Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotyledonae
Bangsa : Compositales
Suku : Compositae
Marga : Pluchea
Beluntas adalah tumbuhan perdu kecil, tumbuh tegak, tinggi mencapai 0,5-
berambut lembut, daun bertangkai pendek dan letak berseling, helaian daun bulat
telur sungsang, ujung bulat melancip, tepi bergerigi, berkelenjar, panjang 2,5-9
cm, lebar 1-1,5 cm, warnanya hijau terang, dan bila diremas baunya harum.
Bunganya majemuk, keluar dari ketiak daun dan ujung tangkai, cabang-cabang
perbungaannya banyak, bunga bentuk bogol bergagang atau duduk serta berwarna
putih kekuningan sampai ungu. Beluntas memiliki buah seperti bentuk gasing,
kecil, keras, cokelat, sudut-sudut putih. Bijinya kecil dan berwarna coklat
4
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Habitat dan daerah tumbuhan
nama beluntas, khususnya bagi masyarakat Sumatra, Jawa dan Madura. Sulawesi
disebut lamutasa dan di Timor disebut lenabou. Dalam pengobatan Cina dikenal
dengan luan yi dan di Eropa dikenal dengan marsh heabane (Hariana, 2005).
Beluntas umumnya tumbuh liar di daerah kering pada tanah yang keras atau
berbatu atau ditanam sebagai tanaman pagar. Tumbuhan ini memerlukan cukup
cahaya matahari atau sedikit naungan, banyak ditemukan pada daerah pantai dekat
bau mulut, kurang nafsu makan, gangguan pencernaan pada anak, TBC kelenjar
(skrofuloderma), nyeri pada rematik, nyeri tulang, sakit pinggang, demam, dating
2.2.1. Alkaloid
mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen,
5
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Flavonoida
Flavonoid berupa senyawa fenol dan telah diketahui memiliki respon terhadap
kompleks dengan protein seluler dan dinding sel bakteri (Cowan, 1999).
2.2.3. Tanin
Tanin pada tanaman merupakan senyawa fenolik yang larut dalam air yang
memiliki berat molekul antara 300-3000 dan menghasilkan reaksi warna biru
dengan besi (III) klorida. Tanin berasal dari bahasa Prancis tanin yang
merupakan fenol alami (Khanbabaea, 2001). Secara kimia tanin tumbuhan terbagi
dua, yaitu tanin terkondensasi (tanin katekin) dan tanin terhidrolisis (Robison,
1995).
(Cowan, 1999).
2.2.4. Glikosida
menjadi gula (glikon) dan senyawa lain (aglikon atau genin). Glikosida mudah
terhidrolisis oleh asam mineral atau enzim. Hidrolisis oleh asam memerlukan
panas, sedangkan hidrolisis oleh enzim tidak memerlukan panas (Sirait, 2007).
menjadi:
a. Tipe O-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui jembatan
6
Universitas Sumatera Utara
b. Tipe C-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui jembatan
c. Tipe S-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui jembatan
d. Tipe N-glikosida, ikatan antara bagian dari glikon dengan aglikon melalui
2.2.5. Saponin
terhadap selaput lendir. Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya
yang menyerupai sabun (bahasa Latin sapo berarti sabun). Saponin adalah
senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa jika dikocok dalam
air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah
merah. Saponin sangat beracun dalam larutan yang sangat encer, untuk ikan dan
2.2.6. Steroid/triterpenoid
yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis
masuk jalur asam mevalonat yang diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu
7
Universitas Sumatera Utara
dengan kebanyakan triterpen dan sterol memberikan warna hijau-biru (Harborne,
1987). Steroid pada umumnya berupa alkohol dengan gugus hidroksil pada C3
sehingga steroid sering juga disebut sterol (Robinson, 1995). Gambar struktur
2.3. Ekstraksi
atau hewan dengan menggunakan pelarut yang cocok (Handa, 2008). Beberapa
1. Cara dingin
a. Maserasi
b. Perkolasi
Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara,
8
Universitas Sumatera Utara
tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus
2. Cara panas
a. Refluks
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
b. Digesti
temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum
c. Sokletasi
pelarut yang selalu baru sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut
d. Infundasi
Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
e. Dekoktasi
Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama ( 30 menit) dan
Ekstraksi cair-cair merupakan suatu teknik yang mana suatu larutan dibuat
bersentuhan (biasanya dalam air) dengan suatu pelarut kedua (biasanya pelarut
9
Universitas Sumatera Utara
organik), yang tidak tercampurkan. Pada proses ini terjadi pemisahan satu atau
lebih zat terlarut (solute) kedalam pelarut yang kedua (Basset, 1994).
yang dapat dilakukan dengan cara mengocok-ngocok dalam sebuah corong pisah
kovalen dengan substituent yang bersifat nonpolar atau agak polar. Senyawa-
senyawa yang mudah mengalami ionisasi dan senyawa polar lainnya akan
Pelarut yang dipilih untuk ekstraksi pelarut ialah pelarut yang mempunyai
(Rohman, 2007).
2.5. Bakteri
(Dwidjoseputro,1987). Bakteri pada umumnya terdiri dari tiga bentuk dasar, yaitu:
bentuk bulat (kokus), batang (basilus) dan spiral (Fardiaz, 1992; Pratiwi, 2008).
10
Universitas Sumatera Utara
a. Bakteri Gram positif, yaitu bakteri yang dapat mengikat zat warna utama
b. Bakteri Gram negatif, yaitu bakteri yang kehilangan warna utama (Kristal
violet) ketika dicuci denngan alkohol dan menyerap zat warna kedua sewaktu
dalam saluran cerna sebagai flora normal (Dwidjoseputro, 1987). Bakteri ini
tumbuh baik pada suhu 37oC, membentuk koloni yang bundar, halus dan tepi rata.
Bakteri ini dapat menjadi patogen bila berada di luar usus atau di lokasi lain
dalam jumlah yang banyak (Jawetz, et al., 2001). Sistematika bakteri Escherichia
Divisi : Schizophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacterales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
11
Universitas Sumatera Utara
Divisi : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Bacillaceae
Genus : Bacillus
yaitu:
dan bakteri belum mengadakan pembiakan. Ciri fase lag adalah tidak adanya
b. Fase log
kecepatan maksimum tergantung sifat media dan kondisi pertumbuhan. Sel baru
terbentuk dengan laju konstan dan massa yang bertambah secara eksponensial.
keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati.
d. Fase kematian
12
Universitas Sumatera Utara
2.7. Faktor Pertumbuhan Mikroorganisme
faktor fisik dan faktor kimia. Faktor fisik meliputi temperatur, pH dan tekanan
(Pratiwi, 2008).
2.8. Antibakteri
dapat bekerja secara bakteriostatik dan bakterisidal (Pelezar, 1988). Obat yang
memiliki sifat toksisitas yang selektif yaitu toksis terhadap bakteri tetapi relatif
atau membunuh bakteri Gram negatif saja atau Gram positif saja. Sedangkan
antibiotik Gram berspektrum luas dapat menghambat atau membunuh bakteri dari
13
Universitas Sumatera Utara
a. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel
menyusun dinding sel bakteri Gram positif maupun Gram negatif, contohnya
penisiln.
membrane plasma sel bakteri. Contohnya adalah polimiksin B yang melekat pada
fosfolipid membran.
tergabung dalam ikatan glikosida. Antibiotic ini memiliki spektrum luas dan
sintesis asam nukleat ini adalah antibiotic golongan kuinolon dan rifampisin.
14
Universitas Sumatera Utara
dan kadar bunuh minimal (KBM). Antimikroba tertentu aktivitasnya dapat
ditingkatkan melebihi KHM (Ganiswara, 1995). Ada beberapa hal yang harus
mikroorganisme, mudah larut dan bersifat stabil, tidak bersifat racun bagi manusia
dan hewan, efektif pada suhu kamar dan suhu tubuh, tidak menimbulkan karat dan
warna, berkemapuan menghilangkan bau yang kurang sedap, murah dan mudah
melalui dua cara, yaitu metode difusi dan metode dilusi. Pembagian metode difusi
1. Metode difusi
Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang
telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut.
b. E-test
concentration) atau KHM, yaitu konsentrasi minimal satu agen antimkroba untuk
strip plastic yang mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga
tertinggi dan diletakkan pada permukaan media agar yang telah ditanami
mikroorganime.
15
Universitas Sumatera Utara
c. Ditch-plate technique
Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang telah diletakkan
pada parit yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada
bagian tengah secara membujur dan mikroba uji (maksimum 6 jenis) lalu
d. Cup-plate technique
Metode ini serupa dengan metode disc diffusion, dibuat sumur pada media
agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi
2. Metode dilusi
Metode dilusi dibagi menjadi dua, yaitu dilusi padat (solid dilution) dan
Metode ini untuk mengukur MIC atau KHM dan MBC atau KBM. Cara
yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada
Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media
padat (solid).
2.10. Sterilisasi
organisme hidup yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Metode sterilisasi
dibagi dua, yaitu: sterilisasi fisik (menggunakan panas), baik panas basah atau
panas kering dan sterilisasi kimia (menggunakan gas atau radiasi) (Pratiwi, 2008).
16
Universitas Sumatera Utara
a. Sterilisasi panas basah
Strerilisasi panas basah dapat dilakukan pada suhu air mendidh 100oC
selama 10 menit yang efektif untuk sel-sel vegetatif, namun tidak efektif untuk
dengan cara mendenaturasi atau mengkoagulasi protein pada enzim dan membran
sel mikroorganisme (Pratiwi, 2008), dengan suhu 121oC ( dengan tekanan 15 psi)
Metode sterilisasi ini tidak memerlukan air sehingga tidak ada uap air yang
membasahi alat atau bahan yang disterilkan (Pratiwi, 2008). Ada dua metode
api dari bunsen dengan temperatur sekitar 350oC dan dengan udara panas oven
17
Universitas Sumatera Utara