Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi yang terdiri dari jaringan sel-sel
khusus dan dibedakan menjadi dua, sel neuron dan sel neoroglia. Sel neuron adalah sel
saraf yang merupakan suatu unit dasar dari sistem saraf. Sel ini bertugas melanjutkan
informasi dari organ penerima rangsangan kepusat susunan saraf dan sebaliknya.
Adapun Jaringan saraf terdiri dari 3 komponen yang mempunyai struktur dan fungsi
yang berbeda, yaitu sel saraf (neuron) yang mampu menghantarkan impuls, sel
Schwann yang merupakan pembungkus kebanyakan akson dari sistem saraf perifir dan
sel penyokong (neuroglia) yang merupakan sel yang terdapat diantara neuron dari
sistem saaf pusat. Oleh karena itu saraf dari sistem saraf perifiritu di bangun oleh
neuron dan sel schwann, sedangkan traktus yang terdapat diotak dan susm-sum tulang
belakang dibentuk oleh neuron dan neuroglia.
Untuk mengetahui perubahan-perubahan listrik didalam saraf, perlu diketahui dulu
sifat-sifat akson. Akson dari kebanyakan hewan mamalia umumnya relatif kecil, untuk
itu didalam percobaan digunakan akson raksasa yang terdapat pada hewan invertebrat
seperti cumi-cumi dan gurita. Berbagai bangunan yang dapat ditemukan dalam sistem
saraf hewan yaitu otak, serabut saraf, plektus, dan ganglia. Serabut saraf yaitu
kumpulan akson dari sejumlah sel saraf baik sejenis maupun tidak sejenis. Contoh
serabut yang sejenis adalah serabut eferen, serabut campuran contohnya adalah
campuran antara sejumlah akson dari sel saraf motorik dan sensorik. Apabila
rangsangan dengan kekuatan tertentu diberikan kepada membran sels araf, membran
akan mengalami perubahan elektrokimia dan perubahan fisiologis. Perubahan tersebut
berkaitan dengan adanya perubahan permeabilitas membran yang menyebabkan
terjadinya permiabel tehadap Na+ dan sangat kurang permiabel terhadap K+.
Depolarisasi yang timbul hanya pada bagian yang dirangsang dinamakan
depolarisasi lokal. Pada bagian tersebut terbentuk arus lokal. Apabila rangsangan yang
diberi cukup kuat, arus lokal yang timbul pada membran yang terdepolarisasiakan
merangsang membran disebelahnya yang masih dalam keadaan istirahat, sehingga
1
sebagian membran tersebut akan ikut terdepolarisasi. Peristiwa ini menunjukkan
penjalaran impuls. Depolarisasi adalah nilai potensial aksi yang terjadi akibat adanya
rangsangan. Bagian otak depan terakhir adalah telensefalon, telah mengalami
perubahan sangat besar selama evolusi vertebrata. Pada ikan dan amphibi, telensefalon
lebih dari sekedar suatu penciuman, tapi dapat juga menerima input dari bulbus
olfaktori. Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa disadari.
Oleh karena itu, penulis akan memfokuskan pembahasan mengenai obat-obat gangguan
neurologi (saraf).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa defenisi sistem saraf pusat ?
2. Apa obat perangsang sistem saraf pusat ?
3. Bagaimana klasifikasi sistem saraf pusat ?
4. Bagaimana jenis obat-obat sistem saraf pusat & mekanisme kerjanya ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan tentang defenisi sistem saraf pusat ?
2. Menjelaskan tentang obat perangsang sistem saraf pusat ?
3. Menjelaskan tentang klasifikasi sistem saraf pusat ?
4. Menjelaskan tentang jenis obat-obat sistem saraf pusat & mekanisme kerjanya ?
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tentang defenisi sistem saraf pusat ?
2. Mengetahui tentang obat perangsang sistem saraf pusat ?
3. Mengetahui tentang klasifikasi sistem saraf pusat ?
4. Mengetahui tentang jenis obat-obat sistem saraf pusat & mekanisme kerjanya ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat merupakan pusat pengaturan informasi, dimana seluruh aktivitas
tubuh dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan
sumsum tulang belakang. Otak dilingdungi oleh tengkorak dan sumsum tulang
belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Otak dan sumsum tulang belakang
dibungkus oleh selaput meningia yang melindungi sistem saraf halus, membawa
pembuluh darah, dan dengan mensekresi sejenis cairan yang disebut serebrospinal,
selaput meningia dapat memperkecil benturan dan guncangan. Meningia terdiri ata tiga
lapisan, yaitu piamater, arachnoid, dan duramater.
Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang merupakan suatu
jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang
lain. Fungsi sistem saraf antara lain : mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol
interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya.
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang serebrum
medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks otak-depan oleh se-
nyawa stimulan SSP akan meningkatkan kewaspadaan, pengurangan kelelahan pikiran
dan semangat bertambah. Contoh senyawa stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin.
Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan sistem saraf
tepi (SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa, cahaya, dan
suara mula-mula diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan ke otak dan sumsum
tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh perangsangan rasa sakit diotak besar.
Sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi emosional yang ditimbulkan rasa sakit
tersebut. Sistem syaraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang
tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik. Obat yang dapat merangsang SSP disebut
analeptika.
3
Obat-obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek
farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :
1. Merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung
merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta syarafnya.
2. Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak lansung memblokir
proses proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf- sarafnya.
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat luas
(merangsang atau menghambat secara spesifik atau secara umum). Kelompok obat
memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik khusus
mempengaruhi pusat pengatur suhu pusat nyeri tanpa pengaruh jelas.
4
Farmakokinetik : waktu paruh 4-30 jam, diekskresikan lebih cepat
pada urin asam daripada urin basa
Reaksi yang merugikan : menimbulkan efek- efek yang buruk pada sistem
saraf
pusat, kardiovaskuler, gastroinstestinal, dan
endokrin.
5
3. KAFEIN
Reaksi yang merugikan : dalam jumlah yang lebih dari 500 mg akan
mempengaruhi SSP dan jantung.
6
Dosis : 1-3 ml untuk perangsang pernafasan
5. DOKSAPRAM
7
misalnya pada pergelangan tangan atau kaki. Obat obat anestetik local
umumnya yang dipakai adalah garam kloridanya yang mudah larut dalam air.
Persyaratan Anestetik local
Anestetik local dikatakan ideal apabila memiliki beberapa persyaratan sebagai
berikut :
a) Tidak merangsang jaringan
b) Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf
sentral
c) Toksisitas sistemis rendah
d) Efektif pada penyuntikan dan penggunaan local
e) Mula kerja dan daya kerjanya singkat untuk jangka waktu cukup lama
f) Larut dalam air dengan menghasilakan larutan yang stabil dan tahan
pemanasan
Efek samping
Efek samping dari pengguna anestetik local terjadi akibat khasiat dari
kardiodepresifnya ( menekan fungsi jantung ), mengakibatkan hipersensitasi
berupa dermatitis alergi.
Penggolongan
Secara kimiawi anestetik local dibagi 2 kelompok yaitu :
a) Senyawa ester, contohnya prokain, benzokain, buvakain, tetrakain, dan
oksibuprokain
b) Senyawa amida, contohnya lidokain, mepivikain, bupivikain,, cinchokain
dll. Semua kokain, semua obat tersebut diatas dibuat sintesis.
Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1. Bupivikain
Indikasi : anestetik lokal
2. Etil klorida
Indikasi : anestetik local
Efek samping : menekan pernafasan, gelisah dan mual
3. Lidokain
Indikasi : anestesi filtrasi dan anestesi permukaan, antiaritmia
Efek samping : mengantuk
4. Benzokain
8
Indikasi : anestesi permukaan dan menghilangkan rasa nyeri
dan gatal
5. Prokain ( novokain )
Indikasi : anestesi filtrasi dan permukaan
Efek samping : hipersensitasi
6. Tetrakain
Indikasi : anestesi filtrasi
7. Benzilalkohol
Indikasi : menghilangkan rasa gatal, sengatan matahari dan
gigi
Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping : menekan pernafasan
Anestetika Umum
Obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan depresi pada pusat-pusat
syaraf tertentu yang bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan
kesadaran ditiadakan.
Persyaratan Anestetik Umum
Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu anestetik umum
a) berbau enak dan tidak merangsang selaput lender
b) mula kerja cepat tanpa efek samping
c) sadar kembalinya tanpa kejang
d) berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot-otot seluruhnya
e) Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu pembedahan.
Efek samping
Hampir semua anestetik umum mengakibatkan sejumlah efek samping
yang terpenting diantaranya adalah :
Menekan pernafasa, paling kecil pada N2O, eter dan trikloretiken
Mengurangi kontraksi jantung, terutama haloten dan metoksifluran yang
paling ringan pada eter
Merusak hati, oleh karena sudah tidak digunakan lagi seperti senyawa
klor
9
Merusak ginjal, khususnya metoksifluran
Penggolongan
Menurut penggunaannya anestetik umum digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Anestetik injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra short acting ( thiopental
dan heksobarbital)
2. Anestetik inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran pernafasan.
Contohnya eter, dll.
Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1. Dinitrogen monoksida
Indikasi : anestesi inhalasi
2. Enfluran
Indikasi : anestesi inhalasi ( untuk pasien yang tidak tahan eter)
Efek samping : menekan pernafasan, gelisah, dan mual
3. Halotan
Indikasi : anestesi inhalasi
Efek samping : menekan pernafasan, aritmia, dan hipotensi
4. Droperidol
Indikasi : anestesi inhalasi
5. Eter
Indikasi : anestesi inhalasi
Efek samping : merangsang mukosa saluran pernafasan
6. Ketamin hidroklorida
Indikasi : anestesi inhalasi
Efek samping : menekan pernafasan (dosis tinggi ), halusinasi dan
tekanan darah naik.
7. Tiopental
Indikasi : anestesi injeksi pada pembedahan kecil seperti di mulut
Kontra indikasi : insufiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping : menekan pernafasan
10
2. Obat Hipnotik dan Sedative
Hipnotik atau obat tidur berasal dari kata hynops yang berarti tidur, adalah obat
yang diberikan malam hari dalam dosis terapi dapat mempertinggi keinginan
tubuh normal untuk tidur, mempermudah atu menyebabkan tidur. Sedangkan
sedative adalah obat obat yang menimbulkan depresi ringan pada SSP tanpa
menyebabkan tidur, dengan efek menenangkan dan mencegah kejang-kejang.
Yang termasuk golongan obat sedative-hipnotik adalah: Ethanol (alcohol),
Barbiturate,fenobarbital, Benzodiazepam, methaqualon.
11
Penggolongan
Secara kimiawi, obat-obat hipnotik digolongkan sebagai berikut :
a) Golongan barbiturate, seperti fenobarbital, butobarbital, siklobarbital,
heksobarbital,dll.
b) Golongan benzodiazepine, seperti flurazepam, nitrazepam, flunitrazepam dan
triazolam.
c) Golongan alcohol dan aldehida, seperti klralhidrat dan turunannya serta
paraldehida.
d) Golongan bromide, seperti garam bromide ( kalium, natrium, dan
ammonium ) dan turunan ure seperti karbromal dan bromisoval.
e) Golongan lain, seperti senyawa piperindindion (glutetimida ) dan
metaqualon.
3. Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
1. Diazepam
Indikasi : hipnotika dan sedative, anti konvulsi, relaksasi, relaksasi otot
dan anti ansietas (obat epilepsi).
2. Nitrazepam
Indikasi : seperti indikasi diazepam
Efek samping : pada pengguanaan lama terjadi kumulasi dengan efek sisa (hang
over ), gangguan koordinasi dan melantur.
3. Flunitrazepam
Indikasi : hipnotik, sedatif, anestetik premedikasi operasi.
Efek samping : amnesia (hilang ingatan )
4. Kloral hidrat
Indikasi : hipnotika dan sedative
Efek samping : merusak mukosa lambung usus dan ketagihan
5. Luminal
Indikasi : sedative, epilepsy, tetanus, dan keracunan strikhnin.
4. Obat Psikofarmaka / psikotropik
Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf
pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, dan
digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik. Psikofarmaka dibagi dalam 3 kelompok :
1).Neuroleptika yaitu obat yang berkerja sebagai anti psikotis dan sedative yang dikenal
12
dengan Mayor Tranquilizer.
Neuroleptika mempunyai beberapaa khasiat :
a. Anti psikotika, yaitu dapat meredakan emosi dan agresi, mengurangi atau
menghilangkan halusinasi, mengembalikan kelakuan abnormal dan schizophrenia.
b. Sedative yaitu menghilangkan rasa bimbang, takut dan gelisah, contoh tioridazina.
c. Anti emetika, yaitu merintangi neorotransmiter ke pusat muntah, contoh
proklorperezin.
d. Analgetika yaitu menekan ambang rasa nyeri, contoh haloperidinol.
Efek samping
1. Gejala ekstrapiramidal yaitu kejang muka, tremor dan kaku anggota gerak karena
disebabkan kekurangan kadar dopamine dalam otak.
2. Sedative disebabkan efek anti histamine antara lain mengantuk,lelah dan pikiran
keruh.
3. Diskenesiatarda, yaitu gerakan tidak sengaja terutama pada otot muka (bibir, dan
rahang )
4. Hipotensi, disebabkan adanya blockade reseptor alfa adrenergic dan vasolidasi.
5. Efek anti kolinergik dengan cirri-ciri mulut kering, obstipasi dan gangguan
penglihatan.
6. Efek anti serotonin menyebabkan gemuk karena menstimulasi nafsu makan
7. Galaktore yaitu meluapnya ASI karena menstimulasi produksi ASI secara berlebihan.
2). Ataraktika/ anksiolitika yaitu obat yang bekerja sedative, relaksasi otot dan anti
konvulsi yang digunakan pada gangguan akibat gelisah/ cemas, takut, stress dan
gangguan tidur, dikenal dengan Minor Tranquilizer.
Penggolongan obat-obat ataraktika dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Derivat Benzodiazepin
2. Kelompok lain, contohnya : benzoktamin, hidrosizin dan meprobramat.
Adapun obat yang menstimulasi fungsi psikis terhadap susunan saraf pusat, dibagi 2:
13
Anti Depresiva, dibagi menjadi thimoleptika yaitu obat yang dapat melawan melankolia
dan memperbaiki suasana jiwa serta thimeritika yaitu menghilangkan inaktivitas fisik dan
mental tanpa memperbaiki suasana jiwa.
Secara umum anti depresiva dapat memperbaiki suasana jiwa dan dapat menghilangkan
gejala-gejala murum dan putus asa. Obat ini terutama digunakan pada keadaan depresi,
panic dan fobia.
Anti depresiva dibagi dalam 3 golongan :
1. Anti depresiva generasi pertama, seringkali disebut anti depresiva trisiklis dengan
efek
samping gangguan pada system otonom dan jantung. Contohnya imipramin dan
amitriptilin.
2. Anti deprisiva generasi kedua, tidak menyebabkan efek anti kolinergik dan gangguan
jantung, contohnya meprotilin dan mianserin.
3. Psikostimulansia yaitu obat yang dapat mempertinggi inisiatif, kewaspadaan dan
prestasi fisik dan mental dimana rasa letih dan kantuk ditangguhkan, memberikan
rasa nyaman dan kadang perasaan tidak nyaman tapi bukan depresi
4. Obat Antikonvulsan
Obat mencegah & mengobati bangkitan epilepsi. Contoh : Diazepam
Fenitoin,Fenobarbital, Karbamazepin, Klonazepam.
14
menurunkan suhu. Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak
bekerja sentral.
Penggolongan:
Berdasarkan rumus kimianya analgetik perifer digolongkan menjadi :
1. Golongan salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin.
Obat ini diindikasikan untuk sakit kepala, neri otot, demam. Sebagai contoh
aspirin dosis kecil digunakan untuk pencegahan thrombosis koroner dan
cerebral. Asetosal adalah analgetik antipirentik dan anti inflamasi yang
sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Efek sampingnya
yaitu perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan saluran
cerna.
2. Golongan para aminofenol
Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol ). Efek samping
golongan ini serupa denga salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi
nyeri ringan sedang, dan dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan
demam, dengan mekanisme efek sentral. Efek samping dari parasetamol dan
kombinasinya pada penggunaan dosis besar atau jangka lama dapat
menyebabkan kerusakan hati.
3. Golongan pirazolon(dipiron)
Dipiron sebagai analgetik antipirentik, karena efek inflamasinya lemah.
Efek samping semua derivate pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis,
anemia aplastik dan trombositopenia.
4. Golongan antranilat
Digunakan sebagai analgetik karena sebagai anti inflamasi kurang
efektif dibandingkan dengan aspirin. Efek samping seperti gejala iritasi
mukosa lambung dan gangguan saluran cerna sering timbul.
Penggunaan:
Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
15
memengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan
ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan/atau antiradang. Oleh
karena itu tidak hanya digunakan sebagai obat antinyeri, melainkan juga pada
demam (infeksi virus/kuman, selesma, pilek) dan peradangan seperti rematik dan
encok.
Efek samping :
Yang paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan darah,
kerusakan hati dan ginjal dan juga reaksi alergi kulit. Efek-efek samping ini
terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi. Oleh karena itu
penggunaan anal-getika secara kontinu tidak dianjurkan.
2. Analgetik Narkotik, Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat,
seperti fraktur dan kanker.
Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat,
yaitu:
1. Obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal.
2. Obat perifer bersama kodein atau tramadol.
3. Obat sentral (Opioid) peroral atau rectal.
4. Obat Opioid parenteral.
Penggolongan analgetik narkotik adalah sebagai berikut :
a. Alkaloid alam : morfin,codein
b. Derivate semi sintesis : heroin
c. Derivate sintetik : metadon, fentanil
d. Antagonis morfin : nalorfin, nalokson, dan pentazooin.
16
Indikasi : nyeri ringan sampai sedang
Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/ indiksi over dosis
3. Fentanil
Indikasi : nyeri kronik yang sukar diatasi pada kanker
Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut
Efek samping: mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indiksi over dosis
4. Petidin HCl
Indikasi : nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah
Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indiksi over dosis
5. Tremadol HCl
Indikasi : nyeri sedang sampai berat
Kontra indikasi: depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut
Efek samping : mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/indiksi over dosis
Nalorfin, Nalokson
Adalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin dan bersifat
analgetik. Khusus digunakan pada kasus overdosis atau intoksikasi obat-obat analgetik
narkotik.
7. Antipiretik
adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu tubuh.
8. Obat Antimigrain
Obat yang mengobati penyakit berciri serangan-serangan berkala dari nyeri hebat
pada satu sisi.
17
usus, perdarahan tersembunyi (okult ), pusing, tremor dan lain-lain. Obat
generiknya Indomestasin, fenilbutazon, dan piroksikam.
11. Neuroleptika
Obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis (jiwa) tertentu tanpa
menekan fungsi-fungsi umum seperti berfikir dan berkelakuan normal. Obat ini
digunakan pada gangguan (infusiensi) cerebral seperti mudah lupa, kurang
konsentrasi dan vertigo. Gejalanya dapat berupa kelemahan ingatan jangka
pendek dan konsentrasi, vertigo, kuping berdengung, jari-jari dingin, dan depresi.
Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
1. Piracetam
Obat ini diindikasikan untuk gejala dengan proses menua seperti daya
ingat berkurang, terapi pada anak seperti kesulitan belajar.
2. Pyritinol HCl
Obat ini diindikasikan untuk pasca trauma otak, perdarahan otak, gejala
degenerasi otak sehubungan gangguan metabolism.
3. Mecobalamin
Obat ini diindikasikan untuk terapi neuropati perifer.
12. Obat Antiepileptika
Obat yang dapat menghentikan penyakit ayan, yaitu suatu penyakit gangguan
syaraf yang ditimbul secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya disertai perubahan-
perubahan kesadaran.
18
Penyebab antiepileptika : pelepasan muatan listrik yang cepat, mendadak dan
berlebihan pada neuron-neuron tertentu dalam otak yang diakibatkan oleh luka di
otak( abses, tumor, anteriosklerosis ), keracunan timah hitam dan pengaruh obat-
obat tertentu yang dapat memprovokasi serangan epilepsi.
Jenis Jenis Epilepsi :
8. Grand mal (tonik-tonik umum )
Timbul serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-kejang otot hebat
dengan pergerakan kaki tangan tak sadar yang disertai jeritan, mulut
berbusa,mata membeliak dan disusul dengan pingsan dan sadar kembali.
9. Petit mal
Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang.Psikomotor (serangan
parsial kompleks)
Kesadaran terganggu hanya sebagian tanoa hilangnya ingatan dengan
memperlihatkan perilaku otomatis seperti gerakan menelan atau berjalan dalam
lingkaran.
Penggunaan
1. untuk menghindari sel-sel otak
2. mengurangi beban social dan psikologi pasien maupun keluarganya
3. profilaksis/pencegahan sehingga jumlah serangan berkurang
Penggolongan
1.Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada hamper semua
jenis epilepsi. Contoh fenitoin.
2. Golongan barbiturat, sangat efektif sebagi anti konvulsi, paling sering digunaka
pada serangan grand mal. Contoh fenobarbital dan piramidon.
3. Golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresif dan anti
konvulsif.
19
4.Golongan benzodiazepine, memiliki khasiat relaksasi otot, hipnotika dan
antikonvulsiv yang termasuk golongan ini adalah desmetildiazepam yang
aktif,klorazepam, klobazepam.
5. Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsy umum tetapi
kurang efektif terhadap serangan psikomotor. Efek anti konvulsi asam valproat
didasarkan meningkatkan kadar asam gama amino butirat acid.
2. Penobarbital
Indikasi : semua jenis epilepsi kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi: depresi pernafasan berat, porifiria
Efek samping :mengantuk, depresi mental
3. Karbamazepin
Indikasi : epilepsi semua jenis kecuali petit mal neuralgia trigeminus
Kontra indikasi: gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum tulang
Efek samping : mual,muntah,pusing, mengantuk, ataksia,bingung
4. Klobazam
Indikasi : terapi tambahan pada epilepsy penggunaan jangka pendek
ansietas.
Kontra indikasi: depresi pernafasan
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, amnesia ketergantungan
kadang-kadang nyeri kepala, vertigo hipotensi.
5. Diazepam
20
Indikasi : status epileptikus, konvulsi akibat keracunan
Kontra indikasi: depresi pernafasan
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, antaksia, amnesia,
ketergantungan, kadang nyeri kepala.
Penggolongan
1. Anti histamin
Efek samping anti histamine ini adalah mengantuk. Anti histamine yang dipaki
adalah sinarizin, dimenhidrinat, dan prometazin, toklat.
2. Dopamin blokersinarizin
3. Metoklopramid dan fenotiazin
Bekerja secara selektif merintangi reseptor dopamine ke chemo reseptor
trigger zone tetapi tidak efektif untuk motion sickness. Obat yng dipaki
adalah klorpromazin HCl,perfenazin, proklorperazin dan trifluoperazin.
4. Domperidon
21
Bekerja berdasarkan peringatan reseptor dopamine ke CTZ. Efek samping
jarang terjadi hanya berupa kejang-kejang usus. Obat ini dipaki pada kasus mual
dan muntah yang berkaitan dengan obat-obatan sitostatika.
5. Antagonis serotonin
Bermanfaat pada pasien mual, muntah yang berkaitan dengan obat-obatan
sitostatika.
2. Dimenhidrinat
Indikasi : mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan dan kelainan labirin
Kontra indikasi : serangan asma akut, gagal jantung dan kehamilan
Efek samping : mengantuk dan gangguan psikomotor
3. Klorpromazin HCl
Indikasi : mual dan muntah
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
4. Perfenazin
Indikasi : mual dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
5. Proklorperazin
Indikasi : mual dan muntah akibat gangguan pada labirin
22
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
6. Trifluoperazin
Indikasi :mual dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra pyramidal
Penggunaan
Meskipun pengobatan parkison tidak dapat mencegah progesi penyakit, tetapi
sangat memperbaiki kualitas dan harapan hidup kebanyakan pasien. Karena itu
pemberian obat sebaiknya dimulai dengan dosis rendah dan ditingkatkan sedikit
demi sedikit.
23
Penggolongan
Berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi :
1. Obat anti muskarinik, seperti triheksifenidil/ benzheksol, digunakan pada
pasien dengan gejala ringan dimana tremor adalah gejala yang dopamin.
2. Obat anti dopaminergik, seperti levodopa, bromokriptin. Untuk penyakit
Parkinson idiopatik, obat pilihan utama adalah levodopa.
3. Obat anti dopamine antikolinergik, seperti amantadine.
4. Obat untuk tremor essensial, seperti haloperidol, klorpromazine, primidon.
4. Bromokriptin
24
Bekerja sebagai antagonis dopamine, obat ini semula digunakan pada pasien-
pasien parkison hanya dimana efek-efek dopa berkurang setelah beberapa
tahun dan efeknyapun menjadi singkat, bersamaan dengan lebih seringnya
terjadi efek samping.
Indikasi : parkinsonisme
Efek sampan :gangguan lambung usus, pada dosis tinggi
halusinasi, gangguan psikomotor dll.
5. Amantadine
Obat anti influenza ini secara kebetulan ditemukan daya anti parkisonnya.
Efek samping : lebih ringan dari levodopa, pada dosis biasa tidak sring
terjadi antara lain mulut kering, gangguan penglihatan, hipotensi ortostatik,
kadang-kadang terjadi udema mata kaki. Mekanisme kerja melalui
memperbanyak pelepasan dari ujung-ujung saraf.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, Bermacam-macam penyakit memerlukan obat yang berbeda-beda, begitu pula
dengan obatnya selain mempunyai fungsi masing-masing obat juga mempunyai efek
sampingnya masing-masing, dan sebagai perawat kita semua harus bisa memahami
tentang obat dan jenisnya.
B. Saran
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan
pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu, pemikiran
dan pengetahuan penulis yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempernuan makalah ini
penulis sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang bersifat membangun
kepada semua pembaca.
Tidak terlepas dari semua itu penulis juga menyarankan bahwa sebaiknya
gunakanlah obat sesuai anjuran dokter, dan pergunakanlah obat tersebut sesuai dengan
penyakit yang diderita , jangan menggunakan obat kurang atau melebihi batasnya.
26