You are on page 1of 7

ANTIFERTIL

1. Infertilitas Pria
Sepasang suami istri pergi ke klinik ginekologi dengan keluhan sudah 4
tahun menikah belum punya anak. Dilakukan pemeriksaan fisik maupun
laboratorium dengan hasil :
a. Istri Ibu A seorang peneliti muda kondisi fisik dan hormone normal
b. Suami Bapak B eksekutif muda (sangat sibuk) hasil analisis sperma
menunjukkan jumlah sperma (30 juta/ml), normal min.40 juta/ml
Pertanyaan :
a. penyakit yang diderita oleh bapak B dapatkah dikategorikan sebagai
Oligospermia? Alasannya?
b. Pemilihan obat rasional untuk kasus ini
c. Bagaimana bila penyebab kemandulan merupakan kelainan ovulasi
(pada wanita)
d. Jelaskan apa itu infertilitas dan penyebab infertilitas pada pria?
Jawab :
a. Tidak bisa dikatakan oligospermia karena oligospermia adalah jika
konsentrasi sperma
b.
c. Dapat dilakukan induksi ovulasi dengan klomifen sitrat. Pengobatan
induksi ovulasi pada istri pasangan infertile yang tidak berovulasi
berkisar antara klomifen sitrat.
Klomifensitrat merupakan obat pilihan pertama untuk pasien dengan
siklus haid yang tidak berovulasi dan oligomenorea.
Terdapat 4 kemungkinan hasil pengobatan klomifen :
1. Terjadi ovulasi
2. Hanya terjadi pematangan folikel mungkin dengan ovulasi yang
terjadi lambatatau dengan defek korpus luteum
3. Terjadi pematangan folikel tanpa terjadinya ovulasi
4. Tak ada reaksi sama sekali
d. Infertilitas merupakan kegagalan suatu pasangan untuk mendapatkan
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual yang teratur selama
satu tahun tanpa memakai alat kontrasepsi.
Penyebab infertilitas pada pria :
1. Disfungsi sperma
2. Motilitasnya / gerakan atau kecepatan spermatozoa. Motilitas
spermatozoa berdasarkan skala gerakan ekor, kemajuan, arah dan
kecepatannya. Normalnya 60 % spermatozoa bergerak maju lurus
cepat.
3. Morfologi spermatozoa. Morfologi spermatozoa diukur atau dinilai
berdasarkan maturitas (kematangan) dan fungsi sperma. Normalnya
terdapat 15 50 % bentuk spermatozoa yang normal dan
proporsional
4. Survival/ viability sperma. Dinilai berdasarkan mikroskopiknya
dimana normalnya 75 % spermatozoa hidup
5. Kemampuan penetrasi terhadap lendir vagina dan serviks.
2. Seorang ibu muda berumur 30 tahun dengan dua anak, sudah 2 tahun
sudah mengkonsumsi pil KB secara oral. Si ibu dating ke medical
centre dengan keluhan susah tidur, si ibu pulang dengan diberikan
obat Fenobarbital 3x1. Beberapa waktu setelah penggunaan
fenobarbital terjadi pendarahan pada si ibu.
Pertanyaan:
a. Apa yang menyebabkan terjadinya pendarahan pada ibu?
b. Jika terjadi interaksi antara fenobarbital dan pil KB apa solusi untuk
kontrasepsinya?
c. Apa jenis interaksinya, jelaskan!
Jawab :
a. Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama
obat tidur dan antibiotik) bisa menyebabkan berkurangnya
efektivitas dari pil KB. Obat anti-kejang (fenitoin dan fenobarbital) bisa
menyebabkan meningkatkan perdarahan abnormal pada wanita
pemakai pil KB.
Jadi, terjadi pendarahan karena terjadi perubahan pada siklus haid normal
akibat interaksi obat KB dan obat fenobarbital.
b. Agar pil KB dapat berfungsi maksimal sesuai yang diinginkan namun tetap
ingin melanjutkan obat fenobarbitalnya maka solusinya adalah memberikan
pil KB dosis tinggi agar pil KB dapat berfungsi maksimal.
c. Pil KB yang mengandung hormone estradiol, dimana estradiol dimetabolisme
oleh isoenzim CYP3A4. Penggunaan bersama obat yang dapat merangsang
isoenzim tersebut missal fenobarbital, karbamazin, rifampisin, dapat
mempercepat metabolisme sehingga dapat menurunkan efek terapinya atau
mempengaruhi profil siklus haid yang normal. Sehingga terjadi perdarahan
abnormal.
ANTI DIABETES
Kasus
1. Tuan DD umur 61 tahun, berat badan 55 kg, menderita DM tipe II sejak 8
thun yang lalu. Tuan DD tidak telaten dalam mengatur dietnya dan sangat
kurang beraktivitas. Sehari-hari dia hanya duduk sambil baca Koran dan
merenungi penyakitnya yang kunjung sangat kurang. Akhir-akhir ini
merasakan rasa nyeri seperti terbakar dan mati rasa pada telapak kaki.
Riwayat penyakit:
a. Hipertensi 10 tahun
b. DM tipe II
Data laboratorium satu bulan yang lalu:
Na: 138 mEg/L
K : 4,0 mEg/l
Cl: 98 mEg/l
BUN: 12 mg/l
SCr: 0,9 mg/l
Gula darah acak : 300 mg/dl
HBA 1 c: 9,0%
Kolesterol total: 278 mg/dl
HDL : 28 mg/dl
LDL : 160 mg/dl

Diagnosa: diabetes mellitus tipe II, hpertensi, dislipidemia, neuropathy/neurovis

Pertanyaan:
Tentukan pengobatan yang rasional untuk tuan DD beserta alasannya. Dan tujuan
pengobatannya.
Jawabannya:
Obat-obat yang digunakan untuk pengobatannya yaitu:
a. Glibenklamid untuk terapi DM tipe II
b. Captorpril untuk terapi hipertensi
c. Asam liponat untuk terapi neuropathy.

ANTI INFLAMASI
KASUS
Seorang wanita berumur 23 tahun dating ke RS mengeluh demam 40oC , lemah

dan suara menjadi sesak pada pemeriksaan tonsilnya membengkak, hiperenis

terdapat detritus, nyeri sendi, terlihat kelenjar submandula membengkak dan nyeri

tekan nafsu makan berkurang dan nadi lambat. Dokter lalu meresepkan

R/

CefadroksilS

2 dd 1 V

R/

Metill prednisolon

3 dd 1 X

R/

Efedrin

3 dd 1 X

R/

Micosolvan

3 dd 1 x
R/

Bromheksan

3 dd 1 X

1. menurut kamu perempuan ini menderita penytakit apa ?

2. Bagaimana etiologi,patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi, pemeriksaan

penunjang, penatalaksanaan penyakiit

3. apakah obat yang diberikan sudah rasional

jawab

1. faringitis akut, tonsilitis akut

2. etiologi

kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan

streptococcus pyogenes adalah penyebab terbanyak. Dapat juga disebabkan

oleh virus

patofisiologi

penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel,

kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial beraksi, terjadi

pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfnuklear.

Manifestasi klinis

Suhu tubuh naik sampai 40 oC, rasa gatal/kering ditenggorokan, lesu, nyeri

sendi, odinofagia, anoreksia dan otalgia. Bila laring terkena suara akan

menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil

membengkak, hiperemis, terdapat detritus (tonsilitis folikularis), kadang

detritus berdekattan menjadi 1 (tonsilitis nakularis) atau membran semu.


Kelenjar submandubula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak-

anak.

Komplikasi

Otitis media akut, abses peritonsil, abses parafaring, toksemia, septikemia, bronkitis,

nefritis akut, miokarditis, dan artritis

Pemeriksaan penunjang

Kultur dan uji resistensi bila perlu

Penatalaksanaan

Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamida selama 5 hari, antipiretik, dan obat

kumur atau obat isap dengan desinfektan. Bila alergi pada penisilin dapat diberikan

eritromisisn atau klindamisin.

You might also like