan kepada pelanggan.
Secara harian pada akhir jam pendaftaran, kasir membuat rekap penerimaan, yaitu jumlah
pasien (berdasarkan jumlah karcis) dan jumlah uang yang diterima, kemudian dicocokan
antara jumlah uang yang diterima dengan yang sesungguhnya (antara catatan hasil rekap
dan fisik uangnya) untuk kemudian diserahkan kepada Bendahara Penerimaan Pembantu
dan disetor ke Bank Jatim Kediri (rekening BLUD) dengan Surat Tanda Setoran (STS) atau
slip setoran selambat-lambatnya 1x24 jam.

2. Penerimaan Laboratorium

Penerimaan jasa pelayanan kesehatan dari laboratorium merupakan penerimaan


pembayaran/tarif atas pelayanan pemeriksaan penunjang diagnostik yang meliputi
pemeriksaan laboratorium kepada pasien dari dalam Puskesmas (pelanggan rawat jalan/unit
tindakan) dan dari luar atas permintaan sendiri untuk melengkapi penegakan diagnosis atau
terapi.

Prosedur :

a. Untuk pasien dari dalam Puskesmas (pelanggan rawat jalan/unit tindakan)


mendapat surat pengantar dari dokter yang memeriksanya, sedangkan untuk
pasien dari luar Puskesmas mendaftar di pendaftaran dan langsung menuju unit
pelayanan umum.
b. Pasien menuju ruang laboratorium dengan membawa surat pengantar dan
kemudian mendapatkan pelayanan.

|
c. Setelah melakukan tindakan pelayanan, petugas laboratorium menulis
rincian pemeriksaan di nota pembayaran untuk diserahkan ke kasir.
d. Petugas kasir menyobek karcis sejumlah biaya yang harus dibayar oleh
pelanggan.
i. Untuk pasien JKN mendapat pelayanan laboratorium dan tidak
dikenakan biaya,namun biaya akan ditagihkan kepada BPJS (Non Kapitasi).
a. Pengajuan klaim (Non Kapitasi) diajukan oleh Pemimpin BLUD kepada BPJS
setelah diverifikasi oleh petugas yang menangani JKN.
b. BPJS mentransfer ke rekening Kas BLUD dan mengirimkan laporan pembayaran
klaim kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri cq Seksi JPKM
c. Bendahara penerimaan pembantu mengambil bukti transfer pembayaran klaim
dari BPJS ke Seksi JPKM Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri.

3. Penerimaan pemakaian mobil Ambulance.

Penerimaan Jasa Layanan Ambulance merupakan penerimaan dari pemakaian mobil


Ambulance milik Puskesmas oleh masyarakat.
Prosedur:
a. Untuk pasien dari dalam Puskesmas (pengantar pasien), petugas ruangan
membuat surat pengantar dan diberikan pada keluarga pasien. Sedangkan untuk
pasien dari luar Puskesmas (menjemput pasien), keluarga pasien memberitahukan
ke Puskesmas (antara lain melalui telepon).
b. Keluarga pasien membayar biaya penggunaan jasa pemakaian mobil
Ambulance di kasir. Untuk penjemputan pasien, keluarga pasien membayar
setelah pasien sampai di Puskesmas atau di rumah (pasien umum).
c. Petugas kasir membuat kuitansi rangkap tiga:
1) Lembar ke 1 (warna putih) untuk pasien.
2) Lembar ke 2 (warna merah) untuk unit dimana pasien dirawat.
3) Lembar ke 3 (warna kuning) Kasir/Bendahara Penerimaan Pembantu.
d. Untuk pasien yang membayar dirumah, sopir membawa kuitansi pembayaran
dan setelah dibayar, kuitansi ditandatangai keluarga pasien, lembar ke 1 untuk
pasien, lembar ke 2, dan ke 3 dibawa petugas mobil Ambulance (sopir) untuk
diserahkan ke kasir/bendahara penerimaan pembantu berikut uangnya.

4. Penerimaan kas dari jasa pemanfaatan fasilitas / aset PUSKESMAS

Pemanfaatan fasilitas/aset PUSKESMAS merupakan pemanfaatan fasilitas/aset milik


PUSKESMAS antara lain dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan.

|
Penerimaan kas dari pendapatan jasa pemanfaatan fasilitas/aset PUSKESMAS adalah
penerimaan kas Puskesmas karena adanya pemanfaatan fasilitas/aset PUSKESMAS oleh
pihak ketiga berdasarkan perjanjian sewa pemanfaatan fasilitas/aset.
Prosedur :
a. Calon pemakai mengirim surat permohonan menyewa fasilitas/aset kepada
Pemimpin BLUD
b. Pemimpin BLUD meneliti permohonan serta mempertimbangkan untuk menerima
atau menolak permohonan tersebut.
c. Apabila permohonan ditolak, dibuat surat jawaban penolakan atas permohonan
tersebut.
d. Apabila permohonan diterima, selanjutnya dibuat kesepakatan bersama yang
dituangkan dalam kontrak/perjanjian pemanfaatan fasilitas/aset.
e. Berdasarkan kontrak tersebut, calon penyewa melakukan pembayaran ke
Kasir/Bendahara Penerimaan Pembantu.
f. Petugas kasir menyiapkan kuitansi rangkap tiga ( lembar pertama untuk penyewa;
lembar ke 2 untuk Sub Bagian Tata Usaha, lembar ke 3 untuk Kasir/Bendahara
Penerimaan Pembantu)

5. Penerimaan Kas dari Kerjasama Dengan Pihak Ketiga

Penerimaan kas dari kerjasama dengan pihak ketiga adalah penerimaan kas yang diperoleh
dari hasil kerjasama operasional maupun kegiatan tertentu yang didukung dengan adanya
surat perjanjian kerjasama maupun nota kesepakatan.
Prosedur :
a. Calon mitra mengajukan proposal kegiatan/kerjasama operasional kepada
Pemimpin BLUD atau sebaliknya.
b. Pemimpin BLUD menelaah proposal tersebut dan apabila mempunyai prospek
yang bagus, maka dilakukan pembicaraan dengan calon mitra.
c. Pembahasan dengan calon mitra meliputi bentuk kegiatan, pembagian biaya
dan hasil dari masing-masing pihak.
d. Setelah dicapai kesepakatan maka dibuat surat perjanjian kerjasama
operasional/nota kesepakatan.
e. Hasil dari kegiatan disetor oleh mitra kerja ke bendahara penerimaan (untuk
kegiatan) dan atau transfer ke rekening Kas BLUD (Kerjasama operasional).

6. Penerimaan Kas dari Kapitasi JKN

|
Penerimaan kas dari kapitasi adalah penerimaan kas yang diperoleh dari BPJS sesuai
dengan jumlah kepesertaan JKN yang terdaftar di puskesmas.

Prosedur :
a. BPJS melakukan transfer ke rekening puskesmas di Bank Jatim
(Rekening Kas BLUD) sejumlah nilai yang di sesuaikan dengan jumlah
kepesertaan setiap bulan.
b. Bendahara Penerimaan Pembantu mencatat sejumlah dana
kapitasi yang diterima di buku kas umum penerimaan.
Terhadap penerimaan kas dari pendapatan tersebut di atas (poin A, B), bendahara
penerimaan pembantu melakukan penatausahaan sebagai berikut:

a. Bendahara penerimaan pembantu membukukan seluruh penerimaan


setiap hari pada buku kas umum, buku pembantu per rincian obyek penerimaan
dan buku rekapitulasi penerimaan harian.

b. Bendahara penerimaan pembantu setiap hari pada hari yang sama


menyetor seluruh penerimaan retribusi umum ke rekening kas BLUD di Bank
Jatim Kediri dengan membuat bukti setor/Surat Tanda Setoran (STS) rangkap
dua (lembar ke 1 untuk Bank dan lembar ke 2 untuk Arsip) dan melaporkan
kepada pejabat keuangan BLUD.

c. Setiap bulan paling lambat tanggal 1, bendahara penerimaan


pembantu membuat laporan bulanan penerimaan dan disampaikan kepada
bendahara penerimaan Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, melalui Kuasa
Pengguna Anggaran (Pemimpin BLUD).

7. Penerimaan kas dari dana APBD Pemerintah Kabupaten Kediri

Penerimaan kas dari alokasi dana APBD merupakan penerimaan kas yang diperoleh dari
penarikan dana APBD untuk membiayai kegiatan operasional Puskesmas. Kuasa Pengguna
Anggaran terlebih dahulu mengajukan RPK kegiatan kepada Bendahara pengeluaran.

Prosedur :
1. Berdasarkan SP2D yang diterima, bendahara pengeluaran meng-uangkan SP2D
tersebut ke Bank Jatim Kediri.
2. PPTK mengajukan panjar kepada bendahara pengeluaran pembantu sejumlah
nominal yang tertera dalam RPK.
3. Bendahara pengeluaran pembantu mengeluarkan cek sesuai dengan jumlah panjar
dari PPTK
4. Cek panjar diberikan kepada pimpinan BLUD untuk mendapat persetujuan

|
5. Berdasarkan dokumen penerimaan kas tersebut, bendahara pengeluaran mencatat
dalam BKU.

BAB IV
PROSEDUR PENGELUARAN KAS

A. DEFINISI
Pengeluaran kas adalah transaksi atau kejadian yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran
kas, misalnya pengeluaran kas untuk pembayaran belanja pegawai dan belanja operasional
Puskesmas lainnya, pembayaran utang, penyetoran kepada pihak ketiga, penyertaan modal
ataupun pengembalian pendapatan.
Prosedur pengeluaran kas ditetapkan dengan tujuan untuk memastikan bahwa semua
pengeluaran kas telah dicatat dengan benar sesuai dengan klasifikasi pengeluaran ataupun
anggaran yang tersedia serta untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas pengeluaran
kas itu sendiri. Prosedur pengeluaran kas dirancang dengan semaksimal mungkin
menerapkan prinsip-prinsip pengendalian intern yang baik dan handal dengan tetap
memperhatikan fungsi yang terkait dan dokumen/bukti transaksi yang digunakan, sebagai
berikut :

1. Fungsi yang terkait

|
Fungsi yang terkait pada sistem dan prosedur pengeluaran kas baik yang berasal dari dana
Fungsional (penerimaan dari pendapatan Puskesmas) maupun dana yang bersumber dari
APBD ditetapkan, antara lain:
a. Pengguna Anggaran
b. Kuasa Pengguna Anggaran/pemimpin BLUD
c. PPK Puskesmas
d. Pejabat keuangan BLUD / Sub Bag Tata Usaha
e. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)/Pejabat Teknis
f. Bendahara Pengeluaran
g. Bendahara Pengeluaran Pembantu

2. Bukti transaksi yang digunakan

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur pengeluaran kas mencakup:


a. SPP GU,LS,TU
b. Bukti transaksi pengeluaran kas lainnya

B. Pengelolaan dan Penatausahaan Pengeluaran Kas Yang Berasal Dari Dana


Fungsional (Pendapatan PUSKESMAS)

1. Pembayaran Belanja dengan SPP-UP/GU/TU


Pembayaran untuk suatu kegiatan/belanja yang dilakukan melalui pengajuan SPP-
UP/GU/TU. Pembayaran ini dilakukan langsung oleh bendahara pengeluaran pembantu
kepada PPTK atas suatu kegiatan yang dilakukan tidak atas kontrak atau SPK.

Prosedur:

a. Pada awal tahun anggaran bendahara pengeluaran pembantu mengajukan SPP-UP


sesuai kebutuhan pelaksanaan kegiatan selama 1-2 bulan kepada pemimpin BLUD
(KPA) melalui Pejabat Keuangan (Kepala Sub Bagian Tata Usaha)
b. Setelah uang persediaan tersedia (lihat prosedur penerimaan kas) dan berdasarkan
permintaan dana dari PPTK, bendahara pengeluaran pembantu mendistribusikan
dana kepada PPTK untuk melakukan kegiatan opersional dan membuat kuitansi
(Panjar) rangkap 2 (satu lembar untuk PPTK dan satu lembar arsip) kemudian
bendahara pengeluaran pembantu mencatat dalam buku panjar..

|
c. Setelah melakukan kegiatan dan pembayaran, PPTK mempertanggungjawabkan
pengeluaran definitif ke bendahara pengeluaran pembantu dengan menyerahkan
bukti-bukti asli beserta sisa uangnya (jika ada) dan kuitansi panjar dicap sudah
dipertanggungjawabkan.
d. Atas pertanggungjawaban pengeluaran definitif tersebut bendahara pengeluaran
pembantu mencatat pengeluaran tersebut dalam BKU serta kendali kegiatan dan
menyiapkan SPP-GU sebesar pengeluaran definitif.
e. SPP-GU disampaikan kepada Pejabat Keuangan untuk diterbitkan SPM-GU,
setelah SPM-GU disetujui oleh Pemimpin BLUD maka diterbitkan cek untuk
pencairan dari Kas BLUD, kemudian setelah dana dicairkan maka diberikan kepada
PPTK untuk operasional berikutnya.
f. Apabila terdapat kegiatan yang memerlukan dana banyak dan melebihi dari
kebutuhan yang telah direncanakan maka PPTK dapat mengajukan permintaan
tambahan dana kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu.
g. Bendahara pengeluaran pembantu mengajukan SPP-TU kepada pemimpin BLUD
melalui Pejabat Keuangan, Tambahan uang tersebut harus dipertanggungjawabkan
paling lama 1 bulan kemudian.
h. Pada akhir kegiatan apabila masih terdapat saldo uang maka saldo tersebut
disetorkan ke Kas BLUD.
i. Pada akhir tahun anggaran apabila masih terdapat saldo kas di bendahara
pengeluaran pembantu, harus di setor ke kas BLUD.

2. Pembayaran Belanja dengan SPP-LS

a. Pembayaran Jasa Pelayanan


1) Petugas pembuat daftar penerima Jasa Pelayanan setiap bulan membuat daftar
dan perhitungan Jasa Pelayanan.
2) Berdasarkan daftar tersebut maka bendahara pengeluaran pembantu
mengajukan SPP-LS kepada pemimpin BLUD melalui pejabat keuangan.
3) Setelah SPP-LS disetujui oleh pejabat keuangan dan pemimpin BLUD
menandatangani SPM-LS maka diterbitkan cek.
4) Cek tersebut dicairkan dari Kas BLUD (PUSKESMAS) oleh bendahara
pengeluaran pembantu dan kemudian dibayarkan kepada penerima sesuai
daftar.

b. Pembayaran kepada pihak ketiga

Pembayaran langsung kepada pihak ketiga adalah untuk pembayaran suatu kegiatan/belanja
yang dilakukan secara langsung kepada pihak ketiga berdasarkan kontrak dan atau Surat
Perintah Kerja.

|
Prosedur :
1) Pihak ketiga setelah menyelesaikan sebagian atau seluruh pekerjaan
mengajukan tagihan sesuai yang diatur dalam Kontrak atau SPK kepada PPTK
dengan dilampiri bukti-bukti pendukungnya antara lain berita acara kemajuan
pekerjaan/berita acara penyelesaian pekerjaan, laporan kemajuan kegiatan dan
atau berita acara serah terima barang/jasa.
2) PPTK meneliti terlebih dahulu kelengkapan tagihan, setelah lengkap maka
PPTK mengajukan kelengkapan dokumen tagihan kepada bendahara
pengeluaran pembantu.
3) Tagihan tersebut terlebih dahulu diverifikasi kelengkapan dan keabsahannya
serta dibuatkan kartu kendali kegiatan, setelah dinyatakan lengkap maka
bendahara pengeluaran pembantu membuat SPP-LS.
4) SPP-LS diajukan kepada pemimpin BLUD melalui pejabat keuangan BLUD
untuk diterbitkan SPM-LS, setelah disetujui oleh pejabat keuangan dan
pemimpin BLUD, maka diterbitkan Cek untuk diberikan kepada pihak ketiga.

BAB V
PELAPORAN

A. DANA ALOKASI KHUSUS KESEHATAN


1. Jenis Pelaporan
Laporan dari kegiatan pemantauan teknis pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan
terdiri:
Laporan setiap bulan yang memuat jenis kegiatan, lokasi kegiatan, realisasi
keuangan, realisasi fisik dan permasalahan dalam pelaksanaan DAK
a. Laporan penyerapan DAK disampaikan kepada Menteri Keuangan berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban
Anggaran Trasfer ke Daerah yang berlaku.
b. Disamping laporan triwulanan, untuk DAK Nonfisik BOK dan Jampersal
diwajibkan untuk membuat laporan rutin bulanan capaian program (sesuai
indikator Renstra 2015-2019 dan RBA Tahun 2017), dengan menggunakan
format, mekanisme dan ketentuan yang sudah ditetapkan.

|
2. Laporan tahunan DAK yang memuat hasil kinerja satu
tahun meliputi: realisasi keuangan, realisasi fisik, capaian program, disampaikan
Dinas Kesehatan Kabupaten kepada Menteri Kesehatan (melalui Sekretaris Jenderal)
pada minggu ketiga bulan Januari tahun berikutnya.Pelaksana Pelaporan
a. Kepala SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten dan Direktur Rumah Sakit
Provinsi/Kabupaten/Kota melaporkan pelaksanaan kegiatan DAK Nonfisik Bidang
Kesehatan meliputi jenis kegiatan, lokasi kegiatan, realisasi keuangan dan
realisasi fisik kepada Dinas Kesehatan Provinsi, paling lambat 7 hari setelah
triwulan selesai (pelaporan bulan Maret, Juni, September, Desember).
b. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan kompilasi laporan pelaksanaan DAK
Bidang Kesehatan di wilayah kerjanya, kemudian hasil kompilasi meliputi jenis
kegiatan, lokasi kegiatan, realisasi keuangan dan realisasi fisik tersebut
dilaporkan kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal up. Kepala
Biro Perencanaan dan Anggaran paling lambat 14 hari setelah triwulan selesai
(Maret, Juni, September, Desember).
c. Kepatuhan daerah dalam menyampaikan laporan triwulanan dijadikan
pertimbangan dalam pengalokasian DAK tahun berikutnya sesuai peraturan
perundang-undangan.
3. Kepala Daerah menyampaikan laporan triwulan yang
memuat pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran DAK kepada:
a. Menteri Kesehatan
b. Menteri Dalam Negeri
c. Menteri Keuangan
4. Alur Pelaporan
a. Pelaksanaan di Puskesmas
Kepala puskesmas menyampaikan laporan rutin bulanan capaian program kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten setiap tanggal 1 bulan berikutnya. Untuk laporan keuangan, Kepala
Puskesmas menyampaikan pelaporan penyerapan keuangan melalui BKU, SPTJ (Surat
Pernyataan Pertanggungjawaban), Laporan evaluasi penyerapan dana BLUD, maksimal
setiap tanggal 5 bulan berikutnya.
Untuk pelaporan keuangan berdasarkan sistim akuntansi keuangan (SAK), yang terdapat
dalam lampiran.

|
BAB VI
PEMANTAUAN DAN EVALUASI

A. DANA ALOKASI KHUSUS KESEHATAN


1. Ruang Lingkup Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi DAK mencakup kinerja program dan kinerja keuangan. Lingkup
pemantauan dan evaluasi meliputi :
a. Kesesuaian antara kegiatan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan dengan usulan
kegiatan yang ada dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
b. Kesesuaian pemanfaatan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan dalam Dokumen
Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) dengan
petunjuk teknis dan pelaksanaan di lapangan.
c. Realisasi waktu pelaksanaan, lokasi, dan sasaran pelaksanaan dengan
perencanaan.
b. Evaluasi pencapaian kegiatan DAK berdasarkan input, proses, output.
c. Evaluasi pencapaian target Program Prioritas Nasional Bidang Kesehatan sesuai
dengan target unit teknis, RKP 2017 dan Renstra Kemenkes 2015 2019.
2. Pelaksana Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi DAK dilakukan oleh organisasi pelaksana dan atau tim koordinasi
di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai dengan petunjuk teknis dalam Surat
Edaran Bersama (SEB) Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan, dan
Menteri Dalam Negeri Tahun 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan Teknis
Pelaksanaan dan Evaluasi Pemanfaatan DAK.
Pemantauan dan evaluasi capaian indikator program dilakukan secara terpadu di setiap
jenjang administrasi. Puskesmas mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan kinerja
program dengan menggunakan format yang ada sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Tata Cara Pemantauan dan Evaluasi
a. Pengiriman laporan secara berjenjang sesuai dengan format dan waktu yang
telah ditetapkan
b. Pelaporan pelaksanaan DAK Nonfisik BOK dan Jampersal mengacu pada
capaian indikator program (RBA Tahun 2017 dan Renstra Kemenkes Tahun

|
20152019) menggunakan format laporan rutin program sesuai panduan umum
Sistem Informasi Puskesmas. Puskesmas mengirimkan laporan pada Dinas
Kesehatan Kabupaten, kemudian Dinas Kesehatan Kabupaten mengirimkan
kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan diteruskan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
ke Kementerian Kesehatan.
c. Dinas Kesehatan Kabupaten melaporkan/memfeedback hasil pelaksanaan
penerapan aplikasi e-logistik/aplikasi logistik obat dan BMHP setiap triwulan
melalui bank data pusat (bankdataelog.kemkes.go.id/e-logistics).
d. Review atas laporan yang diterima secara berjenjang. Review perlu dilakukan
untuk mencermati laporan yang telah masuk dan melihat kembali perkembangan
pelaksanaan DAK di lapangan. Review dilakukan oleh forum koordinasi di
masing-masing tingkat pemerintahan. Hasil dari review menjadi dasar untuk
memberikan umpan balik kepada daerah.

B. DANA KAPITASI JKN


Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Peraturan Menteri ini dilakukan oleh Kepala
SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kepala FKTP secara berjenjang dan secara
fungsional oleh Aparatur Pengawas Instansi Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

|
BAB VII
PENUTUP

Panduan ini dibuat untuk dijadikan acuan penggunaan DAU dan DAK Nonfisik Bidang
Kesehatan Tahun Anggaran dan dimungkinkan untuk dapat digunakan sebagai acuan DAU
dan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan pada tahun selanjutnya. DAK nonfisik bidang kesehatan
diarahkan untuk kegiatan yang dapat meningkatkan daya jangkau dan kualitas pelayanan
kesehatan masyarakat di daerah dengan derajat kesehatan yang belum optimal, sehingga
masyarakat di seluruh wilayah Indonesia dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang
bermutu.
Menu kegiatan dalam petunjuk teknis penggunaan DAU dan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan
ini merupakan pilihan kegiatan bagi tiap jenisnya. Tiap kegiatan DAU dan DAK Nonfisik tidak
diperkenankan dilakukan pengalihan anggaran ataupun kegiatan antar DAK Nonfisik, baik
antara BOK, Jampersal dan Akreditasi Pukesmas. Kegiatan-kegiatan yang bisa didanai dari
DAU dan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan sebagaimana diuraikan di atas sifatnya adalah
pilihan.
Pemilihan kegiatan DAU dan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan seharusnya merupakan bagian
program jangka menengah sesuai Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan Rencana
Strategis Daerah sehingga lebih berdaya guna dan berhasil guna.

You might also like