Professional Documents
Culture Documents
JUDUL
IbM PENGOLAHAN SAMPAH MENJADI PUPUK ORGANIK
Oleh:
Drs. Samsun Hadi, M.S., 0708086202 ( Ketua)
Drs.Lud Waluyo, M.Kes. 0005106602 ( anggota )
i
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul IbM : IbM Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Organik di Desa Sukomulyo-
Kecamatan Pujon- Kabupaten Malang
2. Nama Mitra Program IbM (1) : Kelompok Karang Taruna
3. Ketua Tim Pengusul
a. Nama : Samsun Hadi, Drs., M. S.
b. NIDN : 0708086202
c. Pangkat / Golongan : Penata Tk 1 / III D
d. Jabatan : Lektor
e. Fakultas : KIP
f. Jurusan : PMIPA Pendidikan Biologi
g. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
h. Bidang Keahlian : Biologi terapan
i. Alamat Kantor/Telp/Fax/E-mail : Jl. Raya Tlogomas 246 Malang
(0341) 464318
j. Alamat rumah/No.Hp : Jl Gadang 4 A/ 12 Malang/ Hp 085852589532
3. Anggota Tim Pengusul
a. Jumlah Anggota : 1 orang ( Dosen )
Nama Anggota I/bidang keahlian : Drs. Lud Waluyo, M.Kes./ Mikrobiologi
4. Lokasi Kegiatam Mitra
a. Wilayah MItra (Desa/Kecamatan) : Desa Sukomulyo- Kecamatan. Pujon
b. Kabupaten/Kota : Kabupaten Malang
c. Propinsi : Jawa Timur
d. Jarak PT ke lokasi mitra (km) : 19 Km
5. Luaran yang dihasilkan : Metode dan Peningkatan Produktivitas
Mitra
6. Jangka waktu pelaksanaan : 8 Bulan
7. Biaya Total : Rp 8.000.000
- Sumber Dana : Block Grant FKIP UMM
Mengetahui, Malang, 20 Mei 2014
Ketua Prodi Biologi Ketua pelaksana
Mengetahui
Dekan FKIP-UMM
ii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .................................................................................................................... v
A. Biaya ......................................................................................................... 11
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
RINGKASAN
Judul IbM : IbM Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Organik di Desa Sukomulyo-
Kecamatan Pujon- Kabupaten Malang
Berdasar realita bahwa Mitra IbM Pengolahan sampah menjadi pupuk oranik ini,
terdiri dari Mitra Karang taruna, yang berlokasi di Desa Sukomulyo, Kecamatan Pujon,
Kabupaten Malang. Lokasi Mitra IbM ini jaraknya dari kota Malang 19 km. Sampah
memiliki potensi yang besar jika dikelola dan diolah menjadi pupuk organik. Program IbM
ini dilaksanakan selama 8 bulan di desa Sukomulyo kecamatan Pujon-Malang. Tujuan
program IbM ini adalah: a) Untuk memecahkan masalah pada Mitra agar mengerti dan
menerapkan system pengelolaan sampah secara benar dan ramah lingkungan. b) Untuk
memecahkan masalah pada Mitra agar memahami dan menerapkan beberapa teknik/metode
pengolahan sampah menjadi pupuk organik secara tepat dan benar. c) Untuk memecahkan
masalah pada Mitra agar memahami dan mengaplikasikan pupuk organik sebagai produk
yang yang dapat meningkatkan produktivitas baik secara agronomi maupun ekonomi.
Berkaitan dengan sistem pengelolaan sampah ini , sebagai solusinya adalah minimasi
sampah, peningkatan daur ulang dan pemanfaatan sampah sebagai sumber energi. Metode
untuk mencapai tujuan tersebut yaitu dengan memberikan pelatihan tentang pengelolaan
sampah pada Mitra dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Untuk sampah rumah
tangga dibuat bak atau kotak dari bambu, kayu, paving blok,dan bata. Untuk mengatasi Mitra
yang tidak menguasai sistem pengelolaan sampah secara benar dan ramah lingkungan , maka
Mitra diberi pelatihan tentang pengolahan sampah menjadi pupuk organik dengan 4 metode
yaitu metode Takamura , Drum Plastik, Express dan Bokashi.
Target dan luaran dari proram IbM ini adalah : a) Terciptanya teknik pengelolaan sampah
yang benar dan ramah lingkungan. Terlibatnya peran serta masyarakat secara aktif dalam
memecahkan masalah sampah dengan menyediakan wadah / tempat penampungan sampah
sementara/akhir baik ditingkat keluarga, RT dan RW, sehingga tercipta suatu lingkungan
yang nyaman dan terbebas dari pencemaran sampah. b) Terciptanya teknik /metode
pengolahan sampah menjadi pupuk organik dengan 4 metode yaitu metodeTakamura, Drum
Plastik,, Express ,dan Bokashi. Dibuktikan dengan kemampuan memproduksi pupuk organik
di Mitra IbM sebesar 210 kg / bulan/petani,jika dibandingkan dengan sebelum kegiatan
program IbM.
v
BAB 1
PENDAHULUAN
A. ANALISIS SITUASI
Mitra IbM berada di dusun Kedungrejo, desa Sukomulyo, Kecamatan Pujon, Kabupaten
Malang, suatu desa yang terletak di sebelah barat Kota Malang dan hampir berbatasan
dengan Kabupaten Kediri. Keadaan geografisnya berbukit sebelah selatan berbatasan dengan
lereng Gunung Kawi ) dan hanya sebagian yang berupa dataran. Pada tahun 2012 desa
Kedungrejo mempunyai jumlah penduduk 4.638 yang terdiri dari jumlah laki-laki : 2.1355
dan perempuan: 2.483. Mata pencaharian yang utama adalah bertani dan beternak sapi perah.
Kelompok Mitra IbM ini adalah Kelompok Karang Taruna.
Tingkat pendidikan penduduk nya rata-rata masih rendah yaitu lulusan SD & SLTP,
namun ada juga yang sudah menempuh pendidikan tinggi , walaupun demikian di desa
Kedungrejo ini sudah terbentuk wadah para kader pemuda yaitu Karang Taruna yang
terbentuk sejak tahun 2002, yang saat ini di jadikan Mitra IbM
Limbah rumah tangga yang dihasilkan oleh warga, selama ini masih belum di
manfaatkan dan belum ada pengelolaanya baik di tingkat RT/RW, tiap keluaga memiliki
limbah /sampah rata-trata 2 kg /hari. Warga masih membuang sampah di sembarang tempat
(jalan, pekarangan yang kosong, saluran air/got), dan jika hujan tiba, terjadi penyumbatan
pada saluran air /got tersebut.
Lahan pertaniannya termasuk jenis tadah hujan, yang hanya bisa bertanam di musim
hujan, dengan tanaman jenis sayuran (wortel, kubis, brokoli, tomat, sawi), namun hanya
sebagian yang ditanami padi dan jagung. Faktor yang berpengaruh pada hasil pertaniannya
adalah pupuk. Selama ini para petani sebagian besar menggunakan pupuk kimia (urea,
Z.A,TSP) . Di wilayah Mitra IbM keberadaan pupuk kimia semakin langka dan harganya
yang cenderung terus naik, sehingga kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
lahannya. Sebagai alternatif para petani menggunakan pupuk organik (kotoran ayam) yang
masih mentah/belum diolah, melalui agen-agen tertentu yang sumbernya dari daerah
Wonokoyo (Peternakan ayam bersekala besar yang dikelola oleh PT tertentu dari Surabaya
kendala yang dihadapi petani adalah harus inden/ pesan dahulu sebelum musim tanam dengan
harga yang cukup tinggi dan juga berebut dengan konsumen lain baik yang berasal dari desa
yang sama maupun dari desa lainnya di wilayah Kecamatan Pujon, sehingga sering tidak
mendapatkan dalam jumlah yang cukup bahkan tidak mendapatkan sama sekali.
1
Peternak sapi perah di wilayah Mitra IbM pada umumnya masih dikelola secara
tradisional , hal ini terlihat dari banyaknya kandang yang masih terbuat dari bambu (dinding
terbuka dan peralatan seadanya) yang kotoranya dibiarkan menumpuk di sekitar kandang
yang belum dikelola dan diolah secara memadai , sehingga menimbulkan bau busuk yang
menyengat dan banyak lalat ,bahkan banyak juga yang kotoranya di buang ke got/ sungai
sehingga menyebabkan pencemaran air , hal ini terlihat dengan warna dan bau yang sudah
berubah dari aslinya (coklat kehitaman).
B. Permasalahan Mitra
Mitra IbM yang bertempat tinggal di dusun Kedungrejo, desa Sukomulyo, Kabupaten
Malang, suatu wilayah yang jauh dari keramaian dengan kondisi pemukiman yang bersih,
nyaman dan aman. Kelompok Mitra IbM bertujuan untuk terus mempertahankan kondisi desa
nya tetap terjaga kelestariannya dalam arti bersih dan nyaman. Namun akhir-akhir ini
kreativitas dan aktivitas warga desa terus meningkat sehubungan dengan pekerjaan rutinnya
sebagai petani (musim panen sayur) dan sebagai peternak yang sebagiaan dapat bantuan bibit
sapi perah dari pemerintah (rata-rata Kelompok Mitra memiliki sapi sebanyak dua ekor)
menyebabkan banyaknya limbah yang dihasilkan baik limbah rumah tangga maupun limbah
ternak. Menurut Mitra IbM sehubungan dengan limbah ini , warga masih banyak yang
membuang di sembarang tempat yaitu di Sungai, selokan/got dan pekarangan yang kosong,
Pada waktu hujan tiba sampah sampah bertebaran kemana-mana, timbul bau dan lalat, hal
ini dilakukan penduduk Sukomulyo karena warga belum mempunyai wadah khusus sebagai
tempat sampah dan desa pun belum memiliki system pengelolaan sampah sebagai tempat
penampungan dan pengolahannya. Sesuai UU no.23 Th 1997 menyebutkan bahwa
masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berberan dalam
pengelolaan lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Sebagai solusinya pegelolaan sampah
merupakan upaya menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Kerja sama seluruh warga
masyarakat sangat diperlukan , minimal tiap warga menyadari dan mau menerapkan budaya
bersih lingkungan , dengan mengelola sampahnya secara kontinew dan konsisten.
Kelompok Mitra IbM selain menekuni usaha pertanian juga sebagai peternak, dengan
tujuan untuk mendapat keuntungan yang maksimal yaitu dapat memperoleh susu dan
limbahnya / kotoranya dapat dipergunakan sebagai pupuk organik. keluarga Mitra IbM rata-
rata memiliki 1 ekor sapi yang tiap hari kotoran yang dihasilkan rata-rata mencapai 8 kg
maka dalam satu bulan dapat terkumpul : 240 kg. Jumlah ini sangat potensial bila dikelola
2
dan di olah menjadi pupuk organik secara mandiri oleh warga desa, yang nantinya bisa untuk
memenuhi kebutuhan sebagai pupuk pada lahan nya .
Hardjowigeno (2004) mengatakan bahwa pemberian bahan organik yang belum
matang ke dalam tanah bisa mengakibatkan kematian pada tanaman, hal ini disebabkan
fermentasi yang belum sempurna pada bahan organic menimbulkan peningkatan suhu pada
tanah yang berakibat kerusakan pada akar tanaman. Melihat realitas seperti ini sebagian
petani kelompok Mitra IbM beranggapan bahwa pupuk organik mempumnyai respon yang
lamban dan kurang praktis, sehingga petani mulai beralih dan memilih pupuk an organik
(kimia). Adapun pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan kimia, seperti
urea, ZA, TSP, SP-36, KCl.dengan persentase kandungan hara yang relatif lebih tinggi dari
pupuk organik dan penggunaannya lebih praktis.
Namun, belakangan ini di wilayah Mitra IbM harga pupuk anorganik (urea, TSP,
dan KCl) semakin meningkat dan sulit diperoleh baik di KUD maupun kios/toko pertanian.
Hal ini tentu saja akan menambah beban biaya bagi petani yang menggunakan pupuk kimia.
Untuk itu, perlu dicarikan pemecahannya. Alternatuf pemecahan masalah yang baik adalah
mengurangi ketergantungan atau penggunaan pupuk anorganik tersebut dan segera beralih ke
kompos. Keputusan untuk ber alih ke pupuk organik dilakukan tidak semata-mata karena
harga pupuk anorganik yang naik, melainkan perlu diketahui pula bahwa penggunaan pupuk
an organik juga membawa dampak yang kurang baik. Dampak yang kurang baik akibat
penggunaan pupuk an organic/kimia misalnya tanah menjadi rusak (penggunaan yang
berlebihan, dan terus menerus akan menyebabkan tanah menjadi keras), air tercemar, terjadi
polusi udara, dan keseimbangan terganggu. Menurut Hardjowigeno, 2004 Pupuk organik
yang diolah dengan metode dan bahan yang tepat dan benar dapat digunakan untuk
memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan bahan organik tanah, yang selanjutnya
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas hasil panen.
Dari pemaparan latar belekang tersebut di atas , maka ada beberapa permasalahan
riel yang harus segera dipecahkan , yaitu antara lain :
1. Mitra tidak menguasai system pengelolaan sampah secara benar dan ramah
lingkungan.
2. Mitra tidak menguasai pengolahan sampah menjadi pupuk organik secara tepat dan
benar.
3. Mitra tidak memahami aplikasi pupuk organik sebagai produk yang bernilai ekonomi
tinggi
3
BAB II
TARGET DAN LUARAN
Target luaran IbM Kelompok Kelompok Karang Taruna desa Sukomulyo Kecamatan Pujon
yang menghadapi masalah adalah sebagai berikut :
1. Terciptanya teknik pengelolaan sampah yang benar dan ramah lingkungan. Terciptanya
peran serta masyarakat secara aktif dalam memecahkan masalah sampah dengan
menyediakan wadah / tempat penampungan sampah sementara/akhir baik ditingkat
keluarga, RT dan RW, sehingga tercipta suatu lingkungan yang nyaman dan terbebas dari
pencemaran sampah.
2. Terciptanya teknik /metode pengolahan sampah menjadi pupuk organik. Terciptanya
pupuk organik dengan berbagai,macam metode pembuatan yaitu metode : Takamura,
Drum Plastik,, Express ,dan metode Bokashi. Dibuktikan dengan kemampuan
memproduksi pupuk organik di Mitra IbM sebesar 210 kg / bulan/petani,jika
dibandingkan dengan sebelum kegiatan program IbM.
3. Peningkatan Produktivitas hasil pertanian dan pendapatan. Terciptanya Demlot / proyek
percontohan ( Sayuran ) sebagai sarana promosi bagi masyarakat yang akhirnya dapat
diikuti masyarakat dalam pemanfaatan pupuk organik dalam upaya peningkatan
produktivitas yang ditandai dengan penigkatan hasil panen yang dihitung berdasar berat
per satuan Hektar.
4
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu aktivitas manusia atau
proses alam yang tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi, tetapi justru memiliki dampak
negatif. Dampak negatif yang dimaksud adalah proses pembangunan dan pembersihannya
memerlukan biaya serta efeknya dapat mencemari lingkungan. Umunya, limbah terdiri dari
limbah padat, cair dan gas. Limbah padat dapat juga diartikan sampah yang jika dibiarkan
akan menjadi masalah. (Anonim, 2008) Limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang
dari suatu aktivitas manusia atau proses alam yang tidak atau belum mempunyai nilai
ekonomi, tetapi justru memiliki dampak negatif. Dampak negatif yang dimaksud adalah
proses pembangunan dan pembersihannya memerlukan biaya serta efeknya dapat mencemari
lingkungan. Umunya, limbah terdiri dari limbah padat, cair dan gas. Limbah padat dapat juga
diartikan sampah yang jika dibiarkan akan menjadi masalah.( Yovita, H.I. 2008).
Sampah akan terus diproduksi dan tidak pernah berhenti selama manusia tetap ada.
Di komunitas kelompok Mitra aktivitas nya selalu meningkat sebagai konsekuensi volume
sampahnya juga meningkat Apabila tidak ditangan secara efektif dan efisien, eksistensi
sampah tersebut akan mengganggu kehidupan di sekitarnya. Memang alam memiliki andil
besar dalam pengolahan sampah secara otomatis, terutama pada sampah organik. Namun,
kerja keras alam dalam mengurai sampah secara alami sangat tidak seimbang dibanding
volume sampah yang diproduksi. Bagaimana pun peran serta kelompok Mitra dalam
penanganan dan pengelolaan sampah sangat penting.
Secara sederhana, jenis sampah dapat dibagi berdasarkan sifatnya. Sampah dipilah
menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik atau sampah basah ialah samapah
yang berasal dari makhluk hidup, seperti dedaunan dan sampah dapur. Sampah jenis ini
sangat mudah terurai secara alami (degradable). Semantara itu, sampah anorganik atau
sampah kering adalah sampah yang tidak dapat terurai (undegradable). Karet, plastik, kaleng
dan logam merupakan bagian dari sampah kering (. Anonim, 2008).
Pola pengelolaan sampah yang diterapkan oleh kelompok Mitra IbM, ada beberapa
tahap atau proses yang diterapkan. Pola ini mengupayakan agar sampah tidak sampai
terbentuk dengan menerapkan upaya cegah (reduce) dan upaya pakai ulang (reuse). Upaya
ini dilakukan pada tingkat rendah, yaitu pemakai barang. Jika terlanjur, pengelolaan daur
5
ulang (recycle) menjadi solusi.Yang menjadi pertimbangan pula dalam pengelolaan sampah
adalah ketersediaan tekhnologi dari mulai pemilahan, pemisahan materi, dan pembuatan
produk serta kesadaran bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan. Dalam pelaksanaan
program IbM ini pada Mitra menggunakan metode Penyuluhan, Tanya jawab, diskusi ,
penugasan dan Praktek langsung.Teknik yang dilakukan dalam pengelolaan sampah ini dapat
di gambarkan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1 sistem pengelolaan sampah
Tahapan Pengelolaan Keterangan
1. Cegah Diterapkan pada kelompok MitraIbM dengan
meminimalisir jumlah barang yang digunakan.
Pengurangan dilakukan tidak hanya berupa jumlah saja,
tetapi juga mencegah penggunaan barang-barang yang
mengandung kimia berbahaya yang tidak mudah
terdekomposisi.
2. Daur Ulang Diterapkan pada kelompok Mitra IbM yaitu dengan cara
mendaur ulang sampah secara langsung, yaitu dengan
melakukan Pengomposan,
3. Buang Diterapkan pada kelompok Mitra IbM sebagai alternative
(dispostal) terakhir jika semua cara di atas telah dioptimalkan.
Pembuangan sampah pun harus dilakukan dengan cara
menyediakan tempat sampah di masing masing rumah..
Untuk wadah sampah rumah tangga dapat dibuat bak atau
kotak dari bamboo/plastik), kayu, paving blok, bata dan
sebagainya.sedangkan volumenya paling sedikit 2 L atau
memiliki panjang 75 cm, lebar 75 cm dan tinggi 0.5- 1
m.Banyak / jumlahnya kotak tergantung jumlah sampah
yang akan dikelola.
2) Sebenarnya sampah bisa dimanfaatkan untuk dibuat kompos. Namun, agar sampah bisa
menjadi kompos, diperlukan sejumlah kotoran ternak. Kedua bahan tersebut jika dipadukan
dapat menuai proses yang menguntungkan. Sampah banyak mengandung mineral Nitrogen
(N), fosfor (p), Kalium (K) dan vitamin B12. Kotoran ternak merupakan sumber mineral
6
terutama N, P, dan K. Selain itu, kadar serat kotoran ternak bernilai tinggi. Pengomposan
dapat mengawetkan kelebihan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya.( Sofian, 2009).
Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan organik seperti
tanaman, hewan, atau limbah organik lainnya (lihat tabel 2). Kompos yang digunakan sebagai
pupuk disebut pula pupuk organik karena penyusunnya terdiri dari bahan-bahan organik.
7
keadonan kompos yang sudah berusia kurang lebih dari 2 minggu, dan akan matang bersama-
sama.
MUTU KOMPOS
Kompos yang baik dan memiliki mutu serta nilai jual tinggi memiliki beberapa
kriteria di antaranya adalah:
1. Kompos yang bermutu adalah Kompos adalah yang telah terdekomposisi dengan
sempurna serta tidak menimbulkan efek-efek merugikan pertumbuhan tanaman
2. Kompos yang baik memilki ciri sebagai berikut
> berwarna coklat tua hingga warna hitam mirip dengan warna tanah
> suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan pembuatan pupuk organik
oleh kelompok Mitra IbM dapat dilakukan secara individual di setiap rumah atau
secara komunal ( Kelompok ) , masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
Pengomposan individual
Jenis pengomposan yang tepat untuk pembuatan kompos untuk induvidu adalah
dengan metode takamura , Drum PLastik dan metode express. Jika dilakukan dengan
benar dalam proses tidak ada bau busuk, tidak keluar air lindi, dan higienis.
Pengomposan Komunal
Proses pengomposan komunal memerlukan bangunan rumah kompos yaitu
bangunan tanpa dinding, atapnya bisa dari plastik terpal,daun kirai, plastik
gelombang,genteng dan sebagainya tergantung dana yang tersedia. Lantainya bisa tanah,
semen atu paving blok .
Untuk wadah pengomposan sampah organik rumah tangga dapat dibuat bak atau
kotak dari bambu, kayu, paving blok, bata dan sebagainya. Pengomposan komunal yang
diterapkan menggunakan Metode Bokashi. (Anonim, 2009).
8
Alur Kegiatan dan Partisipasi Mitra
9
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
10
BAB V
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
A. Biaya
Peralatan
1. Bangunan pengolahan pupuk Rp. 250.000
3 2. Gentong plastik (5 buah x Rp 100.000) Rp. 200.000
3. Sabit (4 buah x Rp. 35.000) Rp 140.000
4. Karung (5buah x Rp. 15.000) Rp. 75..000
5. Saringan besar (5 buah x Rp. 300.000) Rp. .500.000
6. Plastik kemasan (50 buah x Rp. 2.000) Rp. 100.000
7. Drum (4 buah x Rp 200.000 ) Rp. 800.000
8. Rak-rak (4 buah x Rp..200) Rp. 800.000
9. Cangkul, sekop, timba (masing-masing 4 buah ) Rp. 400.000
Jumlah Rp 3.300.000
4 Perjalanan
1. Transport tim pelaksana (2x 8 x Rp 30.000 ) Rp 480.000
11
2. Kegiatan administrasi (kertas, loog books, fotocopi undangan, ATK) Rp. 200.000
3. Seminar laporan (2 x Rp. 15.000) Rp. 30.000
4. Fotokopi dan penjilidan laporan (3 buah x Rp. 30.000) Rp. 90.000
5. Publikasi Rp. 50.000
Jumlah Rp. 850.000
B. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan IbM kelompok Mitra yang menghadapi masalah pengolahan sampah menjadi
pupuk organik adalah sebagai berikut:
No Kegiatan Bulan Ke
IbM kelompok Mitra
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Penyiapan alat, bahan, dan sarana X X X X X X X X
pendukung
2 Pelatihan dan bimbingan tentang X
pengelolaan sampah yang
meliputi : pengertian, jenis
jenis dan model pengelolaan
sampah.
3 Pelatihan pengelolaan sampah X
dengan demonstrasi dan praktek
langsung
4 Pelatihan pengolahan sampah X
menjadi pupuk organik secara
individual dengan metode
Takamura dan Drum Plastik
12
5 Pelatihan pengolahan sampah X
menjadi pupuk organik secara
komunal dengan metode
Express dan Bokashi
6 Monitoring dan evaluasi X X X X
7 Pembuatan laporan X
13
Daftar Pustaka
14
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua pelaksana
A. Biodata Ketua Tim Pengusul
CURRICULUM VITAE
1. Riwayat Hidup
a. Nama : Drs. Samsun Hadi, M.S.
b. Tempat dan tanggal lahir : Tulungagung, 8 Agustus 1962
c. NIP UMM : 104.9009.0191
d. Jabatan Fungsional : Lektor
e. Jabatan Struktural :-
f. Unit kerja :FKIP Jurusan Biologi Universitas
Muhammadiyah Malang
g. Alamat : Jl. Gadang 4A/12 Malang Telp. (0341) 837337
HP. 085852589532
PENGALAMAN JABATAN
Jabatan Institusi Tahun
PENGALAMAN MENGAJAR
Mata Kuliah Jenjang Intitusi/Jurusan/Program Tahun
15
Belajar dan Pembelajaran AKTA Mengajar 1V 2004-2006
PENGALAMAN PENELITIAN
Tahun Judul Penelitian Jabatan Sumber Dana
1998 Biodiversitas Tumbuhan Paku di Lektor DPP UMM
Gunung Bromo
2007 Pengaruh lama dan Sinar Matahari Lektor DPP UMM
terhadap Kualitas Air Minum
PESERTA KONFERENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM
Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara
2008 Magang Peningkatan Kualitas Jurusan di Jurusan Universitas Negeri
Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Jakarta Jakarta
2006 Reformulasi dan Redesain Program Fakultas Keguruan Universitas
dan Ilmu Pendidikan Menghadapi Tuntutan Muhammadiyah
Profesionalisme dan Amanah SNP Malang
2007 Meningkatkan Daya Saing Lulusan Pengembangan Universitas Airlangga
Softskills Dalam Pembelajaran MIPA Dasar dan MPK
yang Inofatif dan Kreatif
2010 Program Revitalisasi LPTK Dalam Rangka Penyiapan Universitas
Guru Profesional Tahun Anggaran 2010 Muhammadiyah
Malang
16
KEGIATAN PROFESIONAL/PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Tahun Kegiatan
1995 Pembinaan pembuatan preparat sebagai media pembelajaran Biologi di SMA 1
Caruban
1998 Peningkatan penguasaan materi pelajaran IPA pada guru-guru MAN se Jawa
Timur
2004-2012 Pembimbing dan Penguji mahasiswa yang magang di Sekolah Lanjutan (PPL)
2005 Membimbing mahasiswa Kuliah Kerja Nyata di desa Maguan Kecamatan Ngajum
Kabupaten Malang
2003 Membimbing mahasiswa Kuliah Kerja Nyata di desa Kromengan Kabupaten
Malang
2004-2006 Mengajar dan membimbing progam AKTA mengajar Angkatan X
2010 Dosen wali/Penasehat Akademik mahasiswa Progam Studi Biologi
2010 IbM Kelompok Peternak Sapi Potong yang Menghadapi Masalah Pakan Ternak
2013 IbM Kelompok Produksi Pangan Organik yang Menghadapi Masalah Pupuk
Saya menyatakan bahwa semua keterangan dalam Curriculum Vitae ini adalah benar dan
apabila terdapat kesalahan, saya bersedia mempertanggung jawabkannya.
17
2 ) Biodata Anggota Tim
d. Jabatan Struktural :-
Muhammadiyah Malang
f. Pendidikan :
SD lulus tahun 1979 di Kediri
S-1 FPMIPA Pend. Biologi IKIP Malang lulus tahun 1990 di Malang
S-2 Bidang kajian Utama Mikrobiologi & Parasitologi, Program Studi Ilmu
Kedokteran Dasar Universitas Padjadjaran Bandung.
g. Pengalaman penelitian:
1997, Pengaruh Sumber dan Jarak Pencemar terhadap Kualitas Mikrobiologik Air
Sumur Gali di Beberapa Tempat Kotamadya Bandung (Tesis)
1998, Evaluasi Kualitas Mikrobiologik Sumber-sumber Air di Kampus III Universitas
Muhammadiyah Malang (Penelitian Bidang Ilmu; DPP UMM)
1998, Studi Kelayakan Syarat konstruksi dan Syarat Lokalisasi Sumur Gali Tanpa
Pompa Tangan Penduduk Daerah Sekitar Kampus di Kotamadia Malang (Penelitian
Bidang Ilmu; DPP UMM)
1998. Studi Perilaku Pengelolaan Tempat Tinggal Berdasarkan Komposisi Alergen
Inhalan dalam debu Rumah pada Masyarakat Perkotaan Jawa Timur (Penelitian Dasar,
DIKTI, Anggota)
1999, Kontroversial tentang Konsepsi Teori Evolusi (Suatu Studi Kasus Tanggapan
Guru-guru MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Model se-Indonesia (Penelitian Bidang
Ilmu, DPP UMM)
18
2000, Peran Zat Pengurai Limbah Starbio Plus dalam Penurunan Bakteri Indikator
Pencemar Air pada Air Limbah Domestik (Penelitian Bidang Ilmu; DPP UMM;
anggota)
2000, Pengaruh Berbagai macam Konsentrasi Zat Pengurai Limbah Starbio Plus
terhadap Penurunan Bakteri Indikator Pencemar Tinja pada Air Limbah RPH (Rumah
Pemotongan Hewan) (Penelitian Bidang Ilmu; DPP UMM)
2001, Korelasi antara Pengenceran dengan Metode MPN (Most Probable Number)
(Penelitian Bidang Ilmu, DPP UMM)
2001. Enumerasi dan Identifikasi Mikroorganisme pada Uang Kertas Rupiah Kumal
yang Beredar di Masyarakat (Penelitian Bidang Ilmu, DPP UMM)
2002, Efektifitas EMMA Effective Microorganism-4 Malang) dalam Mematikan
Mikrobe Patogen dan Penghilangan Bau pada Limbah Organik Selokan (Penelitian
Bidang Ilmu, DPP UMM)
2003, Upaya Mengatasi Pencemaran Air Limbah Domestik oleh Berbagai Jenis dan
Konsentrasi Zat Pengurai Limbah: Sebagai Sumber Pembelajaran tentang Bioremidiasi
dengan Metode Bioteknologi di SMU (Penelitian Bidang Ilmu: DPP UMM)
2004, Bioremidiasi Limbah Domestik Ramah Lingkungan di Kota Malang: Suatu
Upaya Mengatasi Pencemaran di Kawasan Padat Huni (Program Penelitian Unggulan
UMM)
2004, Bioremidiasi Ramah Lingkungan Berbagai Jenis dan Waktu Kontak Zat Pengurai
Limbah dalam Degradasi Air Limbah Domestik (Penelitian Dosen Muda, DIKTI).
Demikian Curriculum Vitae / Biodata ini ditulis dengan sebenarnya.
19
Lampiran 2. Gambaran Ipteks yang Akan Ditransfer kepada Mitra
20
organik dengan Drum Bahan dan peralatan yang digunakan :
Plastik 1. Ember atau drum plastik yang telah di modifikasi (dibuat
berlubang) dengan kapastitas minimum 100/kg
2. Bio aktivator cair (metode aerup) atau bio aktivator padat
(metode an aerup).
3. Bahan baku sampah organik (hindari daging, tulang, duri
ikan, sisa makanan berlemak, susu, kotoran anjing,
kotoran kucing, dan babi).
Cara membuat :
1. Cacah bahan baku hingga berukuran 2-5cm
2. Taburkan bio aktivator OrgaDec 0,5% keatas bahan
baku, aduk hingga tercampur rata.
3. Siram dengan air hingga diperoleh kelembaban yang
diinginkan (50-60%), langsung masukkan ke dalam drum
plastik.
4. Inkubasi slama 1-2 minggu, tergantung dari bahan
bakunya.
Pada hari ke-3 atau hari ke-8 perlu dilakukan pengadukan
atau pembalikkan secara manual agar aerasi didalam drum
berlangsung baik.
3. Pengolahan sampah Bahan :
menjadi pupuk Jerami kering, daun-daun kering, skam, serbuk gergaji,
organik dengan atau bahan organik apa saja yang dapat di fermentasi (20
Express bagian)
Kompos yang sudah jadi (2bagian)
Dedak 1 bagian
Dectro disesuaikan dengan dosis (5 sendok makan)
Air disesuaikan dengan dosis (20 liter)
Cara Membuat :
1. Caca atau giling bahan baku kompos hingga agak halus,
lalu campurkan dengan dedak dan kompos yang sudah
jadi.
2. Larutkan dectro ke dalam air
21
3. Siramkan secara merata larutan dectro ke dalam campuran
bahan baku sampai kadar airnya mencapai 45-50%
4. Tumpuk campuran bahan baku tersebut diatas ubin yang
kering dengan ketinggian 30-35cm lalu tutup dengan
menggunakan karung goni.
5. Pertahankan temperatur 40-60 oC
Setelah 24 jam, kompos aktif express selesai terfementasi dan
siap digunakan sebagai pupuk organik.
4. Pengolahan sampah Tahap-tahap pembuatan bokashi sebagai berikut:
menjadi pupuk 1. Larutan EM4 + gula + air dicampur merata
organik dengan 2. Bokashi jerami: jerami yang telah dipotong-potong +
Metode Bokashi dedak + sekam dicampur merata
Bokashi pupuk kandang: pupuk kandang + dedak +
sekam dicampur merata
Bokashi pupuk kandang- tanah: tanah + pupuk kandang
+ arang/sekam serbuk gergaji + dedak dicampur merata
3. Pencampuran dilakukan perlahan-lahan dan merata
hingga kandungan air 30-40%. Kandungan air yang
diinginkan diuji dengan menggenggam bahan.
Kandungan air 30-40% ditandai dengan tidak
menetesnya air bila bahan digenggam dan akan mekar
bila genggaman dilepaskan.
4. Bahan yang telah dicampur tersebut diletakkan diatas
tempat yang kering atau dapat juga dimasukkan
kedalam ember atau karung. Bila diletakkan dilantai,
bahan sebaiknya ditumpuk secara teratur. Tumpukan
bahan umumnya setinggi 15-20 cm, tetapi dapat juga
hingga 1,5 m. setelah itu, tumpukan bahan ditutup
dengan karung goni atau terpal.
Suhu tumpukan dipertahankan antara 40-50 C. untuk
mengontrolnya, setiap 5 jam sekali (minimal sehari sekali)
suhunya diukur. Apabila suhunya tinggi maka bahan organic
tersebut dibalik, didiamkan sebentar agar suhu turun, lalu
22
ditutup kembali. Demikian seterusnya
5. Pengelolaan sampah
di tingkat keluarga,
RT/ RW dengan cara
mengumpulkan dan
memilah pada
wadah/kotak yang
terbuat dari bahan
plastik atau bambu
23
Lampiran 3.Peta Lokasi Wilayah Mitra dalam Kegiatan IbM
1 Km
7 km Pujon
Alun alun
Batu
11 Km
Arah ke Kota Malang
24