Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
MONICA WULANDARI
111.130.111
Plug 10
2016
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2016
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Pendahuluan
I.2 Tujuan
Tujuan utama dari analisa batuan induk dan hidrokarbon adalah untuk
menentukan potensi batuan induk, menentukan tipe kerogen, menentukan
kematangan batuan induk.
Dalam Analisis Rock-Eval Pyrolisis menghasilkan beberapa parameter yang
akan dicapai, diantaranya S1 (free hydrocarbon), S2 (pyrolisable hydrocarbon), S3,
Tmax.
Kombinasi parameter parameter yang dihasilkan oleh Rock-Eval
Pyrolisis dapat dipergunakan sebagai indikator jenis serta kualitas suatu batuan
induk, antara lain Potential Yield (S1 + S2), Production Index (PI), Hydrogen
Index (HI) dan Oxygen Index (OI).
BAB II
ANALISIS DATA
Hasil Interpretasi
Pada sumur yang dibor, hasil analisa dari sampel yang diambil pada
Formasi Lower Kampungbaru menunjukkan :
A. Kedalaman 3005-3015 m
Batuan induk ini mempunyai jumlah material organik / TOC (wt.%) 12.1,
dimana pada tabel persentae nilai TOC (Peters & Cassa, 1994), nilai ini
termasuk dalam rentang >4 yang menunjukkan kualitas batuan induk yang
Execellent.
B. Kedalaman 3015-3025 m
Batuan induk ini mempunyai jumlah material organik / TOC (wt.%) 11,1,
dimana pada tabel persentae nilai TOC (Peters & Cassa, 1994), nilai ini
termasuk dalam rentang >4 yang menunjukkan kualitas batuan induk yang
Execellent.
C. Kedalaman 3025-3035 m
A. Kedalaman 3055-3065 m
Batuan induk ini mempunyai jumlah material organik / TOC (wt.%) 69,81,
dimana pada tabel persentae nilai TOC (Peters & Cassa, 1994), nilai ini
termasuk dalam rentang >4 yang menunjukkan kualitas batuan induk yang
Execellent.
B. Kedalaman 3065-3075 m
Batuan induk ini mempunyai jumlah material organik / TOC (wt.%) 67,84,
dimana pada tabel persentae nilai TOC (Peters & Cassa, 1994), nilai ini
termasuk dalam rentang >4 yang menunjukkan kualitas batuan induk yang
Execellent.
C. Kedalaman 3075-3085 m
Batuan induk ini mempunyai jumlah material organik / TOC (wt.%) 69,50,
dimana pada tabel persentae nilai TOC (Peters & Cassa, 1994), nilai ini
termasuk dalam rentang >4 yang menunjukkan kualitas batuan induk yang
Execellent.
D. Kedalaman 3085-3095 m
Batuan induk ini mempunyai jumlah material organik / TOC (wt.%) 70,70,
dimana pada tabel persentae nilai TOC (Peters & Cassa, 1994), nilai ini
termasuk dalam rentang >4 yang menunjukkan kualitas batuan induk yang
Execellent.
E. Kedalaman 3095-3105 m
Batuan induk ini mempunyai jumlah material organik / TOC (wt.%) 65,77,
dimana pada tabel persentae nilai TOC (Peters & Cassa, 1994), nilai ini
termasuk dalam rentang >4 yang menunjukkan kualitas batuan induk yang
Execellent.
Pada sumur yang dibor, hasil analisa dari sampel yang diambil pada
Formasi Tawun menunjukkan tipe Kerogen II/III yang relatif mendekati II :
A. Kedalaman 3005-3015 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah yang dominan
berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral liptinit dan Vitrinit sebesar
98%.
B. Kedalaman 3015-3025 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah yang dominan
berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral liptinit dan Vitrinit sebesar
70%.
C. Kedalaman 3025-3035 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah yang dominan
berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral liptinit dan Vitrinit sebesar
80%.
D. Kedalaman 3035 3045 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Amourphus, Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah
yang dominan berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral liptinit dan
Vitrinit sebesar 80%.
F. Kedalaman 3045 3055 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Amourphus, Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah
yang dominan berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral liptinit dan
Vitrinit sebesar 80%.
A. Kedalaman 3055-3065 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Amourphus, Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah
yang dominan berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral Eskinit dan
Vitrinit sebesar 80%.
B. Kedalaman 3065-3075 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Amorphus, Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah yang
dominan berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral eksinit dan liptinit
sebesar 80%.
C. Kedalaman 3075-3085 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Amorphus, Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah yang
dominan berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral eksinit dan liptinit
sebesar 80%.
D. Kedalaman 3085-3095 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Amorphus, Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah yang
dominan berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral eksinit dan liptinit
sebesar 78%.
E. Kedalaman 3095-3105 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Amorphus, Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah yang
dominan berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral eksinit dan liptinit
sebesar 85%.
menunjukkan bahwa komposisi kerogen tipe II/III yang dominan, dimana jumlah
maseral Vitrinit Eksinit Liptinit lebih banyak.
3055 m memiliki SCI 8 yang ditunjukkan dengan warna Dark brown, hingga
kedalaman 3075 m pada Formasi Balikpapan. Sedangkan formasi Balikpapan
pada kedalaman 3075 3095 m memiliki SCI 9 yang ditunjukkan dengan warna
Dark Brown juga. SCI 10 yang terdapat pada kedalaman 3095-3105 memiliki
warna Black. Nilai SCI 8 menunjukkan tingkat kematangan Late mature dan
pada nilai SCI 9 -10 termasuk pada tingkat kematangan Post mature.
BAB III
KESIMPULAN
LAMPIRAN