You are on page 1of 11

LAPORAN

ANALISA BATUAN INDUK

Oleh :

MONICA WULANDARI

111.130.111

Plug 10

LABORATORIUM GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKUKTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN VETERANYOGYAKARTA

2016
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2016

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Pendahuluan

Analisa Batuan Induk dan Hidrokarbon merupakan batuan yang


mempunyai banyak kandungan material organik. Batuan ini biasanya berbutir
halus dan terndapkan pada lingkungan reduksi, sehingga mampu
menyimpan/mengawetkan material organik di dalamnya, seperti batulempug dan
batuserpih atau batuan yang memiliki banyak kandungan material organik seperti
batugamping atau batubara.
Material organik yang terdapat di dalam batuan mengandung 90%
kerogen dan 10% bitumen (Hunt, 1979). Kerogen adalah komplek molekul
organik yang mengalami polimerisasi tinggi, terdapat di batuan sedimen yang
tidak larut dalam pelarut organik biasa. Kerogen tidak larut karena memiliki
molekul yang berukuran besar. Kerogen merupakan sumber dari sebagian besar
minyak bumi dan gas, terdiri dari partikel yang berbeda-beda tersebut disebut
maseral. Maseral adalah mineral organik. Hubungan terhadap kerogen sama
dengan hubungan mineral terhadap batuan.
Rock-Eval Pyrolisis (REP) adalah analisa komponen hidrokarbon pada
batuan induk dengan cara melakukan pemanasan bertahap pada sampel batuan
induk dalam keadaan tanpa oksigen pada kondisi atmosfer inert dengan
temperatur yang terprogram. Pemanasan ini memisahkan komponen organik
bebas (bitumen) dan komponen organik yang masih terikat dalam batuan induk
(kerogen) (Espitalie et al., 1977).
Pada Uji sample menentukan potensi batuian induk kali ini dilakukan
pada lapangan offshore Mahakam. Formasi yang terdapat pada daerah tersebut
diantarnya Lower Kampungbaru yang terdapat diatas Formasi Upper Balikpapan.
Bersarkan data yang diperoleh dari uji analisa cutting pada kedalaman 3005-3105
m.

Nama : Monica Wulandari


Nim : 111.130.111
Plug : 10
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2016

I.2 Tujuan

Tujuan utama dari analisa batuan induk dan hidrokarbon adalah untuk
menentukan potensi batuan induk, menentukan tipe kerogen, menentukan
kematangan batuan induk.
Dalam Analisis Rock-Eval Pyrolisis menghasilkan beberapa parameter yang
akan dicapai, diantaranya S1 (free hydrocarbon), S2 (pyrolisable hydrocarbon), S3,
Tmax.
Kombinasi parameter parameter yang dihasilkan oleh Rock-Eval
Pyrolisis dapat dipergunakan sebagai indikator jenis serta kualitas suatu batuan
induk, antara lain Potential Yield (S1 + S2), Production Index (PI), Hydrogen
Index (HI) dan Oxygen Index (OI).

I.3 Metode Pengerjaan

Metode yang digunakan yaitu dengan cara menganalisis berdasarkan data


yang ada dan membuat kesimpulan jenis batuan induk berdasarkan hasil analisis.

Nama : Monica Wulandari


Nim : 111.130.111
Plug : 10
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2016

BAB II
ANALISIS DATA

Hasil Interpretasi

II.1 Karakteristik Batuan Sumber

Karakteristik batuan sumber pada sumur daerah Offshore Lapangan


Mahakam Formasi Lower Kampungbaru, disusun atas perulangan serpih
karbonan, lanau, batugamping, perulangan batupasir jasul, serpih karbon dan
batugamping, perselingan batupasir berfosil dan serph hitam, batupasir selang
seling lanau dan serpih, perulangan batupasir sisipan lanau, serpih hitam dan
Coquina. Pada kedalaman 3005-3055 m. Sedangkan pada Formasi Upper
Balikpapan yang berada dibawahnya memiliki litologi Batupasir kasar, well sorted
sisipan batubara, batupasir kasar sisipan lanau dan batupara, batulempung coklat
sisispan batubara, batulelmpung coklat, sisipan batubara, batupasir sisipan
batulempung dan batubara, batupasir kasar sisipan batubara dan lempung. Pada
kedalaman 3055-3105 m.

II.2 Kuantitas Material Organik

Pada sumur yang dibor, hasil analisa dari sampel yang diambil pada
Formasi Lower Kampungbaru menunjukkan :

A. Kedalaman 3005-3015 m
Batuan induk ini mempunyai jumlah material organik / TOC (wt.%) 12.1,
dimana pada tabel persentae nilai TOC (Peters & Cassa, 1994), nilai ini
termasuk dalam rentang >4 yang menunjukkan kualitas batuan induk yang
Execellent.
B. Kedalaman 3015-3025 m
Batuan induk ini mempunyai jumlah material organik / TOC (wt.%) 11,1,
dimana pada tabel persentae nilai TOC (Peters & Cassa, 1994), nilai ini
termasuk dalam rentang >4 yang menunjukkan kualitas batuan induk yang
Execellent.

C. Kedalaman 3025-3035 m

Nama : Monica Wulandari


Nim : 111.130.111
Plug : 10
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2016

Batuan induk ini mempunyai jumlah material organik / TOC (wt.%)9.65,


dimana pada tabel persentae nilai TOC (Peters & Cassa, 1994), nilai ini
termasuk dalam rentang >4 yang menunjukkan kualitas batuan induk yang
Execellent.
D. Kedalaman 3035 3045 m
Batuan induk ini mempunyai jumlah material organik / TOC (wt.%) 9.23,
dimana pada tabel persentae nilai TOC (Peters & Cassa, 1994), nilai ini
termasuk dalam rentang >4yang menunjukkan kualitas batuan induk yang
Execellent.
E. Kedalaman 3045 3055 m
Batuan induk ini mempunyai jumlah material organik / TOC (wt.%) 8.87,
dimana pada tabel persentae nilai TOC (Peters & Cassa, 1994), nilai ini
termasuk dalam rentang >4 yang menunjukkan kualitas batuan induk yang
Execellent.

Analisa sampel dilanjutkan pada Formasi Upper Balikpapan, dimana hasil


analisa menunjukkan :

A. Kedalaman 3055-3065 m
Batuan induk ini mempunyai jumlah material organik / TOC (wt.%) 69,81,
dimana pada tabel persentae nilai TOC (Peters & Cassa, 1994), nilai ini
termasuk dalam rentang >4 yang menunjukkan kualitas batuan induk yang
Execellent.
B. Kedalaman 3065-3075 m
Batuan induk ini mempunyai jumlah material organik / TOC (wt.%) 67,84,
dimana pada tabel persentae nilai TOC (Peters & Cassa, 1994), nilai ini
termasuk dalam rentang >4 yang menunjukkan kualitas batuan induk yang
Execellent.
C. Kedalaman 3075-3085 m
Batuan induk ini mempunyai jumlah material organik / TOC (wt.%) 69,50,
dimana pada tabel persentae nilai TOC (Peters & Cassa, 1994), nilai ini
termasuk dalam rentang >4 yang menunjukkan kualitas batuan induk yang
Execellent.
D. Kedalaman 3085-3095 m
Batuan induk ini mempunyai jumlah material organik / TOC (wt.%) 70,70,
dimana pada tabel persentae nilai TOC (Peters & Cassa, 1994), nilai ini

Nama : Monica Wulandari


Nim : 111.130.111
Plug : 10
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2016

termasuk dalam rentang >4 yang menunjukkan kualitas batuan induk yang
Execellent.
E. Kedalaman 3095-3105 m
Batuan induk ini mempunyai jumlah material organik / TOC (wt.%) 65,77,
dimana pada tabel persentae nilai TOC (Peters & Cassa, 1994), nilai ini
termasuk dalam rentang >4 yang menunjukkan kualitas batuan induk yang
Execellent.

II.3 Tipe Material Organik

Pada sumur yang dibor, hasil analisa dari sampel yang diambil pada
Formasi Tawun menunjukkan tipe Kerogen II/III yang relatif mendekati II :

A. Kedalaman 3005-3015 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah yang dominan
berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral liptinit dan Vitrinit sebesar
98%.
B. Kedalaman 3015-3025 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah yang dominan
berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral liptinit dan Vitrinit sebesar
70%.
C. Kedalaman 3025-3035 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah yang dominan
berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral liptinit dan Vitrinit sebesar
80%.
D. Kedalaman 3035 3045 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Amourphus, Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah
yang dominan berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral liptinit dan
Vitrinit sebesar 80%.
F. Kedalaman 3045 3055 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Amourphus, Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah
yang dominan berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral liptinit dan
Vitrinit sebesar 80%.

Nama : Monica Wulandari


Nim : 111.130.111
Plug : 10
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2016

Analisa sampel dilanjutkan pada Formasi Upper Balikpapan dimana hasil


analisa menunjukkan Tipe Kerogen II/III dan III yang relatif mendekati III:

A. Kedalaman 3055-3065 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Amourphus, Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah
yang dominan berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral Eskinit dan
Vitrinit sebesar 80%.
B. Kedalaman 3065-3075 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Amorphus, Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah yang
dominan berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral eksinit dan liptinit
sebesar 80%.
C. Kedalaman 3075-3085 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Amorphus, Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah yang
dominan berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral eksinit dan liptinit
sebesar 80%.
D. Kedalaman 3085-3095 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Amorphus, Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah yang
dominan berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral eksinit dan liptinit
sebesar 78%.
E. Kedalaman 3095-3105 m
Batuan induk ini mempunyai komposisi penyusun kerogen yang terdiri
dari Amorphus, Eksinit, Liptinit, Vitrinit dan Inertinit, dimana jumlah yang
dominan berasal dari tipe kerogen II/III, yaitu maseral eksinit dan liptinit
sebesar 85%.

II.4 Kesimpulan Jumlah dan Tipe Material Organik

Berdasarkan hasil analisa diatas, dapat disimpulkan bahwa seluruh sampel


yang diuji yang berasal dari Formasi Lower Kampungbaru (Kedalaman 3005
3055m) dan Formasi Upper Balikpapan (Kedalaman 3055 3105 m) memiliki
jumlah TOC (Total Organic Carbon) lebih dari 4 yang menunjukkan kualitas
batuan induk Execellent. Sedangkan untuk tipe material organik, seluruh sampel

Nama : Monica Wulandari


Nim : 111.130.111
Plug : 10
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2016

menunjukkan bahwa komposisi kerogen tipe II/III yang dominan, dimana jumlah
maseral Vitrinit Eksinit Liptinit lebih banyak.

Dilihat dari tipe kerogennya, maka dapat disimpulkan bahwa material


penghasil minyak pada sampel Formasi Balikpapan berasal dari material tanaman
keras (kayu, selulosa) (Waples, 1985) yang berasal dari pengendapan darat, dan
sedangkan dari liptinit, Eksinit pada Formasi Kampungbaru adalah Alga laut,
lemak tanaman (land plant lipid) dan polen, spora, diketahui pengendapan pada
lingkungan dimana material darat dan laut bercampur dan hadir yaitu laut tepi
atau transisi delta.

II.5 Analisa Kematangan Material Organik

Untuk melakukan analisa kematangan material organik, dapat dilakukan


dengan dua metode, yaitu melalui Ro (%) atau analisa pantulan vitrinit, TAI
(Thermal Alteratio Index) dan Tmaks.

II.5.1 Indeks Pantulan Vitrinit (%Ro)

Berdasarkan data analisa, di dapatkan nilai Ro yang beragam pada tiap


kedalaman, dimana nilai Ro pada tiap sampel semakin bertambah besar seiring
dengan bertambahnya kedalaman. Pada kedalaman 3005-3015 m nilai Ro 0,98%
hingga kedalaman 3095-3105 m nilai Ro 1,4%. Berdasarkan tabel data
kematangan menurut Peters & Cassa (1994), maka tingkat kematangan material
organik pada sampel dibagi 2, yaitu Formasi Kampungbaru memiliki Ro pada
kisaran 0,98 1,16% yang menunjukkan tingkat kematangan Late mature.
Sedangkan Formasi Balikpapan memiliki Ro pada kisaran 1,23 1,4 % yang
menunjukkan tingkat kematangan Post mature.

II.5.2 Thermal Alteratio Index (TAI)

Analisa kematangan dengan menggunakan TAI merupakan analisa dengan


menggunakan penentuan warna secara visual dari pollen (serbuk kepala putik) dan
zat organik lainnya, dari warna kuning, coklat sampai hitam.
Berdasarkan hasil analisa pada sampel, didapatkan nilai SCI berkisar dari
angka 8 ,9, dan 10. Dimana pada Formasi Kampungbaru pada kedalaman 3005

Nama : Monica Wulandari


Nim : 111.130.111
Plug : 10
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2016

3055 m memiliki SCI 8 yang ditunjukkan dengan warna Dark brown, hingga
kedalaman 3075 m pada Formasi Balikpapan. Sedangkan formasi Balikpapan
pada kedalaman 3075 3095 m memiliki SCI 9 yang ditunjukkan dengan warna
Dark Brown juga. SCI 10 yang terdapat pada kedalaman 3095-3105 memiliki
warna Black. Nilai SCI 8 menunjukkan tingkat kematangan Late mature dan
pada nilai SCI 9 -10 termasuk pada tingkat kematangan Post mature.

II.5.3 Analisa Tmaks

Analisa Tmaks berdasarkan parameter temperatur puncak S2 dimana


temperatur pyrolisis digunakan sebagai indikator kematangan.

Berdasarkan tabel hubungan antra Tmaks dengan tingkat kematangan oleh


Petter dan Cassa (1994), analisa sampel mendapatkan 2 tingkat kematangan, yaitu
pada kedalaman 3005 - 3085 m memiliki Tmaks 451 - 466C yang menunjukkan
hasil akhir matang dan pada kedalaman 3085 - 3105 m memiliki Tmaks 471
476 C yang menunjukkan hasil Lewat matang.

II.5.4 Kesimpulan kematangan

Dari ketiga parameter tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa tingkat


kematangan pada sampel dibagi menjadi 2 macam, yaitu pada kedalaman 3005
3085 m memiliki tingkat kematangan Late mature dan pada kedalaman 3085
3105 m memiliki tingkat kematangan Post mature.

Dilihat dari kedalamannya, dapat di interpretasi bahwa kedalaman


berpengaruh terhadap tingkat kematangan batuan induk, dimana hal ini berkaitan
dengan meningkatnya besar tekanan dan suhu seiring dengan besarnya kedalaman
tempat batuan induk diendapkan.

Nama : Monica Wulandari


Nim : 111.130.111
Plug : 10
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2016

BAB III
KESIMPULAN

Dari hasil analisa sampel pada Formasi Lower Kampungbaru dengan


kedalaman 3005 - 3055 m dan pada Formasi Upper Balikpapan dengan kedalaman
3055 3105 m, di diperoleh 3 hasil yang berkaitan dengan jumlah material
organik, tipe material organik dan tingkat kematangan batuan induk, Yaitu :

Jumlah material organik. Seluruh sampel menunjukkan hasil Excellent,


dimana nilai TOC pada sampel-sampel tersebut berkisar antara 12,1
70,70 % yang tergolong dalam range > 4 (menurut Peters & Cassa 1994).
Tipe material organik. Seluruh sampel menunjukkan hasil Tipe Kerogen
II/III, dimana komposisi penyusun kerogen oleh maseral eksinit liptinit

Nama : Monica Wulandari


Nim : 111.130.111
Plug : 10
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2016

Vitrinite, namun di dominasi oleh Vitrinite. Tipe kerogen dapat


memprediksi produk dari hidrokarbon, dimana tipe kerogen ini diduga
diendapkan pada lingkungan transisi, delta atau tepi laut yang terdapat air
payau dimana pencampuran material dari darat dan laut akan
menghasilkan minyak dan gas.
Tingkat kematangan dari batuan induk. Berdasarkan analisa pantulan
vitrinit (Ro), Thermal Alteratio Index (TAI) dan Tmaks, maka diperoleh 2
tingkat kematangan yaitu Late mature pada kedalaman 3005 3085 m
dan post mature pada kedalaman 3085 3105 m. Tingkat kematangan
disini semakin baik seiring dengan bertambahnya kedalaman sampel, hal
ini menunjukkan bahwa kedalaman batuan induk akan berpengaruh
terhadap suhu dan tekanan yang diterimanya.

LAMPIRAN

Nama : Monica Wulandari


Nim : 111.130.111
Plug : 10

You might also like