You are on page 1of 11

LAPORAN PENDAHULUAN

SUPRA VENTRIKEL TAKIKARDI

1. Pengertian
Supraventrikular takikardi (svt) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai dengan
perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi berkisar antara 150-250
kali/menit. Kelainan pada tsv mencakup komponen sistem konduksi dan terjadi di bagian
atas bundel his. Pada kebanyakan tsv mempunyai kompleks qrs normal. kelainan ini sering
terjadi pada demam, emosi, aktivitas fisik dan gagal jantung.

2. Etiologi
1) Idiopatik, ditemukan pada hamper setengah jumlah pasien. Tipe idiopatik ini biasanya
terjadi pada bayi daripada anak
2) Sindrom wolf parkinson white (wpw) terdapat pada 10-20 % kasus dan terjadi hanya
setelah konversi menjadi sinus aritmia. Sindom wpw adalah suatu sindrom dengan
interval pr yang pendek dan interval qrs yang lebar yang disebabkan oleh hubungan
langsung antara atrium dan ventrikel melalui jaras tambahan
3) Beberapa penyakit jantung bawaan (anomaly ebsteins, single ventricle, l-tga)
4) Pengerasan Arteri (Aterosklerosis)
Terjadi ketika kombinasi lemak, kolesterol dan kalsium menempel pada bagian dalam
pembuluh darah yang membawa darah ke Jantung. Hal ini menyebabkan areteri
tersumbat
5) Gagal Jantung
Gagal jantung (istilah medis Heart Failure) merupakan suatu keadaan yang terjadi saat
jantung gagal memompakan darah dalam jumlah yang memadai untuk mencukupi
kebutuhan metabolisme (supply unequal with demand), atau jantung dapat bekerja
dengan baik hanya bila tekanan pengisian (ventricular filling)dinaikan. gagal jantung
juga merupakan suatu keadaan akhir (end stage) dari setiap penyakit jantung,
termasuk aterosklerosis pada arteri koroner, infark miokardium, kelainan katup jantung,
maupun kelainan kongenital.

6) Penyakit Tiroid
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh
manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di bagian depanleher, sedikit di bawah laring.
Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi,
membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon lainnya. Ada 2 jenis
penyakit tiroid yang utama yaitu Hipertiroid/ Tirotoksikosis dan Hipotiroidisme.
Hipertiroidisme adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mengacu
pada simtoma hiperaktif dari jaringan kelenjar tiroid yang menyebabkan sintesis
dan sekresi berlebih hormon tiroid. Pada jantung, penderita hipertiroidisme mengalami
peningkatan laju istirahat denyut, peningkatan kontraksi bilik ventrikular kiri, yang
menyebabkan penurunan tekanan diastolik dan peningkatan tekanan sistolik. Oleh
karena terjadi penurunan serum kolesterol, penderita menjadi lebih rentan terhadap
gangguan ritme jantung, terutama disebabkan oleh fibrilasi atrial. Beberapa komplikasi
yang disebabkan hipertiroidisme antara lain, AF.
Hipotiroidisme adalah istilah yang mengacu pada simtoma menurunnya sintesis
dan sekresi hormon tiroid dari kelenjar tiroid. Pada umumnya, penyebab hipotiroidisme
adalah kurangnya asupan gizi berupa iodina atau yodium. Hipotiroidisme transien, dapat
terjadi setelah konsumsi iodina dalam jumlah banyak yang menginduksi
kelainan enzimatik ringan yang menyebabkan terhambatnyasintesis hormon pada
kelenjar tiroid, yang dikenal sebagai efek Wolff-Chaicoff.
7) Penyakit Paru-Paru Obstruksi Kronis
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK, bahasa Inggris: Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD) adalah penyakit paru kronik. PPOK ditandai dengan
keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel,
bersifat progresif, dan biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang
disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran
gangguan sistemik. Gangguan ini dapat dicegah dan dapat diobati.
Gejala dan tanda PPOK, di antaranya adalah: sesak napas, batuk kronik, produksi
sputum, dengan riwayat pajanan gas/prtikel berbahaya, disertai dengan pemeriksaan
faal paru. Indikator diagnosis PPOK adalah penderita di atas usia 40 tahun, dengan
sesak napas yang progresif, memburuk dengan aktivitas, persisten, batuk kronik,
produksi sputum kronik, riwayat pajanan rokok, asap atau gas berbahaya di dalam
lingkungan kerja atau rumah.
8) Pneumonia
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala
klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam. Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai
napas sesak atau napas cepat. Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah
tertarik ke dalam, sedangkan napas cepat diketahui dengan menghitung tarikan
napas dalam satu menit. Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya
disebabkan oleh bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan
virus) dan protozoa. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah
Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Setengah
dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang tersering
menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV)
9) Emboli paru, atau gumpalan darah bermigrasi ke dalam arteri paru-paru dari tempat
lain di tubuh
10) Pericarditis
Suatu peradangan pericardium (kantung jantung) yang menyebabkan penimbunan
cairan atau penebalan dan biasanya terjadi secara bertahap serta berlangsung lama.
11) Obat-obatan tertentu dan kehidupan sosial
12) Penyalahgunaan kokain
13) Penyalahgunaan alkohol
14) Merokok
15) Minum terlalu banyak kafein dalam kopi, teh, atau minuman ringan
16) Stres emosional
17) Kehamilan
18) Psvt juga dapat terjadi sebagai efek samping dari obat-obatan seperti digitalis, obat
asma, atau obat flu.
19) Dalam beberapa kasus, penyebab psvt tidak diketahui. Psvt adalah aritmia yang
paling umum pada bayi, anak-anak, dan wanita hamil

3. Patofisiologi
Berdasarkan pemeriksaan elektrofisiologi intrakardiak, terdapat dua mekanisme
terjadinya takikardi supraventrikular yaitu :
1) Otomatisasi (automaticity)
Irama ektopik yang terjadi akibat otomatisasi sebagai akibat adanya sel yang
mengalami percepatan (akselerasi) pada fase 4 dan sel ini dapat terjadi di atrium, a-v
junction, bundel his, dan ventrikel. Struktur lain yang dapat menjadi sumber/fokus
otomatisasi adalah vena pulmonalis dan vena kava superior. Contoh takikardi otomatis
adalah sinus takikardi. Ciri peningkatan laju nadi secara perlahan sebelum akhirnya
takiaritmia berhenti. Takiaritmia karena otomatisasi sering berkaitan dengan gangguan
metabolik seperti hipoksia, hipokalemia, hipomagnesemia, dan asidosis.
2) Reentry
Ini adalah mekanisme yang terbanyak sebagai penyebab takiaritmia dan paling
mudah dibuktikan pada pemeriksaan elektrofisiologi. Syarat mutlak untuk timbulnya
reentry adalah:
a. Adanya dua jalur konduksi yang saling berhubungan baik pada bagian distal maupun
proksimal hingga membentuk suatu rangkaian konduksi tertutup.
b. Salah satu jalur tersebut harus memiliki blok searah.
c. Aliran listrik antegrad secara lambat pada jalur konduksi yang tidak mengalami blok
memungkinkan terangsangnya bagian distal jalur konduksi yang mengalami blok searah
untuk kemudian menimbulkan aliran listrik secara retrograd secara cepat pada jalur
konduksi tersebut.

gambar 1. Proses terjadinya tsv

4. Tanda Dan Gejala


1) Perubahan td (hipertensi atau hipotensi) ; nadi mungkin tidak teratur; deficit nadi; bunyi
jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat
2) Sinkop, pusing, berenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil
3) Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
4) Napas pendek , batuk, perubahan kecepatan/ kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tmbahan ( krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal;
hemoptisis
5) Demam; kemerahan kulit (reaksi obat) ; iflamasi, eritema, edema ( thrombosis
siperfasial) ; kehilangan otot/kekuatan

5. Pemeriksaan Penunjang

1) EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan


tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2) Monitor holter: gambaran ekg (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat
antidisritmia.
3) Foto dada : dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup
4) Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan
dinding dan kemampuan pompa.
5) Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6) Elektrolit : peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium
dapat mnenyebabkan disritmia.
7) Pemeriksaan obat : dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8) Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9) Laju sedimentasi : penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut
contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10) Gda/nadi oksimetri : hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.
6. Pengkajian Primer
1) Airway
- Apakah ada peningkatan secret
- Adakah suara nafas krekels
2) Breathing
- Adakah distress pernafasan
- Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas
- Apakah ada bunyi wheezing

3) Circulation
- Bagaimana perubahan tingkat kesadaran
- Apakah ada takikardi
- Apakah ada takipnea
- Apakah ada haluaran urin menurun
- Apakah terjadi penurunan tekanan darah
- Bgaimana kapikery refill
- Apakah ada sianosis

7. Pengkajian Sekunder
1) Riwayat penyakit
a. Factor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
b. Riwayat im sebelumnya (disritmia) , kardiomiopati, penyakit katup jantung,
hipertensi
c. Penggunaan obat digitalis, guinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan
untuk terjadinya intoksokasi
d. Kondisi psikososial

2) Pengkajian fisik
a. Aktivitas : kelelahan umum
b. Sirkulasi : perubahan tekanan darah (hipertensi atau hipotensi ) ; nadi mungkin
tidak teratur; deficit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra denyut
menurun; kulit warnadan kelembaban berubah missal pucat, sianosis, berkeringat;
edema; haluaran urin menurun bila curah jantung berat.
c. Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak marah,
gelisah, menangis
d. Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan,
mual muntah, perubahan berat badan, perubahan berat badan, perubahan
kelembapan kulit
e. Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
pupil.
f. Nyeri / ketidaknyamanan : nyeri dada ringan, sampai berat, dapat hilang atau
tidak dengan antingana, gelisah
g. Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan /
kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan ( krekels, ronki, mengi), mungkin
ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri ( edema
paru ) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
h. Keamanan : demam; kemerahan kulit ( reaksi obat ); inflamasi, eritema, edema
( thrombosis siperfisal ); kehilangan tonus otot/ kekuatan

8. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Timbul

1) Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi


elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan kardiopulmonal berhubungan dengan gangguan
pertukaran gas
3) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas,
kelelahan otot pernapasan, deformitas dinding dada
4) Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.

9. Intervensi Keperawatan

1) Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan


konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
Kriteria hasil :

a) Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh td/nadi


dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa
b) Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia
c) Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.

Intervensi :
a) Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo dan
simetris.
b) Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra,
penurunan nadi.
c) Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
d) Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial;
disritmia ventrikel; blok jantung
e) Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.
f) Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas
dalam, bimbingan imajinasi
g) Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor
penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut,
menangis, perubahan td
h) Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi
Kolaborasi :
i) Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit
j) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
k) Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi
l) Siapkan untuk bantu kardioversi elektif
m) Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
n) Masukkan/pertahankan masukan iv
o) Siapkan untuk prosedur diagnostik invasive
p) Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrillator

2) Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiopulmonal Berhubungan Dengan


Gangguan Pertukaran Gas
Kriteria hasil
- Pasien tidak mengeluh pusing
- Pasien tidak mengeluh sesak nafas
- Pernapasan 12-21 x/menit
- Tekanan darah 120-129/80-84
- Nadi 60-100x/menit
- Crt < 3 detik
- Tidak ada suara nafas tambahan

Intervensi
a) Pantau nyeri dada ( misalnya intensitas, durasi, dan factor presipitasi)
b) Observasi perubhana segmen st pada ekg
c) Pantau frekuensi jantung dan irama jantung
d) Aukultasi bunyi jantung dan paru
e) Lakukan pengkajian komprehensif terhadap sirkulasi perifer ( misalnya nadi perifer,
edema, pengisian ulang kapiler, warna kulit, dan suhu
f) Pantau asupan dan haluaran
g) Tingkat istirahat ( batasi pengunjung dan kendalikan stimulus lingkungan)
Kolaborasi
h) Berikan obat berdasarkan program protocol

3) Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Hiperventilasi, Nyeri,


Cemas, Kelelahan Otot Pernapasan, Deformitas Dinding Dada.
Kriteria hasil :
a. Tekanan darah 120-129/80-84
b. Pernapasan 12-21x/menit
c. Pasien tidak mengeluh nyero
d. Tidak ada bunyi nafas tambahan
Intervensi :
a) Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
b) Kaji fungsi pernapasan : frekuensi, bunyi, irama, jenis
c) Beri posisi semifowler
d) Suction bila perlu
e) Ajarkan teknik batuk efektif
f) Anjurkan minum air hangat
g) Kolaborasi/ lanjutkan terapi oksigen
h) Kolaborasi/ lanjutkan pemberian mukolitik; nama, dosis, waktu, cara indikasi

4) Ketidakefektifan Pembersihan Jalan Nafas berhubungan dengan Penumpukan


Sekret
Kriteria Hasil :
a. Mampu mengukur secret secara efektif
b. Tidak ada suara nafas tambahan
c. Frekuensi pernafasan 12-21 kali/menit

Intervensi :

a) observasi tanda-tanda vital


b) ubah posisi klien yang memungkinkan untuk pengembangan paru
c) kaji nyeri, batuk tidak efektif dan mucus kental
d) aukultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui suara napas tambahan
Kolaboratif
e) bersihkan udara oksigen sesuai dengan indikasi

5) Nyeri berhubungan disfungsi konduksi Jantung


Kriteria hasil :

a) Nyeri berkurang hilang


b) Klien tampak rileks
c) Klien mampu istirahat dan tidur

Intervensi :

a) Kaji nyeri catat lokasi karakteristik, berat (skala 1-10). Selidiki dan laporkan
perubahan nyeri dengan tepat
b) Lakukan tindakan untuk member rasa nyaman dan mengontrol nyeri seperti :
- Relaksasi
- Latihan pernafasan
- Posisi semifowler untuk kenyamanan
c) Batasi perilaku/ aktivitas klien

6) Kurang Pengetahuan Tentang Penyebab Atau Kondisi Pengobatan


Berhubungan Dengan Kurang Informasi/Salah Pengertian Kondisi
Medis/Kebutuhan Terapi.
Kriteria hasil :
i) Menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan
j) Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obat
Intervensi :

a) Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal


b) Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada
pasien/keluarga
c) Dentifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan, perubahan
mental, vertigo.
d) Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan;
bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan
e) Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan
f) Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein
g) Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang
h) Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat
i) Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala
yang memerlukan intervensi medis
j) Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan pat contoh pijatan karotis/sinus, manuver
valsava bila perlu

1 Kepustakaan
Hanafi B. Trisnohadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pneumonia Pada Anak, Orang Dewasa,
Usia Lanjut, Pneumonia Alipik & Pneumonua Atypik Mycobacterium. Jakarta: Pustaka Door
Populer
Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed. 9. Jakarta : EGC
d.wikipedia.org/wiki diakses tanggal 13 September 2013

You might also like