You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan Reproduksi tidak terlepas dari masalah penyakit hubungan


seksual. Penyakit hubungan seksual ini merupakan penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Tempat terjangkitnya penyakit ini tidak semata-mata pada alat genetalia
saja, tetapi juga dapat terjadi diberbagai tempat diluar alat genetalia. Yang tergolong dalam
penyakit hubungan seksual ini antara lain penyakit sifilis, gonore, ulkus mole,
limfogranuloma venereum, granuloma AIDS dan masih banyak yang lain.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi kedokteran menyebabkan diketahuinya


bakteri. protozoa, jamur, dan virus sebagai penyebab penyakit hubungan seksual. Inguinalis.

Dalam penelitian lebih lanjut dijumpai bahwa makin bertambah penyakit yang timbul
akibat hubungan seksual. Dari sudut epidemiologi ternyata penyakit hubungan seksual
berkembang sangat cepat berkaitan dengan pertambahan dan terjadinya migrasi penduduk,
bertambahnya kemakmuran, serta terjadinya perubahan perilaku seksual yang semakin bebas
tanpa batas.

Mengingat begitu cepatnya perkembangan dan meluasnya penyakit hubungan seksual, maka
penulis tertarik untuk mengangkat tema penyakit hubungan seksual, khususnya tentang
penyakit GRANULOMA INGUNALIS.

Granuloma inguinale pertama kali ditemukan oleh MC LEOD pada tahun 1882 di
madras, india, dengan nama ulkus serpiginosa. CONYERS dan DANIELS pada tahun 1896
menemukan penyakit berbentuk lupoid pada ulkus di lipat paha. LAL dan NICHOLAS tidak
menyetujui penggunaan nama granuloma inguinale, karena lesi tidak selalu terdapat di
daerah inguinal, karena itu di anjurkan memakai nama granuloma Donovani.[1]

Penyakit ini termasuk penyakit kelamin, meskipun timbul keragu-raguan mengenai cara
penularan, karena pada banyak kasus penyakit tidak menular ke mitra seksualnya. Hal-hal
menyokong bahwa penyakit ini di tularkan melalui hubungan seksual ialah :[1]

1. Pada anamnesis terdapat kontak seksual sebelumnya lesi.

2. Insidensnya tinggi pada kelompok umur dengan aktivitas seksual paling banyak; lesi
terdapat pada genitalia interna seperti serviks, tanpa di sertai lesi lain.

3. Lesi terdapat hanya di sekitar anus pada orang homoseksual yang pasif.

4. Lesi terdapat pada daerah genital atau perigenital.


B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit Granuloma Inguinale?

2. Bagaimana Etiologi dari penyakit Granuloma Inguinale?

3. Bagaimana

4. Bagaimana Manifestasi klinis dari penyakit Granuloma Inguinale?

5. Bagaimana Pemeriksaan Fisik dari penyakit Granuloma Inguinale?

6. Bagaimana Patofisiologi dari penyakit Granuloma Inguinale?

7. Bagaimana Pathway dari penyakit Granuloma Inguinale?

8. Bagaimana Komplikasi dari penyakit Granuloma Inguinale?

9. Bagaimana Diagnosa dari penyakit Granuloma Inguinale?

10. Bagaimana Penanganan dari penyakit Granuloma Inguinale?

11. Bagaimana Pencegahan dari penyakit Granuloma Inguinale?

12. Bagaimana Epidemiologi dari penyakit Granuloma Inguinale?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa diharapkan mampu untuk memahami penyakit hubungan seksual, khususnya


tentang penyakit Granuloma Inguinalis.

2. Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan penulisan makalah ini,diharapkan mahasiswa mampu :

a. Memahami pengertian penyakit Granuloma Inguinalis.

b. Memahami penyebab terjadinya penyakit Granuloma Inguinalis.

c. Memahami tanda dan gejala dari penyakit Granuloma Inguinale

d. Memahami perjalanan dari penyakit Granuloma Inguinale

e. Memahami diagnosa dan cara penanganan tentang penyakit Granuloma Inguinalis.

f. Mengenal Penanganan dari penyakit Granuloma Inguinale baik dari aspek medis
maupun kebidanan
g. Mengenal cara pencegahan penyakit penyakit Granuloma Inguinale

h. Mengetahui epidemiologi dari penyakit Granuloma Inguinale


BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Granuloma inguinale adalah suatu penyakit infeksi bakteri kronis/ destruktif yang
bersifat progresif, disertai pembentukan granuloma di kulit dan jaringan subkutan di daerah
genital dan perigenital, umumnya ditularkan melalui hubungan seksual, disebabkan oleh
Calymmatobacterium granulomatis, suatu bakteri gram negatif dengan ukuran 1,5 x 0,7 mm,
pleomorphic, berada dalam histiosit yang berukuran 80-90 m, bipolar densities, dan suatu
kapsul sering terlihat,serta nonmotil. Penyakit ini dikenal dengan nama serpiginous ulceration
of the groin, lupoid form of groin ulceration, ulcerating granuloma of the pudenda, granuloma
genitoguinale, granuloma venereum genitoguinale, infective granuloma, granuloma inguinale
tropicum, chronic venereal sores, dan ulcerating sclerosing granul, Donovanosis.

B. EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini terutama terdapat di daerah tropis dan subtropis dan lebih banyak mengenai ras
kulit berwarna. Insiden puncak pada umumnya terjadi pada dekade ketiga masa hidup,
dimana lebih dari 70% kasus terjadi pada usia 20-40 tahun. Prevalensi pada laki-laki dua kali
dari pada wanita. dengan tingkat sosial-ekonomi yang rendah dan higiene yang buruk.

Pada tahun 1954 penyakit ini di laporkan bersifat endemik di pantai timur india
selatan, cina selatan, india timur dan barat, Australia utara, Afrika Tengah dan Barat,
beberapa negara bagian di Amerika Utara, serta Amerika Tengah dan Selatan. Banyak kasus
terdapat di Papua New Guinea.

Di Amerika Serikat dan negara-negara industri jarang dan semakin jarang di negara-negara
berkembang; sebagian besar terkena pada populasi yang memiliki tingkat kesehatan yang
rendah. di Amerika Serikat sejak tahun 2000 Tidak ada kasus yang dilaporkan. Sebagian
besar kasus di negara-negara industri yang berasal dari daerah endemik. Mungkin melalui
kontak seksual, tetapi sebagian besar pasangan seks ternyata tidak terinfeksi. Beberapa kasus
dapat ditularkan oleh nonseksual, mungkin melalui kontak kulit atau kulit yang terkelupas.

C. ETIOLOGI

Pada tahun 1905 Mayor DONOVAN mencatat adanya badan intraselular pada sedian
hapus bahan yang diambil dari ulkus penderita granuloma inguinale. Badan-badan ini
dilukiskan sebagai gigantic bacilli with rounded ends, yang pada umumnya disebut badan-
badan Donovan. Setelah organisme penyebab dapat dibiak pada yolk sac embrio ayam, di
nyatakan bahwa badan-badan Donovan adalah basil dan di usulkan namanya Donovania
granulomatis.
Bakteri ini disebut juga Calymatobacterium granulomatis, berbentuk batang pendek, tebal,
tidak membentuk spora, negatif-gram dan pada pewarnaan membentuk gambaran bipolar
seperti peniti, meskipun sering juga terjadi pleomorfi. Kuman ini termasuk famili
Brucellaceae dan mempunyai hubungan serologik dengan beberapa golongan
Enterobacteriaceae. Selain dapat dibiak pada yolk sac embrio ayam, bakteri tersebut juga
dapat di tanam pada medium sintetik, tetapi agak sukar tumbuhnya.[1,4]

Basil di kelilingi oleh kapsul yang berbatas tegas, dapat di lihat dengan pewarnaan Wright,
merupakan parasit intraseluler dalam vakuol pada histiosit jaringan yang besar, kadang-
kadang terdapat dalam leukosit polimorfonuklear atau sel plasma, dengan ukuran 1,5-2,5 u.
Dengan pewarnaan Wright kapsul berwarna merah muda dan kuman berbentuk bipolar.
Reproduksi bakteri terjadi dalam fokus multiple pada sel-sel tersebut sampai vakuol berisi
20-30 organisme, kemudian pecah dan keluar organisme matang.[1]

D. PATOGENESIS

Lesi primer di mulai sebagai satu nodus yang keras (berindurasi), kalau terjadi kerusakan
pada perrmukaannya terjadi ulkus yang berwarna seperti daging dan granulomatosa.
Biasanya berkembang perlahan-lahan, sering menjadi satu dengan lesi yang berhubungan
atau membentuk lesi baru dengan autoinokulasi, terutama pada daerah perianal. Timbul
akantosis hebat dan terdapat banyak histiosit. Beberapa leukosit PMN terdapat dalam fokus
infiltrat atau tersebar, limfosit jarang di temukan. Proliferasi epitel marginal menyerupai
gejala epiteliomatosa permulaan. [1]

Gambaran patognomonik donovanosis adalah sel mononuklear besar yang terinfeksi,


berisi banyak kista intrasitoplasmik yang di isi oleh badan-badan donovan. Kadang terjadi
penyebaran hematogen, metastatik ke tulang-tulang , sendi-sendi, atau hati. Infeksi sekunder
akan menimbulakan desktruksi jaringan kemudian terjadi sikatriks. [1] Ulserasi hipertrofi
meluas dan jaringan parut di perineum, dan skrotum.[6]

E. GEJALA KLINIS

Masa inkubasi pasti. Perkiraan berkisar antara 1-360 hari, 3-40 hari,14-28 hari, dan 17 hari.
Lesi dapat dimulai pada daerah genitalia eksterna, paha, lipatan paha, atau perineum. Pada
permulaan penyakit ini berbentuk papul atau nodul subkutan tunggal atau multipel yang
tidak nyeri yang kemudian secara perlahan-lahan menjadi ulkus granulomatosa berbentuk
bulat, menimbul seperti blundru.

Gambaran klinis yang paling utama adalah lesi kulit yang fleshy, merah daging, exuberant
granulation tissue yang lunak, tanpa nyeri tekan dan mudah berdarah. Gambaran klinis yang
umum berupa lesi primer meluas perlahan melalui penyebaran lansung; autoinkulasi, yang
mengakibatkan lesi baru pada kulit yang berdekatan (Kissing lesion).

Melalui mekanisme ini, suatu lesi primer pada glans penis dapat menimbulkan fokus infeksi
baru pada skrotum, paha atau dinding abdomen. Pembengkakan di daerah inguinale dapat
timbul menyertai lesi genital sebagai masa induratif atau abses yang akhirnya pecah
menimbulkan ulkus yang khas.

Kelainan ini disebut pseudobubo, karna pada kenyataannya merupakan sebuah granuloma
subkutan yang terjadi superfisial pada daerah kelenjar getah bening inguinal bukan kelenjar
getah bening yang membesar. Infeksi sekunder terutamaoleh organisme Vincent, yang di ikuti
timbulnya ulkus fagedenikum dengan kerusakan jaringan yang hebat, berbau busukdan di
sertai gejala konstitusi. Akhirnya timbul jaringan parut luas dengan distorsi, mungkin dapat
pula terjadi elefantiasis genital.

F. KLASIFIKASI

1. Tipe nodular

2. Tipe ulsero-vegetatif

3. Tipe hipertrofik

4. Tipe sikatriksia

Klasikasi ada empat jenis donovanosis:

1. Ulcerogranulomatous

Lesi granuloma inguinale ini berkembang dari lesi nodular dan terdapat ulkus supuratif yang
biasanya tidak disertai rasa nyeri. Ulkus ini jenis yang paling umum, berwarna merah daging,
jaringan lunak yang mudah berdarah dan dapat menjadi cukup luas jika tidak ditangani.
Ulkus-ulkus ini sangat mudah mengalami infeksi sekunder.

2. Ulkus hipertrofik atau verrucous

Pertumbuhan biasanya dengan tepi tidak teratur, kadang-kadang benar-benar kering.

3. Nekrotik

Ulkus berbau busuk yang mendalam menyebabkan kerusakan jaringan,

4. Kering, sklerotik, atau lesi sikatriks dengan jaringan fibrosa dan jaringan parut.

Daerah genital terkena 90% kasus dan daerah inguinal terkena 10%. Daerah anatomi
yang terkena dampak paling sering adalah pada pria, sulkus koronal, wilayah subpreputial,
dan anus. Pada wanita, labia minora, fourchette, dan kadang-kadang di leher rahim dan
saluran kelamin bagian atas.
Ulkus lebih sering terjadi pada pria yang tidak disunat dengan standar miskin
kebersihan kelamin. Lesi ekstragenital mencapai 6% kasus dan merupakan masalah yang
semakin meningkat jumlah laporan kasus. Lokasi infeksi termasuk bibir, gusi, pipi, langit-
langit mulut, faring, leher, hidung, laring, dan dada. Jarang sekali terjadi donovanosis
menyebar ke tulang dan hati dan biasanya berkaitan dengan kehamilan dan infeksi serviks.

G. DIAGNOSIS

Diagnosis di tegakkan atas dasar :

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisis Untuk melihat gambaran klinis dari granuloma inguinal
3. Hapusan jaringan (Tissue Smears)

Granulomatis dalam sel-sel mononuklear yang besar. Bahan terdiri atas jaringan
granulasi yang tipis, diambil dengan biopsi atau skalpel dari lesi bagian dalam. Setelah kering
bahan di warnai dengan Giemsa, Wright Leishman atau Gram. Dapat juga di pakai bahan dari
biopsi parafin yang di warnai dengan H.E. atau pewarnaan perak.

Jika memungkinkan diagnosis donovanosis harus dikonfirmasi sebelum antibiotik


diberikan. Konfirmasi adalah dengan identifikasi badan Donovan intraseluler khas dalam sel
mononuklear besar baik dalam hapusan diperoleh secara langsung dari jaringan atau biopsi
sampel. Sel-sel karakteristik berada di diameter 25-90 m sedangkan badan Donovan adalah
0,5-0,7 oleh 1-1,5 m dan berkapsul atau mungkin tidak berkapsul.

Kebanyakan ulkus donovanosis mengandung infeksi sekunder atau debris yang harus
dibersihkan dengan memutar kapas lidi di permukaan luka secara hati-hati agar
meminimalisasi perdarahan. Selanjutnnya, pemeriksa melakukan swab di permukaan ulkus
lalu menyentuhkan kapas swab tadi di atas slide kaca. Ketika sudah mengering, maka
dilakukan pembuatan apusan dengan metode Giemsa.

Hapusan Jaringan di warnai dengan pewarnaan Giemsa (RapiDiff) dengan teknik


menunjukkan banyak badan Donovan dalam sebuah monosit.

Hapusan jaringan di warnai dengan pewarnaan Giemsa (RapiDiff) dengan teknik


menunjukkan banyak badan Donovan di monosit termasuk beberapa dalam kista
intracytoplasmic (panah).

4. Biakan /Kultur jaringan

granulomatis tidak dapat tumbuh pada media biasa.padat digunakan biakan jaringan dan telur
dengan hasil terbatas.

5. Biopsi Biopsi dapat dilakukan di bawah anestesi lokal dan diperiksa oleh histologi.
Gambaran histologik terdiri atas : epidermis di tengah lesi hilang, sedangkan pada tepi lesi
terjadi akantosis yang kemudian menunjukan gambaran hiperplasi pseudokarsinomatosa.
Dalam dermis terlihat infiltrat padat terutama terdiri atas histiosit dan sel plasma.
Diantara infiltrat tersebar abses kecil terdiri atas neutrofil dan sedikit sel limfoid. Badan
inklusi intrasitoplamik ( Badan donovan) terdapat dalam histiosit. Untuk melihat badan-
badan ini dapat di gunakan pewarnaan Giemsa atau pewarnaan perak daripada hematoksilin
dan eosin (H.E).

Biopsi biasanya diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis untuk varian nekrotik dan
sklerotik dan kadang-kadang untuk lesi hipertrofik. Pada tipe hipertrofik dan sikatrisial
tampak jaringan ikat bertambah.

6. Serologi

Sebuah teknik immunofluoresensi tidak langsung dikembangkan menggunakan


bagian tipis dari lesi donovanosis sebagai sumber antigen dengan hasil yang baik untuk lesi
yang di bentuk namun dengan sensitivitas rendah untuk infeksi awal, dapat di temukan
antibodi ikatan komplemen terhadap D.granulomatis, tetapi sensitivitas dan spesifitas terbatas
. Sementara tes mungkin dapat berguna dalam studi populasi di daerah endemik itu tidak
cukup akurat pada tingkat individu sehingga dapat diterima untuk diagnosis konfirmasi.

7.Tes kulit

Di gunakan antigen D.granulomatis, di suntikan intradermal dan di baca setelah 72 jam,


sering terjadi reaksi positif semu.

H. PENGOBATAN

Ulkus diobati tidak sembuh secara spontan . Sebaliknya akan memburuk dengan waktu , dan
pengobatan antibiotik yang lebih baik dimulai sejak dini .

Pertama Azithromycin 500 mg 1x1 selama 1 minggu

Kedua Doxycycline 100 mg 2x1 selama minimal 3 minggu

Trimethoprim/sulfamethoxazole 800 mg atau 160 mg 2x1 selama 3 minggu

Ciprofloxacin 750 mg 2x1 selama 3 minggu

Erytromycin 500 mg/oral 4x1 selama 3 minggu

Pasien harus melanjutkan pengobatan sampai semua gejala klinis terlihat telah benar-benar
sembuh . Spesimen biopsi Serial mungkin diperlukan . Jika pasien tidak membaik dalam
beberapa hari pertama pengobatan , penambahan gentamisin 1 mg / kg intravena setiap 8 jam
perlu dipertimbangkan .

Pusat-pusat kontrol penyakit dan pencegahan merekomendasikan rejimen pengobatan yang


sama untuk pasien HIV - positif dengan GI , meskipun ada beberapa laporan dari kegagalan
pengobatan tersebut . pusat untuk pengendalian penyakit dan pencegahan juga sangat
menyarankan gentamisin 1 mg / kg intravena setiap 8 jam bagi pasien terinfeksi HIV dengan
GI jika tidak ada perbaikan dalam beberapa hari pertama .

Relaps mungkin terjadi 8-16 bulan setelah tampaknya pengobatan efektif, sehingga
memerlukan tindak lanjut oleh dokter . Kasus lama dapat komplikasi oleh infeksi bakteri
sekunder atau dengan fistula dan pembentukan abses , yang memerlukan intervensi bedah
dan membuat pengobatan antibiotik saja tidak efektif .

Pasien hamil atau menyusui dengan GI adalah untuk menghindari doxycycline dan
ciprofloxacin dalam rejimen pengobatan mereka.

I. PENCEGAHAN[10]

1. Menjauhkan diri dari seks (oral, anal, atau vaginal seks) sampai Anda berada dalam
hubungan dengan hanya satu orang, berhubungan seks dengan hanya satu sama lain, dan
masing-masing tahu IMS yang lain, termasuk HIV.

2. Jika memiliki, atau berencana untuk memiliki, lebih dari satu pasangan seks Gunakan
kondom lateks dan pelumas setiap kali Anda melakukan hubungan seks.

3. Melakukan tes untuk PMS termasuk HIV tanpa gejala.

4. Jika Anda seorang pria yang telah berhubungan seks dengan pria lain, dites setidaknya
sekali setahun.

5. Jika seorang wanita yang berencana untuk hamil atau yang sedang hamil , dites sifilis
dan HIV sesegera mungkin , sebelum memiliki bayi.

6. Bicara tentang PMS , termasuk HIV , dengan masing-masing pasangan sebelum


berhubungan seks .

7. Pelajari sebanyak mungkin tentang perilaku masa lalu masing-masing pasangan ( seks
dan penggunaan narkoba ) .

8. Tanyakan pasangan jika mereka baru-baru ini dirawat karena PMS atau telah diuji
untuk HIV .

9. Mencari individu-individu berdasarkan informasi yang diberikan oleh pasien dan


memberikan penyuluhan dan pendidikan tentang paparan serta layanan untuk mencegah
infeksi atau , jika terinfeksi , hubungan peduli. Sangat penting untuk mengurangi penyebaran
penyakit menular seksual dan HIV dan memastikan bahwa mereka yang berisiko tertinggi
tertular atau menularkan penyakit ini diberi alat yang diperlukan untuk melindungi diri
mereka sendiri dan orang lain dari infeksi HIV . Pencegahan meliputi pendidikan ditargetkan
kesehatan dan pengurangan risiko , program komunikasi kesehatan , dan program informasi
publik untuk populasi berisiko dan masyarakat umum .[10]
J. KOMPLIKASI

Komplikasi paling serus dari granuloma inguinale adalah karsinoma yang dilaporkan muncul
pada 0,25% pasien. Hal ini termasuk squamous cell carcinoma dan basal cell carcinoma.
Selain itu, granuloma inguinale dan squamous cell carcinoma untuk berada dalam lesi yang
sama.

Ketika lesi telah sembuh, fibrosis meluas, striktur, dan bahkan fimosis dapat terjadi yang
berakibat pada deformitas dan gangguan fungsi yang signifikan. Elefantiasis dari organ
genitalia dapat terjadi sebagai hasil dari destruksi kelenjar getah bening. Granuloma inguinale
juga meningkatkan risiko terkena HIV dan kemungkinan lesi kronis. Terdapat laporan
mengenai autoamputasi penis pada seorang pria dengan infeksi granuloma inguinale yang
kronis disertai dengan infeksi HIV.

K. PROGNOSIS

Relapse dapat muncul 18 bulan setelah pengobatan. Jika tidak diobati, lesi akan meluas dan
menetap selama bertahun-tahun.
DAFTAR PUSTAKA

1. J udanarso Jubianto, 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi keenam. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

2. Morbidity and mortality Weekly Report.2010. Sexually Transmitted Diseases


Treatment Guidelines. Departement of Health and human services centers for disease control
and prevention.

3. FerrriraVelho PEN dkk.2008. Donovanosis. Brazilian Journal of Infectious Diseases.


Division of Dermatologi , campinas University; Campinas, SP,Brazil.

4. Fasoldt, Jerry. 2013. Donovanosis. Naval Medical Center of San Diego. Medscape
Reference.

5. OFarrell N. Donovanosis.2013.Color Atlas and synopsis of Sexually transmitted


Diseases.Donovanosis Chapter 7

6. Wolff K, Johnson RA.2009. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical


Dermatology. 6th ed. New York, NY:McGraw-Hill.

7. O'Farrell N. 2002. Donovanosis. Sex Transm Infect;78:452-7

8. Pedoman Penatalaksaan penyakit Menular Seksual. Direktorat Jenderal PPM & PLP
Departemen Kesehatan RI, Kelompok Studi PMSI.

9. Klaus wolff & Richard Allen Johnson.2003. Dermatologi in General Medicine Edisi 7
Volume 2. Mc Graw Hill.

10. Dohz, F. 2012. Granuloma Inguinal. Washington State Departement Of Health

You might also like