You are on page 1of 30

SEMINAR KASUS

Tn. S DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER

DI RUANG IGD, RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA

Disusun untuk memenuhi tugas program profesi stase Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Pembimbing : Ns Dody Setyawan, S.Kep, M.Kep

Disusun oleh :

Kelompok 8

Ciptaningrum Marisa P 22020114210073

Alnia Rindang Chairunisa 22020114210077

Aniestia Yuliana 22020114210081

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXIV

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2014
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit jantung yang paling sering adalah aterosklerosis koroner ( CAD) dan
penyakit jantung koroner (CHD). Kondisi ini ditandai dengan penimbunan
abnormal lipid dan jaringan fibrosa di dinding pembuluh darah yang
mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri dan penurunan aliran darah
ke jantung. Terdapat beberapa kondisi yang mendahului awitan penyakit jantung
koroner, yaitu faktor yang dapat dimodifikasi seperti perubahan gaya hidup dan
faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti konsekuensi genetik. Tanda dan
gejala yang muncul adalah nyeri dada yang hilang timbul, tidak disertai
kerusakan ireversibel sel jantung. Iskemia yang lebih berat, disertai kerusakan sel
dinamakan infark miokardium. Manifestasi klinis yang muncul dapat berupa
perubahan pola EKG dan disritmia.
Pasien yang datang di UGD dengan keluhan nyeri dada sebaiknya segera
dilakukan pemeriksaan EKG sehingga tampak adakah perubahan EKG untuk
mengetahui kondisi jantung serta pemberian oksigen untuk meningkatkan suplai
oksigen. Penanganan yang lebih cepat akan lebih baik untuk mengurangi iskemia
semakin meluas. Pengkajian terhadap riwayat penyakit jantung, pengkajian nyeri
serta pemeriksaan tanda- tanda vital juga harus dilakukan.
Perlunya penanganan yang lebih cepat pada pasien jantung membuat perawat
sebaiknya mengetahui jenis masalah jantung dan metode pengkajian serta
intervensi yang dapat segera dilakukan. Penyakit jantung koroner terbagi menjadi
angina pectoris stabil dan sindrom koroner akut/SKA yang mecakup angina
pectoris tidak stabil. Penyakit tersebut mempengaruhi fungsi kontraktilitas
jantung, dimana terjadi penurunan suplai O2 pada otot jantung sehingga dapat
menyebabkan kematian pada otot jantung, sehingga peredaran darah menjadi
terganggu. Maka dari itu, penyakit jantung koroner harus mendapatkan
pertolongan segera. Kasus yang kami kelola adalah penyakit jantung koroner akut
pada Tn S dengan riwayat penyakit jantung koroner dengan gejala nyeri dada.
Klien datang ke UGD dengan akral dingin dan nyeri skala 10, berangsur klien
mulai kejang serta mengalami penurunan kesadaran kemudian apneu dan tidak
teraba nadi sehingga diperlukan resusitasi jantung.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien penyakit
jantung koroner dengan angina pectoris
2. TujuanKhusus
a. Mampu menyebutkan definisi angina pectoris
b. Mampu menjelaskan etiologi angina pectoris
c. Mampu menjelaskan patofisiologi angina pectoris
d. Mampu menjelaskan tanda dan gejala angina pectoris
e. Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang yang diperlukan bagi
pasien angina pectoris
f. Mampu melakukan pengkajian pada pasien angina pectoris
g. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien angina
pectoris
h. Mampu membuat intervensi keperawatan pada pasien angina pectoris
i. Mampu melakukan implementasi hingga evaluasi pada pasien angina
pectoris
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Sindrom koroner akut merupakan suatu fase akut dari APTS (nyeri dada yang
ditampilkan terjadi peningkatan baik frekuensi, lama nyeri dada dan tidak dapat
diatasi dengan pmberian nitrat. Angina tersebut dapat terjadi saat istirahat
maupun terjadi sewaktu-waktu) yang disertai IMA gelombang Q (IMA-Q)
dengan non ST elevasi (NSTEMI atau tanpa gelombang Q (IMA-TQ) dengan ST
elevasi (STEMI) yang terjadi karena adanya thrombosis akibat dari ruptur plak
aterosklerosis yang tak stabil.

B. ETIOLOGI
Penyebab SKA :
1. Aterosklerosis
2. Embolus
Penyebab dari angina pectoris antara lain : iskemia myocardium reversible dan
sementara, spasme pembuluh koroner, latihan fisik, pajanan terhadap dingin,
makan makanan berat dan stress. Suplai oksigen ke miocard yang berkurang
karena arteroskelerosis, spasme, arteritis, hipotensi, anemia, hipoksemia.
Peningkatan curah jantung yang disebabkan aktifitas berlebih, emosi, makan
terlalu banyak, hipertiroidisme. Kebutuhan oksigen miocard yang meningkat
karena kerusakan miocard hipertensi diastolic
Jenis serangan :
1. Angina Pektoris Stabil
- Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang
meningkatkan kebutuhan oksigen miokard.
- Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas.
- Durasi nyeri 3 15 menit.
2. Angina Pektoris Tidak Stabil
- Sifat, tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip dengan angina
pektoris stabil.
- Durasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.
- Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas
ringan.
- Kurang responsif terhadap nitrat.
- Lebih sering ditemukan depresi segmen ST.
- Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau
trombosit yang beragregasi.
3. Angina Prinzmental (Angina Varian).
- Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari.
- Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik.
- EKG menunjukkan elevaasi segmen ST.
- Cenderung berkembang menjadi infaark miokard akut.
- Dapat terjadi aritmia.

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri dada kiri seperti tertekan, terbakar, tertindih benda berat, ditusuk,
diperas nyeri nya menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri
2. Nyeri membaik setelah istirahat
3. Dapat menjalar kebahu, punggung, lengan,dan leher sampai epigastrium
4. Dyspneu / sesak nafas
5. Mual / muntah
6. Cemas, Lemas
7. Tachicardi, Hypotensi/hypertensi
8. Tachipnoe, Keringat dingin

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pada pemeriksaan EKG
a. Fase hiperakut (beberapa jam permulaan)
- Elevasi yang curam dari segmen ST
- Gelombang T yang tinggi dan lebar
- Gelombang Q tampak
b. Fase perkembangan penuh (1 2 hari kemudian)
- Gelombang Q patologis
- Elevasi segmen ST yang cembung keatas
- Gelombang T yang terbalik
c. Fase resolusi (beberapa minggu atau bulan kemudian)
- Gelombang Q patologis tetap ada
- Segmen ST kembali ke isoelektris
- Gelombang T normal
2. Pemeriksaan darah
a. Creatinin kinase menoingkat pada 6 8jam setelah awitan infak dan
memuncak antara 24 dan 28 jam pertama
b. Dehidrogenase laktat (LDH) mulai tampak melihat pada serum setelah
24jam pertama setelah awitan dan akan tinggi selama 7-10 hari
E. PATOFISIOLOGI
Faktor resiko :
obesitas ,
perokok, ras, Penurunan Kelemahan
umur > 40 th, kontratilitas miokard
miokard
Endapan Volume akhir diastolik
lipoprotein di ventrikel kiri
tunika intima meningkat
Penurunan Tekanan atrium kiri
Cedera endotel curah meningkat
interaksi antara jantung
fibrin dan platelet
proliferasi otot Suplai darah Tekanan vena
tunika media ke organ pulmonalis
tubuh tak meningkat
adekuat
Invasi dan Hipertensi kapiler
akumulasi dari Kelemaha paru
lipid n fisik
Oedema
aterosklerosi paru
Intoleransi
s
aktivitas Gangguan
Penyempitan/ pertukaran
obstruksi arteri gas
koroner Metabolisme
an aerob Ketidakefektifan
meningkat perfusi jaringan
Penurunan
suplai darah ke Asam laktat
miocard meningkat

Flaque
Nyeri dada
fibrosa

Lesi Nyeri akut


komplikata
Ketidakseimbang
an dengan suplai
oksigen
Infark Komplikasi : gagal
miokardium jantung kongesti, syok
iskemia
kardiogenik,
perikarditis, ruptur
Ketidakefektifan jantung, anuerisma
perfusi jaringan jantung
jantung
F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN PADA PASIEN Sindrom Koroner Akut.
a. Pengkajian primer
1) A = bersihan jalan nafas terhambat atau tidak
2) B = pernafasan + oksigenasi / ventilasi
3) C = circulation + control perdarahan dan perbaikan volume.
4) D = pemeriksaan status neurologis
5) E = pantau, apakah terlihat jejas/cedera ancaman yang lain
b. Pengkajian sekunder
1) AKTIVITAS / ISTIRAHAT:
Gejala : Pola hidup monoton, kelemahan, kelelahan, perasaaan tidak
berdaya setelah latihan, nyeri dada bila bekerja, menjadi terbangun bila
nyeri dada.
Tanda : Dispnea saat kerja
2) SIRKULASI
Gejala : Riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukan
Tanda : Takhikardia, disritmia, tekanan darah normal, meningkat atau
menurun bunyi jantung : mungkin normal : S4 lambat atau murmur sistolik
transien lambat (disfungsi otot papilaris) mungkin ada saat nyeri. Kulit /
membran mukosa lembab, dingin, pucat karena adanya vasokonstriksi.
3) MAKANAN / CAIRAN
Gejala : Mual, nyeri ulu hati / epigastrium saat makan, diet tinggi
kolesterol / lemak, garam, kafein, minuman keras.
Tanda : distensi gaster
4) INTEGRITAS EGO
Gejala : Stressor kerja, keluarga, lain-lain
Tanda : Ketakutan. Mudah marah.
5) NYERI / KETIDAKNYAMANAN
Gejala : Nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang, leher,
bahu, dan ekstremitas atas ( lebih pada kiri daripada kanan )
Kualitas :
Macam : ringan sampai sedang, tekanan berat, tertekan, terjepit, terbakar.
Durasi : Biasanya kurang dari 15 menit, kadang-kadang lebih dari 30 menit
(rata-rata 3 menit)
Faktor pencetus : nyeri sehubungan dengan kerja fisik atau emosi besar,
seperti marah atau hasrat seksual, olahraga pada suhu ekstem, atau mungkin
tidak dapat diperkirakan dan atau terjadi saat istirahat.
Faktor penghilang : nyeri mungkin responsif terhadap mekanisme
penghilang tertentu (contoh: istirahat, obat anti angina)
Nyeri dada baru atau terus menerus yang telah berubah frekuensi, durasinya,
karakter atau dapat diperkirakan (contoh, tidak stabil, bervariasi).
Tanda : Wajah berkerut, meletakkan pergelangan tangan pada
midstrenum, memijit tangan kiri, tegangan otot, gelisah, respon otomatis ,
contoh : takhikardi, perubahan TD.
6) PERNAFASAN
Gejala : Dispnea saat bekerja, riwayat merokok
Tanda : meningkat pada frekuensi / irama dan gangguan kedalaman

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1) Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.
2) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah jantung.
3) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan faktor listrik,
penurunan karakteristik miokard
4) Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemik, kerusakan
otot jantung, penyempitan pembuluh darah arterikoronari
5) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke
alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar kapiler
( atelektasis, kolaps jalan nafas/aveolar edema paru/efusi, sekresi
berlebih/pendarahan aktif)

3. FOKUS INTERVENSI
1) Nyeri akut berhubungan dengan iskemik miokard.
Tujuannya : meningkatkan suplai darah arteri ke jantung.
Kriteria Hasil : mengalami pengurangan nyeri otot
Intervensi :

Pain Management

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,


karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
2. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
3. Kurangi faktor presipitasi nyeri
4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi, dan
interpersonal)
5. Ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi)
6. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
7. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
8. Kontrol lingkungan seperti: suhu, pencahayaan dan kebisingan
9. Berikan analgesik
10. Evaluasi kefektifan kontrol nyeri
11. Tingkatkan istirahat
Analgesic administration

1. Kaji kualitas nyeri


2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekwensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesic yang diperlukan, rute pemberian dan dosis optimal
5. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic
6. Evaluasi efektifitas analgesic
2) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kurangnya curah jantung.
Intervensi :
- Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman.
- Berikan periode istirahat adekuat, bantu dalam pemenuhan aktifitas
perawatan diri sesuai indikasi.
- Catat warna kulit dan kualittas nadi.
- Tingkatkan katifitas klien secara teratur.
- Pantau EKG dengan sering.
3) Penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan Spasme arteri
coroner
Intervensi :

Cardiac Care

1. Evaluasi nyeri dada


2. Catat adanya disritmia jantung
3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
4. Monitor status cardiovascular
5. Monitor status pernafasan
6. Monitor abdomen
7. Monitor balance cairan
8. Monitor perubahan tekanan darah
9. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan anti aritmia
10. Atur periode latihan dan istirahat
11. Monitor toleransi aktifitas pasien
12. Monitor adanya dispneu, fatigue, takipneu, dan ortopneu
13. Anjurkan untuk menurunkan stress
Fluid Management

1. Pertahankan cairan intake dan output


2. Pasang urine kateter
3. Monitor status hidrasi (kelembapan membran lukosa, nadi adekuat)
4. Monitor hasil laboratorium yang sesuai dengan retensi cairan
(hematokrit, osmolalitas urine)
5. Monitor status hemodinamik (CVP, MAP, PAP, PJWP)
6. Monitor tanda vital
7. Monitor indikasi retensi cairan (crackles, CVP, edema, DVJ, asites)
8. Monitor berat badan
9. Kaji edema
10. Kolaborasi pemberian diuretik
11. Atur kemungkinan transfuse

Fluid Monitoring

1. Monitor berat badan


2. Monitor elektrolit, serum, osmolalitas urine
3. Monitor tanda tanda vital
4. Monitor irama jantung
5. Catat intake dan output
6. Monitor membran mukosa dan turgor kulit
7. Lakukan hemodialisa bila perlu
8. Kolaborasi pemberian obat yang dapat meningkatkan output urine
9. Monitor distensi leher dan edema
Vital Sign Monitor

1. Monitor tanda tanda vital


2. Monitor irama jantung dan nafas
3. Monitor bunyi jantung dan nafas
4. Monitor pola nafas abnormal
5. Monitor suhu, warna, kelembapan kulit
6. Monitor sianosis perifer
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Tanggal dan jam MRS : 7 Januari 2014, pukul 12.10
Tanggal dan jam pengkajian : 7 Januari 2014, pukul 12.10
1. Data demografi :
a. Identitas pasien :
1) Nama : Tn.S
2) Umur : 57
3) Alamat : grogol sukoharjo
4) RM : 01199729
5) Dx : Angina pektoris
b. Penanggung jawab pasien
1) Nama : Ny. E
2) Umur : 53 tahun
3) Alamat : grogol sukoharjo
4) Hubungan dengan pasien : istri

2. Pengkajian Primer
a. A = terdengar gurgling , muntah 2x berisi makanan, terdapat sisa
muntahan di mulut.
b. B = RR : 30x/menit, nafas dangkal cepat, tidak terdengar suara nafas
tambahan, ekspansi dada maksimal dan simetris, ada pergrakan otot
bantu pernafasan, tidak ada retraksi dada, rasio I:E = 1:2
c. C = Nadi : 84x/menit reguler, akral dingin ekstremitas atas dan bawah,
capillary refill > 3 detik, wajah pucat, keringat dingin di seluruh tubuh,
kejang 1x lamanya 5 detik berupa kaku tangan dan kaki dengan wajah
klien kaku, terdapat sianosis, SpO2 : 96%
d. D = E 4, M6, V5 : 15 ; pupil isokor ; kekuatan otot :
e. E = tidak ada jejas, S : 36C 1 1

3. Pengkajian sekunder
a. A = tidak ada alergi obat 1 1
b. M = klien mengkonsumsi obat jantung (nitro, tarapres, CPG, glukodek)
selama 7 bulan, dimulai sejak tanggal 23 juli 2014.
Nitrogliserin : 2x1 (2,5mg)
Katapres : 1x1 (0,075mg)
CPG (Clopidogrel) : 1x1 (75mg)
Glucodek : 1x1 (80mg)
c. P = klien memiliki riwayat Jantung koroner, klien melakukan pengobatan
jantung mulai tanggal 23 juli 2014
d. L = makanan terakhir yang dimakan klien nasi dan lauk (nasi kotak)
e. E = Keluarga klien mengatakan, klien merasakan nyeri sekitar pukul
10.00 WIB setelah selesai mengajar, nyeri berlangsung selama 10 menit,
klien tidak mendapat penanganan apapun, nyeri tersebut kemudian
hilang. Pukul 12.00 merasakan kembali nyeri yang tak tertahankan lalu
dibawa ke IGD RSUD Dr. Moewardi. Keluarga klien mengatakan klien
memiliki sakit jantung koroner, rutin kontrol di poli jantung RSUD Dr.
Moewardi. Buku saku kontrol jantung dimulai pada tanggal 23 juli 2014.
Klien tidak memiliki riwayat HT dan DM
4. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri dada
5. Pengkajian nyeri
P : nyeri terus menerus
Q : seperti ditimpa beban
R : dada sebelah kiri menjalar ke punggung kiri bagian belakang
S : skala 10
T : > 10 menit
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum :
composmentis, sulit untuk berbicara karena sesak nafas, klien terlilhat
merintih kesakitan TD : 111/74, N : 84 x/m reguler, RR : 30 x/m cepat
dangkal, Suhu : 36OC

Tgl/jam TD N RR Suhu SpO2

8 jan/12.10 120/70 mmHg 84x/m 28x/m 36OC 99%

8 jan/12.25 111/74 mmHg 90x/m 28x/m 36,2OC 98%

8 jan/12.30 Tekanan darah Nadi karotis Apnea 35OC -


tidak terukur tidak teraba

b. Kepala
Mata : sklera tidak ikterik, kornea mata jernih, tidak ada
deviasi, konjungtiva tidak anemis
Hidung : tidak ada pergerakan cuping hidung, tidak ada sekret
Mulut : ada sianosis, mukosa bibir kering, terdengar suara
gurgling
Telinga: tidak ada secret, pendengaran baik
Leher : pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, tidak ada JVP
c. Dada
Jantung
- Inspeksi : tidak terlihat ictus cordis di IC 2 dan 5
- Palpasi : pulsasi kuat di IC 2 sinistra
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : BJ I & II
Paru-paru
- Inspeksi : ekspansi dada maksimal, ada gerakan otot bantu
pernafasan
- Palpasi : taktil fremitus simetris
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : vesikuler
d. Abdomen
- Inspeksi : supel
- Auskultasi : BU 8x/m
- Palpasi : nyeri tekan (-)
- Perkusi : timpani

e. Ekstremitas
Akral dingin di Ekstremitas Atas dan bawah tidak ada edema , Kekuatan
otot :
1 1

f. Integument
1 dan
1 kuku : banyak mengeluarkan keringat, keringat dingin
diseluruh tubuh, turgor kulit baik, CRT > 3 dtk
g. Genitalia : tidak terpasang kateter urin.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Tidak ada hasil laboratorium
b. Hasil EKG =

Lokasi Hasil Kesan Interpretasi


Lead II ST elevasi Infark miokard
Lead III ST elevasi Infark Miokard Infark Inferior
AVF ST elevasi Infark miokard
V1 ST depresi Iskemik miokard Iskemik Anterior
V2 ST depresi Iskemik miokard
V3 ST depresi Iskemik miokard Iskemik Anterior
V4 ST depresi Iskemik miokard
V5 ST depresi Iskemik miokard

8. Terapi

Nama obat Dosis Indikasi Kontraindikasi Efek samping

Amiodarone 300 mg Digunakan Sinus bradikardia, Efek CV


blok SA (sino-
untuk (hipotensi); Efek
atrial), blok AV
mengobati (atrioventrikular), CNS (gaya
ventricular Sick Sinus berjalan yang
Syndrome,
tachycardia abnormal/ataksia,
gangguan fungsi
atau fibrilasi tiroid, wanita kepeningan,
hamil dan kelelahan,
ventrikular
menyusui pusing, tidak
enak badan,
gangguan
ingatan, gerakan
yang tidak
disengaja,
insomnia, lemah
koordinasi,
peripheral
neuropathy,
gangguan tidur,
gemetar); Efek
Dermatologis
(fotosensitivitas);
Efek GI N/V,
anoreksia,
konstipasi); Efek
hati (LFT tidak
normal); Efek
Ophtha
(mikrodeposit
korneal).
Adrenalin 1 mg Cardiac Tidak ada Palpitasi, tremor,
arrest, VF kontraindikasi pusing ringan,
halus dan VT mutlak untuk takikardi,
tanpa nadi penggunaan aritmia,
adrenalin, tapi hipertensi,
harus sangat hati- pendarahan otak
hati setiap kali dan edema paru
digunakan karena akut.
dapat terjadi efek
mendalam pada
sistem
kardiovaskuler.
Perhatian khusus
harus dilakukan
ketika
menggunakannya
pada pasien
aritmia, hipertensi
atau penyakit
jantung iskemik
karena kondisi ini
dapat memburuk
secara akut.
ANALISA DATA

No Tanggal Data Masalah Etiologi Prioritas


diagnosa
1 7/1/2015 Ds : klien mengatakan Nyeri akut Infark High
Jam nyeri di dada miokard Priority
12.10 P : nyeri terus menerus inferior
Q : seperti ditimpa
beban
R : dada sebelah kiri
menjalar ke punggung
kiri bagian belakang
S : skala 10
T : > 10 menit
Do :
- ECG : ST depresi
V4-V6
- Klien
- TD : 120/70 mmHg,
N : 84x/m, RR :
28x/m. S : 36OC
- Wajah klien terlihat
merintih kesakitan
2 7/1/2015 Ds : - Ketidakefektifan Obstruksi Medium
Jam Do : bersihan jalan jalan nafas : priority
12.20 - Terdengar Suara nafas mukus
gurgling (cairan)
- Muntah 2 kali berlebih
- TD : 111/74 mmHg,
N : 90x/m, RR :
30x/m, S : 36,2OC
- Suara nafas vesikuler
3 7/1/2015 Ds : keluarga klien Penurunan curah Perubahan Low
Jam mengatakan klien jantung kontraktilitas priority
12.25 memiliki sakit jantung
koroner, Buku saku
kontrol jantung dimulai
pada tanggal 23 juli
2014
Do :
- capillary refill > 3
detik
- terdapat sianosis,
mukosa bibir kering,
- mengeluarkan banyak
keringat, keringat
dingin di seluruh
tubuh
- akral dingin di
ekstremitas atas dan
bawah
- tekanan darah tidak
dapat terukur, apnea,
Suhu : 35OC pada
pukul 12.30
INTERVENSI KEPERAWATAN

Tanggal No. Tujuan dan kriteria hasil Tindakan Rasional


/jam Dx
7/1/2015 1 Setelah dilakukan asuhan Pain Management
keperawatan selama 1 x 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Untuk mengetahui keadaan klien
Jam 30 menit, nyeri dapat komprehensif termasuk lokasi, karekteristik, 2. Sebagai catatan dalam riwayat
12.10 diminimalkan dengan durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor penyakit dahulu
kriteria hasil : presipitasi 3. Meminimalkan nyeri
a. pernyataan secara2. Kurangi faktor presipitasi nyeri 4. Mengurangi nyeri
verbal bahwa nyeri 3. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau 5. Mengurangi nyeri
berkurang. 4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri 6. Mengetahui kondisi klien
b. Skala nyeri dari 10 (farmakologi, non farmakologi, dan 7. Membantu proses penyembuhan
menjadi 8 interpersonal) dengan pendekatan terapeutik
5. Ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi) 8. Meminimalkan timbulnya nyeri
6. Observasi reaksi non verbal dari 9. Mengurangi nyeri
ketidaknyamanan 10. Mengetahui perubahan rasa nyeri
7. Gunakan teknik komunikasi terapeutik 11. Meningkatkan rasa nyaman
8. Kontrol lingkungan seperti: suhu, 12. Untuk memininalkan resiko syok
pencahayaan dan kebisingan anafilatik
9. Kolaborasi pemberian obat analgesik 13. Pemberian obat sesuai keadaan
10. Evaluasi kefektifan kontrol nyeri 14. Mengetahui kondisi klien
11. Tingkatkan istirahat
Analgesic administration
12. Cek riwayat alergi
13. Pilih analgesic yang diperlukan, rute
pemberian dan dosis optimal
14. Monitor vital sign
7/1/2015 Setelah dilakukan asuhan Airway Suction
keperawatan selama 1 x 1. Asultasi suara nafas sebelum dan sesudah 1. Mengetahui kondisi klien
Jam 15 menit, jalan nafas suction 2. Memberikan edukasi tentang
12.20 paten, dengan kriteria 2. Informasikan pada keluarga tentang suction kebutuhan klien untuk di suction
hasil : 3. Berikan oksigen dengan menggunakan nasal 3. Memberikan O2 untuk memenuhi
a. Suara nafas untuk memfasilitasi suction nasotracheal kebutuhan sebelum di suction
bersih 4. Lakukan suction 4. Mengeluarkan secret
b. Tidak ada 5. Pertahankan prinsip steril 5. meminimalkan resiko infeksi
sianosis 6. Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas 6. Meningkatkan rasa nyaman
c. Tidak ada dalam setelah kateter dikeluarkan dari 7. Mengetahui kebutuhan O2
dispneu nasotracheal 8. Membuka jalan nafas
d. RR 12-20x/m 7. Monitor status oksigen 9. Mengetahui keadaan secret di
e. Irama nafas Airway Management paru-paru
reguler 8. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift 10. Mengetahui kondisi kebutuhan
atau jaw thrust O2 klien
9. Auskultasi suara nafas
10. Monitor respirasi dan status O2
7/01/2015 Setelah dilakukan asuhan Cardiac Care
keperawatan selama 1x 1. Auskultasi bunyi nafas dan bunyi jantung 1. Mengetahui keadaan klien
Jam 15 menit, pompa jantung 2. Evaluasi respon pasien terhadap terapi O2 2. Mengetahui saturasi O2
12.30 efektif, status sirkulasi 3. Catat adanya disritmia jantung 3. Sebagai indicator perubahan
dan tanda tanda vital 4. Catat adanya tanda dan gejala penurunan kontraktilits jantung
normal dengana kriteria cardiac output 4. sebagai indicator terjadinya
hasil : 5. Monitor balance cairan gangguan pada kerja jantung
a. Tanda vital dalam 6. Monitor perubahan tekanan darah 5. sebagai monitoring output dan
batas normal 7. Monitor respon pasien terhadap efek intake
(Tekanan darah pengobatan anti aritmia 6. sebagai indicator penurunan
sistolik 130-110 8. Monitor toleransi aktifitas pasien curah jantung
mmHg, diastolik 9. Monitor adanya dispneu, fatigue, takipneu, 7. mengetahui respon klien
90-70 mmHg, dan ortopneu 8. meminimalkan nyeri
Suhu 36,5OC- Fluid Management 9. sebagai indicator penurunan
37,5 OC, N : 60- 10. Pasang urine kateter curah jantung
100x/m) 11. Monitor status hidrasi (kelembapan membran 10. sebagai monitoring balance
b. AGD dalam batas lukosa, nadi adekuat) cairan
normal (pH 7- 12. Monitor hasil laboratorium yang sesuai 11. sebagai indicator penurunan
7,5) dengan retensi cairan (hematokrit, perfusi perifer
c. Tidak ada suara osmolalitas urine) 12. sebagai indicator penurunan
nafas tambahan 13. Monitor indikasi retensi cairan (crackles, perfusi perifer
d. Nadi perifer kuat CVP, edema, DVJ, asites) 13. sebagai indicator fungsi jantung
14. Kolaborasi pemberian diuretik 14. sebagai indicator kelebihan
Vital Sign Monitor volume cairan
15. Monitor tanda tanda vital 15. mengurangi kelebihan volume
16. Catat sianosis, CRT, warna kulit, kelembapan cairan
kulit 16. mengetahui keadaan klien
17. Monitor irama dan bunyi jantung dan nafas 17. sebagai indicator perfusi perifer
18. Monitor pola nafas abnormal 18. mengetahui ada tidaknya
abnormal pada jantung dan paru-
paru
19. mengetahui kondisi pernafasan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tgl Jam Dx Impelementasi Respon Ttd


Kep.
7/01/15 12.10 3 melakukan pemeriksaan penunjang ECG S:-
O : hasil ECG : ST depresi > 1mm di V4 V6
12.12 1 memasang nasal kanul S : klien mengatakan terasa hembusan udara
O : hidung terpasang kanul, 3 lpm, posisi semi
fowler
12.15 1 melakukan pengkajian nyeri S : klien mengatakan nyeri dada, P : nyeri terus
menerus. Q : seperti ditimpa beban. R : dada
sebelah kiri menjalar ke punggung kiri bagian
belakang. S : skala 10. T : > 10 menit
O : klien merintih kesakitan
12.16 2 mengobservasi status pernafasan S:-
O : terdengar gurgling 1 kali
12.17 3 mengobservasi keadaan S:
O : muntah 1 berisi makanan, klien kejang dengan
kaki dan tangan kaku, wajah kaku
12.19 Memindahkan klien ke ruang observasi intensive S:-
O : muntah 1 kali berisi makanan
12.20 2,3 mengukur tanda-tanda vital S:-
O : TD : 111/74 mmHg, N : 90x/m, RR : 28 x/m, S:
36,2OC
12.21 3 melakukan penilaian GCS S:-
O : GCS : E2M2V1 , total GCS= 5, muntah 1 kali
berisi makanan
12.22 2,3 Monitoring pola nafas abnormal dan chek nadi S:-
O : dispnea, nadi teraba lemah, tekanan darah tidak
terukur.
12.23 2,3 monitoring vital sign S:-
O : Tekanan darah tidak terukur, nadi karotis tidak
teraba, apnea, S : 35OC
12.24 Memindahkan klien ke ruang resusitasi S:-
O : Tekanan darah tidak terukur, nadi karotis tidak
teraba, apnea, S : 35OC, terpasang bed side monitor
12.25 3 memasangan infuse set S:-
O : pembuluh darah vasokonstriksi, kesulitan darah
untuk keluar
12.25 3 memasang OPA dan melakukan suction S:-
O : terdengar gurgling, muntah 1 kali. Setelah
dilakukan suction tidak terdengar suara gurgling
12.25 3 memberikan RJP dan ventilasi (Bag Valve Mask) S :-
O : apnea dan cardiac arrest ( tidak ada nadi), RJP 1
siklus, bagging
12.30 3 Mengechek gambar ECG dan mengechek nadi S : -
karotis O : gambar ECG VT, nadi karotis tidak teraba
12.31 3 melakukan Endotrakeal Tube (ETT) S: -
O : apnea, selang ETT disambung dengan Bag Valve
Mask
12.32 3 Memberikan RJP dan ventilasi (Bag Valve Mask)S:
O : memberikan RJP selagi perisiapan defibrilasi siap,
12.35 3 melakukan defibrillasi I S:-
O : gambar ECG VT, nadi karotis tidak teraba, energy
200 Joule Bifasik Asinkron
12.40 3 mengechek ECG monitor dan nadi S:-
O : gambaran ECG VT, nadi karotis tidak teraba
12.41 3 melakukan RJP dan ventilasi, memberikan obat S : -
andrenalin 1 mg O : RJP 5 siklus + ventilasi, obat masuk melalui IV
12.46 3 mengechek ECG dan nadi S:-
O : gambaran ECG VT, nadi karotis tidak teraba
12.48 3 melakukan defibrillasi II S:-
O : 200 Joule bifasik asinkron
12.49 3 mengechek EKG dan nadi S:-
O : gambaran ECG VT, nadi karotis tidak teraba
12.50 3 melakukan RJP dan ventilasi, memberikan obat S : -
amiodaron 300 mg O : RJP 5 siklus + ventilasi
12.55 3 mengechek ECG dan nadi S:-
O : gambar ECG VT, nadi karotis tidak teraba
12.57 3 Memberikan defibrillasi III S:-
O : 200 Joule bifasik asinkron
12.58 3 Mengechek ECG dan nadi S:-
O : gambar ECG asistole, nadi tidak teraba
12.59 3 Mengechek kabel (flat line protocol) S:-
O : kabel tidak ada masalah
13.00 3 Mengechek ECG S:-
O : gambar ECG asistole
13.05 3 Melakukan RJP dan ventilasi S:-
O : RJP 5 siklus + ventilasi, memberikan obat adrenalin
1 mg
13.06 3 Mengechek ECG S:-
O : gambar ECG asistole
12.07 33 Mengechek kabel (flat line protocol) S:-
O : kabel tidak ada masalah
13.08 3 Mengechek ECG S:-
O : gambar ECG asistole
13.09 3 Melakukan RJP dan ventilasi S:-
O : RJP 5 siklus + ventilasi
13.16 3 Mengechek ECG S:-
O : gambar ECG asistole,
13.17 3 Mengobservasi tanda-tanda kematian S:-
O : kedua pupil medriasis maksimal, nadi karotis tidak
teraba, tidak ada nafas spontan.
13.20 Memberikan informasi bahwa klien sudah S : -
meninggal O : gambar ECG asistole, nadi karotis tidak teraba,
tidak ada nafas spontan
13.30 Melakukan perawatan jenazah S:-
O : keluarga menerima
EVALUASI

Tgl Dx Hasil Evaluasi Ttd


7/01/15 1 S:-
O : klien mengalami penurunan kesadaran
A : masalah tidak teratasi
P:-
7/01/15 2 S :-
O : setelah dilakukan suction, tidak terdengar suara gurgling kembali, klien terpasang OPA, klien mengalami
apnea.
A : masalah tidak teratasi
P:-
7/01/15 3 S:-
O : gambar ECG asistole, tidak teraba nadi karotis, tidak ada nafas spontan, kedua pupil medriasis maksimal,
akral dingin pada semua ekstremitas atas dan bawah, sianosis
A : masalah tidak teratasi
P : perawatan jenazah
BAB IV

PEMBAHASAN

Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri dada berlangsung lebih dari 15
menit. Keluarga klien mengatakan klien mempunyai riwayat penyakit jantung koroner,
serta memulai pengobatan sejak tanggal 23 juli 2014. Klien datang langsung
mendapatkan penanganan rekam jantung/ECG. Hasil ECG menunjukan :

Lokasi Hasil Kesan Interpretasi


Lead II ST elevasi Infark miokard
Lead III ST elevasi Infark Miokard Infark Inferior
AVF ST elevasi Infark miokard
V1 ST depresi Iskemik miokard
Iskemik Anterior
V2 ST depresi Iskemik miokard
V3 ST depresi Iskemik miokard
Iskemik Anterior
V4 ST depresi Iskemik miokard
V5 ST depresi Iskemik miokard

Penyebab Infark miokard inferior dapat dikarenakan oleh adanya arterosklerosis


yang menyumbat aliran arteri koroner kanan (RCA (right coronary Artery)). Seiring
waktu, arteriosklerosis menyebabkan penyempitan yang signifikan dari satu atau lebih
arteri koroner. Ketika arteri koroner sempit lebih dari 50% sampai 70%, pasokan darah
tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen di otot jantung. Arteri koroner kanan
berjalan ke sisi kanan jantung, selain itu memberi suplai pada atrium kanan, ventrikel
kanan & dinding sebelah dalam dari ventrikel kiri. Jenis Infark yang dialami klien
adalah Subendocardial: melibatkan sejumlah kecil di dinding subendocardial dari
ventrikel kiri, septum ventrikel, atau otot papiler. infark Subendocardial dianggap akibat
dari suplai darah lokal menurun, mungkin dari penyempitan arteri koroner. Daerah
subendocardial terjauh dari's suplai darah jantung dan lebih rentan terhadap jenis
patologi.
Pasien yang mengalami infark dinding inferior nadinya menunjukan bradikardi,
hal ini disebabkan hampir 55% nodus SA disuplai oleh arteri koroner kanan dan sekitar
90% pada nodus AV. Kekurangan oksigen (iskemia) pada otot jantung menyebabkan
nyeri dada (angina) pada kebanyakan orang.Kematian sel-sel otot jantung
mengakibatkan miokard melakukan kompensasi dengan melakukan metabolism anaerob
agar jantung tetap mendapat suplai oksigen ke seluruh tubuh. Hasil dari metabolisme
anaerob inilah yang menyebabkan nyeri dada yaitu asam laktat. Hal ini sesuai dengan
kondisi klien, dimana klien mengalami nyeri dada.
Tahap penanganan SKA (sindrom Koroner Akut) adalah pemberian terapi
oksigen, pemberian obat nitrogliserin, morfin, aspirin. Setelah pemeriksaan ECG, klien
mendapat terapi oksigen nasal kanul 3lpm. Tujuan pemberian oksigen yaitu
meningkatkan suplai oksigen pada jantung dan mencegah perluasan infark miokard.
Oksigen membantu otot jantung bagian inferior untuk tetap mendapatkan suplai
oksigen, selain itu oksigen juga meminimalkan kerusakan irrevisible pada otot jantung
bagian septal dan anterior mengalami iskemik, dimana hasil EKG menunjukan V1-V4
ST depresi.
Terapi oksigen dapat dilihat efektifitasnya dengan melihat Saturasi oksigen.
Saturasi menjadi alat ukur derjaat kemampuan hemoglobin mengikat oksigen. Saturasi
Oksigen klien ketika datang 96 %, setelah diberi terapi oksigen menjadi 98% setelah
diberi terapi oksigen. Terapi oksigen memberikan pengaruh terhadap perubahan saturasi
oksigen yang signifikan, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budi
dkk. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa adanya peningkatan saturasi oksigen
kembali normal setelah diberikan terapi oksigen binasal kanul.
Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa pemberian oksigen dapat
menurunkan nyeri dada. Didapatkan hasil pada kelompok I sebanyak 4 lpm
membutuhkan waktu 10-15 menit, kelompok II sebanyak 5 lpm membutuhkan waktu 6-
10 menit, sedangkan kelompok III sebanyak 6 lpm membutuhkan waktu 5-9 menit.
Dapat disimpulkan bahwa dosis oksigen 6 lpm memiliki pengaruh yang paling cepat
untuk menurunkan nyeri dada dengan diikuti nainya saturasi oksigen 5-10%.
Pemberian nitrogliserin pada pasien yang tidak hipotensi. Tekanan darah klien
120/ 70 mmHg, namun pada klien belum sempat mendapatkan pengobatan nitrogliserin
dan aspirin dikarenakan kondisi tiba-tiba memburuk. Manfaat NTG adalah memperbaiki
pengiriman oksigen ke miokard, menurunkan kebutuhan oksigen di miokard,
menurunkan preload sehingga mengubah tegangan dinding ventrikel, dilatasi arteri
koroner besar dan memperbaiki aliran kolateral. Pemberian aspirin juga diperlukan
pada pasien SKA jika tidak ada kontraindikasi ulkus gaster, asma bronkial. Efeknya
ialah menghambat siklooksigenasi -1 dalam platelet dan mencegah pembentukan
tromboksanA2. Namun pada klien juga belum sempat mendapatkan aspirin.
Klien menunjukan tanda gejala klinis SKA yaitu berkeringat dingin, muntah.
Kemungkinan klien mengalami hipoksia ringan. Proses Arteriosklerosis yang
menyebabkan penyumbatan sehingga otot jantung mengalami kekurangan oksigen yang
menjadikan ketidakadekuatan krontraktilitas jantung dalam mempompa darah
mengakibatkan penurunan curah jantung. Dampak yang ditimbulkan yaitu suplai
oksigen ke seluruh tubuh khususnya jaringan perifer tidak adekuat. Tanda gejala klinis
yang diperlihatkan klien yaitu sianosis, keringat dingin, CRT > 3detik. Klien kejang
kemudian terdengar suara gurgling kemudian diikuti muntah, setelahnya mengalami
penurunan kesadaran. Penilaian GCS klien E2M2V1 , total GCS= 5, hal ini dapat
sebagai pertimbangan bahwa suplai oksigen ke jaringan otak juga mengalami
penurunan.

Klien mengalami penurunan kesadaran langsung dibawa ke resusitasi, klien


dilakukan suction, pemasangan OPA dan ETT. Kemudian klien apnea klien mengalami
apnea, nadi karotis tidak teraba maka klien perlu dilakukan resusitasi jantung paru.
Klien mendapatkan RJP selama 5 siklus. Kemudian gambaran EKG menunjukkan VT
sehingga klien mendapatkan defribilasi sebanyak 3 kali, defibrilasi I dan II hasil ECG
yang keluar VT dan nadi karotis tidak teraba, defibrilasi ke III hasil ECG menunjukan
asistole. DC syok sudah berlangsung selama 45 menit, dan tidak ada perubahan
membaik yang diharapkan, dokter memutuskan untuk menghentikan penanganan DC
Syok.
BAB V

KESIMPULAN

1. nyeri berhubungan dengan angina pectoris


nyeri tidak teratasi karena klien mengalami penurunan kesadaran, selain itu klien
juga belum sempat mendapatkan terapi analgesik, sehingga klien evaluasi nyeri
tidak dapat dilakukan
2. bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan jumlah mukus berlebih
bersihan jalan nafas teratasi setelah dilakukan suction, tidak terdengar lagi suara
gurgling, namun klien mengalami apnea.
3. penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
masalah tidak teratasi, karena gambar ECG asistole, tidak teraba nadi karotis,
tidak ada nafas spontan, kedua pupil medriasis maksimal, akral dingin pada
semua ekstremitas atas dan bawah, sianosis
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin H & Kusuma, Hardhi. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


diagnosa medis & NANDA NIC NOC. Jilid 1. 2013. Yogyakarta: MedAction.
Brunner; Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Ed
8. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A & Lorraine M. Wilson.2005. Patofisiologi: Konsep Klinik Proses
Proses Penyakit. Jakarta:EGC.
Pusponegoro, Aryono. BT&CLS ( basic trauma life support & basic cardiac life
support ). Jakarta : Diklat yayasan ambulans gawat darurat 118. 2011.
Widiayanto, Budi., Yamin, L.S. 2014. Terapi oksigen terhadap perubahan
saturasi oksigen melalui pemeriksaan oksimetri pada pasien infark miokard akut (IMA).
Prosiding konferensi nasional II PPNI Jawa Tengah 2014
Tim indeks. 2008. Nursing : memahami berbagai macam penyakit. Jakarta :
indeks

You might also like